Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA NY. K G2P0A1 DENGAN HIPERTENSI
DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN RINI FAMAYA DEWI,A.Md.Keb

Disusun Oleh:
Sri Kautsar, S.Kep
NIM : 092014020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TA. 2021

(..........................) (..........................)

Wasis Pujiati, S.Kep, Ns, M.Kep Rini Famaya Dewi,A.Md.Keb


Preceptor Akademik Preceptor Klinik
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN HIPERTENSI

A. Definisi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan ini salah satunya diakibatkan
oleh perubahan pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah yang
terjadi sebelum kehamilan, komplikasi selama masa kehamilan atau
pada awal pasca partum. Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh
peningkatan cardiac afterload dan penurunan cardiac preload,
sedangkan pada pembuluh darah terjadi vasokonstriksi arteriol,
vasospasme sistemik dan dan kerusakan pada pembuluh darah
(Reeder, Martin, & Griffin, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi tekanan darah
sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan
tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau peningkatan
diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana
diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
(Reeder, Martin, & Griffin, 2011). Hipertensi dalam kehamilan
merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari
tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin
(Prawirohardjo, 2013).
Hipertensi sangat berbahaya, apabila terjadi pada wanita yang
sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi
janin. Pre eklamsi merupakan suatu keadaan yang terjadi pada wanita
hamil jelang persalinan yang dapat menyebabkan eklampsia dengan
gejala tekanan darah tinggi, edema dan protein dalam urin. Penyebab
hipertensi pada kehamilan secara pasti dijelaskan bahwa terjadinya
pengaruh karena bertambahnya tekanan pada perut dan Rahim
sehingga naiknya tekanan darah.
Hipertensi pada kehamilan berpotensi menimbulkan komplikasi
dan dapat menyebabkan kondisi odem pada paru-paru, ASI tidak
lancar, pendarahan otak, plasenta abruption, kerusakan hati, gagal
ginjal akut, bahkan kematian pada ibu. Hipertensi pada kehamilan
menyebabkan kelahiran pada bayi premature. Akibat lainnya dari ibu
hamil yang hipertensi adalah berat bayi lahir kurang dari 10 persentil,
lebih banyak jumlah bayi dengan APGAR, hambatan pada
pertumbuhan janin, angkat kematian janin dalam kandungan, serta
angka kematian perinatal dan neonatal yang lebih tinggi dibandingakan
ibu yang tidak terkena hipertensi (Yogiantoro, 2015).
B. Etiologi
Pada dasarnya penyebabnya belum jelas diketahui (idiopatik).
Faktor rsiko yang terkait dengan hipertensi pada ibu hamil, yaitu
sebagai berikut :
1. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (kortison)
dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat anti radang
(anti-inflammasi) secara terus menerus dapat meningkatkan
tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi
dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang
mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat
menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
2. kongenital (bawaan)
3. Kehamilan dengan Janin Besar
4. Obesitas
C. Klasifikasi
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi
menetap sampai 12 minggu pasca persalinan. Hipertensi kronik
pada kehamilan adalah hipertensi ( ≥140/90 mmHg ) yang telah
ada sebelum kehamilan. Hipertensi kronik pada kehamilan
umumnya berasal dari hipertensi essensial terlihat dari riwayat
keluarganya. Tetapi bisa juga berasal dari kelainan ginjal
parenkim, hyperplasia fibomuskular atau hiperaldosteronisme
hanya saja kasusnya jarang ada.
2. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
a. Preeklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolik 15mmHg
atau lebih, atau kenaikan sistolik 30mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya dengan selang waktu 6
jam.
b. Preekalmpsia berat
Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih, proteinuria 5gr
atau lebih per liter, oliguria adalah jumlah urin kurang dari
500cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan visus,
serta rasa nyeri di epigastrium, dan terdapat edema ( Sofian,
2015 ).
3. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang
sampai dengan koma.
4. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi
kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.
5. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi
yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan
hipertensi, menghilang setelah 3 bulan pasca persalin atau
kehamilan dengan preeklamsi tetapi tanpa proteinuria, dengan
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama
kehamilan (prawirohardjo, 2013).
D. Manifestasi Klinik
1. Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering terjadi
pada kasus-kasus berat. Nyeri kepala sering terjadi di daerah
frontal dan oksipital.
2. Nyeri epigastrium
Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat.
Keluhan ini disebabkan oleh tekanan pada kapsula hepar akibat
edema atau perdarahan.
3. Ditemukannya ada nya kelebihan protein dalam urin ( proteinuria )
atau tanda tanda tambahan masalah ginjal. Protein dalam urin
berkisar dari +1 hingga +4.
4. Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme
arterial, iskemia, serta edema retina serta pada kasus-kasus yang
langka disebabkan oleh ablasio retina
5. Mual dan muntah
6. Urine dari buang air kecil menurun
7. Penurunan kadar trombosit dalam darah
E. Patofisiologi
Secara fisiologis wanita hamil mengalami perubahan pada system
kardiovaskuler yaitu pada kehamilan trimester dua terjadi penurunan
tekanan sistolik rata-rata 5 mmHg dan tekanan diastolic 10 mmHg dan
normal kembali pada trimester 3. Tekanan darah juga meningkat 4
sampai 5 hari setelah persalinan, rata-rata 6 mmHg untuk sistolik dan 4
mmHg untuk diastolik. Kehamilan 8 minggu dan puncak 20-30
minggu, terjadi pertahnan perier bawah pada usia trimester pertama.
Volume darah meningkat sebesar 40%, terjadi peningkatan aktivitas
sistem rennin angiotensis.
G. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
1. Pemeriksaan tekanan darah meningkat
2. USG
3. Hitung darah tepi lengkap, trombosit, eritrosit serum, ureum,
protein, retinin dan asam urat.
4. Tes fungsi hati
5. Tes fungsi ginjal
H. Penatalaksanaan
1. Anjurkan melakukan latihan isotonic dengan cakup istirahat
baring.
2. Hindari konsumsi garam yang nerlebihan
3. Hindari kafein, merokok dan alcohol.
4. Diet makanan yang sehat dan seimbang
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin
dengan USG.
6. Pemeriksaan aktifitas fisik.
7. Kolaborasi pembrian anti hipertensi.
I. Pencegahan
1. Kurangi asupan garam
2. Olahraga rutin
3. Perhatikan obat-obatan yang dikonsumsi
4. Jalani pemeriksaan prenatal rutin
5. Hindari rokok dan alkohol
J. Komplikasi
1. Solusio plansenta
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis
4. Perdarahan otak
5. Kelainan mata
6. Edema paru
7. Nekrosis hati
8. Kelainan Ginjal
9. Gagal Jantung
10. Prematuritas
11. Kematian janin
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, dll.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan ibu sekarang
Terjadi peningkatan tensi, edema, pusing, nyeri
epigastrum, mual muntah, penglihatan kabur
2) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya
Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM.
3) Riwayat keluarga
Apakah ada sebelumnya keluarga yang menderita
hipertensi.
c. Pola/ Fungsi Kesehatan (Gordon)
1) Sirkulasi
Peningkatan tekanan darah meenetap melebihi nilai dasar
setelah 20 minggu kehamilan, riwayat hipertensi kronis,
nadi mungkin menurun, dapat mengalami memar spontan.
2) Eliminasi
Fungsi ginjal menurun
3) Makanan dan cairan
Mual, muntah, penambahan BB (0,9072 Kg) atau lebih
dalam 1 minggu.
4) Seksualitas
Primigravida, gestasi multiple, hidramnio, molahidatidosa
hidrop vetalis, gerakan bayi mungkin berkurang, tanda-
tanda aborsi plasenta mungkin ada.
5) Neurosensori
Pusing, sakit kepala frontal, diplopia, penglihatan kabur,
hiperrefleksia kacau mental tonik, kehilangan kesadaran,
pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema.
6) Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri epigastrik
7) Pernapasan
Pernapasan mungkin kurang dari 14x/menit,
8) Pola nutrisi
Jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Edema yang tidak hilang dalam waktu 24 jam
2) Palpasi
Untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3) Auskultasi
Mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4) Perkusi
Untuk mengetahui reflex patella
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infark)
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan aliran Darah
dair ginjal terganggu
c. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipoksia
3. Intervensi Keperawatan

INTERVENSI TINDAKAN
KEPERAWATAN
TUJUAN Meliputi : Tindakan
DIAGNOSA
(HASIL YANG Observatif, Tindakan
No. KEPERAWATAN RASIONALTINDAKAN
DIHARAPKAN & Keperawatan Mandiri,
KRITERIA EVALUASI) Pendidikan Kesehatan,
Kolaborasi, atau Pelaksanaan
Program Dokter
1. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan - Melakukan pengkajian - Untuk mengetahui tingkat
secara komperhensif, nyeri yang di rasakan sangat
dengan agens cidera keperawatan, diharapkan
observasi dan catat lokasi, penting karena dapat
biologis (infark) nyeri akut pasien dapat beratnya (skala 1-10) dan membantu menentukan
karakteristik nyeri intervensi yang tepat.
teratasi dengan kriteria
(menetap, hilang timbul) - untuk mengetahui perubahan
hasil: - Observasi tanda - tanda tanda-tanda vital terutama
vital tiap 8 jam. suhu dan nadi merupakan
- Nyeri yang dilaporkan
- Ciptakan lingkungan yang salah satu indikasi
dari cukup berat nyaman dan tenang. peningkatan nyeri yang di
- Beri posisi yang nyaman. alami oleh klien.
menjadi ringan
- Anjurkan pasien untuk - lingkungan yang nyaman
- Ekspresi nyeri wajah melakukan teknik dapat membuat klien
relaksasi nafas dalam beristirahat dengan tenang.
dari cukup berat
- Kolaborasi dengan dokter - posisi yang nyaman dapat
menjadi ringan pemberrian terapi secara menghindarkan penekanan
farmakologis pada area nyeri.
- Kehilangan nafsu
- teknik relaksasi dapat
makan dari sedang membuat klien merasa
nyaman dan distraksi dapat
menjadi tidak ada
mengalihkan perhatian klien
- Tidak bisa beristirahat terhadap nyeri sehingga dapat
mengurangi nyeri yang di
dari sedang menjadi
rasakan
tidak ada - obat-obat analgetik akan
memblok reseptor nyeri
sehingga nyeri tidak dapat
dipersepsikan

2. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan - Auskultasi bunyi - Mengidentifikasi suara
nafas. nafas tambahan.
berhubungan dengan aliran keperawatan, diharapkan
- Ukur masukan atau - Penurunan curah jantung
darah dari ginjal terganggu kelebihan volume cairan keluaran, catat penurunan mengakibatkan gangguan
pengeluaran, sifat perfusi ginjal, retensi
dapat teratasi dengan
konsentrasi, hitung cairan/Na, dan penurunan
kriteria hasil: keseimbangan cairan. keluaran urin, keseimbangan
- Pertahankan cairan positif berulang pada
- Tanda-tanda vital pemasukan total cairan adanya gejala lain
dalam batas normal 2000 cc/24 jam dalam menunjukakkan kelebihan
- Tanda-tanda edema toleransi kardiovaskuler. volume/gagal jantung.
tidak ada - Berikan diet rendah - Memenuhi kebutuhan
- Suara nafas bersih natrium atau garam. cairan tubuh orang dewasa 
- Delegatif pemberian tetapi memerlukan pembatasan
diuretik. adanyadekompesasi jantung.
- Na meningkatkan retensi
cairan dan harus dibatasi.
- Untuk memperbaiki
kelebihan cairan.
3. Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan - Monitor perubahan - Perfusi serebral secara
tiba-tiba atau gangguan langsung berhubungan dengan
perfusi jaringan otak keperawatan, diharapkan
mental kontinyu ( cemas  curah jantung, dipengaruhi
hipoksia kelebihan risiko bingung, letargi, pingsan ) oleh elektrolit/ variasi asam
- Obsevasi adanya basa, hipoksia atau emboli
ketidakefektifan perfusi
pucat, sianosis, belang, sistemik
jaringan otak dapat teratasi kulit dingin/ lembab, cacat - Vasokonsitriksi sistemik
kekuatan nadi perifer. diakibatkan oleh  penurunan
dengan kriteria hasil:
- Kaji tanda Homan curah jantung mungkin
- Keluhan nyeri pada ( nyeri pada betis dengan dibuktikan oleh penurunan
kepala tidak ada, bebas posisi dorsofleksi ) eritema, perfusi kulit dan penurunan
nyeri / ketidak - edema nadi.
nyamanan. - Pantau masukan dan - Indikator adanya trombosis
- GCS : E4V5M6, pasien perubahan keluaran vena dalam
sadar /terorientasi baik. - Penurunan pemasukan/ mual
- TD sistolik  ≤  140 terus-menerus dapat
mmHg, mengakibatkan penurunan
- TD sistolik  ≤  90 volume sirkulasi, yang
mmHg. berdampak negative pada
- Intake output  seimbang, Perfusi dan organ
tidak ada oedem.
- Akral terasa hangat.
- Sianosis (-)
4. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari prilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
dperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan
mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.
Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan,
implementasi mungkin dimulai secara lansung setelah pengkajian
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara
hasil yang teramati dengan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan yang menggunakan pendekatan SOAP.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bias
keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan
masuk kembali kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian
ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan.
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai

Anda mungkin juga menyukai