Anda di halaman 1dari 41

REFERAT

LIMFADENOPATI PADA LEHER


Pembimbing :
dr. Kesuma Mulya, Sp.Rad

Disusun oleh :
Ahmad Rafi Faiq
1102015012

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD CILEGON
PERIODE OKTOBER-SEPTEMBER 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan
Limfadenopati Tiga perempat dari radiologi
merujuk kepada kasus limfadenopati diantaranya yaitu
nodul limfa yang yang diobservasi ultrasonografi, MRI,
tidak normal adalah dan CT-Scan dapat
ukurannya (lebih limfadenopati lokal, berguna untuk
dari 1 cm) atau dengan lokasi diagnosis dan
pada terbanyak di regio monitor pasien
konsistensinya. kepala dan leher. dengan
limfadenopati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Sistem Limfatik
Pembuluh Limfe
 Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan
berlokasi dekat dengan vena. Seperti vena, pembuluh limfe
memiliki katup yang mencegah terjadinya aliran balik.
Jaringan Limfoid dan Organ Limfoid

• Jaringan limfoid terdiri


dari :
1. Nodus
2. Nodulus

• Organ limfoid terdiri


dari :
1. Organ limfoid
primer
2. Organ limfoid
sekunder
II. Sistem Limfatik kepala dan leher
 Menurut Roezin sekitar 75 buah kelenjar limfe terdapat di setiap sisi leher
dan kebanyakan pada rangkaian jugularis interna (superior, media, dan
inferior) dan spinalis assessorius.Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah
submental, sub mandibula, servikalis superfisialis, retrofaring, paratrakeal,
spinalis asesorius, skalenus anterior, dan supraklavikula
Penataan kelompok kelenjar limfe pada kepala dan leher

 Leher dibagi dalam bentuk segitiga-segitiga yang dipisahkan oleh otot


sternokleidomastoid menjadi segitiga anterior dan posterior.
 Batas segitiga anterior m. sternohioid, digastrikus, dan sternokleidomastoid
sedangkan dipisahkan oleh otot sternokleidomastoid menjadi segitiga anterior dan
posterior. Segitiga posterior dibatasi oleh otot trapezius, klavikula, serta
sternokleidomastoid.
 Segitiga-segitiga tersebut kemudian terbagi lagi menjadi
segitiga yang lebih kecil.
Penataan kelompok kelenjar limfe pada kepala dan leher

 Pembagian kelompok kelenjar limfe leher menurut Sloan Kettering Memorial


Center Cancer Classification :
I. Kelenjar di segitiga submental dan submandibula
II. Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas, termasuk kelenjar limfe jugular
superior, kelenjar digastrik dan kelenjar limfe servikal postero superior.
III. Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid
dengan m. sternokleidomastoid dan batas posterior m. sternokleidomastoid.
IV. Kelompok kelenjar daerah jugularis inferior dan supraklavikula
V. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.
Penataan kelompok kelenjar limfe pada kepala dan leher

 Klasifikasi lainnya adalah menurut Committee for Head and Neck Surgery and
Oncology of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery (AAO-HNS) dengan modifikasi pada tahun 2002:
1 Level IA merupakan tempat kelenjar limfe submental dan submandibula
2 Level II A dan II B berlokasi di anteromedial saraf spinal assessorius sementara level II B
berlokasi di bagian posteromedialnya.
3 Level III dan level IV terletak sepanjang rantai jugular tengah dan bawah
4 Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V B dipisah oleh
garis horisontal yang terletak di inferior kartilago krikoid.
5 Level VI merupakan kompartemen sentral yang berisi kelenjar paratrakea, retrosternal,
prekrikoid, dan pretiroid.
III. Limfadenopati

3.1. Definisi
Limfadenopati merujuk kepada nodul limfa yang tidak normal
ukurannya (lebih dari 1 cm) atau pada konsistensinya. Nodul
supraklavikula, poplitea, dan iliaka yang teraba, dan nodul
epitrochlear yang lebih besar dari 5 mm, dianggap abnormal.
III. Limfadenopati

3.2. Klasifikasi
 Berdasarkan Lokasi
a. Limfadenopati generalisata: merupakan adanya pembesaran kelenjar limfe pada 2
atau lebih daerah yang tidak berdampingan (regio anatomi yang berbeda).
Penyebab dari limfadenopati generalisata adalah karena infeksi, penyakit
autoimun, keganasan, histiositosis, storage disease, hiperplasia jinak, dan reaksi
obat.
b. Limfadenopati regional : merupakan adanya pembesaran satu atau lebih kelenjar
limfe pada daerah yang berdampingan (pada satu regio). Kelenjar limfe berkumpul
dan tersebar diseluruh tubuh seperti di kepala dan leher, axilla, mediastinum,
abdomen, serta ekstremitas.
III. Limfadenopati

3.3. Epidemiologi
 Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45%
pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Pada umumnya
limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya apabiladisebabkan
infeksi virus.
 Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun
bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan
cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan
disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenopati lokalisata
lebih banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-
hemoliticus.
III. Limfadenopati

3.4. Etiologi

Keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik


MIAMI:
• malignancies (keganasan)
• infections (infeksi)
• autoimmune disorders (kelainan autoimun)
• miscellaneous and unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak-lazim)
• iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik)

Obat-obat yang dapat menyebabkan limfadenopati, antara lain, adalah


alopurinol, atenolol, kaptopril, karbamazepin, emas, hidralazin, penisilin, fenitoin,
primidon, pirimetamin, kuinidin, trimetoprimsulfametoksazol, sulindak.
III. Limfadenopati

3.4. Patofisiologi

• Patofisiologi limfadenopati terjadi melalui salah satu dari mekanisme berikut :


– Replikasi sel-sel nodus limfe sebagai respons terhadap stimulus antigen atau
sebagai hasil dari transformasi keganasan
– Masuknya sejumlah besar sel-sel eksogen ke dalam nodus limfe (misalnya neutrofil
atau sel metastasis)
– Deposisi materi asing pada sel-sel histiosit nodus limfe (misalnya pada lipid storage
disease)
– Pembesaran vaskuler dan edema akibat sekunder dari pelepasan sitokin lokal
– Supurasi akibat dari nekrosis jaringan (misalnya pada tuberkulosis)
• Bila mempengaruhi nodus limfe yang berada pada grup contagious lokal (misalnya di
regio aksila saja), maka terjadilah limfadenopati lokal.
• Bila sudah meluas dan mencakup dua atau lebih grup nodus limfe yang non-
contagious (misalnya regio aksila dan iliaka), maka terjadilah limfadenopati generalisata
III. Limfadenopati

3.5. Diagnosis
 Anamnesis
Pajanan binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak
penderita infeksi dan riwayat infeksi rekuren penting dalam evaluasi
limfadenopati persisten. Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi
ultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis karsinoma organ
dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit. Riwayat kontak
seksual penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinal
dan servikal yang ditransmisikan secara seksual.
III. Limfadenopati

3.5. Diagnosis
 Anamnesis
Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering
menyertai limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada
sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam, dan penurunan
berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B
symptom.
III. Limfadenopati

3.5. Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik
a. Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan
kemungkinan penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa.
b. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai karakteristik terfi
ksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal.
c. Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat
digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas.
d. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan
oleh inflamasi karena infeksi
III. Limfadenopati

3.5. Diagnosis
 Pemeriksaan Fisik daerah kepala dan leher
– Kelenjar getah bening servikal teraba pada sebagian besar anak, tetapi
ditemukan juga pada 56% orang dewasa.
– Kelenjar getah bening servikal yang berfluktuasi dalam beberapa minggu
sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda inflamasi atau nyeri yang signifikan
merupakan petunjuk infeksi mikobakterium, mikobakterium atipikal atau
Bartonella henselae.
– Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan
perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring,
nasofaring, laring, tiroid, dan esofagus).
– Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang
paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula.
III. Limfadenopati

3.5. Diagnosis
 Pemeriksaan Penunjang
• Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu hitung CBC, apus
darah tepi, laktat dehidrogenase, serologi B henselae, serta tuberculosis
skin test (TST). Evaluasi fungsi renal, hepar, dan kultur juga penting
untuk menentukan penyakit sistemik yang mendasari.
• Biopsi aspirasi jarum halus serta biopsi eksisi tetap merupakan prosedur
diagnostik terpilih. Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi
merupakan hal yang penting untuk diagnostik yang tepat, terutama
untuk membedakan limfoma dengan hiperplasia reaktif yang jinak
III. Limfadenopati

3.6. Terapi
Tatalaksana ditentukan oleh penyebab spesifik yang mendasari terjadinya
limfadenopati.
– Kebanyakan klinisi menangani anak dengan limfadenopati servikal secara
konservatif. Antibiotik sebaiknya diberikan hanya jika diduga adanya infeksi
bakteri.
– Jika gambaran klinis pasien mengarah kepada keganasan seperti demam
yang persisten atau penurunan berat badan, maka biopsi harus segera
dilakukan
– Penatalaksanaan tumor primer bisa berupa operasi radikal atau
kemoterapi, tergantung histopatologi tumor, lokasi, serta kemungkinan
metastasisnya.
– Pada penderita metastasis servikal, dapat dilakukan limfadenektomi
servikal berupa diseksi leher radikal maupun diseksi leher modifikasi (atau
fungsional) yang mempertahankan saraf, otot dan vena yang umumnya
direseksi pada metode radikal.
IV. Gambaran Radiologis Pada Limfadenopati Servikal
• Pemeriksaan USG, CT dan MRI dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya limfadenopati.
• Ultrasonografi (USG) merupakan perangkat yang relatif aman,
tidak mahal, tersedia di banyak tempat dan bisa digunakan
untuk pemeriksaan spesifik seperti ukuran lesi sehubungan
dengan progresivitasnya, lokasi, hubungan lesi dengan struktur
yang berdekatan, terutama pembuluh darah, karakter lesi (solid,
kistik), serta jumlah dan ukuran kelenjar limfe yang terlibat di
area tersebut.
• Pada populasi anak, USG merupakan pemeriksaan yang paling
sesuai sebagai modalitas pencitraan awal karena ketiadaan
radiasi ionisasi.
• Gabungan teknik ultrasound, fine needle aspiration (FNA) dan
pemeriksaan sitologi memiliki keunggulan tersendiri dalam
pemeriksaan jaringan lunak daerah leher
• CT dan MRI dapat dilakukan sebagai pemeriksaan tambahan
dan bisa lebih lanjut mengkarakteristikan abnormalitas pada
kelenjar, serta menentukan stadium primer tumor dan
kelenjar limfe.
• Untuk menentukan limfadenopati metastasis yang paling
penting adalah adanya nekrosis nodal, yang bisa terdeteksi
lewat CT yang diperkuat dengan kontras. CT merupakan
metode terbaik untuk melihat penetrasi kapsular dan
perluasan ekstrakapsular dari kelenjar limfe dibanding MRI.
Peran dalam pemeriksaan pencitraan
USG dapat digunakan untuk mengkonfirmasi adanya
kelenjar limfe yang abnormal dan karakteristik dari
ukuran, bentuk, batas, arsitektur internal, vaskularitas
dan perinodal soft tissue. Kelebihan USG adalah:
1. Ketiadaan dari radiasi ionisasi
2. Kemampuannya dalam mengkarakteristikan suatu
kelenjar limfe sebagai kistik atau solid
CT-scan dengan MRI dapat digunakan
untuk melihat lebih lanjut luas dari
abnormalitas pada USG dan untuk
mengkonfirmasi jika dicurigai adanya
deep nodal abnormalities.
Keunggulannya adalah:
1. Dapat melihat lokalisasi anatomi
superior
2. Determinasi ukuran, jumlah,
bentuk, batas, arsitektur internal,
serta melihat lebih jelas
karakteristik dari nodul
3. Mengevaluasi perinodal soft
tissue pada kepala dan leher
Kelenjar Limfe Normal

Pada pemeriksaan USG kelenjar limfe normal atau reaktif bentuknya


dapat diidentifikasi dengan hila fatty echogenic dan korteks relatif
hypoechoic terhadap otot. USG doppler dapat menunjukkan
avaskularitas atau vaskularitas simetris hilus radial dengan indeks
pulsatilitas rendah dan indeks resistif rendah.
Pada CT, nodul relatif iso-
atau hypoattenuating
terhadap otot dan
menunjukkan adanya mild
homogenous enhancement
setelah pemberian kontras.
Nodul normal terbatas
dengan preserved fat planes
dan struktur berdekatan.
Pada MRI, nodus menunjukkan sinyal low to intermediate pada T1
weighted images, serta sinyal intermediate to high pada T2-
weighted images relatif terhadap otot serta homogenous
enhancement setelah pemberian kontras IV
Kelenjar Limfe Reaktif
Biasanya memberikan gambaran sedikit membesar dan dapat
menunjukkan adanya mild enhancement pada CT atau MRI serta
vaskularitas yang menjalar dari hilus pada USG doppler. Pada USG
terlihat adanya pembesaran kelenjar dan lebih hypoechoic
dibandingkan normalnya dengan adanya broader echogenic center
Gambar USG pada Kelenjar Limfe Reaktif
Infeksi Bakteri
Pada USG gambaran
adenopati supuratif adalah
adanya regio anechoic,
vaskularitas perifer serta
kemungkinan adanya
septations dan posterior
acoustic enhancement.
Pada CT nodus supuratif menunjukkan hypoattenuating
sentral dengan peripheral rim enhancement dan inflamasi
pada perinodal. MRI menunjukkan adanya T1 hipo- dan T2
hiperintensitas dengan adanya peripheral enhancement

Gambar Abses pada USG


Infeksi mycobacterium
Kalsifikasi nodul dapat dilihat
pada fase kronik atau setelah
pengobatan. USG, CT dan
MRI dapat menggambarkan
seluruh tahapan penyakitnya.

Gambar CT Scan pada Adenitis Tuberkulosis


Cat scratch disease
Pada USG nodul yang
terinfeksi berbentuk bulat,
hypoechoic secara
heterogen, hipervaskular,
dan dengan inflamasi pada
sekitarnya. Nodul sedikit
lunak tapi tidak nyeri.
Mereka dapat sulit
dibedakan dengan nodul
malignan
Penyakit Kawasaki

Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya massa nodul yang


bersatu membentuk suatu kumpulan seperti anggur yang
dibentuk oleh nodul hypoechoic multipel. Pada kepala dan leher
dapat ditemukan mukositis, termasuk pembesaran tonsil dan
edema retrofaringeal
Penyakit Kimura
Pada USG ditandai dengan adanya lesi hypoechoic hipervaskular
disekitar jaringan subkutan. Kelenjar limfe yang terinfeksi juga akan
membesar dan menjadi hipervaskular. Pada MRI menunjukkan adanya
sinyal low to intermediate pada T1 weighted images, dan sinyal
intermediate to high pada T2 weighted images relatif terhadap otot,
serta semakin kuat setelah pemberian kontras
Neoplasia
Pada pemeriksaan USG dapat ditemukan adanya pembesaran
nodul, bentuk bulat, hilum echogenic eccentric atau tidak tampak,
parenkim hypoechoic, serta kecenderungan nodul yang
beragregasi membentuk suatu massa.
Pada USG doppler ditemukan adanya pembuluh darah
subcapsular, perpindahan dari pembuluh darah hillus, serta
hilangnya pembuluh nodus segmental. Pada pemeriksaan CT atau
MRI khas ditemukannya nekrosis intranodular, tanpa adanya
periadenitis
Metastasis
Kriteria yang paling akurat
untuk mendiagnosis
metastasis pada nodul
adalah nekrosis nodus
sentral. USG, CT dan MRI
dapat menggambarkan
nekrosis nodus sentral
tanpa adanya periadenitis

Gambar MRI Cystic Nodal Metastases sekunder


akibat Kanker Tiroid
BAB III
KESIMPULAN
Limfadenopati merujuk kepada
nodul limfa yang tidak normal
Sistem limfatik tubuh dapat ukurannya (lebih dari 1 cm) Diagnosis dapat dilakukan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik,
dibagi atas sistem konduksi, atau pada konsistensinya.
pemeriksaan laboratorium serta
jaringan limfoid dan organ Berdasarkan lokasinya pemeriksaan radiologi dengan USG,
limfoid. limfadenopati terbagi menjadi CT-Scan ataupun MRI.
dua yaitu generalisata dan
regional.

Ultrasonografi (USG) merupakan


perangkat yang relatif aman, tidak CT dan MRI dapat dilakukan
mahal, dan bisa digunakan untuk sebagai pemeriksaan tambahan
pemeriksaan spesifik seperti ukuran dan bisa lebih lanjut
lesi, lokasi, hubungan lesi dengan mengkarakteristikan abnormalitas
struktur yang berdekatan, karakter pada kelenjar, menentukan
lesi, serta jumlah dan ukuran stadium serta melihat adanya
kelenjar limfe yang terlibat di area metastasis pada kasus keganasan.
tersebut
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai