Anda di halaman 1dari 21

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.

SR

DENGAN OPERASI LIMFADENOPATI

STASE KEPERAWATAN DASAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Dasar

Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Deudeu Durotun Nafisah
4121010
Profesi Ners Nusantara

PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS

INSTUTUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG

2021
A. KONSEP TEORI PENYAKIT

1. Definisi

Limfadenopati merupakan pembesaran Kelenjar Getah Bening

(KGB) dengan ukuran lebih dari 1 cm. Berdasarkan lokasinya

limfadenopati terbagi menjadi limfadenopati generalisata dan

limfadenopati lokalisata (Oehadian, 2013). Istilah limfadenopati sering

didefinisikan sebagai kelainan dari KGB dalam bentuk ukuran, jumlah

maupun konsistensinya yang disebabkan adanya penambahan sel-sel

pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri, adanya infiltrasi sel-

sel peradangan (neutrofil) atau adanya infiltrasi sel-sel ganas.

2. Anatomi dan Fisiologi

Sistem limfatik mempunyai peranan penting dalam sistem

kekebalan tubuh. Limfonodus/Kelenjar Getah Bening (KGB) menyaring

cairan limfe yang beredar di sistem limfe dalam seluruh tubuh.

Limfonodus berkerja sama dengan limpa, timus, tonsil, adenoid, agregat

jaringan limfoid di lapisan dalam saluran pencernaan yang disebut bercak

peyer atau gut associated lymphoid tissue (GALT) terorganisir sebagai

pusat sel –sel imun untuk menyaring antigen dari cairan ekstraseluler.
Gambar 1. Anatomi sistem limfatik
Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstitium ke
plasma melalui sistem limfe, tempat cairan tersebut disaring melalu kelenjar
limfe untuk pertahanan imun. Sistem limfe ini terdiri dari jaringan pembuluh
satu arah yang luas dan merupakan rute tambahan untuk mengembalikan
cairan interstitium ke dalam darah. Pembuluh-pembuluh limfe yang kecil dan
buntu (Kapiler limfe) berada hampir semua jaringan tubuh.Tekanan cairan
dibagian luar dari pembuluh mendorong tepi-tepi tersebut masuk, membuka
katup dan memungkinkan cairan interstitium tersebut masuk.
Sistem limfatik merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan

dapat megalir dari ruang interstitial ke dalam darah sebagai transudate di

mana selanjutnya ia berperan dalam respon imun tubuh. Secara umum

sistem limfatik memiliki tiga fungsi yaitu :

a. Mempertahankan konsentrasi protein yang rendah dalam cairan

interstitial sehingga protein-protein darah yang difiltrasi oleh kapiler

akan tertahan dalam jaringan, memperbesar volume cairan dan

meninggikan tekanan cairan interstitial. Peningkatan tekanan

menyebabkan pompa limfe memompa cairan interstitial masuk kapiler

limfe membawa protein berlebih yang terkumpul tersebut. Jika sistem

ini tidak berfungsi maka dinamika pertukaran cairan pada kapiler akan

menjadi abnormal dalam beberapa jam hingga menyebabkan kematian.

b. Absorbsi asam lemak, transport lemak dan kilus (chyle) ke system

sirkulasi.

c. Memproduksi sel-sel imun (seperti limfosit, monosit dan sel-sel

penghasil antibodi yang disebut sel plasma). Nodus limfoid

mempersiapkan lingkungan tempat limfosit akan menerima paparan

pertamanya terhadap antigen asing (virus, bakteri, jamur) yang akan

mengaktivasi limfosit untuk melaksanakan fungsi imunitas.

(Wardhani, 2011).
3. Etiologi

a. Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian

atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus,

Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun

Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo

Virus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes

Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus

(HIV).

b. Infeksi bakteri disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau

stafilokokus aureus.

c. Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan

limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif

suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu

diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum

halus masih merupakan kontroversi.

d. Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata.

Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti

fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,

atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,

penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).

e. Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah

leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.


f. Penyakit sistemik lainnya

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah

penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit

Kolagen, penyakit Cat scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis,

Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE).

4. Patofisiologi

Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan

sistem vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial

kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral

dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah

terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe

dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut,

lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama

seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih

banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe.

Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang

bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga

bertambah dengan cara yang sama.

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis yang sering terjadi pada penderita

Limfadenopati seperti demam yang berkepanjangan dengan suhu lebih

dari 38,0 C, sering keringat malam, kehilangan Berat Badan (BB) lebih
dari 10% dalam 6 bulan, timbul benjolan di daerah Sub Mandibular, ketiak

dan lipat paha (Oktarizal, 2019). Lokasi benjolan antara lain:

Lokasi Saluram Limfa Penyebab


Submandibular Lidah, kelenjar Infeksi di kepala, leher,
submaxillary, bibir dan sinus, mata, kulita kepala
mulut. dan faring.
Sub mental Bibir bagian bawah, dasar Sindrom mononucleosis,
mulut, ujung lidah, dan virus Epstein Barr,
kulit leher. cytomeglovirus,
toxoplasmosiss
Jugular Lidah, tonsil, parotid Pharyngitis dan rubella
Posterior cervical Kulit kepala, leher, lengan Tuberculosis, lymphoma,
kelenjar di cervical dan tumor pada kepala dan
axillary leher
Suboccipital Kepala Lokal infeksi
Postauricular External auditory meatus, Lokal infeksi
dan kulit kepala
Preauricular Lipatan mata, konjungtiva Extrernal auditory canal
temporal region, pinna
Axillary Lengan, dinding dada dan Infection, lymphoma,
payudara kanker payudara, implan
silikon, melanoma
Epitrochlear Lengan dan tangan Infeksi, lymphoma,
sarcoidosis, syphilis
Inguinal Penis, scrotum, vulva, Infeksi paha dan kaki,
vagina, perineum, glutea virus herpes, gonococcal
region, bagian bawah perut infection, syphilis,
dan bagian anal chancroid, lymphoma,
pelvic malignancy,
bubonic plague
6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai

untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk

mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular,

nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat

dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis

limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai

sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.

b. CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan

diameter 5 mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi

limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer

menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan

pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.

7. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada

penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan

sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain observasi.

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi

untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat

tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang

menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang adekuat

mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.


Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif

yang biasa disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus

pyogenes. Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan

memberikan respon positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut

untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan penanganannya.

Penatalaksanaan limfadenopati dengan penanganan pembedahan yang

sering dilakukan yaitu Limfadenektomi pembedahan dimana KGB dan

sampel jaringan diperiksa dibawah mikroskop untuk tanda-tanda kanker

(Rasyid et al. 2018).

8. Komplikasi

Limfadenopati dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika

limfadenopati terdapat pada mediastinal, hal ini dapat menyebabkan vena

cava superior syndrome dengan obstruksi dari aliran darah, bronchi atau

obstruksi trachea. Bila limfadenopati pada abdominal (perut) dapat

menyebabkan konstipasi dan obstruksi intestinal yang dapat mengancam

kesehatan. Limfadenopati yang disebabkan oleh keganasan dapat

mengganggu metabolism tubuh yang menyebabkan nephropathy,

hyperkalemia, hypercalcemia, hypocalcemia dan gagal ginjal. (Oktarizal,

2019).

B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat

mengarahkan kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau


gangguan system kekebalan tubuh. Karakteristik dari KGB dan daerah

sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus diukur untuk perbandingan

berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat

pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan,

apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.

a. Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm

dikatakan abnormal.

b. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses

perdarahan.

c. Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat

seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan

kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya

abses/pernanahan.

d. Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan

bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis,

sarkoidosis atau keganasan.


2. Pathways

3. Diagnosis Keperawatan

a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

c. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan.


C. DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan


2012-2014. Jakarta : EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC
jilid 1 & 2. Yogyakarta : MediAction
Muttaqin. 2010. Asuhan Keperawatan perioperatif konsep, proses, dan
aplikasi . Jakarta: Salemba Medika.
Rasyid, S. R., Wulan, A. J., & Prabowo, A. Y. (2018). Diagnosis dan Tata
Laksana Limfadenopati. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung,
7, 3. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/
view/2088
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Hari/Tanggal : 7 Oktober 2021
Jam : 13:20
1. Pre Operasi
a. Identitas Pasien
No Rekam Medis : 00116091
Nama : Nn. Sr
Umur : 23 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Manikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Cikendal
Dx Medis : Limfadenopati Colli
b. Keluhan Utama
Klien takut akan dilakukan pembedahan untuk pertama kali
karena adanya benjolan di leher bagian kanan
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Klien mengatakan belum pernah dilakukan pembedahan
dan baru pertama kali dirawat dirumah sakit, pasien tidak
memiliki penyakit berat yang lain seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kronis yang lainnya.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mangatakan terdapat benjolan yang membesar sejak 1
minggu yang lalu.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat
penyakit apapun.
d. Pemeriksaan tanda-tanda vital
SpO2 : 98%
TD : 110/80mmHg
S : 37,5°C
R : 22x/menit
N : 85x/menit
e. Pemeriksaan penunjang
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan

Hemoglobin 11,5 P(>13th) > 12,0, L > 13.0 gr/dl


6/10/2021 Leukosit 12 Dewasa (>13th) 3,6-10 rb/mm³
12:45 wib Hematokrit 35 Perempuan (>13th) 35-45% %
Trombosit 428 150-450 x1000/ul

2. Post Operasi
Tiba diruangan RR (recovery room) pukul 15:45 WIB
a. Data Fokus
1) Data subjektif
Klien mengatakan nyeri dan tidak nyaman pada area leher
sebelah kanan, nyeri seperti ditusuk tusuk dengan skala 5,
nyeri bertambah berat.
2) Data objektif
Terpasang cairan NaCl, terdapat luka sayatan ±5cm tertutup
kasa pada bagian leher kanan, klien tampak meringis.
3) Tanda-tanda vital
SpO2 : 98%
TD : 120/80mmHg
S : 36,3°C
N : 98x/menit
R : 20x/menit
4) Terapi yang diberikan
a. Infus RL 500cc pemberian 20 tetes/menit
b. Injek Ceftriaxone 1gr/intra vena
c. Injek Keterolax 30mg/intra vema
d. Injek Ondansetron 4mg/ intra vena
B. Analisa Data
PRE OPERASI
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS Peradangan Ansietas b/d
- Klien mengatakan ↓ kurang terpapar
takut untuk dilakukan Terjadi kenaikan informasi
pembedahan aliran limfa pembedahan
- Klien mengatakan ↓
baru pertama kali Pembuluh vena
dirawat dirumah sakit meregang
- Klien mengatakan ↓
khawatir pada Terjadi bengkak
kondisi kesehatannya ↓
DO Dilakukan tindakan
- Klien terlihat gelisah invasif
- Akral dingin ↓
- Muka klien terlihat Kurang terpapar
pucat informasi
- TTV pembedahan
SpO2 : 98% ↓
TD : 110/80mmHg Ansietas
S : 37,5°C
N : 85x/menit
R : 22x/menit
POST OPERASI
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
2 DS Peradangan Nyeri akut b/d agen
Klien mengatakan ↓ pencedera fisik
nyeri dan tidak Terjadi kenaikan (prosedur invasif)
nyaman pada area aliran limfa
operasi ↓
P: Nyeri bertambah Pembuluh vena
ketika kepala meregang
bergerak ↓
Q: Nyeri seperti Terjadi bengkak
disayat ↓
R: Nyeri pada daerah Dilakukan tindakan
luka operasi invasif
S: Skala nyeri 5 (1- ↓
10) Terputusnya
T: Nyeri bertambah kontinuitas
berat jaringan
DO ↓
- Klien tampak Nyeri akut
meringis
- Terdapat luka
sayatan ±5cm
tertutup kasa pada
bagian leher kanan
- TTV
SpO2 : 98%
TD : 120/80mmHg
S : 36,3°C
N : 98x/menit
R : 20x/menit
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

Ansietas b/d kurang terpapar informasi pembedahan

Post Operasi

Nyeri akut b/d agen pencedera fisik (prosedur invasif)


D. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Ansietas b/d kurang informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas (I.09314)
pembedahan selama 1 jam diharapkan tingkat Observasi:
D.0080 pengetahuan meningkat dengan kriteria - Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
hasil: Terapeutik:
- Verbalisasi kehawatiran atas kondisi - Ciptakan suasana terapeutik untuk
menurun menumbuhkan kepercayaan
- Perilaku gelisah menurun - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan ,
- Pucat menurun, akral hangat jika memungkinkan
- TTV dalam batas normal - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pedekatan yang tenang dan
L.09093 meyakinkan
Edukasi:
- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
- Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat ansietas jika perlu
2 Nyeri akut b/d agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.0838)
(prosedur invasif) selama 1 jam diharapkan tingkat nyeri Observasi:
D.0077 berkurang dengan kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristrik, durasi,
- Keluhan nyeri berkurang, skala nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala
munurun nyeri
- Meringis berkurang - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Tanda-tanda vital normal Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
L.08066 mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Edukasi:
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik
E. Implementasi dan Evaluasi

No
DX Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1 Kamis, 07 14.20 - Memonitor tanda anxietas (verbal dan non S:


Oktober verbal) termasuk mengkaji tanda-tanda - Klien mengatakan sudah tahu bagaimana
2021 prosedur yang akan dilakukan saat
14.25 vital
pembedahan
- Menciptakan suasana terapeutik untuk - Klien mengatakan lebih tenang dan siap
14.30 menumbuhkan kepercayaan menjalani operasi
14.35 O:
- Mendengarkan dengan penuh perhatian
- Klien kooperatif
- Menggunakan pedekatan yang tenang dan - Klien tampak tenang, gelisah menurun, akral
14.40 meyakinkan hangat
- TTV
- Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi
14.45 SpO2: 98%
yang mungkin dialami TD : 110/80mmHg
- Menganjurkan kegiatan pengalihan, untuk S : 36,5°C
14.50 N : 85x/menit
mengurangi ketegangan seperti relaksasi
R : 22x/menit
- Klien dilakukan pembedahan di R. 02 A: Masalah ansietas sudah teratasi
P: Intervensi di hentikan
2 Kamis, 07 15.45 - Mengidentifikasi lokasi, karakteristrik, S:
Oktober durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - Klien mengatakan nyeri mulai berkurang,
2021 semula skala nyeri 5 menjadi skala 3.
dan skala nyeri
O:
15.55 - Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - Klien meringis hanya sesekali
16.05 - Memberikan teknik nonfarmakologis - TTV
SpO2 : 98%
untuk mengurangi rasa nyeri dengan
TD : 120/80mmHg
distraksi S : 36,3°C
16.15 N : 98x/menit
- Mengontrol lingkungan yang memperberat
R : 20x/menit
nyeri
16.20 A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
- Kolaborasi pemberian analgetik keterolac P: Intervensi dilanjutkan di ruang perawatan
30mg/intra vena Observasi:
16.30 - Identifikasi lokasi, karakteristrik, durasi,
- Klien dipindahkan ke ruang rawat inap
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan skala
Garnet nyeri
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi:
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik

Anda mungkin juga menyukai