Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

RADIKULOPATI LUMBAL

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Medikal Bedah

Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Deudeu Durotun Nafisah
4121010
Profesi Ners Nusantara

PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS

INSTUTUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2021
A. KONSEP TEORI PENYAKIT

1. Definisi

Radikulopati merupakan keadaan terjadinya gangguan pada

radiks/serabut saraf, yang sesuai dengan distribusi serabut sarafnya dan

menyebabkan nyeri radikuler, dapat disertai dengan paresthesia dan rasa

raba yang berkurang, gangguan motorik (cram, atropi twiching dan refleks

fisiologi yang menurun) serta nyeri pada vertebra.

2. Anatomi dan Fisiologi

L5-S1 merupakan daerah yang menerima beban sangat berat

mengingat lumbal mempunyai gerak yang luas sementara sacrum rigid

(kaku). Akibatnya lumbosacral joint menerima beban gerakan dan berat

badan paling besar pada regio lumbal. Ligament utama dari tulang lumbal

(lumbar spine) sama seperti yang ada pada servical bawah dan tulang

torakal, yaitu ligamentum longitudinale anterior merupakan ligamen yang


tebal dan kuat, dan berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan ektensi

lumbal, ligamentum longitudinal posterior, ligamen ini sangat sensitif

karena banyak mengandung serabut saraf afferent nyeri (A delta dan tipe

C) dan memiliki sirkulasi darah yang banyak.

3. Etiologi

Terdapat tiga factor utama penyebab terjadinya radikulopati, yaitu

kompresif, proses inflamasi dan proses degenerasi sesuai dengan stuktur

dan terjadinya proses patologis.

a. Proses Kompresif

1) HNP (Hemiated Nucleus Pulposus) atau herniasi diskus

2) Dislokasi traumatic

3) Fraktur kompresif

4) Skoliosis

5) Tumor medulla spinalis

6) Neoplasma tulang

b. Proses Inflamasi Kelainan-kelainan inflamasi sehingga

mengakibatkan radikulopati seperti Herpes Zoster

c. Proses Degeneratif Kelainan yang mengakibatkan radikulopati adalah

Diabetes Melitus

4. Patofisiologi

Discus invertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia

bertambah tua, pada orang muda discus tersusun atas fibrokartilago

dengan matriks gelatinus, pada lanjut usia akan menjadi fibrokartilago


yang padat dan tidak teratur. Defenerasi discus merupakan penyebab nyeri

punggung yang biasa. Penonjolan discus atau kerusakan sendi dapat

mengakibatkan

penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang

menyebabka nyeri yang menyebar sepanjang saraf.

Segala sesuatunya yang bisa merangsang serabut sensorik pada

tingkat radiks dan foramen intervertebral dapat menyebabkan nyeri

radikuler, yaitu nyeri yang berpangkal pada tulang belakang tingkat

tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatome radiks posterior yang

bersangkutan.

5. Manifestasi Klinik

Rasa nyeri pada daerah sakrioliaka yang menjalar hingga ke

bokong, paha, betis dan kaki. Nyeri dapat ditimbulkan dengan Valsava

Maneuvers (batuk, bersin atau mengedan saat defekasi).

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. CT SCAN: pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik

komponen tulang servikal dan sangat membantu bila ada fraktur akut.

b. MRI : pemeriksaan ini sudah menjadi metode pilihan untuk daerah

servikal. MRI dapat mendeteksi kelainan ligament maupun discus.

Seluruh daerah medulla spinalis, radiks saraf dan tulang vertebra dapat

divisualisasikan.

c. Elektromiografi (EMG) : pemeriksaan EMG membantu mengetahui

apakah suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak, karena pasien


dengan spasme otot, artitis juga mempunyai gejala yang sama. Selain

itu juga untuk enentukan level dari iritasi/kompresi radiks,

membedakan lesi radiks dan lesi saraf perifer, membedakan adanya

kompresi atau iritasi.

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan radikulopati lumbar bergantung pada penyakit

yang mendasari dan derajat gejala yang dialami pasien. Manajemen

konservatif diutamakan, dapat mencakup analgesik dan program

rehabilitasi medik. Tindakan pembedahan dipertimbangkan sesuai

indikasi.

a. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi lini pertama untuk mengatasi nyeri pada

radikulopati lumbar adalah paracetamol dan obat antiinflamasi

nonsteroid (OAINS). Golongan opioid dapat dipertimbangkan jika

nyeri belum teratasi.

b. Terapi Nonfarmakologis

Terapi rehabilitasi medik, akupuntur, dan traksi dapat

digunakan sebagai terapi tambahan pada radikulopati lumbar.

c. Pembedahan

Tindakan pembedahan dapat menjadi alternatif pada

radikulopati lumbar yang gagal dengan terapi konservatif.

8. Komplikasi

a. Mati rasa permanen dari lutut hingga pergelangan kaki


b. Kesulitan berjalan atau menjaga keseimbangan tubuh

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit,

nomor register dan diagnosa medik.

b. Keluhan utama

Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun

kronis lebih dari 2 bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan

tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan

memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan utama

d. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita

penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami

kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita penyakit

gangguan tulang atau otot sebelumnya.

e. Riwayat penyakit keluarga

Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan

gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan


dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja,

dan kerja statis

f. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi dan metabolisme. Pola nutrisi pasien, kebiasaan

memakan makanan berlemak dan tinggi natrium.

2) Pola eliminasi. Pasien dapat mengalami gangguan eliminasi akibat

masalah pada ginjal.

3) Pola aktivitas dan latihan. Aktivitas klien akan terganggu karena

merasa letih dan kelelahan.

4) Pola tidur dan istirahat. Pola tidur dan istirahat terganggu

sehubungan rasa nyeri akibat peningkatan tekanan intrakranial.

5) Pola persepsi dan konsep diri. Biasanya terjadi kecemasan pada

terhadap penyakitnya.

6) Pola sensori dan kognitif. Pada penciuman, perabaan, perasaan,

pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan

7) Pola hubungan dan peran.

8) Pola seksual reproduktif. Kaji bagaimana pemahaman klien

terhadap fungsi seksual, apakah ada gangguan hubungan seksual.

9) Pola presepsi dan konsep diri. Kaji bagaimana klien mamandang

dirinya serta penyakit yang dideritanya.

10) Pola toleransi-koping stres. Kaji koping mekanisme yang

digunakan pada saat terjadi masalah atau kebiasaan menggunakan


koping mekanisme tingkat toleransi stress yang pernah

dimilikinya.

11) Pola nilai dan kepercayaan. Kaji bagaimana pengaruh agama

terhadap penyakit yang dialami klien.

2. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum.

b. Tanda – tanda Vital.

c. Antropometri.

d. Sistem pengindraan.

Mata : lapang pandang.

Hidung : kemampuan penciuman.

Telinga : keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.

e. Sistem pernapasan.

Pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara, dan bunyi tambahan

ronchi, wheezing.

f. Sistem kardiovaskuer.

Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi, bunyi

jantung.

g. Sistem gastrointestinal.

Nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan minum, peristaltik usus

dan eliminasi.

h. Sistem integumen.

Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna permukaan kuku.
i. Sistem muskuloskletal.

Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas bawah,

j. Sistem endokrin.

Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.

k. Sistem reproduksi.

Nilai keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.

l. Sistem Neurologis

Tingkat kesadaran dengan menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS)

dan pemeriksaan saraf

3. Pathways
4. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan saraf, masalah muskuloskeletal

b. Gangguan Mobilitas Fisik b/d nyeri, spasme otot, dan penurunan

fleksibilitas.
5. Intervensi Keperawatan

NOC NIC
NO DIAGNOSA
NURSING OUTCOME NURSING INTERVENTION
NOC NIC
 Pain level  Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri,
 Pain Control durasi, frekuensi, intensitas nyeri juga
 Comfort Level skala nyeri
Kriteria Hasil:  Identifikasi faktor yang memperberat
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab dan memperingan nyeri
nyeri, mampu menggunakan teknik  Berikan terapi non farmakologis untuk
Nyeri akut b/dpeningkatan tekanan
1 nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, dan mengurangi rasa nyeri (mis: terapi
vaskuler serebral dan iskemia
mencari bantuan) musik hopnosis, teknik imajinasi
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan terbimbing, kompres hangat/dingin)
menggunakan manajemen nyeri  Kontrol lingkungan yang memperberat
 Mampu mengenali nyeri (skala, intesitas, rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
frekuensi dan tanda nyeri) pencahayaan,kebisingan)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Kolaborasi pemberian analgetik, jika
berkurang perlu
NOC NIC
 Mobilitas fisik  Kaji secara kontinu mobilitas fisik klien
Kriteria hasil: seperti bergerak dan berdiri
Gangguan Mobilitas Fisik b/d nyeri,
 Klien dapat melakukan mobilitas secara  Anjurkan pasien untuk tetap ikut
2 spasme otot, dan penurunan
bertahap dengan tanpa merasakan nyeri berperan serta dalam aktivitas sehari-
fleksibilitas
hari
 Demonstrasikan kepada pasien
penggunaan alat bantu seperti tongkat
C. DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.


Yogyakarta : DIVA Press (Anggota IKAPI).
Bachrudin, M & Najib, M .(2016). Keperwatan Medikal Bedah 1. Jakarta :
Pusdik SDM Kesehatan
Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12.
Terjemahan oleh Devi Yulianti, Amelia Kimin. 2015. Jakarta :
EGC.
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan
2012-2014. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC
jilid 1 & 2. Yogyakarta : MediAction

Anda mungkin juga menyukai