Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN APENDISITIS

STASE MEDIKAL BEDAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Medikal Bedah

Program Profesi Ners

Disusun Oleh:

Deudeu Durotun Nafisah


4121010
PROFESI NERS NUSANTARA

PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS

INSTUTUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2021
A. KONSEP TEORI PENYAKIT

1. Definisi

Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya

lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid. Obstruksi

lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Infeksi dan pembengkakan

pada usus buntu yang dapat menurunkan suplai darah ke dinding usus

buntu. Hal ini menyebabkan kematian jaringan dan usus buntu bisa pecah

atau pecah sehingga mengakibatkan bakteri dan tinja masuk ke dalam

perut (Cheng et al., 2014).

Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga

memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang

umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat, 2010).

2. Anatomi dan Fisiologi

Usus Besar

Usus Buntu

Usus buntu atau apendis merupakan bagian usus yang terletak

dalam pencernaan. Untuk fungsinya secara ilmiah belum diketahui secara

pasti, namun usus buntu ini terkadang banyak sekali sel-sel yang berfungsi
untuk mempertahankan atau imunitas tubuh. Lendir dalam apendiks

bersifat basa mengandung amilase dan musin atau imunoglobumin dalam

jumlah sedikit yang efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi.

3. Etiologi

Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada

factor prediposisi yaitu:

a. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya

obstruksi ini terjadi karena:

1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab

terbanyak

2) Kostipasi (kebiasaan memakan yang rendah serat) tinja yang

keras.

b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan

Streptococcus

4. Patofisiologi
Obstruksi pada apendisitis menyebabkan mukus yang diproduksi

mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin

banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan

sehingga menyebabkan penekanan tekanan intralumen. Tekanan yang

meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan

edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi

terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.

Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat.

Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan

bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan

mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah

kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila

dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.

5. Manifestasi Klinik

a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam

ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.

b. Nyeri tekan local pada titik McBurney (1/3 jarak dari umbilikus ke

SIAS/ Spina iliaka posterios superior) bila dilakukan tekanan

c. Nyeri tekan lepas dijumpai.

d. Terdapat konstipasi atau diare.


e. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai

abdomen terjadi akibat ileus paralitik/gangguan pergerakan usus

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium

Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak

dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis

berkisar antara 12.000 - 18.000/mm3.

b. Pemeriksaan Urinalisis

Membantu untuk membedakan appendicitis dengan pyelonephritis

atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria

dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter.

c. Ultrasonografi Abdomen (USG)

Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk

menunjang gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis

appendicitis akut adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7

mm atau lebih, didapatkan adanya cairan atau massa pada appendix.

d. CT-Scan
CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak jelas.

Sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Diagnosis

appendicitis dengan CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih

dari 5-7 mm pada diameternya.

7. Penatalaksanaan Medis

a. Penanggulangan konservatif

Penanggulangan konservatif berupa pemberian antibiotik.

Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita

Apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian cairan

dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik

b. Prosedur pembedahan

Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis

maka tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks

(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian

antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses

appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).

c. Pencegahan Tersier

Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah

terjadinya komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-


abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses

intraperitonium. Pasca appendektomi diperlukan perawatan intensif

dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar

infeksi intra-abdomen.

8. Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat

berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10%

sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi

secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

b. Penanggung Jawab

Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, alamat dan hubungan

dengan klien.

c. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.

Biasanya klien waktu mau dirawat kerumah sakit dengan keluhan

sakit

perut di kuadran kanan bawah, biasanya disertai muntah dan BAB

yang sedikit atau tidak sama sekali, kadang –kadang mengalami diare

dan juga konstipasi.


d. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit.

e. Riwayat kesehatan yang lalu

Biasanya klien memiliki kebiasaan memakan makanan rendah serat,

juga bisa memakan yang pedas-pedas.

f. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga

lain atau riwayat penyakit lain

g. Pengkajian Pola Aktifitas Sehari-hari

1) Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

Kaji pasien tentang pola yang dipahami tentang kesehatan dan

bagaimana kesehatan dikelola.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Kaji pola nutrisi sebelum MRS dan saat MRS pada klien.

3) Pola eliminasi

Kaji bagaimana pola defekasi sebelum dan saat sakit apakah

konstipasi, diare, adanya darah pada feses, kembung, rasa penuh

pada perut atau nyeri.

4) Pola aktifitas dan latihan

Kaji pola aktivitas pasien apakah mudah lelah atau terganggunya

rutinitas sehari-hari.

5) Pola istirahat tidur


Kaji perubahan pola tidur sebelum dan saat sakit. Biasanya klien

mengalami perubahan pada pola istirahat tidur karena nyeri dan

ansietas.

6) Pola persepsi sensori dan kognitif

Kaji keluhan yang berkenan dengan kemampuan sensasi dan

kognitif, persepsi terhadap nyeri, kesulitan yang dialami.

7) Pola peran dan hubungan

Kaji bagaimana peran dan fungsi serta hubungan dengan

masyarakat.

8) Pola seksual reproduktif

Kaji bagaimana pemahaman klien terhadap fungsi seksual, apakah

ada gangguan hubungan seksual.

9) Pola presepsi dan konsep diri

Kaji bagaimana klien mamandang dirinya serta penyakit yang

dideritanya.

10) Pola toleransi-koping stres

Kaji koping mekanisme yang digunakan pada saat terjadi masalah

atau kebiasaan menggunakan koping mekanisme tingkat toleransi

stress yang pernah dimilikinya.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap penyakit yang dialami

klien.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem persepsi sensori

Kaji bagaimana persepsi pasien saat mengalami nyeri

b. Sistem Persarafan

Adakah gangguan persarafan atau tidak

c. Sistem Pernafasan

Adakah gangguan pernafasan atau tidak

d. Sistem Kardiovaskuler

Adakah terjadi gangguan jantung atau tidak

e. Sistem Gastrointestinal

Adakah Nausea dan muntah atau tidak, distensi abdomen, nyeri

tekan/nyeri lepas, kekakuan. Biasanya ada diare atau konstipasi.

f. Sistem integument

Adakah terjadi gangguan pada integument atau tidak

g. Sistem Reproduksi

Adakah terjadi gangguan pada sistem reproduksi atau tidak

h. Sistem Perkemihan

Adakah terjadi gangguan buang air kecil atau tidak

i. Sistem Muskuloskeletal

Adakah terjadi gangguan pada tulang, sendi, dan otot

3. Pathways
4. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d agen injuri biologis (distensi jaringan intestinal oleh

inflamasi)

b. Resiko kekurangan volume cairan b/d mual muntah

c. Resiko infeksi b/d prosedur pembedahan


5. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NURSING OUTCOME (NOC) NURSING INTERVENTION (NIC)


NOC NIC
 Pain level Pain Management
 Pain Control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Comfort Level termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas dan faktor predisposisi.
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, - Observasi tanda-tanda vital
mampu menggunakan teknin nonfarmakologi - Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk
untuk mengurangi nyeri, dan mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri klien.
Nyeri akut berhubungan dengan agen - Bantu klien untuk mencari dan menemukan
1  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
cidera biologis dukungan.
menggunakan manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intesitas, - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
frekuensi dan tanda nyeri) nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
berkurang
- Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri.

2 Kekurangan volume cairan NOC NIC


berhubungan dengan mual, muntah  Fluid Balance Fluid Management
 Hydration  Pertahankan catatan intake dan output yang
 Nutritional Status
akurat
Kriteria Hasil:
 Monitor status hidrasi
 Mempertahankan urin output
Monitor Vital Sign
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
 Monitor tanda-tanda vital secara berkala
normal
 Monitor masukan makanan dan cairan
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik,
 Kolaborasi pemansangan cairan IV
membran mukusa lembab, dan tidak ada rasa haus
 Dorong masukan oral
yang berlebih
NIC
 Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada area
NOC
insisi
 Immune status
 Monitor tanda-tanda vital. Perhatikan demam,
 Knowledge: Infection control
menggigil, berkeringat, perubahan mental
 Risk Control
Resiko infeksi berhubungan dengan  Lakukan teknik isolasi untuk infeksi enterik,
3 Kriteria Hasil:
prosedur pembedahan termasuk cuci tangan efektif.
 Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
 Pertahankan teknik aseptik ketat pada
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
perawatan luka insisi / terbuka
timbulnya infeksi
 Awasi / batasi pengunjung dan siap kebutuhan
 Nilai leukosit dalam batas normal (4,5-11ribu/ul)
 Kolaborasi tim medis dalam pemberian
antibiotik
C. DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan


2012-2014. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC
jilid 1 & 2. Yogyakarta : MediAction
Muttaqin. 2010. Asuhan Keperawatan perioperatif konsep, proses, dan
aplikasi . Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A., & Sari, K. 2011. Gangguan Gastrointestinal (Aplikasi
asuhankeperawatan medical bedah). Jakarta: Salemba Medika.
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: ECG
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,
Penyakit Dalam. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai