53. Siska Fitri komala 59. Selvia Apriyanti Mirda 65. Purti Nurani Kurnia 54. Nurhayati 60. Sindi Fatika Sari 66. Alya Rahmawati G 55. Putri Asti Apriliani 61. Windi Wulandari 67. Silvia Julianti 56. Ike Maria 62. Purwaningsih 68. Novi Octavianingsih 57. Anadia Kusuma Dewi 63. Siti Julaeha
FAKULTAS SARJANA KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG 2022 A. PATOFISIOLOGI IUFD 1. Kematian janin dalam kandungan Intra Uterine Fetal Death (IUFD) bisa terjadi karena gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang dikonsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan Fe maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalaah irefersibel. Kerja organ-organ maupun aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan IUGR. 2. Ketidakcocokan Rh darah Ibu dengan janin Golongan darah Rhesus yang berbeda tersebut memberikan suatu bentuk autoantibodi pada tubuh janin, sehingga berakibat pada hiperkoagulitas darah dan reaksi autoimun janin. 3. Ketidakcocokan golongan darah Ibu dengan janin Terutama pada golongan darah A, B dan O yang sering terjadi adalah antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan darah O atau sebaliknya. Hal ini disebabkan karena pada saat masih dalam kandungan, darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, sehingga ibu akan membentuk antibodi. 4. Berbagai penyakit pada ibu hamil Hipertensi dalam kehamilan terbagi menjadi tiga jenis yaitu hipertensi gestasional, pre-eklampsia, dan eklampsia Hal ini akan semakin parah bila mencapai tahap pre-eklampsia, dimana terjadi peningkatan resistensi perifer akibat vasospasme yang berlebihan dan berakibat pada penurunan mencolok curah jantung. Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka akan mengganggu perfusi utero plasenta dan mengakibatkan hipoksia janin. Hal ini akan berakibat pada kematian janin. Diabetes dipandang sebagai pemicu hipertensi pada kehamilan yang akhirnya menimbulkan pre-eklampsia dan eklampsia, selain itu juga dapat mengakibatkan makrosomia. 5. Trauma saat hamil Trauma bisa menyebabkan terjadinya solutio plasenta atau plasenta terlepas. Trauma terjadi misalnya karena benturan pada perut, baik karena kecelakaan atau pemukulan. Trauma bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga menimbulkan perdarahan pada plasenta atau plasenta terlepas yang pada akhirnya aliran darah kejanin pun terhambat. 6. Prolonged Pregnancy (kehamilan diatas 42 minggu) Jika kehamilan lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk dalam paru-paru janin. 7. Gerakan sangat berlebihan gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan dapat membahayakan kondisi janin. Hal ini dikarenakan dapat menyebabkan tali pusar terpelintir, sehingga akan menyebabkan berkurangnya aliran darah kejanin. 8. Kelainan kromosom malformasi kongenital mayor merupakan adanya kelainan kromosom autosom. Beberapa dari kelainan tersebut antara lain neural-tube defect, hidrosefalus, penyakit jantung kongenital, hidrops dan lain-lain. Malformasi kongenital mayor ini merupakan kelainan genetis yang mengancam hidup janin dan mengganggu kerja organ-organ vital. 9. Kelainan bawaan bayi yang bisa menyebabkan kematian janin adalah hidrop fetalis, yakni akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat banyakya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mnegalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya. 10. Solusio plasenta Solusio plasenta diawali perdarahan ke dalam desidua basalis. Desidua kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat ke endometrium. Hal ini mengakibatkan berkurangnya perfusi darah ke janin melalui plasenta dan berakibat pada kematian janin. 11. Infark plasenta Infark plasenta merupakan kelainan plasenta yang tersering. Dari sini, terbentuklah trombosis arteri vilus pada janin dan bahkan berakibat pada kalsifikasi plasenta. Pembentukan trombosis dan kalsifikasi ini mengakibatkan gangguan sirkulasi darah ke janin yang berakibat kematian janin.
B. ASUHAN KEBIDANAN IUFD
1. Identifikasi dan Analisa Data Dasar Identifikasi dan analisa data dasar merupakan tahap awal dari asuhan kebidanan. Tahap ini merupakan kemampuan intelektual dari bidan dalam mengidentifikasi dan menganalisa masalah yang diungkapkan oleh klien. Dalam kasus ini data awal yang harus dikumpulkan melalui 3 cara, yaitu sebagai berikut: a. Anamnesis Ditanyakan mengenai usia, tanya jawab yang dilakukan oleh bidan dan dengan klien, keluarga atau tim kesehatan lainnya. Data yang dikumpulkan mencakup semua keluhan klien tentang masalah kesehatan kebidanan yang dialami oleh klien. Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik Observasi dan pemeriksaan fisik merupakan metode pengumpulan data yang tidak dapat dipisahkan, observasi adalah melihat memperhatikan sesuatu pada pemeriksaan fisik. Pada saat observasi juga dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik pada klien dilakukan dari ujung kaki sampai ujung rambut. c. Pengelolahan data dan pengelompokan data 1) Data subjektif Termasuk dalam data subjektif adalah data yang berhubungan dengan klien melalui pengamatan tidak langsung yang berkaitan dengan identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan nifas yang lalu, riwayat ginekology, pengetahuan, pendidikan, dukungan keluarga, serta keadaan psikososial dan cultural. Diagnosis ditegahkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, klien mengatakan nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, serta janinnya tidak bergerak sejak tiga hari yang lalu. 2) Data Objektif Termasuk dalam data ini adalah data yang berhubungan dengan intervensi langsung oleh tenaga medik, berupa keadaan umum, tinggi badan, tanda-tanda vital, keadaan fisik obstetrik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Gambaran yang diperoleh pada klien: a) Inspeksi Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus. b) Palpasi Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin. c) Auskultasi Baik memakai stetoskop monoral maupun dengan deptone tidak terdengar denyut jantung janin. d) Reaksi Kehamilan Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan. Data yang dikelompokan adalah hasil pemeriksaaan laboratorium, USG dan lain-lain. USG adalah untuk memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukan janin tanpa tanda kehidupan serta pemeriksaan HCG urine menjadi negatif.
2. Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual
Pada tahap ini merupakan pengembangan dari interpretasi data dalam identifikasi yang spesifik (khusus) mengenai masalah atau diagnosa masalah yang lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh klien dan diagnosa yang ditetapkan dan sering di identifikasi oleh bidan dengan berfokus pada hasil penuturan klien secara individu. Diagnosa merupakan hasil analisa dan perumusan masalah yang diputuskan oleh bidan dan menetapkan diagnosa, bidan menggunakan pengetahuan professional sebagai dasar arahan untuk mengambil tindakan. Diagnosa kebidanan sebagai dasar tindakan untuk mengatsai ancaman kehidupan klien. Gambaran yang diperoleh pada masalah antara lain: a. Perdarahan pervaginam sesudah hamil 22 minggu. b. Gawat janin atau denyut jantung janin tidak terdengar. c. Solusio plasenta. d. Perdarahan. e. Nyeri perutt hebat.
3. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial
Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosa kebidanan adalah masalah yang mungkin akan timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengancam keselamatan klien. Identifikasi adanya diagnosa atau masalah potensial dari diagnosa atau masalah aktual. Masalah aktual merupakan persiapan untuk segala sesuatu yang dapat terjadi. Masalah potensial dapat terjadi antara lain: a. Syok berat dapat terjadi bila waktu antara kematian janin dan persalinan cukup lama. b. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah c. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari dua minggu.
4. Tindakan Segera (Emergency) dan Kolaborasi
Dalam tahap ini dibutuhkan ketelitian, agar bidan atau dokter kebidanan dapat menentukan intervensi yang harus dilakukan sesuai dengan kewenangannya yaitu pada klien dengan situasi emergency atau kegawat daruratan dalam rangka menyelamatkan nyawa klien, namun tetap memerlukan tindakanu konsultasi atau kolaborasi dengan Dokter kebidanan maupun tim kesehatan yang lain. Yang ikut merawat klien atau yang terlibat langsung dengan kesehatan klien, pada situasi lain yang tidak dalam keadaan emergency pun tetap membutuhkan tindakan konsultasi atau kolaborasi dengan Dokter dalam upaya penyelamatkan nyawa klien. Penanganan yang deberikan pada persalinan IUFD antara lain: a. Lakukan pemeriksaan USG. b. Penanganan pada masa persalinan. 1) Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan klien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil. 2) Bila pilihan pada ekspektatif: tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu, yakinkan bahwha 90 % persalinan spoontan akan terjadi tanpa komplikasi. 3) Bila pilihan adalah manajemen aktif: induksi persalinan menggunakan oksitosin atau misoprostol.
5. Perencanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Mengembangkan dan melaksanakan suatu rencan tindakan komprehensif dan profesional yang ditetapkan berdasarkan pada step sebelumnya. Seluruh keputusan yang dibuat untuk pengembangan dan pelaksanaan suatu rencana tindakan seharusnya mengambarkan rasional yang tepat berdasarkan pengetahuan yang relefan dan teoritikal, demi efektifitasnya suatu rencana tindakan haruslah diawali dengan persetujuan antara klien dengan bidan atau kesepakatan antara keduanya. Oleh karena itu, rencana tindakan harus di diskusikan dengan klien Rencana tindakan dapat dibuat bersama klien dengan keluarganya: a. Pengobatan/Intervensi yang bersifat mengurangi masalah. b. Biopsiko untuk memberikan rasa aman dan nyaman. c. Upaya pencegahan untuk menurunkan peningkatan resiko. d. Upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari. e. Kebutuhan konseling. f. Kebutuhan rujukan Penanganan persalinan dengan IUFD: 1) Penanganan umum yaitu berikan dukungan emosional pada ibu 2) Nilai denyut jantung janin 3) Penanganan pada masa persalinan 4) Observasi kematian janin
6. Implementasi Tindakan Asuhan Kebidanan
Implementasi atau tindakan didalam manajemen kebidanan adalah tindakan yang dilaksanakan oleh bidan melalui kerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Berdasarkan rencana yang ditetapkan sebelumnya, bidan juga harus memonitor kemajuan kesehatan klien. Pelaksanaan tindakan kebidanan selalu diupayakan dalam waktu relative singkat efektif, hemat dan berkualitas serta dillaksanakan sesuai dengan rencana tindakan. Implementasi disini melaksanakan intervensi secara langsung sesuai dengan kebutuhan klien. a. Melakukan penanganan umum yaitu memberikan dukungan emosional pada ibu b. Menilai denyut jantung janin. c. Melakukan pada masa persalinan d. Mengobservasi pada kematian janin
7. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan
Langkah akhir dari asuhan kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya langkah evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah asuhan kebidanan. Pada tahap ini bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan bidan yang telah diberikan pada klien, dengan membandingkan hasil asuhan kebidanan dengan kriteria keberhasilan yang dicantumkan pada perencanaan asuhan kebidanan. Evaluasi yang diperoleh: a. Ada tidaknya syok berat b. Ada tidaknya infeksi c. Ada tidaknya koagulapati
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis