Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

(KJDR)

DISUSUN OLEH:
RENI ANGGRIAWAN
NIM 21.04.050

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………….....………..)
(…………………………)

YAYASAN PPNI SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDY NERS
2021-2022
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Kematian janin yang dikemukakan oleh World Health Organization
(WHO) dan The American College of Obstetricians and Gynecologists
(ACOG) yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim
pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir
dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Prawirohardjo,
2017).
Kematian janin dalam rahim atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD)
adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari
rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Manuaba, 2019).
IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi
manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau
kematian janin juga disebut kematian intrauterine dan mengakibatkan
kelahiran mati. (wiknjosastro, hanifa. 2017)
Menurut WHO dan The Amerian college of Obstetricians and
gynecologists yang disebut kematian janin adalah yang mati dalam Rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam Rahim
pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir
dari gangguan pertumbuhan janin, atau infeksi (Sarwono, 2018)

B. ETIOLOGI
Penyebab dari IUFD seringkali dipicu oleh ketidak cocokan rhesus darah
ibu dan janin, ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin,grakan janin
yang terlalu aktif, penyakit pada ibu, kelinan kromosom,trauma saat hamil,
infeksi pada ibu, kelainan bawaan janin, pedarahan antepartum, penyakit
saluran kencing, penyakit endokrin, malnutrisi, dll.
Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin
dapat disebebkan oleh:

1. Faktor plasenta :
a. Insufisiensi plasenta
b. Infark plasenta
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa
2. Faktor Ibu
a. Diabetes mellitus
b. Preeklamsi dan eklamsi
c. Nefritis kronis
d. Polihidramnion dan oligohidramnion
e. Shipilis
f. Penyakit jantung
g. Hipertensi
h. Penyakit paru atau TBC
i. Inkompatability rhesus
j. AIDS
3. Faktor Intrapartum
a. Perdarahan antepartum
b. Partus lama
c. Partus macet
d. Persalinan presiptatus
e. Persalinan sungsang
f. Obat-obatan
4. Faktor Janin
a. Prematuritas
b. Postmaturitas
c. Kelainan bawaan
d. Perdarahan otak
5. Faktor Tali Pusat
a. Prolapsus tali pusat
b. Lilitan tali pusat
c. Tali pusat pendek
6. Sedangkan factor resiko terjadinya kematian janin intrauterine
meningkat pada usia ibu >4o tahun, pada ibu infertile,
kemokonsentrasi pada ibu riwayat bayi dengan berat badan lahir
rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum), kegemukan, ayah berusia
lanjut.
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian
janin di kandungan, diantaranya :
a. Ketidak cocokan rhesus darah ibu dan janin akan timbul masalah
bila ibu rhesus negatif,sementara bapak rhesus positif. Sehingga
anak akan mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif.
Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan
rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin
tersebut.
b. Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin. Terutama
pada golongan darah A,B,O “yang kerap terjadi antara golongan
darah anak atau A atau B dengan ibu bergolongan O atau
sbaliknya.” Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu
dan janin akan mengalir lewat plasenta. Bila darah janintidak
cocok dengan darah ibunya, makan ibu akan membentuk zat
antibodinya.
c. Gerakan janin berlebihan. Gerakan bayi dalam Rahim yanga
sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja.
Karena gerakannya berklebihan, terlebih satu arah saja, maka tali
pusat terlilit, makan pembuluh darah yang mengalirkan plasenta
ke bayi jadi tersubat.
d. Berbagai penyakit pada ibu hamil
e. Kelainan kromosom/penyakit bawaan
f. Trauma saat hamil
g. Infeksi maternal
h. Kelainan bawaan bayi. Kelainan bawaan bayi sendiri, seperti
jantung dan paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di
kandungan. (Sarwono:2009)
C. PATOFISIOLOGI
1. Perdarahan; solution placenta, placeta previa: Waspada jika ibu
mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang
menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari
tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis
Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.
2. Hipertensi, pre eklamsia, eklamsia
3. Penyakit infeksi
4. Komplikasi tali pusat dan placenta
5. Infeksi dalam rahim (TORCH)
6. Malnutrisi (Sarwono, 2018)

D. MANIFESTASI KLINIS
1. DJJ tidak terdengar
2. Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa
3. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
4. Palpasi anak tidak menjadi jelas
Tanda dan gejala terjadinya IUFD (penentuan diagnosis):
1. Ibu akan merasakan bahwa gerakan janin terhenti.
2. Ibu merasakan kehamilan tidak seperti biasanya, dan merasakan perutnya
sering menjadi keras dan merasakan seperti mau melahirkan.
3. Pertumbuhan janin terhenti, ukuran uterus berkurang dari minggu-minggu
sebelumnya (TFU lebih rendah dari UK seharusnya).
4. Pada pemeriksaan, tidak terdengar DJJ.
5. Peningkatan BB ibu terhenti, atau bahkan berkurang.
6. Perubahan pada payudara, kembali seperti senelum hamil.
7. Pada palpasi, kepala janin terasa jatuh.
8. Temuan pada pemeriksaan USG: tidak ada gerakan janin, tidak ada
gambaran DJJ, tengkorak saling tumpang tindih (pada kematian yang
terjadi beberapa hari, terjadi akibat perubahan otak menjadi cairan).

E. PEMEIRKSAAN DIAGNOSTIC
1. Anamnesis
a) Ibu tidak merasakan gerakan janin
b) Perut tidak bertambah besar
2. Inspeksi : tidak tampak gerakan bayi
3. Palpasi :
a) TFU Lebih rendah dari tuanya kehamilan
b) Tidak teraba gerakan janin
c) Krepitasi pada tulang kepala janin
4. Auskultasi : DJJ (-)
5. USG : tidak terlihat DJJ dan gerakan janin
F. KOMPLIKASI
1. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi
rusak menghasilkan masuk kedalam peredaran darah ibu tromboplastin
pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah
oleh terjadi pembekuan darah trombosit Disseminated yang
meluas hipofibrinogenemia (kadar intravascular coagulation fibrinogen
< 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD.
2. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu
kematian janin yang dikandungnya.
3. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
4. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari dua
minggu
5. Bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan
Hypofibrinogenemia 25%.

6. PENATALAKSANAAN
1. Observasi dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian diagnose
2. Biasanya selama menunggu, 70 -90 % akan terjadi persalinan spontan
3. Bila belum partus,indikasi untuk induksi persalinan
4. Induksi dan pemberian estrogen untuk mengurangi efek progesterone
atau dengan oksitosin drip dengan amniotomi
5. Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir.
6. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.

7. PENCEGAHAN
Sebenarnya faktor resiko dan komplikasi IUFD dapat dicegah apabila
ibu hamil secara rutin memeriksakan kehamilannya pada dokter ataupun
ketempat pelayanan kesehatan lain, sehingga apabila ditemukan komplikasi
kehamilan dapat ditangani sejak dini dan diharapkan dapat mencegah
terjadinya IUFD. Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah
atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak
bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gamelli dengan
T+T (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi
pembuluh anastomosis (Sarwono, 2018).
Beberapa pencegahan yang dianjurkan dari beberapa pustaka yang ada
antara lain sebagai berikut (Silver, 2017) :
1. Memberikan nasehat pada waktu ANC mengenai nutrisi
dankeseimbangan diet makanan
2. Hindari merokok, tidak meminum minuman beralkohol, jamu, obat-
obatan dan hati-hati terhadapinfeksi yang berbahaya
3. Mendeteksi secara dini faktor-faktor predisposisi IUFD dan
pemberian pengobatan
4. Mendeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal distress
5. Diberlakukannya tindakan Cut off untuk terminasi kehamilan.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
1. Identitas
Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2. Keluhan utama
Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat, kesulitan nafas,
pusing, pandangan berkunang-kunang
3. Sirkulasi : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsia/eklamsia,
anemia, perdarahan saat hamil
4. Pemeriksaan diagnostic
USG, Foto abdomen, amniosentesis, test koagolasi.
5. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan (PPNI, Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2016)
a. Pola napas tidak efektif
b. Nyeri Akut
c. Resiko Hipovolemia
d. Gangguan mobilitas fisik
e. Resiko Infeksi
6. Perencanaan Keperawatan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/Kriteria hasil Intervensi
(SLKI) (SIKI)
1. D.0005 Pola napas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)
Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan hambatan upaya nafas keperawatan selama 3x24 jam 1) Monitor frekuensi, irama,
a. Definisi diharapakan pola napas membaik kedalaman, dan upaya napas
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang dengan, kriteria hasil: 2) Monitor pola napas (seperti
tidak memberikan ventilasi a. Frekuensi napas membaik bradipnea, takipnea,
adekuat. b. Kedalaman napas membaik hiperventilasi, Kussmaul, Che
b. Penyebab c. Penggunaan otot bantu napas yne-Stokes, Biot, ataksik
1) Depresi pusat pernapasan menurun 3) Monitor kemampuan batuk
2) Hambatan upaya napas (mis. d. Dispnea menurun efektif
Nyeri saat bernapas, e. Pernapasan cuping hidung menurun 4) Monitor adanya produksi
kelemahan otot pernapasan) sputum
3) Deformitas dinding dada 5) Monitor adanya sumbatan
4) Deformitas tulang dada jalan napas
5) Gangguan neuro muscular 6) Palpasi kesimetrisan ekspansi
6) Gangguan neurologis (mis. paru
Elektroensefalogram (EEG) 7) Auskultasi bunyi napas
positif, cedera kepala, 8) Monitor saturasi oksigen
gangguan kejang) 9) Monitor nilai AGD
7) Imaturitas neurologis 10) Monitor hasil x-ray toraks
8) Penurunan energy
9) Obesitas Terapeutik
10) Posisi tubuh yang menghambat 11) Atur interval waktu
ekspansi paru pemantauan respirasi sesuai
11) Sindrom hipoventilasi kondisi pasien
12) Kerusakan inervasi diafragma 12) Dokumentasikan hasil
(kerusakan saraf C5 ke atas) pemantauan
13) Cedera pada medulla spinalis Edukasi
14) Efek agen farmakologis 13) Jelaskan tujuan dan prosedur
15) Kecemasan pemantauan
c. Gejala dan Tanda Mayor 14) Informasikan hasil
Subjektif :Dispnea pemantauan, jika perlu
Objektif :
1) Penggunaan otot bantu
perapasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola napas abnormal (mis.
takipnea, bradipnea,
hiperventilas: kussmaul,
cheyne-stokes)
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Ortopnea
Objektif :
1) Pernapasan pursed-lip
2) Pernapasan cuping hidung
3) Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
4) Ventilasi semenit menurun
5) Kapasitas vital menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Tekanan inspirasi menurun
8) Ekskursi dada berubah
e. Kondisi klinis terkait
1) Depresi sistem saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Trauma thoraks
4) Gullian berre sistem
pernapasan
5) Multiple sclerosis
6) Myasthenia gravis
7) Stroke
8) Kuadriplegia
9) Intoksikasi alcohol
2. D.0077 L.08066 Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
Nyeri akut berhubungan dengan agen setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
pencedera fisiologis selama 3x24 jam diharapakan tingkat 1) identifikasi lokasi,
a. Definisi nyeri menurun dengan, kriteria hasil: karakteristik, durasi, kualitas,
Pengalaman sensorik atau 1) keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
emosional yang berkaitan dengan 2) meringis menurun 2) identifikasi respon nyeri non
kerusakan jaringan actual atau 3) kusulitan tidur menurun verbal
funsional, dengan onset mendadak 4) frkuensi nadi membaik 3) identifikasi factor yang
atau lambat dan berintrensitas 5) pola napas membaik memperberat dan
ringan hingga berat yang 6) tekanan darah membaik memperingan nyeri
berlangsung kurang lebih 3 bulan 7) fungsi berkemih membaik 4) identifikasi pengetahuan dan
b. penyebab 8) pola tidur membaik keyakinan tentang nyeri
1) Agen pencendera fisiologi 5) identifikasi pengaruuh budaya
2) Agen pencedera kimiawi terhadap respon nyeri
3) Agen pencedera fisik 6) identifikasi pengaruh nyeri
c. Gejala dan tanda mayor pada kualitas hidup
Subjektif : Mengeluh nyeri 7) monitor keberhasilan terapi
Objektif komplementer yang sudah
1) Tanpa meringis diberikan
2) Bersikap protektif 8) monitor efek samping
3) Gelisah penggunaan analgetik
4) Frekuensi nadi meningkat Terapeautik
5) Sulit tidur 1) berikan teknik nonfarmakologi
d. Gejala dan tanda minor rasa nyeri
Subjektif : 2) kontol lingkungan yang
Objektif : memperberat rasa nyeri
1) Tekanan darah meningkat 3) fasilitasi istirahat dan tidur
2) Pola nafas berubah 4) pertimbangan jenis dan sumber
3) Nafsu makan berubah nyeri dalam pemilihan strategi
4) Proses berfikir terganggu meredakan nyeri
5) Menarik diri Edukasi
6) Berfokus pada diri sendiri 1) jelaskan penyebab, periode dan
7) Diaphoresis pemicu nyeri
e. Kondisi klinis terkait 2) jelaskan strategi meredakan
1) Pembedahan nyeri
2) Cedera ttraumatis 3) anjurkan memonitoring nyeri
3) Infeksi secara mandiri
4) Syndrome coroner akut 4) anjurkan menggunakan
5) Glaucoma analgetik secraa tepat
5) anjurkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
6) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Resiko Hipovolemia (D.0034) (L.03028) Status cairan (I.02040) Manajemen perdarahan
Definisi Setelah dilakukan tindakan Observasi
Berisiko mengalami penurunan volume keperawatan selama 3x24 jam, 1. Monitor terjadinya perdarahan
cairan intravaskuler, interstisial, diharapkan masalah status cairan (sifat dan jumlahnya)
dan/atau intraselular membaik, dengan kriteria hasil: 2. Monitor tekanan darah
Faktor Resiko: a. Pengisian Vena membaik Terapeautik
a. Kehilangan cairan secara aktif b. HB membaik 3. Tinggikan ekstermitas yang
b. Gangguan Absorbsi cairan c. Suhu membaik mengalami perdarahan
c. Usia Lanjut d. Frekuensi nadi membaik 4. Pertahankan akses IV
d. Kelebihan berat badan e. Tekanan darah membaik Edukasi
e. Status hipermetabolik 5. Anjurkan membatasi aktivitas
f. Kegagalan mekanisme regulasi Kolaborasi
g. Evaporasi 6. Kolaborasi pemberian transfusi
h. Kekurangan intake cairan darah
i. Efek agen farmakologis
Kondisi Klinis Terkait
a. Penyakit Addison
b. Trauma/perdarahan
c. Luka Bakar
4. Gangguan mobilitas fisik (D.0054) Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Ambulasi (1.06171)
Definisi Setelah dilakukan tindakan Observasi
Keterbatasan dalam gerak fisik dari keperawatan 3x24 jam diharapkan 1) Identifikasi adanya nyeri atau
satu atau lebih ekstremitas secara mobilitas fisik meningkat, dengan keluhan fisik lainnya
mandiri. kriteria hasil: 2) Identifikasi toleransi fisik
Penyebab a. Pergerakan ekstremitas meningkat melakukan ambulasi
a. Kerusakan integritas struktur b. Kekuatan otot meningkat 3) Monitor frekuensi jantung dan
tulang c. Rentang gerak (ROM) meningkat tekanan darah sebelum memulai
b. Perubahan metabolisme d. Kaku sendi menurun ambulasi
c. Ketidakbugaran fisik e. Kelemahan fisik menurun 4) Monitor kondisi umum selama
d. Penurunan kendali otot f. Gerakan terbatas menurun melakukan ambulasi
e. Penurunan massa otot Terapeutik
f. Penurunan kekuatan otot 1) Fasilitasi aktivitas ambulasi
g. Keterlambatan perkembangan dengan alat bantu (mis. tongkat,
h. Kekakuan sendi kruk)
i. Kontraktur 2) Fasilitasi melakukan mobilisasi
j. Malnutrisi fisik, jika perlu
k. Gangguan musculoskeletal 3) Libatkan keluarga untuk
l. Gangguan neuromuskuler membantu pasien dalam
m. Indeks massa tubuh di atas meningkatkan ambulasi
persentil ke-75 sesuai usia Edukasi
n. Efek agen farmakologis 1) Jelaskan tujuan dan prosedur
o. Program pembatasan gerak ambulasi
p. Nyeri 2) Anjurkan melakukan ambulasi
q. Kurang terpapar informasi tentang dini
aktivitas fisik 3) Ajarkan ambulasi sederhana
r. Kecemasan yang harus dilakukan (mis.
s. Gangguan kognitif berjalan dari tempat tidur ke
t. Keengganan melakukan kursi roda, berjalan dari tempat
pergerakan tidur ke kamar mandi, berjalan
u. Gangguan sensori persepsi sesuai toleransi)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas
Objektif
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak
Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
a. Stroke
b. Cedera medula spinalis
c. Trauma
d. Fraktur
e. Osteoarthirtis
f. Ostemalasia
g. Keganasan
5. D.0142 Kontrol Resiko (L.14128) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
a. Definisi selama 3x24 jam maka diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Berisiko mengalami peningkatan kontrol risiko meningkat dengan kriteria lokal dan sistemik
terserang organisme patogenik hasil: Terapeutik
b. Faktor resiko 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
1) Penyakit Kronis 2. Kemampuan mencari informasi kontak dengan pasien dan
2) Efek prosedur Infasif tentang factor risiko meningkat lingkungan pasien
3) Malnutrisi 3. Kemampuan mengidentifikasi 3. Pertahankan tehnik aseptik pada
4) Peningkatan paparan organisme factor risiko meningkat pasien beresiko tinggi
patogen lingkungn 4. Kemampuan melakukan strategi Edukasi
5) Ketidakadekuatan pertahanan control risiko meningkat 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
tubuh perifer : 5. Kemampuan menghindari factor 5. Ajarkan cara mencuci tangan
 Gangguan peristltik risiko meningkat dengan benar
 Kerusakan integritas kulit Kolaborasi
 Perubahan sekresi PH 6. Kolaborasi pemberian imunisasi ,
 Penurunan kerja siliaris jika perlu
 Ketuban pecah lama
 Ketuban pecah sebelum
waktunya
 Merokok
 Statis cairan tubuh
2) Ketidakadekuatan pertahan
tubuh sekunder
 Penuruna Hemoglobin
 Imunosupresi
 Leukopenia
 Supresi Respon Inflamasi
 Faksinasi tidak adekuat
c. Kondisi klinis terkait
1) AIDS
2) Luka bakar
3) PPOK
4) Diabetes mellitus
5) Tindakan invasif
6) Kondisi penggunaan terapi steroid
7) Penyalahgunaan obat
8) Ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW)
9) Kanker
10) Gagal ginjal
11) Imunosupresi
12) Lymphedema
13) Leukositopenia
14) Gangguan Fungsi hati

(PPNI, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018)


(PPNI, Standar Luaran Keperawatan Indonesia, 2018)
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2019. Buku Ajar Panthoom Obstetri. Jakarta : Trans
InDo Media.
Prawirohardjo, Sarwono. 2018. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa. 2017. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Yeyeh, Ai Rukiyah dkk. 2017. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta
: TIM.

Anda mungkin juga menyukai