DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH:
M. DODIK PRASTIYO
NIM: 202020461011079
2
HALAMAN PENGESAHAN
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS
KELOMPOK - 5
Pembimbing Institusi,
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I REFERAT IUGR.......................................................................................4
1.1 Definisi.................................................................................................................4
1.2 Etiologi.............................................................................................................4
1.3 Klasifikasi........................................................................................................5
1.4 Komplikasi......................................................................................................5
1.5 Penatalaksanaan.............................................................................................6
1.6 Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................7
1.7 Diagnosa yang Mungkin Muncul...................................................................9
1.8 SLKI & SIKI...................................................................................................9
BAB II REFERAT PREEKLAMPSI.................................................................10
2.1 Definisi...........................................................................................................10
2.2 Etiologi...........................................................................................................11
2.3 Manifestasi Klinis.........................................................................................11
2.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................13
2.5 Klasifikasi......................................................................................................13
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................14
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................15
2.8 WOC/ Pathway.............................................................................................21
2.9 Diagnosa yang Mungkin Timbul.................................................................21
2.10 SLKI & SDKI................................................................................................21
4
BAB I
REFERAT IUGR
2.1 Definisi
IUGR ( Intra Uterine Growth Restriction) adalah suatu diagnosis bahwa janin
memiliki berat badan kurang dari persentil ke-10 pada usia kehamilannya. IUGR
mengacu pada penyimpangan dan penurunan pertumbuhan janin yang diharapkan
(UCSF Children’s Hospital, 2004).
2.2 Etiologi
Menurut Harper,T (2004) penyebab terjadinya IUGR terbagi pada tiga kategori
mayor yaitu pengaruh dari maternal, janin dan plasenta :
a) Faktor maternal
1. Hipertensi dan penyakit vaskuler (hipertensi gestasional, autoimun).
2. Diabetes Miletus
3. Infeksi HIV, TORCH dan Syphilis.
4. Hipoksemia maternal (penyakit pulmonal, penyakit jantung sianotik,
anemia berat).
5. Malformasi uterine atau fibroid.
6. Thrombofilia (sindrom antifosfolipid).
7. Malnutrisi
8. Variasi sosiodemografi
9. Merokok dan narkotika.
10. Wanita dengan pertumbuhan terhambat, mempunyai riwayat kehamilan
IUGR.
b) Faktor janin
1. Kelainan bawaan (termasuk mereka dengan infeksi maternal).
2. Kelainan kromosom (contoh Sindrom Turner dan Sindrom Down),
kelainan genetik lainnya yang tidak disebabkan oleh masalah kromosom
5
adalah seperti Sindrom Russell-Silver, pertumbuhan tulang skeletal
abnormal dan beberapa sindrom lain.
3. Sindrom transfusi kembar ke kembar.
4. Gestasi multiple.
c) Faktor plasenta
1. Plasenta infark.
2. Trombosis pada pembuluh darah janin.
3. Gangguan kronis prematur.
4. Vili plasenta oedema.
5. Anomali cord.
2.3 Klasifikasi
Menurut Sastrawinata (2004) klasifikasi IUGR dibagi menjadi 3:
a. IUGR tipe I atau tipe Simetrik
Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu, terjadi gangguan potensi tubuh janin
untuk memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh
kelainan kromosom atau infeksi janin.
b. IUGR tipe II atau tipe Asimetrik
Terjadi pada kehamilan 28-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh
janin untuk memperbesar sel (hipertrofi), misalnya pada hipertensi pada
kehamilan disertai dengan insufisiensi plasenta.
c. IUGR tipe III atau diantara kedua tipe tersebut
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh
kombinasi antara gangguan hiperplasi dan hipertrofi sel, misalnya pada
malnutrisi ibu, kecanduan obat atau keracunan.
2.4 Komplikasi
Menurut Department of Midwifery Intrauterine Growth Restriction (IUGR),
(2009)
1. Janin
1. Janin kematian dan kelahiran mati
2. Janin tidak dapat pantau secara akurat
3. Apgar score Rendah
6
4. pH pusar rendah
2. Neonatal
1. Lahir prematur dan komplikasi yang menyertainya
2. Lahir asfiksia
3. Kematian
4. Hipoksia Iskemik Ensefalopati (HIE)
5. Perinatal stroke dan kejang
6. Perkembangan saraf terhambat
7. Sindrom Aspirasi Mekonium
8. Hipoglikemia
9. Hipotermia
3. Jangka Panjang
1. Peningkatan risiko hipertensi
2. Risiko penyakit jantung iskemik meningkat
3. Peningkatan risiko Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)
2.5 Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. diperlukan riwayat
obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat
mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan
pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk
menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau
malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah
menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal. Tatalaksana kehamilan dengan
PJT, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, untuk melahirkan bayi
yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada
ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
7
a. Tatalaksana umum
Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi
dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi
yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan
menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat
membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak
dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan
pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta
pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4 minggu.
b. Tatalaksana khusus
PJT pada saat dekat waktu melahirkan yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan dan PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus
dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka
amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta dan pemeriksaan darah janin dianjurkan.
1. Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap: nama
depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan nama panggilan
akrabnya
2. Umur
Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko karena umur kurang
dari 20 tahun, alat reproduksi belum siap. Pada umur lebih dari 35 tahun
kerja jantung meningkat karena adanya hemodilusi dan kemungkinan
terjadi anemia
3. Suku
4. Agama
8
Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan di dalam
melakukan asuhan kebidanan
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Alamat
Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan mendesak
sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien
8. Keluhan utama
a. Riwayat menstruasi
b. Riwayat perkawinan
c. Riwayat kehamilan sekarang
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
e. Riwayat keluarga berencana
f. Riwayat penyakit
g. Riwayat kesehatan sekarang
h. Riwayat kesehatan keluarga
i. Riwayat penyakit yang lain atau operasi
j. Kebiasaan sehari-hari
k. Nutrisi
l. Istirahat dan tidur
m. Data psikososial
a. Status generalis
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan, BB, TB, lila)
b. Pemeriksaan sistematis
9
1) Kepala: rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut, leher
2) Dada: mammae
3) Ekstremitas: atas dan bawah
4) Pemeriksaan khusus obstetri: inspeksi (perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah ada pembesaraan, ada luka bekas operasi atau tidak, strie gravidarum,
linea agra atau alba)Palpasi (leopold I, II, III, IV), auskultasi (DJJ) denyut jantung
janin
5) Anogenital
6) Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan Hb
Terapeutik
1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi
meknais, jika perlu
10
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine, (jika perlu)
5. Lakukan skin test untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi,
jika perlu
Terapeutik
1. Persiapan materi, media, alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memmberikan pendidikan kesehatan
3. Berikan kesempatan pasien dan
keluarga bertanya
11
4. Sediakan rencana makan tertulis, jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan
2. Informasikan makanan yang
diperbolehkan dan dilarang
3. Informasikan kemungkinan interaksi
obat dan makanan, jika perlu
4. Anjurkan mempertahankan posisi
semi fowler (30-45 derajat) 20-30
menit setelah makan
5. Anjurkan mengganti bahan makanan
sesuai dengan diet yang
diprogramkan
6. Anjurkan melakukan olahraga sesuai
toleransi
7. Ajarkan cara membaca label dan
memilih makanan yang sesuai
8. Ajarkan cara merencanakan
makanan yang sesuai program
9. Rekomendasikan resep makanan
yang sesuai dengan diet, jika perlu
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu
Terapeutik
12
4. Atur posisi pasien
5. Lakukan manuver leopold untuk
menentukan posisi janin
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan jika
perlu
13
BAB II
REFERAT PREEKLAMPSI
2.1 Definisi
14
2.2 Etiologi
15
pada saat gejala seperti nyeri kepala, gangguan penglihatanatau nyeri epigastrium
muncul. Kelainan ini hampir selalu sudah parah. Dengan demikian menjadi jelas
pentingnya perawatan prenatal dalam deteksi dini dan management preeklamsia
(Gan & Cunningham, 2010). Gejala dan tandanya sebagai berikut:
16
akan segera terjadi kejang. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh
pereganggan kapsul hati karena edema dan perdarahan.
5. Gangguan penglihatan dan berbagai gangguan penglihatan, mulai dari
kekaburan penglihatan ringan sampai skotama hingga kebutaan parsial
atau totaldapat menyertai preeklamsia. Kelainan ini akibat vasopasme,
iskemiadan perdarahan petekial didalam korteks oksipitalis. Pada
sebagian perempuan, gejala-gejala penglihatan terjadi akibat spasme
arteriol retina, iskemia, dan edema. Sedangkan pada kasus-kasus yang
jarang, ablasio retina.
17
f) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2+
pada urin kateter atau midstream
2. Pre–eklamsia Berat
Bila salah satu gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil sudah dapat
digolongkan pre-eklamsia berat :
a) Tekanan darah 160/110 mmHg
b) Oliguria, urin kurang dr 400cc/24 jam
c) Proteinuria lebih dari 3 gr/liter
d) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan pengelihatan, nyeri
kepala,
e) edema parudan sianosis, gangguan kesadaran
f) Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada
epigastrium
g) Terdapat edema paru atau sianosis
h) Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala,
i) odema paru, dan sianosis gangguan kesadaran.
j) Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan
pada retina, tromosit kurang dari 100.000 /mm
2.12Penatalaksanaan
18
penyakit yang sedang berkembang. Tujuan penatalaksanaan dasar untuk semua
kehamilan yang dipersulit oleh hipertensi yang dipicu oleh kehamilan adalah:
Terminasi kehamilan dengan kemungkinan trauma terkecil bagi ibu dan janinnya.
1. Lahirnya bayi yang kemuadian dapat tumbuh kembang
2. Pemulihan total kesehatan ibu.
19
bayi yang kemudian dapat berkembang, dan memulihkan secara sempurna
kesehatan ibu.
b) Riwayat nifas yang lalu Masa nifas yang lalu tidak ada penyakit penyerta
seperti yang dialami saat ini. Ibu menyusui sampai usia dua tahun.
Terdapat pengeluaran lochea rubra sampai hari ketiga berwarna merah.
Lochea albahari kesepuluh kelima belas warna putih dan kekuningan. Ibu
dengan riwayat pengeluaran lochea purulenta,lochea statis,rasa nyeri
berlebihan memerlukan pengawasan khusus. Dan ibu yang menyususi
kurang dari 2 tahun (Manuaba, 2012:201)
2. Riwayat Kebidanan.
a) Riwayat haid
Dengan memberikan ASI maka kembalinya menstruasi atau haid sulit
diperhitungkan dan bersifat individu sebagian besar menstruasi kembali
setelah 4 sampai 6 bulan. Dalam waktu 3 bulan belum mestruasi, dapat
menjamin bertindak sebagai kontrasepsi (Manuaba, 2012: 203). Biasanya
wanita tidak akan menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum
mendapatkanlagi haidnya selama menyusui (Saifuddin, 2014:129)
b) Riwayat KB
Seorang wanita tidak akan menghasilkan telur(ovulasi)
sebelummendapatkan lagi haidnya selama menyusui . oleh karena itu,
metode amenorhelaktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali
untuk mencegah terjadinya kehamilan baru (Saiffudin, 2014:129)
3. Riwayat penyakit dahulu
a) Pengaruh penyakt jantung
Pengaruh penyakit jantung dalam masa pasca persalinan menurut
Manuaba (2012: 337) yaitu:
1. Setelah bayi lahir penderita dapat tiba-tiba jatuh kolaps, yang disebabkan
darah tiba-tiba membaniri tubuh ibu sehingga kerja jantung sangat
bertambah, perdarahan merupakan komplikasi yang cukup berbahaya.
2. Saat laktasi kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI Mudah
terjadi infeksi post partum,yang memerlukan kerja tambahan jantung.
20
3. Ibu yang pernah mengalami episode hipertensi pada kehamilan dapat terus
mengalami hingga pascapartum (fraser et al, 2009: 629).
21
anastesi hilang, kateter dapat dilepas dari setelah 12 jam operasi atau
keesokan harinnya. Segera setelah pasca partum kandung kemih, edema,
mengalami kongesti dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi,
pengosongan yang tidak lengkap dan residu urin yang berlebihan kecuali
perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Efek
persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam
pertama poscpartum, kecuali wanitamengalami infeksi saluran kemih.
Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima
pascapartum. Dieresis adalah rute utama tubuh untuk membuang
kelebihan cairan interstitial dan kelebihan volume cairan (Varney et al,
2008:961).
c) Personal hygiene
Mengajarkan pada ibu bagaimana cara membersihkan daerah insisi. Luka
insisi dispeksi setiap harisehingga pembalut luka alternative ringan tanpa
banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat
diangkat setelah hari keempat setelah pembedahan. Paling lambat hari
ketiga post partum pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
Selain itu pakaian juga dapat dilonggarkan terutama didaerah dada
sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat dengan
kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam
sebaiknya yang menyerap, sehingga locheatidak memberikan iritasi pada
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochea( Manuaba, 201:202)
d) Istirahat
Anjurkan ibu beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
yaitu mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri (saifuddin, 2014:127).
e) Aktivitas
Pada ibu hamil penderita preeklamsia sementara untuk aktivitas sebisa
22
mungkin membatasi aktivitasi. Jangan terlalu lelahdan memaksakan diri
melakukan aktivitas sehari-hari terlalu berat.
7. Reproduksi dan seksualitas
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam lubang vagina
tanpa rasa nyeri. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau
6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan (Saifuddin, 2012: 128).
B. Pemeriksaan fisik.
a. Kepala: Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang berketombe dan
kurang bersih serta pada ibu hamil dengan preeklamsia akan mengalami
sakit kepala.Muka: Biasanya pada ibu hamil preeklamsia wajah tampak
oedem.
b. Mata: Biasanya pada ibu hamil dengan preeklamsia ditemukan
konjungtiva
anemis dan bisa juga ditemukan oedem pada palvebra. Pada ibu hamil
yang mengalami preeklamsia biasanya akan terjadi gangguan penglihatan
yaitu, penglihatan kabu
c. Telinga: biasanya pada ibu hamil tidak ada kelainan pada telinga yaitu
telinga simetris, tidak ada lesi, tidak oedem.
d. Hidung: biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan gangguane
e. Mulut: biasanya akan terjadi pembengkakakn vaskuler pada gusi,
menyebabkan kondisi gusi menjadi hiperemik dan lunak, sehingga gusi
bisa mengalami pembengkakan dan perdarahan.
f. Leher: biasanya akan ditemukan pembesaran pada kelenjer tiroid.
g. Thorak: 1)Paru-paru: akan terjadi peningkatan respirasi, edema paru, dan
nafas pendek. 2) Jantung: pada ibu hamil terjadi palpitasi jantung, pada ibu
yang mengalami preeklamsia dalam kehamilan bisa juga terjadi
dekompensasi jantung. 3) Sistem pernafasan: Pada ibu hamil dengan
preeklamsia akan ditemukan hiper refleksia.
h. Ketiak: Biasannya pada ibu hamil tidak di temukan masalah atau normal.
23
i. Payudara: biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat dan
lebih keras, putting menonjol dan areola menghitam dan membesar dari
3cm sampai 6cm, permukaan pembuluh darah menjadi lebih terlihat.
j. Abdomen: pada ibu hamil akan ditemukan umbilicus menonjol keluar, dan
membentuk uatu area berwarna gelap, dinding abdomen, serta akan
ditemukan linea alba dan linea nigra. Pada ibu hamil preeklamsia
biasannya akan ditemukan nyeripada daerah epigastrium dan akan terjadi
anoreksia, dan mual muntah.Inspeksi: membesatatau tidak (pada
kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin belum nyata). Palpasi:
tentukan tinggi fundus uteri (pada kehamilan muda dilakukan dengan
palpasi bimanual dalam, ukuran uterus baru dapat diperkirakan saat
kehamilan sudah lebih besa. Tinggi fundus dapat diiukur dengan pita
ukuran sentimeter (jarak antar fundus uteri dengan tepi atas simpisis of
pubis)
Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan dengan sistematika berikut ini:
a) Leopold 1
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang berada
difundus dengan kedua telapak tanggan
b) Leopold II
c) Kedua telapak tanggan menekan uterus dari kiri kanan, jari kearah
kepala pasien, mencari sisi bagian besar (biasannya punggung)
janin, atau mungkin bagian keras bullat (kepala janin).
d) Leopold III
Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak dibawah (di ats
simfisis)sementara tanggan lainnya menahan fundus untuk fiksasi
untuk melihat apakah sudah masuk PAP atau belum.
e) Leopold IV
Kedua tanggan menekan bagian bawah uterus dari kiri kanan, jari
kearah kaki pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan
menentukan apakah bagian tersebut sudah masuk/melewati pintu
atas panggul (biasannya dinyatakan dengan satuanx/5) (Vivian,
2014:158).
24
k. Pemeriksaan janin: biasannya ibu hamil dengan preeklamsia bisa terjadi bunyi
jantung janin yang tidak teratur dan gerakan janin yang melemah.
l. Ekstremitas: pada ibu yang mengalami preeklamsia dalam kehamilan bisa
ditemukan edema pada kaki dan tangan juga pada jari-jari.
m. Genitourinaria: biasanya pada ibu hamil dengan preeklamsia akan didapatkan
oliguria dan proteinuria, pada ibu hamil dengan preeklamsia (Reeder, 2011;
Mitayani, 2011).
n. Genetalia: Pada genetalia yang haru diperiksa adalah ada tidaknya pengeluaran
darah pada vagina, warna darah , bai serba pengeluran lockea(saifuddin,
2014:124).
C. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium merupakan hal penting untuk menilai adannya masalah pada
ibu hamil. Jika masalah dapat tertangani, maka akan mencegah kematian dan
kesakitan pada ibu dan anak. Tes lain berguna jika hanya ada indikasi
perlunnya tes tersebut. Tes laboratorium yang diperlukan adalah sebagai
berikut (Vivian, 2014:170)
1. Hemoglobin
2. Protein urine
3. Glukosa dalam urine
25
2.14 WOC/ Pathway
26
1. berat badan membaik 1. identifikasi kondisi kesehatan pasien
2. indeks massa tubuh yang dapat mempengaruhi berat
membaik badan
Terapeutik
1.
2.
badan yang realistis
Edukasi
1.
makanan, aktivitas fisik,
penambahan berat badan dan
penurunan berat badan
2.
dan berat badan kurang
3.
minggu, jika perlu
4.
makan, aktivitas fisik dan perubahan
berat badan
Terapeutik
27
5. Persiapan materi, media, alat peraga
6. Jadwalkan waktu yang tepat untuk
memmberikan pendidikan kesehatan
7. Berikan kesempatan pasien dan
keluarga bertanya
8. Sediakan rencana makan tertulis, jika
perlu
Edukasi
Kolaborasi
28
3. Tekanan darah membaik 1. Identifikasi status obseterik
4. Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi riwayat obstetrik
3. Identifikasi adanya penggunaan obat,
diet, dan merokok
4. Identifikasi pemeriksaan kehamilan
sebelumnya
5. Periksa denyut jantung janin selama
1 menit
6. Monitor denyut jantung janin
7. Monitor tanda vital ibu
Terapeutik
Edukasi
29