Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

NAMA: MARIA ANGELINA NGEBOT


NPM: 20203028

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN
PROGGRAM STUDI PROFESI NERS
2020/2021

LAPORAN PENDAHULUAN
ABORTUS
A. DEFENISI
Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan
memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap
keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat
hidup terus (Amru Sofian, 2015). Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010). Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode obatobatan
atau bedah, (Morgan, 2011). Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar
disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000
gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus
berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram
disebut juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-
akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak suatu keadaan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia kurang dari 20
minggu (Kelompok, 2019).
B. ETIOLOGI
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X Abnormalitas
embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan
kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering
ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromosom seks.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila lingkungan di
endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga pemberian
zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.Endometrium belum siap untuk
menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia
atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini
umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya
tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin.
Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat
berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus.
Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan
keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi
virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit
cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin.
Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin
akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat
sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin
akan menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian
terjadi abortus.
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan
resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan
insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan
yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,
amputasi). Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan
serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan
riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik. Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi
fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal
1. Penyebab secara umum:
1) Infeksi
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria
2) Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat,
penyakit jantung, toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik
2. Penyebab yang bersifat lokal:
1) Fibroid, inkompetensia serviks.
2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
3) Retroversikronis.
4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus.
3. Penyebab dari segi Janin
1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa
pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau
terjadi malformasi pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif
D. PATOFISIOLOGI
Rahmani (2014) mengemukakan bahwa pada permulaan abortus terjadi perdarahan dalam
desidua basalis yang diikuti nekrosis jaringan disekitarnya. Hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Hal ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan hasil konsepsi. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil
konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
dalam, sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mulamula dikeluarkan
setelah ketuban pecah, janin disusul beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang terbentuk
lengkap.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada yang hanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
(blighted ovum) dan ada yang berupa janin lahir mati. Mudigah yang mati tidak dikeluarkan
dalam waktu singkat maka dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah dan isi uterus dinamakan
mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap sehingga
semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal ini tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi
yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, maka
menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut menjadi tipis seperti
kertas perkamen (fetus papiraseus). Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi yaitu kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin berwarna kemerahmerahan.

E. PATHWAY

Fisiologi organ Abortus ( Mati


terganggu janin < 16-28
penyakit ibu/ minggu/bb < 40-
bapak panggul 100 gram
sempit
Abortus spontan Abortus
provokatus

 Ab. Imminens  Ab.


 Ab. Insipens Medisinalis
 Ab. Imkompletus  Ab.
 Ab. Komplitus - Kriminalis
Missed abortion

Curetase

Perdarahan

Post anatesi

Resiko Kekurangan
Jaringan volume
Penurunan terputus/terbuka infeksi
carian Resiko
syaraf infeksi Resiko
oblongata syok
(hipovolemik)
Nyeri ganngguan Invasi bakteri
Penurunan pemenuhan ADL
syaraf
vegetatif

Penyerapan Gangguan
Peristaltik
cairan di colon eliminasi
(konstipasi

Sumber: Buku Aplikasi NANDA NIC,NOC 2015


F. KLASIFIKASI
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan : Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang
luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). Keguguran adalah setiap kehamilan yang
berakhir secara spontan sebelum janin dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis
disebut sebagai aborsi spontan. WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai
embrio atau janin seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin
(usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang.
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok, yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens) Adalah peristiwa terjadinya perdarahan
dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah
perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram
perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis : nyeri dapat
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul
atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan) Yaitu Abortus tidak
terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata disertai pembukaan
serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap) Pada abortus yang terjadi sebelum
usia gestasi 10 minggu, janin dan plasentabiasanya keluar bersama-sama, tetapi
setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta
tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah
meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi
perdarahan pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens,
mungkin juga tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi
perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang) Keadaan ini
didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang paling
luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau
lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : Yaitu menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat
hidup di luar kandungan apabila 10 kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun
terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim
dokter ahli.
b. Abortus kriminalis Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula
timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan
amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini
terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke
dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi
pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang
digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu
dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera
yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan
untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik.
H. PENATALAKSANAAN
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangirangsangan
mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan benar – benar
berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau
memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan
servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah,
atau bagian – bagian janin.
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi
ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untukmenentukkan
kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk menenangkan
wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala bahaya
dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal
Penatalaksanaan dari masing-masing abortus
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens): Ibu hamil yang mengalami abortus ini
akan diminta beristirahat total. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan karena cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah
aliran darah ke rahim
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan):

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion

BAB II
TINJAUAN ASKEP TEORI

A. Pengkajian
Jika kehamilan ditemukan perdarahan maka : Saat dalam pengkajian pada terdapat
tentang keluhan perdarahan pervaginam. Data yang muncul pada ibu hamil dengan
Abortus Inkomplit yaitu, pasien mengalami keluhan perdarahan pervaginam dengan
jumlah yang sedikit atau banyak (Ratnawati, 2018) penurunan intake cairan, tekanan
darah menurun, hasil konsepsi masih dalam uterus, serviks terbuka, uterus membesar,
terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah, penurunan tekanan
darah, adanya perasaan takut, khawatir dan gelisah(Huda & Kusuma, 2015).
Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien dengan
anamnese, observasi dan pemeriksaan fisik.
a. Identitas Tanyakan tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien. Hasil
temuan biasanya pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi < 20 tahun dan > 35
tahun.
b. Keluhan utama Keluhan yang paling sering muncul pada penderita abortus adalah
menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.
c. Riwayat penyakit sekarang Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke
tempat pelayanan. Biasanya ibu merasa menstruasinya tidak lancar adanya
perdarahan pervaginam diluar siklus menstruasi.
d. Riwayat penyakit dahulu Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan
gangguan yang menjadi pemicu munculnya abortus misalnya: - riwayat abortus pada
kehamilan sebelumnya - riwayat hipertensi sebelumnya. - Riwayat penyakit kronis
lainnya seperti DM, ginjal, anemia dsb
e. Riwayat penyakit keluarga Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
f. Riwayat perkawinan Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali,
berapa kali menikah dan berapa usia pernikahan saat ini
g. Riwayat obstertri
h. Riwayat haid Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat haid dan
HPHT
i. Riwayat kehamilan Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini. Tanyakan
riwayat ANC,keluhan saat hamil
j. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe dan data fokus
obstetri harus dapat ditemukan
a. Kepala leher
 Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut
 Kaji expresi wajah klien ( pucat, kesakitan)
 tingkat kesadaran pasien baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kesadaran kuantitatif diukur dengan GCS.
 Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata
( anemis ada/tidak)
 Amati dan periksa kebersihan hidung, ada tidaknya pernafasan cuping
hidung, deformitas tulang hidung
 Amati kondisi bibir ( kelembaban, warna, dan kesimetrisan )
 Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis
b. Thorak
 Paru Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan, inspeksi
pengembangan kedua rongga dada simetris/tidak, auskultasi dan
identifikasi suara nafas pasien
 Jantung dan sirkulasi darah Raba kondisi akral hangat/dingin, hitung
denyut nadi, identifikasikan kecukupan volume pengisian nadi,
reguleritas denyut nadi, ukurlah tekanan darah pasien saat pasien
berbaring/istirahat dan diluar his. Identifikasikan ictus cordis dan
auskultasi jantung identifikasi bunyi jantung.
c. Payudara
 Kaji pembesaran payudara, kondisi puting ( puting masuk, menonjol,
atau tidak) , kebersihan payudara dan produksi ASI
d. Abdomen
 kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan /tidak
 lakukan pemeriksaan leopold 1-4
 periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit
 amati ada striae pada abdomen/tidak - amati apakah uterus tegang baik
waktu his atau diluar his
 ada tidaknya nyeri tekan
e. Genetalia
 Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam
f. Ekstremitas
 Kaji ada tidaknya kelemahan
 Capilerry revile time
 Ada tidaknya oedema
 Kondisi akral hangat/dingin
 Ada tidaknya keringat dingin
 Tonus otot , ada tidaknya kejang g.
g. Pemeriksaan obstetric
Dituiskan hasil pemeriksaan leopold dan DJJ janin
B. Diagonsa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditegakan dengan panduan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
( lihat SDKI )
Beberapa diagnosis yang dapat di tegakan berdasarkan SDKI, 2017 adalah
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi
2. Ansietas b. d krisis situasional
3. Berduka b.d kehilangan/ kematian janin
4. Resiko hipovolemia b.d perdarahan pervaginam
5. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif/perdarahan
C. Intervensi Keperawatan
Pada perencanaan akan di bahas 1 Diagnosis keperawatan sebagai contoh , untuk selanjutnya
mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan perencanaan secara mandiri dengan
menggunakan SIKI dan SLKI
N Diagnose Tujuan Intervensi Rasional
o
1. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan 1. Managemen cairan Cairan diberikan
kehilangan tindakan keperawatan  Pertahankan terapi untuk mengganti
cairan diharapkan hipovolemia cairan sesuai out put
aktif/perdarahan menurun , dengan instruksi  Cairan
kriteria sbb;  Tingkatkan in take peroral
 Tekanan darah cairan peroral meningkat
meningkat, nadi sesuai kemampuan kan
menurun, klien kebutuhan
respirasi  Motivasi keluarga cairan
menurun untuk membantu  Motivasi
 Kehangatan meningkatkan in keluarga
Acral meningkat take oral sebagai
 Turgor kulit 2. Monitor cairan bentuk
meningkat  Ukur balans cairan perhatian
 CTR meningkat  Monitor TTV dan keluarga
 Kelembaban kondisi acral, turgor ke pasien

bibir meningkat kulit, CTR dan  Keseimban


kelembaban bibir gan cairan
sebagai
indikator
kecukupan
kebutuhan
cairan
tubuh
 Kondisi
acral,
turgor,
TTV ,
CTR
merupakan
efek
langsung
dari
kekuranga
n cairan

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan tindakan
keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, serta bukan atas petunjuk
tenaga kesehatan lain. Di sisi lain, tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawtan
yang didasarkan oleh keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya (Ratnawati, 2018).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi
keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai
(Ratnawati, 2018). Menurut (Debora, 2013) evaluasi adalah tahap kelima dari
proses keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang
telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah
masalah yang teratasi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan
belum teratasi semuanya.

Daftar Pustaka
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta:
Media Hardy. Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.
Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.
file:///C:/Users/IVAL/Downloads/makalahkegawatdaruratanpadapasiendenganabortus.pdf diakses
pada tanggal 24/11/2020

Anda mungkin juga menyukai