Anda di halaman 1dari 15

(Departemen Keperawatan Gadar)

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA KEHAMILAN

NAMA : NIA SARTIKA

NIM : 19.04.019

PEMBIMBING

(NS. MUH. ZUKRI. MALIK., M.KEP)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROFESI NERS

MAKASSAR

2020
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Trauma Kehamilan


Menurut American College of Obstetricans and Gynecologist (1998) Trauma adalah
tekanan / perlukaan yang ditimbulkan baik oleh benda tajam maupun benda tumpul
yang dapat mencederai janin maupun ibu itu sendiri.yang dapat berdampak pada trauma
secara fisik ataupun psikis.
Trauma adalah cedera atau rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional ( Dorland, 2002).
Trauma kehamilan adalah cedera pada kehamilan, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja  (Smeltzer,
2001).
B. Etiologi Trauma Kehamilan
Ada banyak faktor yang menyebabkan trauma pada wanita hamil, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Antara lain :
1. Trauma Fisik
a. Adanya benturan keras
1) KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga )
Saat terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam rumah tangga,
serinh kali ibu hamil menjadi korban pukulan atau kekerasan yang
mempunyai dampak pada kandungannya. Pemerkosaan atau
kekerasan seksual yang kadangkala bisa saja terjadi.Contoh yang
sering terjadi adalah pukulan langsung ke perut,maupun tidak sengaja
terjatuh.
2) Kecelakaan kendaraan bermotor
Kecelakaan ini sering memberi dampak trauma pada kandungan
ibu hamil secara tidak sengaja dan hal ini bisa mengakibatkan
dampak yang ringan maupun berat. Dampak ringan dapat berupa
memar, laserasi dan kontusio. Sedangkan dampak yang lebih berat
berupa patah tulang panggul dan patah tulang rusuk.
3) Jatuh
4) Luka tembak/luka tusuk
b. Zat- zat kimia
1) Konsumsi obat-obatan yang dapat membahayakan janin khususnya
usia kehamilan muda.misal obat cloramphenicol,diazepam,dll.
2) Terkena atau tersiram air keras.dll
2. Trauma Psikis
a. Faktor usia kehamilan
Semakin muda usia kehamilan ibu,semakin rawan pula terjadi trauma
psikologis akibat belum matang nya kesiapan mental yang dapat
mengganggu perkembangan janin dan ibu.misal pada ibu primigravida
lebih mudah terjadi trauma daripada ibu multigravida yang sudah
berpengalaman.
b. Faktor pola hidup
Wanita hamil yang memiliki pola hidup sehat,tidak merokok,bebas
alkohol dan narkotika. akan lebih memiliki kematangan mental yang
lebih siap dalam menghadapi perubahan dalam kehamilan.
c. Faktor Sosial Budaya
Hubungan intrapersonal yang baik dan dukungan yang cukup dari
keluarga akan menghindarkan dari tekanan dan tingkat stress yang
berlebihan yang memicu timbulnya trauma psikologis.
d. Faktor Ekonomi

Tingkat ekonomi yang rendah akan memiliki tingkat stressor yang


jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki tingkat
ekonomi berkecukupan,dan akan berdampak pada terjadinya minim
terjadinya tingkat trauma psikologis.

Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan


kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati
yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak
jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat,
sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres, atau tekanan
psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah
marah, gelisah, pening, mual atau merasa malas.

C. Klasifikasi Trauma Kehamilan


1. Trauma fisik
a. Trauma minor
Merupakan trauma yang ringan yang terjadi pada kehamilan.
Biasanya disebabkan karena jatuh, pukulan langsung ke perut dan
kecelakaan kendaraan bermotor. Hal ini menyebabkan memar, laserasi
dan konstusio.
b. Trauma mayor
Trauma sedang sampai dengan berat. Lebih sering menyebabkan
kritis pada kehamilan. Dampaknya dapat berupa patah pada tulang rusuk,
patah tulang panggul. Bahkan tidak jarang ibu hamil datang ke UGD
sudah dalam kondisi yang kritis.Tipe trauma fisik pada kehamilan muda:
1) Cidera tumpul ( blunt trauma )
2) Pemerkosaan atau kekerasan seksual (sexual assault )
3) Luka tusuk ( penetrating injuries )
4) Burns ( luka bakar )
2. Trauma Psikis
Trauma psikis sangat mungkin terjadi dialami pada masa awal kehamilan
karena masa awal kehamilan merupakan masa yang rentan terjadinya tingkat
kestresan yang tinggi yang di pengaruhi beberapa faktor yaitu perubahan
hormonal,perubahan fisik ibu hamil yang butuh penyesuaian diri. Adapun
trauma psikis tersebut adalah berupa kecemasan, kegusaran, dan perasaan
panik yang berlebihan.

D. Tanda Gejala Trauma Kehamilan


1. Tanda gejala Trauma Fisik
a. Adanya memar ,laserasi pada jaringan tubuh
b. Odeme,/pembengkakan daerah tertentu yang mengalami
trauma/perlukaan.
c. Terjadi perdarahan, pecahnya ketuban, atau terjadinya kontraksi sebelum
waktunya.
d. Bisa saja terjadi syok neurologic,dan hipovolemic jika perdarahan
tersebut tidak segera ditangani.
e. Patah tulang/ fraktur, patah pada tulang rusuk, patah tulang panggul.

2. Tanda Gejala Trauma Psikis


a. Reaksi Cemas
1) Terjadinya takut,Cemas dan panic berlebihan ibu hamil pada hal-hal
yang wajar. terjadi di trimester 1 dalam kurun waktu yang singkat
tanpa sebab yang jelas.
2) Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkanya
karena gejala klinik yang ada,sangat tidak spesifik (tremor,berdebar-
debar,kaku otot,gelisah,mudah lelah,insomnia).
3) Timbulnya gejala – gejala somatic akibat hiperaktifitas otonom
(palpitasi,sesak nifas,rasa dingin di telapak
tangan,berkeringat,pusing,rasa terganjal pada leher)
b. Reaksi Panik
1) Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang sangat hebat,terjadi
dalam periode yang relative singkat dan tanpa sebab sebab jelas.
2) Pasien mengeluhkan nafas sesak,telinga berdenging,jantung
berdebar,mata kabur.
3) Pemeriksaan fisik menunjukan gelisah dan ketakutan,muka
pucat,pernapasan pendek,takhikardia.
c. Reaksi hipersensitif
1) Ibu hamil menjadi lebih peka perasaanya seperti mudah tersinggung.
2) Mudah terpancing emosi marah,dan menangis.
3) Kadangkala ibu lebih memilih menyendiri.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk deteksi dini akibat trauma
kehamilan, yaitu antara lain :
1. USG
Melalui USG dokter menjadi lebih mudah untuk mempelajari bentuk
serta ukuran anatomis, gerak serta hubungan jaringan dengan sekitarnya.
Karena
setelah dibandingkan dengan alat penunjang pemeriksaan lainnya, USG
memiliki beberapa keunggulan untuk membantu dokter dalam mendiagnosa
pasiennya secara cepat, aman, invasif dengan nilai diagnostik yang tinggi.
2. DPL ( Diagnostic Peritoneal Lavage )
DPL ini dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan pada
rongga usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi
DPL ini hanyalah alat diagnostik.
3. CT scan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang
kuat antara suatu kelainan, yaitu :Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan
abses
Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan
infark.
4. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
MRI dilakukan untuk mengevaluasi : Organ dada dan perut termasuk
jantung, hati, saluran empedu,ginjal, limpha dan pankreas serta kelenjar
adrenalin. Organ panggul termasuk pada organ reproduksi pada pria ( prostat
dan testikel ) dan perempuan.
5. Ultrasonogram dan monitoring detak jantung janin
Pasien muda yang sehat lebih mudah terkena shock yang berpengaruh
ke sistem kardiovaskular.Ultrasonogram obstetri dapat menunjukkan usia
kehamilan dan posisi janin serta plasentanya.Beberapa penelitian
menyatakan bahwa USG dan Fetal Heart Rate Monitoring adalah suatu
kombinasi paling efektif untuk mendeteksi komplikasi akibat trauma pada
ibu hamil.
6. Kheihauer betke test dan Tes Laboratoriumi
Tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah janin di serum
ibunya.Jika Rh negatif maka tetap mungkin terjadi perdarahan. Solusinya
tetap ada pemberian Rh Immunoglobulin. Namun di sisi lain terdapat pula
studi yang menyatakan tes ini hanya mempunyai keefektifan yang rendah
dalam kejadian trauma yang akut.
F. Penatalaksanaan
1. Trauma Fisik
a. Prinsip – prinsip tata cara pertolongan terhadap ibu hamil yang
mengalami trauma tidak berbeda dengan wanita tanpa kehamilan. Yakni
dengan selalu mensurvei ABC :
1) Airway ( jalan nafas ) mendahulukan penyelesaian masalah di
jalan nafas.
2) Breathing ( pernafasan ) karena disini letak atau posisi diafragma
berada lebih atas daripada wanita yang tidak hamil.
3) Circulation ( sirkulasi atau aliran darah ibu )jangan sampai
menghambat vena cava, posisikan untuk miring atau fowler.
4) Juga yang perlu diwaspadai ialah kontrol adanya problem
perdarahan, karena memang perdarahan merupakan angka kematian
tertinggi untuk kasus trauma pada wanita hamil.jika ada perdarahan
kita sebagai tenaga kesehatan harus tanggap untuk segera memasang
infuse RL grojok,dan siapkan tranfusi set untuk persiapan tranfusi
darah jika sewaktu-waktu dibutuhkan.serta yang tidak kalah
pentingnya adalah oksigenasi set.
5) Patokannya adalah dengan melakukan resusistasi atau menstabilkan
kondisi si ibu seoptimal mungkin. Hal tersebut sudah akan menambah
jaminan keselamatan janin dalam kandungan.
6) Evaluasi pengaruh trauma terhadap keadaaan janin salah satunya bisa
diketahui dengan memonitor denyut nadi janin.
b. Begitu juga perlu perhatian sungguh – sunggguh terhadap kondisi janin
jika si ibu mengalami kasus seperti perdarahan per vaginal, solusio
plasenta, nyeri yang tiba – tiba di bagian bawah perut, nyeri yang hebat
di seluruh perut sebagai tanda terjadinya robekan lapisan rahim serta
kejang – kejang yang disertai dengan hipertensi sebagai tanda –tanda
terjadi eklamsia.
2. Trauma Psikis
a. Masa Kehamilan
Pada masa antenatal seleksi pasien dengan riwayat gangguan
psikologik harus dilakukan. Perhatikan pada pasien yang hamil dengan
riwayat gangguan psikis saat hamil dan persalianan / nifas sebelumnya,
karena kecendurungan gangguana psikis yang lebih berat sangat tinggi.
Dibutuhkan suatu komunikasi baik antara tenaga kesehatan dengan
pasien untuk kemudian dapat memberikan saran dan psikoterapi yang
memada.
Beberapa langkah dalam mengenali, mencegah, dan mengobati
kalainan psikis pada saat antenatal antara lain:
1) Buatlah suatau perencanaan bersama untuk mengenali kelainan
psikis pada ibu hamil. Dengan menyadari adanya kelainan psikis ini,
seluruh personil dapat memberikan terapi awal.
2) Berikan penjelasan tentang tahap – tahap persalinan / nifas pada
keluarganya.
3) Dengarkan dan berilah tanggapan apabila pasien menyataka
keluhannya. Lakukan pemeriksaan secara cermat. Apabila
diperlukan, periksalah pelengkap diagnostik dengan laboratorium
ataupun USG, foto rontgen, MRI, dan sebagainya untuk
mendapatkan keyakinan dan kemantapan langkah – langkah
kehamilan dan persalinan selanjutnya.
4) Ajaklah dan arahkan pasien dan keluarganya pada persiapan untuk
mengahadapi kemungkinan – kemungkinan penyulit pada saat
kehamilan dan persalinan sedemikian sehingga pasien atau
keluarganya mempunya kepercayaan yang tinggi terhadap dokter /
saran pelayanan yang ada. Informasi yang jelas dan terbuka disertai
dengan komunikasi yang baik dengan suami dan keluarga ibu hamil
tersbut akan merupakan dukungan yang sanagt berarti.

b. Masa Persalinan
Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh
timbulnya rasa sakit dan tidak enak selama persalinan berlangsung,
apalagi pada ibu hamil tersebut baru pertama kali melahirkan dan
pertama kali merawat dirumah sakit. Untuk itu, alangkah baiknya bila ibu
hamil tersebut sudah mengenal lebih baik keadaan ruang bersalin/
ruamah sakit dari segi fasilitas pelayanannya maupun tenaga pelayanan
yang ada.
Usahakan agar ibu bersalin tersebut berada dalam suasana yang
hangat dan femeliar walaupun berada di rumah sakit. Peran perawat yang
empati pada ibu bersalin sangat berarti. Keluhan dan kebutuhan –
kebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik.
Penjelasan tentang kemajuan persalinan harus dikerjakan dengan baik
agar ibu bersalain tidak jatuh dalam keadaan panik.
Peran suami yang sudah memahami proses persalunan bila berada di
sdamping ibu yang sedang bersalin sangat membantu pemantapan ibu
bersalin dalam menghdapai rasa sakit dan takut yang timbul.
G. Patofisiologi

Perubahan Pada Ibu Hamil

Perubahan Fisiologis

Sistem Respirasi Sistem Muskuloskeletal

Terjadi desakan uterus ke Diafragma Masa abdomen

Rongga menjadi sempit Penekanan syaraf lumbal

Gerakan paru-paru terbatas Merangsang reseptor nyeri

Ventilasi Impils nyeri ke otak

Pernapasan

Napas pendek dan Dangkal Nyeri Akut

Perubahan pola napas

Pola Napas Tidak Efektif


BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA KEHAMILAN

A. Pengkajian
1. Primary survey
Prinsip – prinsip tata cara pertolongan terhadap ibu hamil yang mengalami
trauma tidak berbeda dengan wanita tanpa kehamilan. Yakni dengan selalu
mensurvei ABC :
a. Airway ( jalan nafas ) mendahulukan penyelesaian masalah di
jalan nafas
b. Breathing ( pernafasan ) karena disini letak atau posisi diafragma
berada lebih atas daripada wanita yang tidak hamil.
c. Circulation ( sirkulasi atau aliran darah ibu )jangan sampai menghambat vena
cava, posisikan untuk miring atau fowler.
d. Juga yang perlu diwaspadai ialah kontrol adanya problem
perdarahan, karena memang perdarahan merupakan angka kematian tertinggi
untuk kasus trauma pada wanita hamil.jika ada perdarahan kita sebagai
tenaga kesehatan harus tanggap untuk segera memasang infuse RL
grojok,dan siapkan tranfusi set untuk persiapan tranfusi darah jika sewaktu-
waktu dibutuhkan.serta yang tidak kalah pentingnya adalah oksigenasi set.
e. Patokannya adalah dengan melakukan resusistasi atau menstabilkan kondisi
si ibu seoptimal mungkin. Hal tersebut sudah akan menambah jaminan
keselamatan janin dalam kandungan.
f. Evaluasi pengaruh trauma terhadap keadaaan janin salah satunya bisa
diketahui dengan memonitor denyut nadi janin.
Begitu juga perlu perhatian sungguh – sunggguh terhadap kondisi janin jika
si ibu mengalami kasus seperti perdarahan per vaginal, solusio plasenta,
nyeri yang tiba – tiba di bagian bawah perut, nyeri yang hebat di seluruh
perut sebagai tanda terjadinya robekan lapisan rahim serta kejang – kejang
yang disertai dengan hipertensi sebagai tanda –tanda terjadi eklamsia
Pengumpulan Data :

a. Pengkajian
Tanggal :
Jam :
Tempat :
Oleh :
No. Reg :
Data Subyektif :
Biodata :
- Biodata pasien :
Nama, jenis kelamin, usia tanggal lahir
- Biodata penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.
b. Keluhan Utama
Biasanya ibu mengeluh nyeri.
c. Riwayat prenatal, natal, dan postnatal
Prenatal:Ibu mengalami kekerasan seksual.dsb
Natal :Lilitan tali pusat, Plasenta previa, solusio plasenta,premature, partus lama,.
Kebutuhan dasar :Pola nutrisi, pola eliminas, pola istirahat, dan pola aktivitas .
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang menderita HT,penyakit jantung,gangguan pembekuan darah
atau yg lain.
e. Riwayat psikososial

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan ventilasi dan
pernapasan akibat desakan uterus ke diagragma
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisiologis
D. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN HASIL
1 Pola napas tidak Pola Napas: Manajemen Jalan Nafas
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
dengan peningkatan keperawatan selama 1x2 jam 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
ventilasi dan diharapkan pola napas membaik keadalaman dan usaha nafas)
pernapasan akibat dengan kriteria hasil : Terapeutik :
desakan uterus ke 1. Ventilasi 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
diagragma semenit meningkat dengan head-tilt dan chin-lift
2. Tekanan ( jaw-thrust jika curiga trauma
ekspirasi meningkat servikal)
3. Tekanan 2. Posisi klien semi fowler atau
inspriras menjadi meningkat fowler
4. Frekuensi 3. Berikan minum hangat
napas menjadi membaik 4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
5. Tidak
ada penggunaan otot bantu
pernapasan
6. Tidak
ada pernapasan cuping
hidung
7. SPO2
normal
8. PCO2
normal
2 Nyeri Akut NOC : NIC :
berhubungan dengan 1. Level nyeri (Pain Level) Manajemen nyeri (Pain Management)
Agen Cedera Fisik 2. Kontrol nyeri (Pain control) a. Lakukan pengkajian nyeri secara
3. Level kenyamanan (Comfort komprehensif termasuk lokasi,
level) karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil : Setelah kualitas dan faktor presipitasi.
dilakukan perawatan selama 3 x b. Observasi reaksi nonverbal dari
24 jam, pasien: ketidaknyamanan.
a. Skala nyeri 1-3 (Ringan) c. Gunakan teknik komunikasi
b. Mampu mengontrol terapeutik untuk mengetahui
nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien.
nyeri, mampu d. Kontrol lingkungan yang dapat
menggunakan teknik mempengaruhi nyeri seperti suhu
nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan
mengurangi nyeri, kebisinga.
mencari bantuan). e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
c. Melaporkan bahwa (farmakologi, non farmakologi dan
nyeri berkurang dengan inter personal).
menggunakan f. Kolaborasikan dengan dokter
manajemen nyeri. dengan memberikan analgesik
d. Mampu mengenali nyeri untuk mengurangi nyeri.
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri).
e. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.
f. Tanda vital dalam
rentang normal.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo,S. 2009. Ilmu kebidanan. Yogyakarta YBPSP

Varney, Helen 2007. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC

Boyle.M.2005.Kedaruratan Dalam Persalinan.Jakarta: EGC

Suherni.2008.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya

Prawirohardjo,S. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:PT Bina


Pustaka

joandvhi.blogspot.com. Makalah Trauma Kehamilan.www.joandvhi.blogspot .com.

Dep.Kes. RI. 2007. Kementrian kesehatan republik indonesia. www. depkes ri.go.id.

http://www.g-excess.com/37420/gejala-dan-dampak-dari-hiperemesis-gravidarum

Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis


dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 195

Anda mungkin juga menyukai