Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY Y UMUR 50 TAHUN


G4 P2 A1 DENGAN INTRAUTERINE FETAL DEATH ( IUFD)
DI RUANG MELATI RS. BHAYANGKARA
KOTA BENGKULU

DISUSUN OLEH

DESI APRELIA
NPM. 1926030006

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, Alhamdulillahirobbilalamin berkat limpahan rahmat-Nya sehingga laporan

kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ny Y Umur 50 Tahun G4 P2 A1 Dengan

Intrauterine Fetal Death (IUFD)” dapat terwujud sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan.

Dalam penelitian ini, saya tidak hanya bekerja sendiri. Tanpa bantuan dari semua

pihak, tidak mungkin laporan kasus ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh karena itu,

saya mengucapkan terima kasih kepada Teman-teman yang selalu memberikan motivasi

dan semangat sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang

diharapkan atas segala bantuannya baik secara moral, material, maupun spiritual saya

mengucapkan terima kasih.

Dalam pembuatan laporan kasus ini, saya menyadari kesalahan, kelemahan,

bahkan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan agar dapat dijadikan acuan dalam penulisan laporan periode berikutnya.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Atas bantuan dari semua pihak saya

mengucapkan terima kasih. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Bengkulu, Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam
kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu
ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram.
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa
factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut
menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak
mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan
dapat mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia
adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada
janin adalah irefersibel. Kerja organ organ maupun aliran darah janin tidak
seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).
Ketiadaan janin pada berbagai tahap merupakan kematian janin.
Berdasarkan revisi tahun 2003 dari Prosedur Pengkodean Penyebab dari
Kematian Janin Berdasarkan ICD-10, Pusat Statistik Kesehatan Nasional
mendefinisikan kematian janin sebagai kematian yang terutama berkaitan
dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada
durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan
merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi. Kematian janin
diindikasikan oleh adanya fakta setelah terjadi ekspulsi atau ekstraksi,
janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda lain dari kehidupan
seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan yang berarti
dari otot-otot volunter. Detak jantung tidak termasuk kontraksi transien
dari jantung, respirasi tidak termasuk pernafasan yang sangat cepat atau
gasping.
Kematian janin yang terjadi tanpa alasan yang jelas pada kehamilan, normal
tidak rumit.

1
ni terjadi pada sekitar 1 persen dari kehamilan dan biasanya
(tergantung pada sumber daya tersebut) dianggap sebagai kematian janin
ketika terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan dan / atau berat sama dengan
atau lebih dari 500 gram
American College of Obstetrics and Gynecologists juga
merekomendasikan kematian termasuk terjadi pada 22 minggu kehamilan
atau lebih (kelompok laIin menggunakan 20 minggu kehamilan). Meskipun
definisi kematian janin paling sering digunakan dalam literatur medis, hal ini
bukan berarti definisi saja. Bahkan di Amerika Serikat, perbedaan dalam
definisi yang digunakan adalah substansial. Pusat Nasional Statistik
Kesehatan AS, sebuah divisi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit, update secara berkala Model Statistik Vital Negara Undang-Undang
dan peraturan untuk membantu negara dalam mengembangkan undang-
undang vital statistik. Mereka merekomendasikan pelaporan kematian janin
yang terjadi pada janin dengan berat 350 gram atau lebih atau dari 20 minggu
kehamilan atau lebih besar (lihat Pusat Nasional Statistik Kesehatan).
Kebijakan ini, tetapi, hanya panduan dan praktek pelaporan bervariasi antara
negara.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini :
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang Intra Uterin Fetal Death
(IUFD)
a. Definisi IUFD
b. Etiologi IUFD
c. Klasifikasi IUFD
d. Patofisiologi IUFD
e. Patologi IUFD
f. Penegakan diagnosis IUFD
g. Penatalaksanaan

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi IUFD
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan
sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau
BB janin lebih dari 1000 gram.
Kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-
tanda kehidupan janin dalam kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik
pada kehamilan dibawah 20 minggu / sesudah 20 minggu.
IUFD adalah kematian janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram
atau lebih / janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu.
Kematian janin dalam kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi
saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai
ukuran 500 gram atau lebih.
Kehamilan janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20
minggu kehamilan tetapi sebelum permulaan persalinan.
B. Etiologi
Secara umum:
1. Perdarahan; plasenta previa dan solusio placenta
2. Pre eklampsi dan eklampsi
3. Penyakit-penyakit kelainan darah
4. Penyakit-penyakit infeksi dan penyakit menular
5. Penyakit-penyakit saluran kencing; bakteriuria, peelonefritis,
6. glomerulonefritis dan payah ginjal
7. Penyakit endokrin; diabetes melitus, hipertiroid
8. Malnutrisi dan sebagainya.
a. Fetal, penyebab 25-40%
1) Anomali/malformasi kongenital mayor : Neural tube defek,
hidrops, hidrosefalus, kelainan jantung congenital

3
2) Kelainan kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin
akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian
sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Jarang dilakukan pemeriksaan
kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain biayanya
mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban
dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi,
bahkan lahir prematur.
3) Kelainan kongenital (bawaan) bayi Yang bisa mengakibatkan
kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan
dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga
dada bisa menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung
menjadi sangat berat akibat dari banyaknya cairan dalam jantung
sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau terjadi
kelainan pada paru-parunya.
4) Janin yang hiperaktif Gerakan janin yang berlebihan apalagi
hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali pusat yang
menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya,
pembuluh darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi
melalui plasenta ke janin akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak
menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa membentuk tali
simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga
saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa
terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang
tidak biasa saat hamil.
5) Infeksi janin oleh bakteri dan virus.
b. Placental, penyebab 25-35%
1) Abruption
2) Kerusakan tali pusat
3) Infark plasenta
4) Infeksi plasenta dan selaput ketuban
5) Intrapartum asphyxia

4
6) Plasenta Previa
7) Twin to twin transfusion S
8) Chrioamnionitis
9) Perdarahan janin ke ibu
10) Solusio plasenta
c. Maternal, penyebab 5-10%
1) Antiphospholipid antibody
2) DM
3) Hipertensi
4) Trauma
5) Abnormal labor
6) Sepsis
7) Acidosis/ Hypoxia
8) Ruptur uterus
9) Postterm pregnancy
10) Obat-obat
11) Thrombophilia
12) Cyanotic heart disease
13) Epilepsy
14) Anemia berat
15) Kehamilan lewat waktu (postterm)
Kehamilan lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu,
plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan berkurang.
Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban bisa
berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap
masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG
dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung
ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan
cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan
dan akhir kehamilan melalui USG.

5
d. Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan. Kesulitan dalam
memperkirakan kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin
preterm.
C. Klasifikasi
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu


penuh
2. Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3. Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal
death)
4. Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan di atas
D. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor
antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi
berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat
mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah
kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin
adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupun aliran darah janin tidak
seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR)
E. Patologi
Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi
maserasi. Kulitnya mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan
oleh karena absorbsi pigmen darah. Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan
Stidak bertekstur. Tulang kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan
dengan sangat mudah satu dengan yang lainnya. Cairan amnion dan cairan
yang ada dalam rongga mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi
cepat dan meningkat dalam waktu 24 jam dari kematian janin. Dengan kata
lain, patologi yang terjadi pada IUFD dapat terjadi perubahan-perubahan
sebagai berikut:

6
1. Rigor mortis (tegang mati)
2. Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas
sekali.
3. Stadium maserasi I
4. Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan
jernih kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah
janin mati.
5. Stadium maserasi II
6. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat.
Terjadi setelah 48 jam janin mati.
7. Stadium maserasi III
8. Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas
dan hubungan antar tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah
kulit.
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan
janin sangat berkurang
b. Ibu merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil
atau kehamilan tidak seperti biasanya.
c. Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan
merasakan sakit seperti mau melahirkan.
d. Penurunan berat badan
e. Perubahan pada payudara atau nafsu makan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat
terlihat terutama pada ibu yang kurus
2) Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
3) Terhentinya perubahan payudara
b. Palpasi
1) Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ;
tidak teraba gerakan-gerakan janin

7
2) Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada
tulang kepala janin.
c. Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan
terdengan denyut jantung janin
3. Pemeriksaan Lab
a. reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati
b. hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati
4. Pemeriksaan Tambahan
a. Ultrasound: - gerak anak tidak ada
b. denyut jantung anak tidak ada
c. tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
d. X-Ray :
1) Spalding¡’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah
tindih, pencairan
2) otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
3) Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung
4) Robert¡’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada
pembuluh darah besar.
Tanda ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam
e. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar
janin.
G. Penatalaksanaan
1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah
terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu
untuk mencari kepastian diagnosis.
2. Biasanya selama masih menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan
yang spontan
3. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah
5 hari. Tanda-tandanya berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi
columna vertebralis, gelembung udara didalam jantung dan edema scalp.

8
4. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk
memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan janin
tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala
janin dan cairan ketuban berkurang
5. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya
pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa
kemungkinan besar dapat lahir pervaginam.
6. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun
ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum
keputusan diambil.
7. Bila pilihan penanganan adalah ekspektatif maka tunggu persalinan
spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90 % persalinan spontan
akan terjadi tanpa komplikasi
8. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan,
lakukan penanganan aktif.
9. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu
a. Jika servik matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
b. Jika serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan
prostaglandin atau kateter foley, dengan catatan jangan lakukan
amniotomi karena berisiko infeksi
c. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir
10. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun
dan serviks belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol:
a. Tempatkan mesoprostol 25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang
sesudah 6 jam
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap
kali dan jangan melebihi 4 dosis.
11. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

9
12. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah
pecah, waspada koagulopati
13. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
14. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya
patologi plasenta dan infeksi
15. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu
setelah diagnosis. Partus belum mulai maka wanita harus dirawat agar
dapat dilakukan induksi persalinan
16. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian esterogen untuk
mengurangi efek progesteron atau langsung dengan pemberian oksitosin
drip dengan atau tanpa amniotomi.
H. Protokol Bayi Lahir Mati
Protokol untuk pemeriksaan bayi lahir mati
1. Gambaran umum
a. Malformasi
b. Noda kulit
c. Derajat maserasi
d. Warna - pucat, pletorik
2. Tali pusat
a. Prolaps
b. Lilitan leher
c. Hematom atau striktur
d. Jumlah pembuluh
e. Panjang
3. Cairan amnion
a. Warna: mekonium, darah
b. Konsistensi
c. Volume
4. Plasenta
a. Berat

10
b. Bekuan lekat
c. Kelainan struktur: lobus sirkumvalata atau aksesorius, insersi
velamentosa
d. Edema: kelainan hidropik
5. Selaput ketuban
a. Ternoda
b. Menebal
I. Komplikasi
a. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak
menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu
pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh
trombosit terjadi pembekuan darah yang meluas Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100
mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.
b. Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700mg%. Akibat
kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik post partum. Partus
biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
c. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu
kematian janin yang dikandungnya.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY, Y UMUR 50 TAHUN


G4 P2 A1 DENGAN INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD)
DI RUANG MELATI RS BHAYANGKARA
KOTA BENGKULU

Tanggal Pengkajian : Jumat, 20 mei 2022


Waktu Pengkajian : 17:00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Melati RS. Bhayangkara
Nama Pengkaji : Desi Aprelia

A. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas pasien
Nama ibu : Ny. Rosmiati Nama suami :Tn. Ady
Umur : 50 tahun Umur : 57 tahun
Agama : islam Agama : Islam
Pendidikan : Sd Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Irt Pekerjaan : Swasta
Alamat : jln. kalimantan

2. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan hamil anak ke 4 keluar darah dari jalan lahir, nyeri
perut menjalar ke pinggang, dan kurang merasakan gerakan janin sejak 2
hari yang lalu.

3. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang : ibu mengatakan sedang menderita penyakit
seperti hipertensi.

12
b. Kesehatan dahulu : ibu mengatakan pernah menderita penyakit
seperti hipertensi.
c. Kesehatan keluarga : ibu mengatakan dari keluarga ibu/suami
tidak ada yang menderita penyakit seperti hipertensi, Tbc, Dm,
Hiv/Aids.
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 4-5 hari
Banyak : 3-4x ganti pembalut
5. Riwayat perkawinan
Pernikahan ke :1
Status perkawinan : sah
Lama menikah : 30 tahun
6. Riwayat persalinan nifas yang lalu

Umur Persalinan
No
Kehamilan Tempat Penolong Penyulit Jk Berat Keadaan Kelainan
1 39 mg
2 40 mg
3 AB
4 INI

7. Riwayat Kehamilan sekarang


HPHT: 04 Januari 2022
Tp : 11 oktober 20022
Uk : 20 minggu
8. Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah menggunakan kb suntik 3 bulan

9. Pola kebutuhan sehari-hari

13
a. Pola nutrisi
Sebelum hami : makan 3x sehari, menu lengkap, minum 7 gelas
sehari
Saat hamil : makan 3x sehari, menu lengkap, minum 7-8 gelas
Sehari
b. Eliminasi : ibu mengatakan Bak 4-5x, dan Bab 1-2x sehari
c. Mandi : ibu mengatakan mandi 3x sehari, menggosok gigi
2x, dan mengganti pakaian 3x dalam sehari

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran :composmentis
3. Anropometri
BB sebelum hamil : 60 kg
BB saat hamil :65 kg
Tinggi badan : 160 cm
Lila : 30 cm
4. TTV
Td :140/100 mmHg
N : 88x/ menit
P :22x /meni
S : 36,8
5. Pemeriksaan fisik
Kepala : bersih, idak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Muka : tidak ada oedema
Mata : konjungtiva merah muda, skelera putih
Hidung : tidak ada secret
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, kelenjar
tyroid, dan venajugularis

Payudara :tidak ada bekas oprasi, tidak ada benjolan, dan


belum keluar colostrum

14
Abdomen :tidak ada bekas oprasi Palpasi
Lepold I :Tfu 17 cm, teraba bulat lunak tidak melenting
(bokong)
Leopold II :bagian kanan perut ibu teraba bagian kecil-kecil
janin (ekstermitas). Bagian kiri perut ibu teraba
panjang seperti papan (punggung)
Leopold III :teraba bagian bulat melenting (kepala) tetapi masih
bisa di goyangkan
Leopold IV :belum di lakukaan
Genetalia : terdapat pengeluaran lendir dan darah
Ekstermitas :atas dan bawah tidak erdapat varises dan oedema
Anus :tidak ada hemoroid
6. Data penunjang :
a. USG : Usia kehamilan 20 minggu hasil
Menunjukan sudah tidak ada gerakan
jantung dan jantung (-) dan di rencanakan
partus normal.
b. Data penunjang
HB : 11,1
Leokosit : 7800
Trombosit : 114.000
Hemokrotik: 48
Oksigen : negatif
C. ASSASMENT
Ny y umur 50 tahun G4 P2 A1 hamil 20 minggu, janin tunggal post
partum dengan IUFD, kedaan umum ibu baik.
D. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan KU dan TTV kepada ibu dan
keluarga
Keadaan umum : baik
Td : 140/100 mmHg

15
N : 88x/menit
P : 22x/menit
S : 36,8
Ev : ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil
pemeriksaan
2. Memberikan dukungan dukungan moral dan suport kepada ibu
Ev :ibu mengerti dan akan lebih semangat lagi kedepanya
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan minum, makan makanan yang
bergizi kaya zat bezi, protein dan vitamin lainya agar kebutuhan ibu
terpenuhi
Ev :ibu mengerti
4. Memberiahu ibu tanda-tanda bahaya nifas seperti demam tinggi,
sakit kepala hebat, perdarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau
dari jalan lahir dan perasaan sedih terus menerus
Ev : ibu mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan personal hygine menjaga
kebersihan diri, menjaga daerah kemaluan agar tidak lembab, Dan
cebok dari belakang ke depan ke belakang setelah BAB dan BAK.
Ev : ibu menerti
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi
Infus RL 500 ml + 10 IU Oksitosin drip 20 tpm P.O : Vitamin A
200.000 IU / 24 jam Vitamin BC/C/SF 1 tab /12 jam
7. Melakukan dokumentasi

16
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal dan Nama dan
SOAP
Jam Paraf

20/05/2022 S : Ibu mengatakan perut mulas


19:00WIB
O:

Keadaan umum: baik kesadaran composmentis

TD : 120/80 mmHg P : 20 x/menit

N : 88 x/menit S : 370C

Skala nyeri : 2 BAK (-) BAB (-)

TFU: 2 jari dibawah pusat PPV : lokea rubra

Kontraksi : keras, kuat ASI : belum keluar

A:

Ny.R Umur 50 Tahun P4A1 2 jam postpartum normal atas


indikasi IUFD

P:

1. Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu baik


Hasil: ibu mengerti tentang keadaan dirinya
2. Menjelaskan kepada ibu rasa mulas yang dialaminya adalah
hal fisiologis karena proses involusi uterus yaitu proses
kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan
Hasil : ibu mengerti tentang rasa mulas yang dialaminya
3. Mengajarkan ibu teknik rileksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
Hasil : ibu bersedia melakukan relaksasi nafas dalam.

17
4. Memberikan support dan meyakinkan kepada ibu serta
keluarga untuk tetap semangat dan menerima kondisi
bayinya telah meninggal
Hasil : ibu dan keluarga menerima bahwa bayi telah
meninggal
5. Menganjurkan ibu untuk istirahat
Hasil : ibu bersedia istirahat
6. Memberikan pendkes tanda bahaya masa nifas antara lain
rasa pusing, pandangan mata kabur, terjadi perdarahan/perut
teraba lembek atau merasa kedinginan. Jika terdapat salah
satu tanda tersebut untuk segera menghubungi bidan.
Hasil : ibu mengerti dan mengikuti anjuran bidan

18
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam studi kasus ini akan dibahas mengenai Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal yang telah dilakukan pada Ny.R Umur 50 Tahun
G4P2A1 Hamil 20 Minggu Janin Tunggal Mati Intrauterine, Presentasi kepala,
Inpartu Kala II dengan Intrauterine Fetal Death (IUFD). Saya mengambil kasus
pasien tersebut karena dianggap menarik untuk dilakukan diskusi tentang asuhan
kebidanan kegawatdaruratan maternal di ruang Melati RS Bhayangkara Adapun
uraian pembahasan adalah sebagai berikut:
Pada kasus kegawatdaruratan ini pasien mengatakan tidak merasakan
gerakan jenin sejak tanggal 18 mei 2022 sehingga didapatkan bayinya telah IUFD
dan saat datang di ruang melati telah keluar lendir bercampur darah dan kepala
bayi sudah terlihat sehingga segera dilakukan pertolongan persalinan pervaginam
Pada riwayat kesehatan lalu, ibu pernah mengalami tekanan darah tinggi
sejak kehamilan anak pertama. Terjadinya IUFD pada ibu kemungkinan karena
preeklamsia sehingga terjadi suatu kondisi iskemia relatif akibat implantasi
plasenta yang buruk, plasenta yang besar atau abnormal dan faktor lain yang
menurunkan perfusi plasenta. Menurut teori Sulansi (2011) Ibu hamil dengan pre
eklamsi/ eklamsi, akan terjadi spasme pembuluh darah arteriol yang menuju organ
penting tubuh sehingga menimbulkan gangguan metabolisme, gangguan
peredaran darah yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan, perdarahan, dan
mengecilnya aliran darah kearah retroplacenta sehingga terjadi IUFD.
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya
kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan
menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk
ke dalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel
pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) Hipofibrinogenemia.

19
Pasien juga mengeluh nyeri pada perut karana proses persalinan. Salah
satu manajemen nyeri persalinan adalah dengan tehnik relaksasi nafas dalam.
Menurut Rosemary dalam Kusyati (2012) tehnik relaksasi nafas dalam dapat
mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostatis
sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan
ketakutan sehingga ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan.
Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare dalam Kusyati (2012) menyatakan bahwa
nafas dalam dapat memperlancar aliran darah dengan merelaksasikan otot-otot
yang mengalami spasme yang pada akhirnya akan menurunkan sensasi nyeri.
Selain itu bidan juga melibatkan suami untuk melakukan pendampingan
selama persalinan agar ibu lebih merasa nyaman.Bidan juga menganjurkan suami
untuk melakukan sentuhan dan pemijatan lembut ke punggung ibu. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh Diponegoro dan Hastuti (2009) bahwa kontak
personal dan sentuhan merupakan satu cara penyedia dukungan selama persalinan.
Sikap tersebut dapat memberi keuntungan ibu merasa nyaman dan aman serta
dapat mengontrol dirinya.Pendampingan suami juga dapat memberikan dampak
positif terhadap adaptasi nyeri persalinan, hal ini senada dengan studi yang
dilakukan oleh Yuliastanti (2013) yang menyatakan bahwa pendampingan suami
dapat menurunkan nyeri persalinan.
Pada kala III persalinan diberikan oksitosin 10 IU IM.Menurut penelitian
systematic review yang berjudul prophylatic oxytocin for the third stage of labour
to prevent postpartum haemorrhage menunjukkan bahwa pemberian oksitosin
dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum lebih dari 500 ml dan dapat
menurunkan kebutuhan pemberian uterotonika lainnya. Yang paling penting
adalah tidak ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa pemberian oksitosin
meningkatkan kejadian retensio plasenta jika dibandingk an dengan ergomenrine
atau placebo saja.
Ibu dianjurkan melakukan masase uterus agar menyebabkan rahim
berkontraksi sehingga menutup pembuluh darah yang terbuka pada daerah
plasenta (mencegah perdarahan hebat dan mempercepat pelepasan rahim ekstra).
Dengan berkontraksinya rahim akan menjaga uterus tetap kencang sehingga dapat

20
mempercepat uterus kembali ke keadaan sebelum hamil. Sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Restianti (2015) mengatakan bahwa proses involusi uterus
yang dilakukan dengan masase uterus akan turun 1 cm setiap hari dibanding
dengan kelompok yang tidak dilakukan masase uterus.

21
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
IUFD adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20
minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya
kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah
memasuki 8 bulan.

Adapun beberapa penyebab IUFD adalah:

1. Ketidak cocokan golongan darah, rhesus ibu dan bayinya


2. Gerakan bayi yang berlebihan
3. Berbagai penyakit pada ibu hamil
4. Kelainan kromosom
5. Trauma saat hamil
6. Infeksi pada ibu hamil
7. Kelainan bawaan bayi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa laporan diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki laporan tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan laporan
dalam kesimpulan diatas.

22
s
DAFTAR PUSTAKA

Silver, Robert. 2007. Fetal Death. OBSTETRICS & GYNECOLOGY.VOL. 109,


NO. 1, JANUARY 2007. American College of Obstetrician and
Gynecologic.

Johnson, Courtney. 2002. Survival of Other Fetuses After a Fetal Death in Twinor
Triplet Pregnancies.VOL. 99, NO. 5, PART 1, MAY 2002. The
American College of Obstetricians and Gynecologists.Published by
Elsevier Science Inc.

Saifuddin, Abdul Bari. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

23

Anda mungkin juga menyukai