Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. M.C USIA 41 TAHUN DIAGNOSIS MEDIS IUGR(INTRA UTERINE


GROWTH RESTRICTION)+PREEKLAMPSIA DENGAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN PRIORITAS DEFISIT PENGETAHUAN

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH:
M. DODIK PRASTIYO
NIM: 202020461011079

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021

2
HALAMAN PENGESAHAN

Ny. M.C USIA 40 TAHUN DIAGNOSIS MEDIS IUGR(INTRA UTERINE


GROWTH RESTRICTION)+PREEKLAMPSIA DENGAN DIAGNOSIS
KEPERAWATAN PRIORITAS OBESITAS

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS

KELOMPOK - 5

NAMA: M. DODIK PRASTIYO


NIM: 202020461011079
PERIODE PRAKTEK/MINGGU KE: 5 JULI-8 JULI/ MINGGU 4

Malang, 6 Juli 2021


Mahasiswa, Pembimbing Klinik,

M. Dodik Prastiyo Wahyu, S.STr.Keb

Pembimbing Institusi,

Juwitasari, S.Kep.Ns., M.S

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I REFERAT IUGR.......................................................................................4
1.1 Definisi.................................................................................................................4
1.2 Etiologi.............................................................................................................4
1.3 Klasifikasi........................................................................................................5
1.4 Komplikasi......................................................................................................5
1.5 Penatalaksanaan.............................................................................................6
1.6 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................7
1.7 Diagnosa yang Mungkin Muncul...................................................................9
1.8 SLKI & SIKI...................................................................................................9
BAB II REFERAT PREEKLAMPSI.................................................................10
2.1 Definisi...........................................................................................................10
2.2 Etiologi...........................................................................................................11
2.3 Manifestasi Klinis.........................................................................................11
2.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................13
2.5 Klasifikasi......................................................................................................13
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................14
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................15
2.8 WOC/ Pathway.............................................................................................21
2.9 Diagnosa yang Mungkin Timbul.................................................................21
2.10 SLKI & SDKI................................................................................................21

4
BAB I
REFERAT IUGR
2.1 Definisi

IUGR ( Intra Uterine Growth Restriction) adalah suatu diagnosis bahwa janin
memiliki berat badan kurang dari persentil ke-10 pada usia kehamilannya. IUGR
mengacu pada penyimpangan dan penurunan pertumbuhan janin yang diharapkan
(UCSF Children’s Hospital, 2004).

2.2 Etiologi

Menurut Harper,T (2004) penyebab terjadinya IUGR terbagi pada tiga kategori
mayor yaitu pengaruh dari maternal, janin dan plasenta :

a) Faktor maternal
1. Hipertensi dan penyakit vaskuler (hipertensi gestasional, autoimun).
2. Diabetes Miletus
3. Infeksi HIV, TORCH dan Syphilis.
4. Hipoksemia maternal (penyakit pulmonal, penyakit jantung sianotik,
anemia berat).
5. Malformasi uterine atau fibroid.
6. Thrombofilia (sindrom antifosfolipid).
7. Malnutrisi
8. Variasi sosiodemografi
9. Merokok dan narkotika.
10. Wanita dengan pertumbuhan terhambat, mempunyai riwayat kehamilan
IUGR.

b) Faktor janin
1. Kelainan bawaan (termasuk mereka dengan infeksi maternal).
2. Kelainan kromosom (contoh Sindrom Turner dan Sindrom Down),
kelainan genetik lainnya yang tidak disebabkan oleh masalah kromosom

5
adalah seperti Sindrom Russell-Silver, pertumbuhan tulang skeletal
abnormal dan beberapa sindrom lain.
3. Sindrom transfusi kembar ke kembar.
4. Gestasi multiple.

c) Faktor plasenta
1. Plasenta infark.
2. Trombosis pada pembuluh darah janin.
3. Gangguan kronis prematur.
4. Vili plasenta oedema.
5. Anomali cord.

2.3 Klasifikasi
Menurut Sastrawinata (2004) klasifikasi IUGR dibagi menjadi 3:
a. IUGR tipe I atau tipe Simetrik
Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu, terjadi gangguan potensi tubuh janin
untuk memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh
kelainan kromosom atau infeksi janin.
b. IUGR tipe II atau tipe Asimetrik
Terjadi pada kehamilan 28-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh
janin untuk memperbesar sel (hipertrofi), misalnya pada hipertensi pada
kehamilan disertai dengan insufisiensi plasenta.
c. IUGR tipe III atau diantara kedua tipe tersebut
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh
kombinasi antara gangguan hiperplasi dan hipertrofi sel, misalnya pada
malnutrisi ibu, kecanduan obat atau keracunan.
2.4 Komplikasi
Menurut Department of Midwifery Intrauterine Growth Restriction (IUGR),
(2009)
1. Janin
1. Janin kematian dan kelahiran mati
2. Janin tidak dapat pantau secara akurat
3. Apgar score Rendah

6
4. pH pusar rendah
2. Neonatal
1. Lahir prematur dan komplikasi yang menyertainya
2. Lahir asfiksia
3. Kematian
4. Hipoksia Iskemik Ensefalopati (HIE)
5. Perinatal stroke dan kejang
6. Perkembangan saraf terhambat
7. Sindrom Aspirasi Mekonium
8. Hipoglikemia
9. Hipotermia
3. Jangka Panjang
1. Peningkatan risiko hipertensi
2. Risiko penyakit jantung iskemik meningkat
3. Peningkatan risiko Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)

2.5 Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. diperlukan riwayat
obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat
mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan
pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk
menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau
malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah
menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal. Tatalaksana kehamilan dengan
PJT, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, untuk melahirkan bayi
yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada
ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :

7
a. Tatalaksana umum
Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi
dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi
yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan
menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat
membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak
dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan
pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta
pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4 minggu.
b. Tatalaksana khusus
PJT pada saat dekat waktu melahirkan yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan dan PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus
dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka
amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan


a.) Data Subyektif

1. Nama

Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap: nama
depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan
akrabnya

2. Umur

Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko karena umur kurang
dari 20 tahun, alat reproduksi belum siap. Pada umur lebih dari 35 tahun
kerja jantung meningkat karena adanya hemodilusi dan kemungkinan
terjadi anemia

3. Suku

Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan


merugikan bagi ibu hamil

4. Agama

8
Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan di dalam
melakukan asuhan kebidanan

5. Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat pendidikan


mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang

6. Pekerjaan

Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien terhadap


permasalahan keluarga pasien/klien

7. Alamat
Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak
sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien
8. Keluhan utama
a. Riwayat menstruasi
b. Riwayat perkawinan
c. Riwayat kehamilan sekarang
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
e. Riwayat keluarga berencana
f. Riwayat penyakit
g. Riwayat kesehatan sekarang
h. Riwayat kesehatan keluarga
i. Riwayat penyakit yang lain atau operasi
j. Kebiasaan sehari-hari
k. Nutrisi
l. Istirahat dan tidur
m. Data psikososial

b.) Data obyektif

a. Status generalis
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan, BB, TB, lila)
b. Pemeriksaan sistematis

9
1) Kepala: rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut, leher
2)  Dada: mammae
3)  Ekstremitas: atas dan bawah
4)  Pemeriksaan khusus obstetri: inspeksi (perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah ada pembesaraan, ada luka bekas operasi atau tidak, strie gravidarum,
linea agra atau alba)Palpasi (leopold I, II, III, IV), auskultasi (DJJ) denyut jantung
janin
5)  Anogenital
6)  Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan Hb

2.7 Diagnosa yang Mungkin Muncul


a. Obesitas b.d Sering memakan makanan berminyak/berlemak
b. Defisit pengetahuan kehamilan dan persalinan b.d Kurang terpapar
informasi
c. Risiko Cedera pada Janin b.d Pola makan yang tidak sehat
2.8 SLKI & SDKI
TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI
HASIL
Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok
keperawatan 1x24 jam perfusi
perifer meningkat dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Monitor status kardiopulmonal
1. Tekanan darah sistolik (frekuensi dan kekuatan nadi,
membaik frekuensi napas, TD, MAP)
2. Tekanan darah diastolik 2. Monitor status oksigenasi
membaik (oksimeteri nadi, AGD)
3. Tekanan arteri rata-rata 3. Monitor status cairan (masukan dan
membaik haluaran, turgor kulit, CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran dan
respon pupil
5. Periksa riwayat alergi

Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi
meknais, jika perlu

10
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine, (jika perlu)
5. Lakukan skin test untuk mencegah
reaksi alergi

Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi,
jika perlu

Setelah dilakukan tindakan Edukasi Diet


keperawatan 1x24 jam tingkat
pengetahuan membaik dengan Observasi:
1. Identifikasi kemampuan pasien dan
kriteria hasil
keluarga menerima informasi
1. Pertanyaan tentang masalah
2. Identifikasi tingkat pengetahuan saat
yang dihadapi menurun
ini
2. Perilaku sesuai anjuran 3. Identifikasi kebiasaan pola makan
meningkat saat ini dan masa lalu
4. Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
5. Identifikasi keterbatasan finansial
untuk menyediakan makanan

Terapeutik
1. Persiapan materi, media, alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memmberikan pendidikan kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan
keluarga bertanya

11
4. Sediakan rencana makan tertulis, jika
perlu

Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
3. Informasikan kemungkinan interaksi
obat dan makanan, jika perlu
4. Anjurkan mempertahankan posisi
semi fowler (30-45 derajat) 20-30
menit setelah makan
5. Anjurkan mengganti bahan makanan
sesuai dengan diet yang
diprogramkan
6. Anjurkan melakukan olahraga sesuai
toleransi
7. Ajarkan cara membaca label dan
memilih makanan yang sesuai
8. Ajarkan cara merencanakan
makanan yang sesuai program
9. Rekomendasikan resep makanan
yang sesuai dengan diet, jika perlu

Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu

Setelah dilakukan tindakan 1x24 Pemantauan Denyut Jantung Janin


jam tingkat cedera menurun
dengan krieteria hasil: Observasi
1. Tekanan darah membaik 1. Identifikasi status obseterik
2. Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi riwayat obstetrik
3. Identifikasi adanya penggunaan obat,
diet, dan merokok
4. Identifikasi pemeriksaan kehamilan
sebelumnya
5. Periksa denyut jantung janin selama
1 menit
6. Monitor denyut jantung janin
7. Monitor tanda vital ibu

Terapeutik

12
4. Atur posisi pasien
5. Lakukan manuver leopold untuk
menentukan posisi janin

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan jika
perlu

13
BAB II
REFERAT PREEKLAMPSI
2.1 Definisi

Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,


bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuria, dan
edema. Umumnya terjadi pada trimester ke III (Prawirohardjo, 2006). Per
eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukkan
tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya
biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Muctar,
1998). Kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang
biasanya, atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Tekanan sistolik meningkat lebih
15 mmHg atau lebih atau mencapai 90 mmHg. Preeklamsia adalah kelainan
multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi,
edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya, adapun gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 20 minggu (Obgynacea, 2009).
Pre eklamsia dan eklampsia merupakan penyulit dalam proses persalinan
yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian pre eklampsia
merupakan faktor utama penyebab timbulnya eklampsia yang dapat mengancam
hidp ibu bersalin. Tingginya angka kematian bulin sebagai akibat perkembangan
dari pre eklampsia yang tidak terkontrol memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap tingginya angka kematian.
Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,oedema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya timbul pada
triwulan ke- 3 kehamilan tetapi dapat timbul sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa. Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada
penyakit trofoblas (Sujiatini dkk, 2009 & Setiyaningrum 2013).

14
2.2 Etiologi

Menurut Bobak (2005) preeklamsia umumnya terjadi pada kehamilan pertama,


kehamilan diusia remaja dan kehamilan wanita diatas 40th, namun ada beberapa
faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia, faktor tersebut
adalah:

a) Riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis


b) Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan
c) Kegemukan
d) Riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya
e) Riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan
f) Gizi buruk
g) Gangguan aliran darah ke Rahim
h) Kehamilan kembar
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Teori
yang dapat diterima:
a) primigravida, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa;
b) makin tuanya kehamilan;
c) kematian janin dalam rahim;
d) edema, proteinuria, kejang dan koma (Prawirohardjo, 2006)

2.9 Manifestasi Klinis

Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan: pertambahan


berat badan yangberlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.
Pada preeklampsia ringan tidakditemukan gejala-gejala subyektif. Pada
preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, diplopia, penglihatan
kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala-gejala ini sering
ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwaeklampsia akan timbul. Dua gambaran utama preeklamsia hipertensi dan
proteinuria adalah kelainan yang biasanya tidak disadari oleh perempuan hamil,

15
pada saat gejala seperti nyeri kepala, gangguan penglihatanatau nyeri epigastrium
muncul. Kelainan ini hampir selalu sudah parah. Dengan demikian menjadi jelas
pentingnya perawatan prenatal dalam deteksi dini dan management preeklamsia
(Gan & Cunningham, 2010). Gejala dan tandanya sebagai berikut:

1. Hipertensi atau kelainan mendasar pada preeklamsia adalah vasopasme


arteriolsehingga tidaklah mengejutkan bahwa tanda peringatan yang
paling dapat diandalkan adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan
diastolikmungkin merupakan tanda prognostikyang lebih dipercaya
dari pada tekanan sistolik. Setiap tekanan diastolik sebesar 90 mmHg
atau lebih yang menetap adalah abnormal. Bunyi korotkof kelima
digunakan sebagai ukuran .
2. Penambahan berat peningkatan berat badan secara mendadak mungkin
mendahului timbulnya preeklamsia. Memang pertambahan berat badan
berlebih pada sebagian perempuan merupakan tanda awal. Peningkatan
berat sekitar 1 pon (0,5 kg) perminggu adalah normal, tetapi jika
pertambahan berat jauh melebihi 2 pon (1kg) pada satu minggu
tertentu atau 6 pon dalam sebulan harus dicurigai kemungkinan akan
timbulnya preeklamsia. Karakteristik preeklamsia adalah peningkatan
berat badan yang mendadak bukan peningkatan yang tersebar merata
selama gestasi. Peningkatan berat yang berlebihan dan mendadak
hampir selalu disebabkan oleh retensi cairan yang abnormal dan timbul
biasanya sebelum tanda-tanda oedemterlihat, misalnya pembengkakan
kelopak mata atau jari. Pada kasus preeklamsia fulminan atau
eklamsia, retensi cairan dapat menjadi ekstermpada perempuan ini
tidak jarang terjadi penambahan berat tubuh 10 pon atau lebih dalam 1
minggu.
3. Nyeri kepala gejala ini jarang terjadi pada kasus yang ringan, tetapi
sering terjadi pada kasus yang parah. Nyeri kepala umumya terletak di
frontaltetapi kadang-kadang terjadi di oksipitaldan resisten terhadap
pemberian analgesikbiasa.
4. Nyeri abdomen-nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas sering
merupakan gejala preeklamsia berat dan dapat diindikasikan bahwa

16
akan segera terjadi kejang. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh
pereganggan kapsul hati karena edema dan perdarahan.
5. Gangguan penglihatan dan berbagai gangguan penglihatan, mulai dari
kekaburan penglihatan ringan sampai skotama hingga kebutaan parsial
atau totaldapat menyertai preeklamsia. Kelainan ini akibat vasopasme,
iskemiadan perdarahan petekial didalam korteks oksipitalis. Pada
sebagian perempuan, gejala-gejala penglihatan terjadi akibat spasme
arteriol retina, iskemia, dan edema. Sedangkan pada kasus-kasus yang
jarang, ablasio retina.

2.10 Pemeriksaan Penunjang


a. Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan
edema, pengukuran tinggifundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
b. Tes laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi
eritrosit pada sediaan apus darah tepi). Pemeriksaan fungsi hati
(bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan sebagainya).
Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin). Uji untuk
meramalkan hipertensi Roll Over test. Pemberian infus angiotensin II.
2.11Klasifikasi

Menurut Wiknjosastro (2008) preeklamsia dibagi menjadi :


1. Pre–eklamsia Ringan
a) Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
b) Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam
c) Kenaikan B 1 kg atau lebih dalam seminggu
d) Proteinuria 0,3 gr atau urin aliran pertengahan
e) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka serta kenaikkan berat badan 1kg
atau lebih setiap minggunya

17
f) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2+
pada urin kateter atau midstream

2. Pre–eklamsia Berat
Bila salah satu gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat
digolongkan pre-eklamsia berat :
a) Tekanan darah 160/110 mmHg
b) Oliguria, urin kurang dr 400cc/24 jam
c) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
d) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan, nyeri
kepala,
e) edema parudan sianosis, gangguan kesadaran
f) Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium
g) Terdapat edema paru atau sianosis
h) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala,
i) odema paru, dan sianosis gangguan kesadaran.
j) Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan
pada retina, tromosit kurang dari 100.000 /mm
2.12Penatalaksanaan

Cunningham dkk, (2012) kehamilan yang disertai komplikasi hipertensi


gestasional diterapi berdasarkan keparahan usia gestasi dan adanya preeklamsia.
Prinsip tatalaksana, seperti yang ditekankan sebelumnya, juga mempertimbangkan
cedera sel endotel dan disfungsi multiorgan yang disebabkan oleh sindrom
preeklamsia. Preeklamsia tidak selalu dapat didiangnosa pasti. Jadi berdasarkan
sifat alami penyakit ini baik American collage of obstetricians and gynecologist
(2002) maupun kelompok kerja National High Blood Pressure Education
Program (NHBPEP) (2000) menganjurkan kunjungan antenatal yang lebih sering,
bahkan jika hanya preeklamsia yang dicurigai. Meningkatnya tekanan darah
sistolik dan diastole dapat merupakan perubahan fisiologis normal atau tanda

18
penyakit yang sedang berkembang. Tujuan penatalaksanaan dasar untuk semua
kehamilan yang dipersulit oleh hipertensi yang dipicu oleh kehamilan adalah:
Terminasi kehamilan dengan kemungkinan trauma terkecil bagi ibu dan janinnya.
1. Lahirnya bayi yang kemuadian dapat tumbuh kembang
2. Pemulihan total kesehatan ibu.

Pada kasus-kasus preeklamsia tertentu, terutama pada perempuan aterm atau


mendekati aterm, ketiga tujuan ini mungkin dapat dipenuhi seluruhnya dengan
induksi partus yang hati-hati. Oleh karena itu informasi terpenting untuk
keberhasilan penatalaksanaan semua kehamilan terutama kehamilan yang
dipersulit oleh hipertensi adalah usia janin. Tirah baring merupakan pengobatan
rawat jalan tidak mendapat tempat dalam pelaksanaan hipertensi yang dipicu atau
yang diperberat oleh kehamilan. Tirah baring hampir sepanjang hari merupakan
hal yang penting. Selain itu para perempuan ini harus diperiksa paling sedikit dua
kali seminggu dan harus diberi tahu secara rinci mengenai gejala-gejala yang
harus dilaporkan. Pada peningkatan tekanan darah yang ringan, respon terhadap
cara ini umumnya segera tampak tetapi pasien kooperatif dan ahlo obstetri harus
waspada. Kadang-kadang kita menjumpai kasus preklamsia yang fulminan atau
terlalaikan, dengan tekanan darah melebihi 160/110mmHg, edema, dan
proteinuria. Nyeri kepala gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium merupakan
petunjuk bahwa mungkin segera timbul kejang dan oliguria merupakan tanda
buruk lainnya pada preeklmasia. Preeklamsia berat memerlukan terapi anti kejang
dan biasannya antihipertensi yang diikuti oleh kelahiran janin. Pengobatan sama
dengan eklamsia. Tujuan utama adalah untuk mencegah kejang, mencegah
pendarahan intrakranium dan kerusakan serius terhadap organ vital lain serta
melahirkan bayi yang sehat (Gant & Cunningham, 2010)
2.13Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat kehamilan persalinan dan Nifas.
a) Riwayat nifas sekarang Pada ibu hamil preeklamsia harus di anjurkan
untuk menyusui dapat melindungi bayi dari alergi tertentu, dan lahirnya

19
bayi yang kemudian dapat berkembang, dan memulihkan secara sempurna
kesehatan ibu.
b) Riwayat nifas yang lalu Masa nifas yang lalu tidak ada penyakit penyerta
seperti yang dialami saat ini. Ibu menyusui sampai usia dua tahun.
Terdapat pengeluaran lochea rubra sampai hari ketiga berwarna merah.
Lochea albahari kesepuluh kelima belas warna putih dan kekuningan. Ibu
dengan riwayat pengeluaran lochea purulenta,lochea statis,rasa nyeri
berlebihan memerlukan pengawasan khusus. Dan ibu yang menyususi
kurang dari 2 tahun (Manuaba, 2012:201)
2. Riwayat Kebidanan.
a) Riwayat haid
Dengan memberikan ASI maka kembalinya menstruasi atau haid sulit
diperhitungkan dan bersifat individu sebagian besar menstruasi kembali
setelah 4 sampai 6 bulan. Dalam waktu 3 bulan belum mestruasi, dapat
menjamin bertindak sebagai kontrasepsi (Manuaba, 2012: 203). Biasanya
wanita tidak akan menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum
mendapatkanlagi haidnya selama menyusui (Saifuddin, 2014:129)
b) Riwayat KB
Seorang wanita tidak akan menghasilkan telur(ovulasi)
sebelummendapatkan lagi haidnya selama menyusui . oleh karena itu,
metode amenorhelaktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali
untuk mencegah terjadinya kehamilan baru (Saiffudin, 2014:129)
3. Riwayat penyakit dahulu
a) Pengaruh penyakt jantung
Pengaruh penyakit jantung dalam masa pasca persalinan menurut
Manuaba (2012: 337) yaitu:

1. Setelah bayi lahir penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang disebabkan
darah tiba-tiba membaniri tubuh ibu sehingga kerja jantung sangat
bertambah, perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.
2. Saat laktasi kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI Mudah
terjadi infeksi post partum,yang memerlukan kerja tambahan jantung.

20
3. Ibu yang pernah mengalami episode hipertensi pada kehamilan dapat terus
mengalami hingga pascapartum (fraser et al, 2009: 629).

4. Riwayat kesehatan keluarga


Mengkaji apakah dalam keluarga ada yang mempunyai penyakit menurun
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, serta penyakit yang
menular seperti HIV-AIDS dan kanker serviks.
5. Riwayat psikososial
Menurut Marmi (2015) fase psikologi masa nifas di bagi menjadi tiga bagian
yaitu:
a. Fase taking in
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari
kedua setelah melahirkan. Pada saat ini focus perhatian ibu terutama pada
dirinnya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakan. Hal ini cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold
Fase kedua masa nifas adalah fase taking holdberlangsung antar tiga
sampai tiga sepuluh hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinnya sehingga
timbul percaya diri.
c. Fase letting go
Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10
hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri
dan bayinya sudah meningkat (Marmi, 2015:113-114).
6. Pola kesehatan sehari-hari.
a) Nutrisi
Ibu menyusuhi harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.Makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (dianjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui) (saifudin, 2014:128).
b) Eliminasi
Anastesi dapat mengakibatkan hilannya sensasi pada area bladder sampai

21
anastesi hilang, kateter dapat dilepas dari setelah 12 jam operasi atau
keesokan harinnya. Segera setelah pasca partum kandung kemih, edema,
mengalami kongesti dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi,
pengosongan yang tidak lengkap dan residu urin yang berlebihan kecuali
perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Efek
persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam
pertama poscpartum, kecuali wanitamengalami infeksi saluran kemih.
Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima
pascapartum. Dieresis adalah rute utama tubuh untuk membuang
kelebihan cairan interstitial dan kelebihan volume cairan (Varney et al,
2008:961).
c) Personal hygiene
Mengajarkan pada ibu bagaimana cara membersihkan daerah insisi. Luka
insisi dispeksi setiap harisehingga pembalut luka alternative ringan tanpa
banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat
diangkat setelah hari keempat setelah pembedahan. Paling lambat hari
ketiga post partum pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
Selain itu pakaian juga dapat dilonggarkan terutama didaerah dada
sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan
kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam
sebaiknya yang menyerap, sehingga locheatidak memberikan iritasi pada
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochea( Manuaba, 201:202)
d) Istirahat
Anjurkan ibu beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri (saifuddin, 2014:127).
e) Aktivitas
Pada ibu hamil penderita preeklamsia sementara untuk aktivitas sebisa

22
mungkin membatasi aktivitasi. Jangan terlalu lelahdan memaksakan diri
melakukan aktivitas sehari-hari terlalu berat.
7. Reproduksi dan seksualitas
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam lubang vagina
tanpa rasa nyeri. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau
6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan (Saifuddin, 2012: 128).
B. Pemeriksaan fisik.
a. Kepala: Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang berketombe dan
kurang bersih serta pada ibu hamil dengan preeklamsia akan mengalami
sakit kepala.Muka: Biasanya pada ibu hamil preeklamsia wajah tampak
oedem.
b. Mata: Biasanya pada ibu hamil dengan preeklamsia ditemukan
konjungtiva
anemis dan bisa juga ditemukan oedem pada palvebra. Pada ibu hamil
yang mengalami preeklamsia biasanya akan terjadi gangguan penglihatan
yaitu, penglihatan kabu
c. Telinga: biasanya pada ibu hamil tidak ada kelainan pada telinga yaitu
telinga simetris, tidak ada lesi, tidak oedem.
d. Hidung: biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguane
e. Mulut: biasanya akan terjadi pembengkakakn vaskuler pada gusi,
menyebabkan kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi
bisa mengalami pembengkakan dan perdarahan.
f. Leher: biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer tiroid.
g. Thorak: 1)Paru-paru: akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru, dan
nafas pendek. 2) Jantung: pada ibu hamil terjadi palpitasi jantung, pada ibu
yang mengalami preeklamsia dalam kehamilan bisa juga terjadi
dekompensasi jantung. 3) Sistem pernafasan: Pada ibu hamil dengan
preeklamsia akan ditemukan hiper refleksia.
h. Ketiak: Biasannya pada ibu hamil tidak di temukan masalah atau normal.

23
i. Payudara: biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat dan
lebih keras, putting menonjol dan areola menghitam dan membesar dari
3cm sampai 6cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih terlihat.
j. Abdomen: pada ibu hamil akan ditemukan umbilicus menonjol keluar, dan
membentuk uatu area berwarna gelap, dinding abdomen, serta akan
ditemukan linea alba dan linea nigra. Pada ibu hamil preeklamsia
biasannya akan ditemukan nyeripada daerah epigastrium dan akan terjadi
anoreksia, dan mual muntah.Inspeksi: membesatatau tidak (pada
kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin belum nyata). Palpasi:
tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan
palpasi bimanual dalam, ukuran uterus baru dapat diperkirakan saat
kehamilan sudah lebih besa. Tinggi fundus dapat diiukur dengan pita
ukuran sentimeter (jarak antar fundus uteri dengan tepi atas simpisis of
pubis)
Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika berikut ini:
a) Leopold 1
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang berada
difundus dengan kedua telapak tanggan
b) Leopold II
c) Kedua telapak tanggan menekan uterus dari kiri kanan, jari kearah
kepala pasien, mencari sisi bagian besar (biasannya punggung)
janin, atau mungkin bagian keras bullat (kepala janin).
d) Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak dibawah (di ats
simfisis)sementara tanggan lainnya menahan fundus untuk fiksasi
untuk melihat apakah sudah masuk PAP atau belum.
e) Leopold IV
Kedua tanggan menekan bagian bawah uterus dari kiri kanan, jari
kearah kaki pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan
menentukan apakah bagian tersebut sudah masuk/melewati pintu
atas panggul (biasannya dinyatakan dengan satuanx/5) (Vivian,
2014:158).

24
k. Pemeriksaan janin: biasannya ibu hamil dengan preeklamsia bisa terjadi bunyi
jantung janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang melemah.
l. Ekstremitas: pada ibu yang mengalami preeklamsia dalam kehamilan bisa
ditemukan edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
m. Genitourinaria: biasanya pada ibu hamil dengan preeklamsia akan didapatkan
oliguria dan proteinuria, pada ibu hamil dengan preeklamsia (Reeder, 2011;
Mitayani, 2011).
n. Genetalia: Pada genetalia yang haru diperiksa adalah ada tidaknya pengeluaran
darah pada vagina, warna darah , bai serba pengeluran lockea(saifuddin,
2014:124).
C. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium merupakan hal penting untuk menilai adannya masalah pada
ibu hamil. Jika masalah dapat tertangani, maka akan mencegah kematian dan
kesakitan pada ibu dan anak. Tes lain berguna jika hanya ada indikasi
perlunnya tes tersebut. Tes laboratorium yang diperlukan adalah sebagai
berikut (Vivian, 2014:170)
1. Hemoglobin
2. Protein urine
3. Glukosa dalam urine

25
2.14 WOC/ Pathway

2.15 Diagnosa yang Mungkin Timbul


a. Defisit pengetahuan kehamilan dan persalinan b.d Kurang terpapar
informasi
b. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Perifer
c. Risiko Cedera pada Janin b.d Pola makan yang tidak sehat
2.16 SLKI & SDKI
TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI
HASIL
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Berat Badan
keperawatan 1x24 jam berat Observasi
badan membaik dengan kriteria
hasil:

26
1. berat badan membaik 1. identifikasi kondisi kesehatan pasien
2. indeks massa tubuh yang dapat mempengaruhi berat
membaik badan

Terapeutik

1.
2.
badan yang realistis

Edukasi

1.
makanan, aktivitas fisik,
penambahan berat badan dan
penurunan berat badan
2.
dan berat badan kurang
3.
minggu, jika perlu
4.
makan, aktivitas fisik dan perubahan
berat badan

Setelah dilakukan tindakan Edukasi Diet


keperawatan 1x24 jam tingkat
pengetahuan membaik dengan Observasi:
kriteria hasil
6. Identifikasi kemampuan pasien dan
keluarga menerima informasi
3. Pertanyaan tentang masalah
7. Identifikasi tingkat pengetahuan saat
yang dihadapi menurun
ini
4. Perilaku sesuai anjuran 8. Identifikasi kebiasaan pola makan
meningkat saat ini dan masa lalu
9. Identifikasi persepsi pasien dan
keluarga tentang diet yang
diprogramkan
10. Identifikasi keterbatasan finansial
untuk menyediakan makanan

Terapeutik

27
5. Persiapan materi, media, alat peraga
6. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memmberikan pendidikan kesehatan
7. Berikan kesempatan pasien dan
keluarga bertanya
8. Sediakan rencana makan tertulis, jika
perlu

Edukasi

10. Jelaskan tujuan kepatuhan diet


terhadap kesehatan
11. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
12. Informasikan kemungkinan interaksi
obat dan makanan, jika perlu
13. Anjurkan mempertahankan posisi
semi fowler (30-45 derajat) 20-30
menit setelah makan
14. Anjurkan mengganti bahan makanan
sesuai dengan diet yang
diprogramkan
15. Anjurkan melakukan olahraga sesuai
toleransi
16. Ajarkan cara membaca label dan
memilih makanan yang sesuai
17. Ajarkan cara merencanakan
makanan yang sesuai program
18. Rekomendasikan resep makanan
yang sesuai dengan diet, jika perlu

Kolaborasi

2. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan


keluarga, jika perlu

Setelah dilakukan tindakan 1x24 Pemantauan Denyut Jantung Janin


jam tingkat cedera menurun
dengan krieteria hasil: Observasi

28
3. Tekanan darah membaik 1. Identifikasi status obseterik
4. Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi riwayat obstetrik
3. Identifikasi adanya penggunaan obat,
diet, dan merokok
4. Identifikasi pemeriksaan kehamilan
sebelumnya
5. Periksa denyut jantung janin selama
1 menit
6. Monitor denyut jantung janin
7. Monitor tanda vital ibu

Terapeutik

1. Atur posisi pasien


2. Lakukan manuver leopold untuk
menentukan posisi janin

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
3. Informasikan hasil pemantauan jika
perlu

29

Anda mungkin juga menyukai