Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PLASENTA PREVIA

KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun oleh :

Nama :WIDYA PUTRI

NIM :1914401189

Diketahui oleh :

Pembimbing

Ns.Yessi Andriani,M.Kep.,Sp.Kep.Mat

Ns.Mera Delima,M.Kep

Ns.Endra Amalia,M.Kep

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN-UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2020/2021
1. Konsep Plasenta Previa
A. Pengertian plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebgaian atau seluruh
permukaan jalan lahir ( Ostium Uteri Internum).komplikasi kehamilan di mana plasenta
terletak dibagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke perdarahan.
Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan pada os. servikal internal.
Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin terjadi selama trimester ketiga, sebagai
konsekuensi dari perkembangan segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang
disebabkan oleh kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga dapat menyebabkan
perdarahan antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan plasenta previa termasuk
pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi kehamilan, operasi intrauterine, merokok,
kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan tingkat seksio
caesar. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan
anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan
intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat.

B. Etiologi plasenta previa


Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu penyebab plasenta previa
yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai, sebagai akibat dari proses radang atau
atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga berhubungan dengan kejadian plasenta previa.
Hal ini berkaitan dengan proses peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas
bedah caesar, kuretase, dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat
menaikkan insiden dua sampai tiga kali lebih besar.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa misalnya bekas operasi rahim (bekas
sesar atau operasi mioma), sering mengalami infesi rahim (radang panggul)
kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.
Plasenta previa meningkatkan kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometrium
kurang baik,misalnya karena atrofi endometrium atau kurang bianya vaskularisasi
kesidua.Keadaan ini bisa ditemukan Menurut (Sudarti,2014) sebagai berikut :
a Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
b Mioma uteri.
c Koretasi yang berulang.
d Umur lanjute.Cacat atau jaringan perut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(SC, kuret dan lain-lain)

C. Manifestasi plasenta previa


Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu atau
kedua hal berikut:
1) Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan sampai
berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat terjadi pada awal
minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum selama trimester ketiga.
2) Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda plasenta
previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk
sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian. Beberapa
wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam kasus ini,
plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk alasan lain (Kay,
2003).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum
masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa sentralis;
mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin
sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak,
seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce, 2007).
Gejala klinis yang muncul :
- Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga, darah biasanya
berwarna merah segar. Dapat juga dipicu oleh trauma, coitus (penetrasi
penis), maupun pemeriksaan bimanual/spekulum. Pendarahan pertama (first
bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan
periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit.
Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih
banyak.Perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus
sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian
- Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
- Janin biasanya masih baik

D. Klasifikasi plasenta previa


Kasifikasi plasenta previa menurut Prawirohardjo (2006) didasarkan atas terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan.
4. Plasenta previa letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada
segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan
lahir, pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan,
sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir .
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomic melainkan fisiologik,
maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya plasenta previa totalis
pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada
pembukaan 8 cm (Prawirohardjo, 2006).
E. Patofisiologi plasenta previa
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadisejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serat
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan seviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karenaa perobekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontaksi seperti pada plasenta letak
normal (Sudarti, 2014).
Pendarahan trimester awal, pada perdarahan trimester dua dan tiga
biasanya sekunder karena implantasi abnormal dari plasenta. Plasenta previa
diawali dengan implantasi embrio pada bagian bawah uterus. Dengan
melekatnya dan bertumbuhannya plasenta, plasenta yang telah berkembang
bisa menutupi ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vaskularisasi
desidua yang jelek, inflamasi atau perubahan atropik (Ashari, 2009).
Pendarahan antepartum akibat plasenta previaterjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umunya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dsn
pembukaan serviks menyebabkan sinus robek karena lepasnya palsenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan
tak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak normal (Nugroho, 2010).
F. Komplikasi plasenta previa
Maryunani (2016) menjelaskan ada 2 komplikasi plasenta previa, yaitu:
a. Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi baik bagi ibu
maupun pada janin yang dikandungannya, yaitu :
1) Perdarahan yang hebat dan syok sebelumatau selama persalinan,
yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya.
2) Persalinan prematur atau preterm (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
yang mana merupakan risiko terbesar bagi janin.
3) Defect persalinan a)Defect persalinan terjadi 2,5 kali lebih seringpada
kehamilan yang dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan
yang tidak dipengaruhinya.b)Sampai saat ini penyebabnya tidak
diketahui.
4) Infeksi.
5) Leserasi serviks.
6) Plasenta akreta.
7) Plasenta tali pusat.
8) Prolapse plasenta
b. Plasenta previa dapat menghambat perkembangan janin.
1) Meskipun beberapa penelitian sering menemukan masalah
pertumbuhan janin pada plasenta previa.
2) Beberapa penelitian lainnya tidak menemukan perbedan antara
bayi-bayi pada kelainan ini dengan bayi-bayi dari kehamilan norm
G. Pemeriksaan penunjang plasenta previa.
Pemeriksaan penunjang menurut Maryunani(2016)sebagai berikut :
a. Laboratorium : Darah lengkap, urine lengkap.
b. Kardiotokografi (KTG), Doppler Laennec untuk mengetahui kesejahteraan
janin.
c. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan penunjang menurut Hidayat (2009) sebagai berikut :
a USG untuk diagnosis pasti, yaitu menentukan letak plasenta.
b Pemeriksaan darah : hemoglobin.
Pemeriksaan penunjang menurut Ayu T.D (2016) sebagai berikut :
a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematocrit.
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium.
c. Pemeriksaan luar bagian terbaah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul. Ada kelainan letak janin.
d. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hatoi dan benar, dapat menentukan
sumber perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain ( servisitis,
polip, keganasan, laserasi/troma)

H. Penatalaksaan plasenta previa.


Penatalaksanaan plasenta previa menurut Nugroho (2010) sebagai berikut :
Penatalaksanaan dengan plasenta previa datang dengan keluhan adanya
perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester kedua dan trimester ketiga.
Penatalaksaan plasenta previa tergantung dari usia gestasi penderita dimana
akan dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu mengakhiri kehamilan ataupun
ekspektatif yaitu mempertehankan kehamilan selama mungkin.
a. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tida terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servivis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan
secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspektatif :
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
2) Belum ada tanda-tanda in partu.
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal.
4) Janin masih hidup.
b. Terapi aktif
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta
previa
1) Section caesarea
Prinsip utama dalam melakukan section caesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
2) Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jia ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebu dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut ;
a) Amniotomi pervaginam
Umumnya dilakukan pada palsenta previa lateralis/
marginalis dengan pembukaan lebih dari 3 cm serta presentasi
kepala. Dengan memecah ketuban, lasenta akan mengikuti
segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin.
b) Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Barxton Hicks ialah
mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki)
janin.
c) Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet,
kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti.
Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan
seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Pengumpulan data
a) Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku
atau bangsa, pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
b) Identitas Penanggung Jawab Pasien
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama :
 Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
 Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah
dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim
tegang.
 Perdarahan yang berulang-ulang.
b) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah
yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien
lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi
esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat
mengecil (hydroamnion gameli) dll.
c) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek,
trauma, uterus / rahim feulidli.

d) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui
asal dan penyebabnya.

a) Pemeriksaan fisik (head to toe)


a) Keadaan umum
1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
2. Postur tubuh : biasanya gemuk
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat
b) Tanda-tanda vital
1. Tensi : normal sampai turun (syok)
2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
c) Anamnesa plasenta previa
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2. Sift perdarahan :
a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
d) Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
3. Pada pemeriksaan dapat dijumpai  :
a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis
e) Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak
janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
a. Menegakkan diagnosa pasti
b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya
memecahkan ketuban.
c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum.

Diagnosa keperawatan
1. Resiko pendarahan b.d komplikasi kehamilan
2. Gangguan perfusi jaringan b/d oksigenasi yang tidak adekuat sekunder terhadap
pendarahan.
3. Kecemasan b/d kurang pengetahuan.
4. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta

Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan KH Intervensi keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan pendarahan
pendarahan b.d intervensi keperawatan O:
komplikasi selama... maka tingkat a. Monitor tanda dan
kehamilan pendarahan menurun gejala pendarahan
dengan kriteria hasil: b. Monitor nilai
a. Kelembapan hematokrit atau
membran hemoglobin sebelum
mukosa dan sesudah kehilangan
meningkat darah
b. Kelembapan c. Monitor tanda vital
kulit meningkat ortostatik
c. Hemoptisis d. Monitor koagulasi
menurun T:
d. Hematemesis a. Pertahankan bedrest
menurun selama pendarahan
e. Hematuria b. Batasi tindakan invasif
menurun jika perlu
f. Hemoglobin c. Gunakan kasur
membaik pencegah dekubitus
g. Hematokrit d. Hindarkan penggunaan
membaik suhu rektal
E:
a. Jelaskan tanda dan
gejala pendarahan
b. Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
c. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
d. Anjurkan menghindari
aspirin atau
antikoagulan
e. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vit
K
f. Anjurkan segera
melapor jika terjadi
pendarahan
K:
a. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol darah
jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
produk darah
c. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja
2 Risiko tinggi Setelah dilakukan Pemantauan denyut jantung
cedera (janin) intervensi keperawatan janin
berhubungan selama.... maka tingkat O:
dengan cedera menurun dengan a. Identifikasi status
ketidakadekuatan kriteria hasil: obstetrik
perfusi plasenta a. Kejadian cedera b. Identifikasi riwayat
. menurun obstetrik
b. Pendarahan c. Identifikasi adanya
menurun penggunaan obat diet
c. Denyut jantung dan merokok
apikal membaik d. Identifikasi
d. Denyut jantung pemeriksaan kehamilan
radialis sebelumnya
membaik e. Periksa denyut jantung
janin selama 1 menit
f. Monitor denyut jantung
janin
g. Monitor tanda vital ibu
T:
a. Atur posisi pasien
b. Lakukan manuver
leopard untuk
menentukan posisi janin
E:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan

Implementasi Keperawatan

Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan


melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungn pada
pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembngan pasien
(Aziz Alimul Hidayat, 2008).

Menurut Nursalam, (2009) Tindakan keperawatan mencakup tindakan


independent (mandiri), dan kolaborasi.

a. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada


kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain.
b. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain.

Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai,dengan format SOAP


DAFTAR PUSTAKA

Yesicca,Vivian.2017.Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Plasenta Previa.


https://www.academia.edu/35982985/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_IBU_DE
NGAN_PLASENTA_PREVIA di akses pada 28 April pukul 22:4
Hammimatus,Zainiyah.2019. Hubungan antara usia dan riwayat abortus dengan kejadian
plasenta previa Pada ibu bersalin. https://stikes-nhm.e-journal.id/ di akses pada 28
April 2020 pukul 22:45
Ulviyatulillah,Kadar Kuswandi.2016. Hubungan Riwayat Abortus Dan Riwayat Kuretase
Dengan Kejadian Plasenta Previa. https://ejurna l.latansamas hiro.ac.id/index.ph
p/OBS/article/view/166/160 di akses pada 28 April 2020 pukul 22:5
Agustina,Ikay.2016. ASUHAN KEPERAWATANPADANY. M DENGANPOST SC ATAS
INDIKASI PLASENTA PREVIA DI RUANG BOUGENVILLE RSUD SUKOHARJO
http: //repository.stikes mukla.ac.id/227/2/FILE% 20BAB%20II–dikonversi.pdf diakses
pada 29 April 2020 pukul 00:16
Indriyani,Diyan.2013. Keperawatan Maternitas pada Area Perawatan
Antenatal.Yogyakarta:Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai