Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TENTANG

IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Dwiyanto
Rifki Khoirudin
Apridayanti
Fitri susiani
Lela kustia
Sri winarti
Leli Fitriyani
Riska diana

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan
sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB
janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan).
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan
kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan
FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ
– organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).
Ketiadaan  janin  pada  berbagai  tahap  merupakan  kematian  janin.
Berdasarkan revisi tahun 2003  dari Prosedur Pengkodean Penyebab  dari Kematian
Janin  Berdasarkan  ICD 10,  Pusat  Statistik  Kesehatan  Nasional  mendefinisikan
kematian  janin  sebagai kematian  yang  terutama  berkaitan  dengan  ekspulsi
komplet  atau  ekstraksi  hasil konsepsi  dari  Ibu,  pada  durasi  yang  tidak  dapat  
diperkirakan di dalam  masa kehamilan, dan merupakan terminasi  kehamilan
yang  tidak  diinduksi.  Kematian  janin  diindikasikan  oleh  adanya  fakta  setelah  
terjadi ekspulsi  atau  ekstraksi,  janin  tidak  bernafas  atau  menunjukkan  tanda-
tanda  laindari  kehidupan    seperti  detak  jantung,  pulsasi  umbilical  cord,  atau  
gerakan  yangberarti  dari  otototot  volunter.  Detak  jantung  tidak  termasuk  kont
raksi  transiendari  jantung,  respirasi  tidak  termasuk  pernafasan  yang  sangat  ce
pat  atau gasping. Kematian janin yang terjadi tanpa alasan yang jelas pada
kehamilan, normal tidak rumit. Ini terjadi pada sekitar 1 persen dari kehamilan dan
biasanya (tergantung pada sumber daya tersebut) dianggap sebagai kematian janin
ketika terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan dan / atau berat sama dengan atau
lebih dari 500 gram.
American College of Obstetrics and Gynecologists juga merekomendasikan
kematian termasuk terjadi pada 22 minggu kehamilan atau lebih (kelompok lain
menggunakan 20 minggu kehamilan). Meskipun definisi kematian janin paling
sering digunakan dalam literatur medis, hal ini bukan berarti definisi saja. Bahkan
di Amerika Serikat, perbedaan dalam definisi yang digunakan adalah substansial.
Pusat Nasional Statistik Kesehatan AS, sebuah divisi dari Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit, update secara berkala Model Statistik Vital Negara Undang-
Undang dan peraturan untuk membantu negara dalam mengembangkan undang-
undang vital statistik. Mereka merekomendasikan pelaporan kematian janin yang
terjadi pada janin dengan berat 350 gram atau lebih atau dari 20 minggu kehamilan
atau lebih besar (lihat Pusat Nasional Statistik Kesehatan). Kebijakan ini, tetapi,
hanya panduan dan praktek pelaporan bervariasi antara negara.

2. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang Intra Uterin Fetal Death (IUFD)
a. Definisi IUFD
b. Etiologi IUFD
c. Klasifikasi IUFD
d. Patofisiologi IUFD
e. Patologi  IUFD
f. Penegakkan diagnosis IUFD
g. Penatalaksanaan
2. Memenuhi tugas Mata Kuliah Martenitas tentang Intra Uterin Fetal Death pada
program S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiah Pring Sewu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Intra Uterin Fetal Death (IUFD)


Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan
sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB
janin lebih dari 1000 gram. ( Kamus istilah kebidanan)
Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda
kehidupan janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada
kehamilan dibawah 20 minggu / sesudah 20 minggu. (Sinopsis Obstetri, hal: 224)
IUFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram
atau lebih / janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. (Teddy,
1994)
Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi
saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500
gram atau lebih. (dr. Nasdaldy, Sp.OG)
Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20
minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan. (Hacker ; 2001).

B. Etiologi
Secara umum:
1. Perdarahan; plasenta previa dan solusio placenta
2. Pre eklampsi dan eklampsi
3. Penyakit-penyakit kelainan darah
4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5. Penyakit-penyakit saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,
6. glomerulonefritis dan payah ginjal
7. Penyakit endokrin; diabetes melitus, hipertiroid
8. Malnutrisi dan sebagainya.

1. Fetal, penyebab 25-40%


 Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek, hidrops,
hidrosefalus, kelainan jantung congenital
 Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat
kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi,
melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin
masih dalam kandungan. Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko.
Karena harus mengambil air ketuban dari plasenta janin sehingga berisiko
besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
 Kelainan kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni
akumulasi cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam
rongga dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi
sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh
bayi mengalami pembengkakan atau terjadi kelainan pada paru-parunya.
 Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja- bisa
mengakibatkan tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir.
Akibatnya, pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun
nutrisi melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak
menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali simpul yang
mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga saat ini kondisi tali
pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi. Sehingga, perlu
diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.
 Infeksi janin oleh bakteri dan virus.

2. Placental, penyebab 25-35%


 Abruption
 Kerusakan tali pusat
 Infark plasenta
 Infeksi plasenta dan selaput ketuban
 Intrapartum asphyxia
 Plasenta Previa
 Twin to twin transfusion S
 Chrioamnionitis
 Perdarahan janin ke ibu
 Solusio plasenta

3. Maternal, penyebab 5-10%


 Antiphospholipid antibody
 DM
 Hipertensi
 Trauma
 Abnormal labor
 Sepsis
 Acidosis/ Hypoxia
 Ruptur uterus
 Postterm pregnancy
 Obat-obat
 Thrombophilia
 Cyanotic heart disease
 Epilepsy
 Anemia berat
 Kehamilan lewat waktu (postterm)

Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta
akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan
kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi
sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru
janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa
dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan
harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan
pada awal kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.

4. Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan.Kesulitan dalam


memperkirakan kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin preterm.

C. Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu

3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)

4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas

D. Patofisiologi

Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan
kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan
FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ
– organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)
E. Patologi
Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi.
Kulitnya mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena
absorbsi pigmen darah. Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan tidak bertekstur.
Tulang kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan dengan sangat mudah satu
dengn yang lainnya. Cairan amnion dan cairan yang ada dalam rongga mengandung
pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan meningkat dalam waktu 24 jam dari
kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi pada IUFD dapat terjadi
perubahan-perubahan sebagai berikut:
a) Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.
b) Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan
jernih kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin
mati.
c) Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi
setelah 48 jam janin mati.
d) Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan
hubungan antar tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah kulit.

F. Penegakkan diagnosis
a. Anamnesis
 Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan
janin sangat Berkurang
 Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau
kehamilan tidak seperti biasanya.
 Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan
sakit seperti mau melahirkan.
 Penurunan berat badan
 Perubahan pada payudara atau nafsu makan

b. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
- Tidak kelhiatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat
terlihat terutama pada ibu yang kurus
- Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
- Terhentinya perubahan payudara
 Palpasi
- Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ;
tdak teraba gerakan- gerakan janin
- Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada
tulang kepala janin.
 Auskultasi
- Baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan
terdengan denyut jantung janin

c. Pemeriksaan Lab
 reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati
 hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati

d. Pemeriksaan Tambahan
 Ultrasound: - gerak anak tidak ada
 denyut jantung anak tidak ada
 tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
 X-Ray :
- Spalding¡’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling
tumpah tindih, pencairan otak dapat menyebabkan overlapping
tulang tengkorak.
- Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung
- Robert¡’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada
pembuluh darah besar.
Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam
- Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar
janin.

G. Penatalaksanaan
1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari
kepastian diagnosis.
2. Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang
spontan
3. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari.
Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna
vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.
4. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan
kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda
kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan
ketuban berkurang
5. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien
selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar
dapat lahir pervaginam.
6. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif,
perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
7. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan
hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi
tanpa komplikasi
8. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
9. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu
 Jika servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
 Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan
amniotomi karena berisiko infeksi
 Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhi
10. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan
serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
 Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah
6 jam
 Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap
kali dan jangan melebihi 4 dosis.
11. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
12. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
13. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan
kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
14. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi
15. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah
diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan
induksi persalinan
16. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi
efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau
tanpa amniotomi.

H. Protokol bayi lahir mati


Protokol untuk pemeriksaan bayi lahir mati
a. Gambaran umum
 Malformasi
 Noda kulit
 Derajat maserasi
 Warna - pucat, pletorik
 Tali pusat
 Prolaps
 Lilitan leher
 Hematom atau striktur
 Jumlah pembuluh
 Panjang
 Cairan amnion
 Warna: mekonium, darah
 Konsistensi
 Volume
b. Plasenta
 Berat
 Bekuan lekat
 Kelainan struktur: lobus sirkumvalata atau aksesorius, insersi
velamentosa
 Edema: kelainan hidropik
c. Selaput ketuban
 Ternoda
 Menebal

I. Komplikasi
a. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi
rusak à menghasilkan    tromboplastin¡ à masuk kedalam peredaran darah
ibu à pembekuan intravaskuler à yang dimulai dari endotel pembuluh darah
oleh trombosit à terjadi pembekuan darah yang meluas à Disseminated
intravascular coagulation à hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg
%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.
b. Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700mg%. Akibat
kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus
biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
c. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu
kematian janin yang dikandungnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IUFD adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu
dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya kematian
janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan.
Adapun beberapa penyebab IUFD adalah:
1. Ketidak cocokan golangan darah, rhesus ibu dan bayinya
2. Gerakan bayi yang berlebihan
3. Berbagai penyakit pada ibu hamil
4. Kelainan kromosom
5. Trauma saat hamil 
6. Infeksi pada ibu hamil
7. Kelainan bawaan bayi.

B. Saran
Saran untuk tenaga kesehatan, pasien dan keluarga pasien :
 Sabar adalahkuncipenanganan proses persalinan IUFD.. jangan terburu-
buru meminta operasi karena akan menimbulkan efek kurang
menguntungkan bagi ibunya kelak. Padahal sibayi sudah tidakada.
 Berikan dukungan moril pada pasien yang mengalami IUFD tersebut, tapi
sebaiknya jangan terlalu banyak yang membesuk saat pasien belum
bersalin. Karena dikhawatirkan semakin banyak yang berkunjung, semakin
banyak simpati, semakin banyak tangisan, semakin banyak kekhawatiran
akan membuat sipasien semakin down, akan membuat sipasien
dankeluarganya bertambah panic sehingga akhirnya minta segera operasi
saja.
 Percayakan penanganan pada dokter dan perawat, jangan lantas
kekhawatiran tersebut membuat persepsi yang tidak-tidak dan terburu-buru,
jika memang belum terlalu jelas tanyakan saja pada dokter, bidan ataupun
perawatnya.

DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
McCall, Seller Pauline. 1993. Midwifery. South Afrika: Juta&Co, Ltd.
L., Winifred, dkk. 2001. Ambulatori Obstetrics third edition. San Fransisco: UCSF
Nursing Press.
http://www.scribd.com/doc/24315746/Lupus-Eritematosus-Sistemik

Anda mungkin juga menyukai