Anda di halaman 1dari 27

1.

Kegiatan Praktikum 1: Masase Abdomen pada


Lansia
Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu melakukan masase abdomen
pada lansia yang mengalami konstipasi.
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
Masase abdomen merupakan salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
pada lansia yang menderita konstipasi. Masase abdomen dilakukan untuk menangani
penumpukan feses di usus besar dan di rektum.
2. Indikasi / Kontraindikasi
 Indikasi
Lansia yang mengalami konstipasi primer
 Kontraindikasi
Lansia yang mengalami konstipasi sekunder
3. Tujuan
Tujuan tindakan ini adalah untuk membantu evakuasi feses dari colon ke rectum dan
sampai dikeluarkan di anus
4. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah handscoon dan minyak urut (minyak zaitun).
5. Prosedur Kerja
a. Fase Pra Interaksi
Pada fase ini, perawat melakukan persiapan tempat, alat dan bahan. Perawat
menyiapkan tempat yang tenang dan nyaman, menyiapan peralatan seperti minyak
urut, tissue basah, lembar check list yang berisis jadwal defekasi sehat, pedoman
wawancara dan lembar dokumentasi.
b. Fase Orientasi
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan pada fase ini adalah sebagai berikut:
 Perawat mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, menanyakan
kondisi klien dan mengingatkan kontrak yang telah dibuat sebelumnya.
 Perawat menjelaskan kembali prosedur, manfaat serta efek yang mungkin
timbul serta meminta kesediaan klien untuk mendapatkan tindakan masase
abdomen.
 Perawat dan lansia membuat kontrak untuk fase kerja
c. Fase Kerja
Perawat melakukan masase dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
 Meminta klien untuk berbaring telentang
 Meminta izin untuk membuka pakaian yang menutupi area abdomen klien,
dengan tetap menjaga privacy klien.
 Tuang minyak secukupnya ke telapak tangan dan mulai proses pengurutan
sebagai berikut berikut (McClurg, 2011; NHS, 2014):
1. Tahap I
Usap bagian perut dengan kedua tangan dari tengah menuju ke puncak
iliaka lalu turun menuju ke pangkal paha. Gerakan ini dapat merangsang
nervus vagus yang mempersarafi abdomen dan mengantar impuls ke
dinding usus. Lakukan gerakan ini sebanyak 3 kali.
Gambar 3.1
Urut Perut Tahap I

2. Tahap II
Usap abdomen secara sirkuler mengikuti usus besar. Dimulai dari kwadran
kanan bawah menuju mengikuti kolon asendens, kemudian ke arah kiri
mengikuti kolon transfersum lalu ke kwadran kiri bawah mengikuti kolon
desenden. Tindakan ini membantu mendorong materi feses sepanjang usus
untuk dibawa ke rectum. Lakukan usapan ini beberapa kali sambil
meningkatkan kekuatannya usapan untuk menstimulasi kontrasi pada
segmen-segmen usus besar.
Gambar 3.2
Urut Perut Tahap II
3. Tahap III
Lakukan pengusapan secara melingkar pada ujung bawa kolon desendens
dengan satu tangan secara cepat. Gunakan jari-jari tangan untuk agar dapat
memecahkan massa feses di dalam ujung kolon desendens sehingga lebih
mudah masuk ke rektum.

Gambar 3.3
Urut Perut Tahap III

 Ulangi tahap II dan III selama kurang lebih 10 sampai 15 menit


4. Tahap IV
Lakukan usapan pada dinding perut, utamanya pada area umbilicus untuk
merelaksasikan kembali otot-otot perut, lalu bersihkan dengan tissue.
Gambar 3.4
Urut Perut Tahap IV

Catatan:
Perhatikan kenyamanan dan
tanyakan perasaan klien selama proses masase. Bila klien merasa tidak nyaman,
kurangi kekuatan dan kedalaman usapan.

d. Fase Terminasi
Pada tahap ini, perawat mengevaluasi perasaan klien setelah tindakan masase dan
membuat kontrak untuk petemuan selanjutnya.
2. Kegiatan Praktikum 2: Senam Kegel
Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu mengajarkan senam kegel
pada lansia yang mengalamiinkontinensia urine.
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
Senam kegel adalah suatu latihan otot dasar panggul Puboccoccygeus (PC) atau
Pelvic Floor Muscle yang digunakan untuk terapi pada seseorang yang tidak
mampu mengontrol keluarnya urine.
2. Indikasi / Kontraindikasi
 Indikasi
Klien lansia yang mengalami permasalahan miksi dalam pengontrolan otot dasar
panggulnya
 Kontraindikasi
Klien lansia yang sudah tidak memiliki kemampuan mengontrol eliminasi karena
akan menambah frustasi pada lansia.
3. Tujuan
 Menguatkan otot-otot yang mengontrol aliran urine (air seni)
 Untuk mengatasi urgo incontinence/inkontinensia urgensi (keinginan berkemih
yang sangat kuat sehingga tidak dapat mencapai toilet tepat pada waktunya)
 Lansia dapat mengontrol berkemih
 Menghindari resiko jatuh pada lansia akibat air kencing (urine) yang tercecer.
4. Alat dan Bahan
 Pakaian olah raga atau pakaian yang longgar
 Arloji
 Matras/Karpet/kursi
 Pemutar Musik
 Peralatan eliminasi jika memungkinkan
 Ruangan yang nyaman dan tenang
5. Prosedur Kerja
a. Berisalam, perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat.
b. Panggil klien dengan nama kesukaan klien.
c. Jelaskan kepada klien tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan.
d. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
e. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman.
f. Posisikan klien duduk tegak pada kursi dengan panggul dan lutut tersokong
dengan rileks (dapat pula dengan tidur terlentang di atas matras/karpet dengan
lutut di tekuk)
g. Badan sedikit membungkuk dengan lengan menyangga pada paha.
h. Rasakan kontraksi otot dasar panggung
i. Pertahan kankontraksi sebatas kemampuan lansia (kurang lebih 10 detik).
j. Rileks, rasakan otot dasar panggul yang rileks selama kurang lebih 10 detik.
k. Kontraksikan otot panggul kembali, pastikan otot panggul berkontraksi dengan
benar tanpa ada kontrkasi otot perut, (misal: jangan menahan nafas) dengan
meletakkan tangan pada perut lansia.
l. Rileks, rasakan kembali perbedaan saat berkontraksi dan rileks.
m. Sesekali kontraksi dipercepat dan pastikan tidak ada kontraksi otot yang lain.
n. Lakukan kontraksi yang cepat beberapa kali. Pada latihan awal, lakukan tiga kali
pengulangan karena otot yang lemah akan mudah lelah.
o. Latih untuk mengkontraksikan otot dasar panggul dan mempertahankannya
sebelum dan selama aktivitas tertawa, batuk, bersin, mengangkat benda, bangun
dari kursi atau tempat tidur dan jogging.
p. Target latihan ini adalah 10 kali kontraksi lambat dan 10 kali kontraksi cepat.
Tiap kontraksi dipertahankan 10 hitungan. Latihan dilakukan selama 6-8 kali
sehari atau setiap saat dapat melakukannya minimal selama 6 minggu, sehingga
akan didapatkan hasil yang optimal dari program latihan.
q. Evaluasi respon klien.
r. Berikan reinforcement positif.
s. Lakukan kontrak untuk latihan atau exercise selanjutnya.
t. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik.
3. Kegiatan Praktikum 3: Senam Hipertensi
Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu mengajarkan Senam
Hipertensi pada lansia
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
Senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan
mengelola stress (faktor yang mengelola hipertensi).
2. Indikasi / Kontraindikasi
 Indikasi
Lansia yang mengalami hipertensi
 Kontraindikasi
-
3. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menurunkan tekanan darah
4. Alat dan Bahan
-
5. Prosedur Kerja
 Pemanasan
o Tekuk kepala kesamping lalu tahan dengan tahan pada sisi yang sama dengan
arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan sisi lain.
o Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus keatas kepala dengan posisi
kedua kaki dibuka selebar bahu. Tahan dengan 8-10 hitungan. Rasakan tarikan
bahu dan punggung.
 Gerakan Inti
o Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua tangan searah
dengan sisi kaki yang diangkat. Lakukan perlahan dan hindari hentakan.
o Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka selebar bahu.
Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan semampunya sambil
mengatur nafas.
o Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong. Sisi kaki yang
searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan diletakan dipinggang dan kepala
searah dengan gerakan tangan. Tahan 8-10 hitungan. Lalu ganti dengan sisi
lainnya.
o Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal dan kedua
tangan diangkat keatas. Lakukan bergantian secara perlahan dan semampunya.
o Hampir sama dengan gerakan inti I, tapi kaki digerakan ke samping. Kedua
tangan dengan jemari mengepal kearah yang berlawanan. Ualangi dengan sisi
bergantian.
o Kedua kaki dibuka lebar dari bahu. Satu lutut agak ditekuk dan tangan yang
searah lutut dipinggang. Tangan sisi yang lain lurus kearah lutut yang ditekuk.
Ulangi gerakan kearah sebaliknya dan lakukan semampunya.
 Pendinginan
o Kedua kaki dibuka selebar bahu. Lingkarkan satu tangan ke leher dan tahan
dengan tangan lainnya. Hitungan 8- 10 x dan lakukan pada sisi lainnya.
o Posisi tetap tautkan kedua tangan lalu gerakan ke samping dengan gerakan
setengah putaran. Tahan 8-10 hitungan lalu arahkan tangan ke sisi lainnya.
Dan tahan dengan hitungan yang sama.
4. Kegiatan Praktikum 4: Pengkajian Risiko Jatuh
Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu melakukan pengkajian risiko
jatuh.
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
 Pengkajianrisiko jatuh adalah serangkaian pengkajian yang terdiri
daripenilaian keseimbangan dan penilaian gaya berjalan yang dilakukan untuk
memutuskan tingkatan risijo jatuh seorang lansia
2. Indikasi / Kontraindikasi
 Indikasi
Lansia yang masih dapat berdiri /berjalan
 Kontras Indikasi
Lansia yang menderita hipertensi berat
3. Tujuan
 Untuk mengetahui tingkatan risijo jatuh lansia
 Untuk menguatkan otot-otot kaki sehingga dapat mencegah jatuh
4. Alat dan Bahan
 Lembar pengkajian
 Alat tulis
 Kursi
 Bantal
5. Prosedur Kerja

a. Pengkajian Risiko Jatuh


No. INSTRUKSI PENILAIAN (TINETTI BALANCE) Skor
1. Posisi Duduk
a.      Bersandar /menopang di kursi 0
b.     Stabil dan aman 1
2. Berdiri dari kursi
a.       Tidak mampu, bila tanpa bantuan 0
b.      Mampu, tapi menggunakan kekuatan lengan 1
c.       Mampu berdiri spontan, tanpa menggunakan lengan 2
3. Usaha untuk berdiri
a.       Tidak mampu, bila tanpa bantuan 0
b.      Mampu, tapi lebih dari 1 upaya 1
c.       Mampu dalam satu kali upaya 2
4. Berdiri dari kursi (segera dalam 5 detik pertama)
a.       Tidak kokoh (Goyah, terhuyun-huyun, tidak stabil) 0
b.      Kokoh, tapi dengan alat bantu (walker atau tongkat, pegangan 1
sesuatu) 2
c.       Berdiri tegak, kaki rapat tanpa alat bantu/pegangan
5. Keseimbangan berdiri
a.       Tidak kokoh (Goyah, tidak stabil) 0
b.      Berdiri dengan kaki melebar (jarak antara kedua kaki > 4 inci) atau 1
menggunakan alat bantu (walker atau tongkat, pegangan sesuatu)
c.       Berdiri tegak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat bantu/pegangan 2
6. Subyek dalam posisi maksimum dengan kaki sedekat mungkin,
kemudian pemeriksa mendorong perlahan tulang dada subyek 3x
dengan telapak tangan
a.       Mulai terjatuh 0
b.      Goyah/Sempoyongan, tapi dapat mengendalikan diri 1
c.       Kokoh berdiri (stabil) 2
7. Berdiri dengan mata tertutup (dengan posisi seperti no. 6)
a.       Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) 0
b.      Berdiri kokoh (stabil) 1
8. 8.1 Berbalik 360°
a.       Tidak mampu melanjutkan langkah (berputar) 0
b.      Dapat melanjutkan langkah (berputar) 1
8.2 Berbalik 360°
c.       Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) 0
d.      Berdiri kokoh (stabil) 1
9. Duduk ke kursi
a.       Tidak aman (kesalahan mempersepsikan jarak, langsung menjatuhkan 0
diri ke kursi)
b.      Menggunakan kekuatan lengan atas, tidak secara perlahan 1
c.       Aman, gerakan perlahan-lahan 2
TOTAL 16

No. INSTRUKSI PENILAIAN (TINETTI GAIT) SKOR


10. Melakukan perintah untuk berjalan
a.       Ragu-ragu, mencari objek untuk dukungan 0
b.      Tidak ragu-ragu, mantap, aman 1
11. 11.1 Ketinggian kaki saat melangkah
a.       Kaki kanan:
      Kenaikan tidak konstan, menyeret, atau mengangkat kaki  terlalu 0
tinggi > 5 cm
      Konstan dan tinggi langkah normal 1
b.      Kaki kiri:
      Kenaikan tidak konstan, menyeret, atau mengangkat kaki  terlalu 0
tinggi > 5 cm
      Konstan dan tinggi langkah normal 1
11.2 Panjang langkah kaki:
a.    Kaki kanan
      Langkah pendek tidak melewati kaki kiri 0
      Melewati kaki kiri 1
b.    Kaki kiri
      Langkah pendek tidak melewati kaki kanan 0
      Melewati kaki kanan 1
12. Kesimetrisan langkah
a.       Panjang langkah kaki kanan dan kaki kiri tidak sama 0
b.      Panjang langkah kaki kanan dan kaki kiri sama 1
13. Kontinuitas langkah kaki
a.       Menghentikan langkah kaki diantara langkah (langkah-behenti- 0
langkah)
b.      Langkah terus-menerus/berkesinambungan 1
14. Berjalan pada jalur yang ditentukan atau koridor
a.       Penyimpangan jalur yang terlalu jauh 0
b.      Penyimpangan jalur ringan/sedang/butuh alat bantu 1
c.       Berjalan lurus sesuai jalur tanpa alat bantu 2
15. Sikap tubuh saat berdiri:
a.       Terhuyun-huyun, butuh alat bantu 0
b.      Tidak terhuyun-huyun, tapi lutut fleksi/kedua tangan dilebarkan 1
c.       Tubuh stabil, tanpa lutut fleksi dan meregangkan tangan 2
16. Sikap berjalan
a.       Tumit tidak menempel lantai sepenuhnya 0
b.      Tumit menyentuh lantai 1
TOTAL SKOR 12
Tinetti Balance + Tenetti Gait 28
≤ 18 = resiko jatuh tinggi
19-23 = resiko jatuh sedang
≥24 = resiko jatuh rendah

5. Kegiatan Praktikum 5: Latihan Keseimbangan dan ROM Exercise


Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan
pencegahan jatuh pada lansia
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
 Latihan Kesimbangan dan ROM Exercise adalah serangkaian latihan fisik ringan
yang diajarkan kepada lansia untuk mencegah kejadian jatuh.
2. Indikasi / Kontraindikasi
 Indikasi
Lansia yang masih dapat berdiri /berjalan
 Kontras Indikasi
Lansia yang menderita hipertensi berat
3. Tujuan
 Untuk mengetahui tingkatan risiko jatuh lansia
 Untuk menguatkan otot-otot kaki sehingga dapat mencegah jatuh
4. Alat dan Bahan
 Kursi
 Bantal
5. Prosedur Kerja
a. Latihan Keseimbangan
Persiapan
Siapkan sebuah kursi, pilih yang stabil, kuat dan tidak memiliki roda. Latihan ini
akan membantu meningkatkan kekuatan otot, keseimbangan dan koordinasi.

Prosedur
1. Pemanasan (warming up)

Prosedur pemanasan pada latihan keseimbangan lansia adalah duduk di kursi lalu
ambil napas dalam melalui hidung sambil kedua lengan diangkat ke atas lalu
regangkan. Turunkan lengan dan hembuskan napas. Ulangi 10 kali. Idealnya
pemanasan dilakukan 5 sampai 10 menit.
2. Memutar bahu

Perlahan putar bahu ke atas, belakang dan bawah. lalu ke atas, depan dan bawah.
Lakukan prosedur ini 10 kali.
3. Berjalan menyamping
a. Berdiri dengan kaki dirapatkan dengan lutut yang sedikit bengkok (gambar A)
b. Lebarkan kaki ke samping dengan perlahan dan terkontrol, geser satu kaki
terlebih dahulu ke salah satu sisi (gambar B)
c. Gerakkan kaki lainnya mendekati kaki yang telah digeser (gambar C)
d. Hindari menjatuhkan pinggul Anda saat Anda melangkah. Lakukan 5 langkah
setiap bergeser ke satu sisi, bergeser kembali 5 langkah ke sisi yang
berlawanan. Prosedur ini diulangi 15 kali.

Gambar 3.5
Berjalan menyamping

4. Berjalan menyilang
a. Silangkan kaki kanan ke depan kaki kiri (gambar A)
b. Gerakkan kaki kiri ke samping menyilang di belakang kaki kanan (gambar B)
c. Lakukan langkah 1 dan 2 secara berulang hingga 5 langkah
d. Dilakukan 10 tahapan.

Gambar 3.6
Berjalan menyilang

5. Berjalan dengan tumit dan jari


a. Berdiri tegak lurus, tempatkan tumit kaki kanan di depan jari kaki kiri
(Gambar A)
b. Kemudian lakukan yang sama dengan tumit kaki sebelah kiri. Pastikan Anda
mempertahankan ini hingga lima tahapan (gambar B)
c. Lakukan prosedur ini 10 kali

Gambar 3.7
Berjalan dengan tumit dan jari

6. Berdiri satu kaki


a. Arahkan lansia untuk berdiri menghadap ke kursi dengan kedua tangan
memegang kursi.
b. Angkat kaki kiri setinggi lutut dan biarkan kaki kanan seperti posisi semula
c. Pertahankan posisi ini 10 detik, lakukan masing-masing kaki 10 kali
d. Lakukan hal yang sama pada kaki kanan
7. Bangun dari duduk (sit to stand)

Prosedurnya dimulai dengan meminta lansia duduk pada sebuah kursi. Lansia
diminta berdiri tanpa bantuan tangan. Prosedur ini dapat diulangi 10 kali. Jika
prosedur ini terlalu berat dilakukan maka lansia dapat menggunakan bantal pada
kursi agar lebih kuat untuk berdiri.
8. Pendinginan (cooling down)

Duduk di kursi lalu ambil napas dalam melalui hidung sambil kedua lengan
diangkat ke atas lalu regangkan. Turunkan lengan dan hembuskan napas. Ulangi 10
kali.

b. ROM Exercise
Active Leg ROM Exercise ini berfokus pada daerah extremitas bawah dan
dilakukan dalam posisi duduk dengan gerakan-gerakan sebagai berikut (Health
Information Translation, 2017):
1. Leg Extensions
Meluruskan lutut (telapak kaki sejajar dengan paha). Posisi ini dipertahankan 5
– 10 detik. Dilakukan bergantian pada kedua kaki masing masing 4 kali.
Gambar 3.8
Leg Extensions

2. Marching
Menekuk lutut lalu diangkat setinggi mungkin. Posisi ini dipertahankan 5 – 10
detik. Dilakukan pada kedua kaki masing-masing 4 kali.
Gambar 3.9
Marching

3. Toe Raises
Tumit dibiarkan menempel ke lantai, jari-jari kaki digerakkan perlahan-lahan
naik turun. Dilakukan pada kedua kaki masing-masing 8 kali.
Gambar 3.10
Toe Raises

4. Heel Raises
Jari-jari kaki dibiarkan menempel di lantai, tumit digerakkan perlahan-lahan naik
turun. Dilakukan pada kedua kaki masing-masing 8 kali.

Gambar 3.10
Heels Raises
5. Foot Press
Mendorong kaki dengan kuat ke bawah, seakan-akan hendak berdiri.
Pertahankan dorongan selama 5 – 10 detik. Lakukan secara bersamaan pada
kedua kaki sebanyak 8 kali.
Gambar 3.11
Foot Press

6. Knees Out
Duduk dengan kedua lutut ditekuk. Mendorong kedua kaki keluar secara
perlahan lalu dikembalikan ke posisi semula. Dilakukan sebanyak 8 kali.
Gambar 3.12
Knee Out

7. Knees In
Duduk dengan kedua lutut ditekuk. Tempatkan bantal di antara kedua lutut dan
dijepit sekuat tenanga. Pertahankan selama 5 – 10 detik. Lakukan sebanyak 8
kali.
Gambar 3.13
Knees In
6. Kegiatan Praktikum 6: Perawatan Kulit Lansia
Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu melakukan perawatan pada
lansia
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
Perawatan kulit adalah prosedur perawatan yang dilakukan untuk memelihara
kesehatan kulit dan mengatasi berbagai masalah pada kulit
2. Indikasi / Kontraindikasi
 Indikasi
o Kulit kering atau kotor
o Rasa tidak nyaman pada kulit
 Kontraindikasi
o Luka terbuka
o Iritasi
3. Tujuan
Tujuan tindakan ini adalah untuk membersihkan kulit dan membuat kulit tetap
nyaman
4. Alat dan Bahan
a. Kain pembersih atau handuk
b. Sabun dengan Ph netral (Sabun bayi)
c. Air hangat
d. Baskom atau tempat menampung air
e. Alas
f. Lotion
g. Gunting kuku
h. Sikat kuku/ kutikula lembut
i. Papan pengikir
5. Prosedur Kerja
Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan perawatan kulit:
 Menyiapkan alat
 Menjaga suhu air untuk di sekitar 90 ° F sampai 100 ° F.
 Menyampaikan maksud dan tujuan
 Menjelaskan prosedur
 Cuci tangan
 Menginspeksi area permukaan kulit, perhatikan apakah kondisi kulit kering,
adanya inflamasi atau retakan kulit.
 Periksa kondisi kuku dan kulit (CRT dan pulsasi)
 Menyiapkan alas agar tidak basah ke tempat tidur
 Rendam kuku tangan dan kaki klien selama 10 menit
 Bersihkan perlahan area bawah kuku
 Keringkan kuku yang telah direndam
 Gunting kuku klien sejajar puncak jari
 Bentuk kuku dengan papan pengikir
 Gunakan sikat kutikula lembut di sekitar kutikul
 Pembersihan tangan dan kaki
 Bilas tangan/ kaki menggunakan handuk yang telah direndam air hangat
 Gunakan sabun dengan Ph netral
 Bilas kembali tangan/ kaki menggunakan handuk yang telah direndam air
hangat
 Keringkan menggunakan handuk kering dengan menepuk-nepuk lembut area
kulit, tidak dengan digosok karena akan menimbulkan luka
 Oleskan lotion untuk melembabkan kulit klien, hindari produk perawatan kulit
yang mengandung parfum atau alkohol isopropil.
 Periksa kembali keadaan kulit dan perhatikan apakah ada perubahan yang
tampak mencurigakan.
 Rapikan alat
 Cuci tangan
 Lakukan dokumentasi tindakan

7. Kegiatan Praktikum 7: Guided Imagery


Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu melakukan guided imagery
pada lansia yang mengalami gangguan istirahat / tidur
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
Guided Imagery adalah sebuah teknik yang menggunakan imajinasi dan visualisasi
untuk membantu mengurangi stres dan mendorong relaksasi.
2. Indikasi / Kontraindikasi
Indikasi untuk lansia yang mengalami gangguan tidur
3. Tujuan
Mengarahkan secara lembut seseorang ke dalam keadaan dimana pikiran mereka
tenang dan tetap rileks.
4. Alat dan Bahan
-
5. Prosedur Kerja

A Tahap pre interaksi:


1. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.
2. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
3. Mengumpulkan data tentang pasien
4. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
B Tahap Orientasi:
1. Berikan salam, tanyakan nama pasien dan perkenalkan diri (Selamat pagi bapak, dengan
bapak siapa yaa? Perkenalkan saya perawat Fasiha perawat yang bertugas pada pagi hari
ini)
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada klien atau keluarga klien (Bapak, adapun
tujuan tindakan yang akan saya lakukan ini adalah untuk membuat bapak agar merasa
lebih tenang dan rileks)
C Tahap Kerja:
1. Memberi kesempatan klien untuk bertanya (Apakah ada yang ingin ditanyakan
bapak/ibu?)
2. Menjaga privasi klien (Dikarenakan tindakan akan segera saya mulai, apabila bapak
bersedia ruangan akan saya tutup. Apakah bapak bersedia?)
3. Mencuci tangan (Dengan prinsip 7 langkah benar)
4. Dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk
perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka (Baik bapak sekarang
bapak bisa menutup kedua mata bapak perlahan-lahan dan usahakan tetap bernafas
dengan baik!)
5. Klien didorong untuk relaks, mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan
bayangan yang membuat damai dan tenang (Sekarang coba bapak bayangkan hal-hal apa
saja yang membuat bapak merasa nyaman dan bahagia)
6. Klien dibawa menuju tempat spesial dalam imajinasi mereka (misal: sebuah pantai
tropis, air terjun, lereng pegunungan, dll), mereka dapat merasa aman dan bebas dari
segala gangguan (interupsi). (Bila keadaan klien memungkinkan)
7. Pendegaran difokuskan pada semua detail dari pemandangan tersebut, pada apa yang
terlihat, terdengar dan tercium dimana mereka berada di tempat special tersebut (Bila
keadaan klien memungkinkan)
8. Dalam melakukan teknik ini,dapat juga digunakan uadiotape dengan musik yang lembut
atau suara-suara alam sebagai background, waktu yang digunakan 10-20 menit (Bapak
sekarang saya akan memutarkan music, sehingga bapak bisa focus berimajinasi)
D Fase Terminasi:
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan (Baik bapak, saya sudah
selesai melakukan tindakan bagaimana perasaannya bapak?)
2. Rencana tindak lanjut (Baik bapak untuk tindakan pagi ini sudah selesai, saya akan
segera melaporkan kepada dokter yg berjaga pada pagi hari ini mengenai tindakan yang
telah saya lakukan dan untuk mengetahui tindak lanjut yang harus diberikan kepada
bapak)
3. Kontrak waktu (Sekitar satu jam lagi saya akan kembali untuk melakukan vital sign,
apabila bapak membutuhkan bantuan silahkan tekan tombol disebelah kanan bapak atau
minta tolong kepada keluarga untuk memanggil perawat jaga)
4. Dokumentasi

8. Kegiatan Praktikum 8: Pengkajian skala depresi pada Lansia


Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu melakukan pengkajianskala
depresi pada lansia.
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
Pengkajian skala depresi adalah serangkaian pengkajian untuk mengidentifikasi
apajah seorang lansia mengalami depresi atau tidak
2. Indikasi / Kontraindikasi
-
3. Tujuan
Untuk mengetahui apakah lansia depresi atau tidak
4. Alat dan Bahan
Alat tulis
5. Prosedur Kerja
SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE

1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? (tidak)


2. Apakah anda mengurangi hobi dan aktivitas sehari-hari ? (ya)
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ? (ya)
4. Apakah anda sering merasa bosan ? (ya)
5. Apakah anda selalu bersemangat ? (tidak)
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ? (ya)
7. Apakah anda selalu merasa bahagia ? (tidak)
8. Apakah anda sering merasa putus asa ? (ya)
9. Apakah anda lebih suka tinggaldirumah pada malam hari daripada keluar dan
melakukan sesuatu yang baru ? (ya)
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan
dibanding dengan orang lain ? (ya)
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan ? (tidak)
12. Apakah anda merasa tak berguna ? (ya)
13. Apakah anda merasa berenergi ? (tidak)
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan ? (ya)
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda ?
(ya)
 Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban YA atau
TIDAK setelah pertanyaan.
 Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi.

9. Kegiatan Praktikum 9: Pengkajian Fungsi Intelektual


Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu melakukan pengkajian fungsi
intelektual pada lansia
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
Pengkajian fungsi intelektual adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
menilai fungsi intelektual lansia
2. Indikasi / Kontraindikasi
-
3. Tujuan
Untuk mengetahui fungsi intelektual lansia
4. Alat dan Bahan
Alat tulis
5. Prosedur Kerja
ISAACS – WALKEY IMPAIRMENT MEASUREMENT

1. Apa nama tempat ini?


2. Ini hari apa?
3. Ini bulan apa?
4. Tahun berapa sekarang?
5. Berapa umur klien? ( jika klien menjawab 1 tahun lebih muda atau lebih tua,
maka dianggap benan)
6. Tahun berapa klien lahir?
7. Bulan berapa klien lahir?
8. Tanggal berapa klien lahir?
9. Berapa lama klien tinggal di rumah ini? (kesalahan 25% dianggap benar)

Keterangan :
Kesalahan 0 – 2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3 - 4 : kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5 – 7 : kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8 – 9 : kerusakan intelektual berat
10. Kegiatan Praktikum 10: Pengkajian Tingkat Kemandirian Lansia
Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan praktikum ini, anda diharapkan mampu menilai kemendirian lansia
Teori dan Prosedur Kerja
1. Pengertian
Pengkajian kemandirian lansia adalah se`rangkaian penilaian yang diakukan untuk
meniai kemandirian lansia dalam beberapa hal.
2. Indikasi / Kontraindikasi
-
3. Tujuan
Untuk menilai tingkat kemandirian lansia
4. Alat dan Bahan
Alat tulis
5. Prosedur Kerja

PENGKAJIAN ADL (KATZ)

Index kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dibuat berdasarkan evaluasi


kemandirian atau ketergantungan fungsional klien dalam hal mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah, kontinensia, dan makan. Definisi spesifik dari kemandirian
atau ketergantungan fungsional diuraikan di bawah ini.
A. : Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil,
berpakaian, dan mandi.
B. : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C. : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D. : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan.
E. : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan
satu fungsi tambahan.
F. : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan.
G. : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan
sebagai C, D, E, atau F.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau banruan pribadi aktif,
kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Seorang klien yang menolak
untuk melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun ia
dianggap mampu.

Mandi (spon, pancuran, atau bak)


Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung atau ekstremitas
yang cacat) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung : Bantuan lebih dari 1 bagian tubuh, dibantu masuk dan keluar bak, atau
tidak dapat mandi sendiri.

Berpakaian
Mandiri : Mengambil baju dari lemari / laci, berpakaian, melepaskan pakaian
mengancing pakaian, mengikat dan melepas ikatan sepatu.
Tergantung : Tidak berpakaian sendiri atau dibantu sebagian.

Ke kamar kecil
Mandiri : Ke kamar kecil, masuk dan keluar dari kamar kecil, merapikan baju,
membersihkan organ-organ ekskresi, dapat mengatur bedpan sendiri yang digunakan
hanya pada malam hari dan dapat/ tidak dapat menggunakan alat bantu.
Tergantung : menggunakan bedpan atau pispot atau dibantu saat masuk dan
menggunakan toilet.

Berpindah
Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri (menggunakan/
tidak menggunakan alat bantu)
Tergantung : Dibantu saat berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi, tidak melakukan
satu atau lebih perpindahan.

Kontinensia
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung : Inkontinensia total atau parsial pada BAB dan BAK, control total atau
parsial dengan enema, atau penggunaan urinal dan/atau bedpan secara
teratur.

Makan
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan memasukkannya ke mulut,
(memotong-motong daging/ikan, mengolesi roti dengan mentega tidak dimasukkan
dalam evaluasi).
Tergantung : Dibantu saat makan, tidak makan sama sekali, atau makam parenteral

Anda mungkin juga menyukai