Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LIMFADENOPATI COLLY

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh :

Yuven Yoga Pratama

202020461011049

Kelompok 11

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

1
DAFTAR ISI

Limfadenopati Colli....................................................................................................................3

A. Definisi Limfadenopati colli...........................................................................................3


B. Etiologi Limfadenopati colli...........................................................................................3
C. Manifestasi Limfadenopati colli.....................................................................................4
D. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................5
E. Patofisiologi Limfadenopati colli....................................................................................5
F. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................7
G. Intervensi Keperawatan...................................................................................................8

Daftar Pustaka...........................................................................................................................11

2
LIMFOMADENOPATI COLLI

A. Definisi Limfadenopati Colli

Limfadenopati adalah ketidaknormalan kelenjar getah bening dalam ukuran,


konsistensi, ataupun jumlahnya. Pada daerah leher (cervical), pembesaran kelenjar getah
bening didefinisikan bila kelenjar membesar lebih dari diameter satu centimeter.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan
generalisata.

Limfadenopati merujuk kepada nodul limfa yang tidak normal ukurannya (lebih dari 1
cm) atau pada konsistensinya. Nodul supraklavikula, poplitea, dan iliaka yang teraba, dan
nodul epitrochlear yang lebih besar dari 5 mm, dianggap abnormal (Rasyid,2018)

B. Etiologi Limfadenopati Colli

Secara umum banyak hal yang dapat menyebabkan limfadenopati, keadaan tersebut
dapat diingat dengan singkatan MIAMI yang terdiri dari malignansi atau keganasan
(limfoma, leukemia, neoplasma kulit, sarkoma kaposi, metastasis), infeksi (bruselosis,
cat-scratch disease, CMV, HIV, infeksi primer, limfogranuloma venereum,
mononukleosis, faringitis, rubela, tuberkulosis, tularemia, demam tifoid, sifilis, hepatitis),
autoimun (lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid, dermatomiositis, sindrom
sjogren), miscellaneous and unusual conditions atau berbagai macam dan kondisi tidak
biasa (penyakit kawasaki, sarkoidosis), dan penyebab iatrogenik (serum sickness, obat)
(Rasyid,2018).

1. Infeksi virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus,
Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus,
Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo
Virus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus,
Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).

2. Infeksi bakteri disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus


aureus.

3. Keganasan Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan


limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma

3
membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan
menggunakan biopsi aspirasi jarum halus masih merupakan kontroversi.

4. Obat-obatan Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata.


Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid.
Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin,
emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).

5. Imunisasi Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher,


seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.

6. Penyakit sistemik lainnya Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah
limfadenopati adalah penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit
Kolagen, penyakit Cat scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan
Sisestemic lupus erithematosus (SLE).

C. Manifestasi Klinis Limfadenopati Colli

Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai


limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam,
keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala
limfoma B symptom. Pada limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita
stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10% penderita
limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan
kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus,
atau dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan
hal yang jarang, tetapi spesifik untuk limfoma Hodgkin (Bazemore AW, 2002)

Limfadenopati menimbulkan gejala berupa pembengkakan atau pembesaran kelenjar


getah bening. Pembengkakan tersebut dapat diketahui dengan munculnya benjolan di
bawah kulit, yang bisa terasa nyeri atau pun tidak. Selain benjolan, penderita
limfadenopati juga dapat merasakan gejala lain. Gejala lain yang muncul dapat berbeda-
beda, tergantung penyebab, lokasi pembengkakan kelenjar getah bening, dan kondisi
pasien. Di antaranya adalah:

a. Lemas
b. Demam
c. Berkeringat ketika malam

4
d. Berat badan turun
e. Pegal dan Nyeri sendi
f. Sakit Kepala
g. Mudah Lelah
h. Batuk atau Sesak
i. Ruam Kulit
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kemungkinan
infeksi atau keganasan darah. Laju Endap Darah, dilakukan untuk melihat adanya
tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis),penyakit
kolagen, rheumatoid, malignansi.
b. Kultur Darah Kultur darah dilakukan untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan
bakteri yang spesifik.
2. Ultrasonography (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya
kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk
mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan
nilaisensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.
3. CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5mm atau
lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada
17 penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas
yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakanUSG atau CT scan
E. Patofisiologi Limfadenopati (Pathway)

Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular
darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe
jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung
kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang
menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan
peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama

5
seperti yang terjadi pada 16 venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan
interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan
akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari
cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama. Sebaliknya, bertambahnya aliran
bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi
pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat.
Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh
limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini,
misalnya agen-agen yang dapat menular dan menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh
penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe
yang beregerak menuju dalam tubuh.

F. Macam-Macam lokasi Limpadenopati


A. Limfadenopati daerah kepala dan leher Kelenjar getah bening servikal teraba pada
sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama
limfadenopati servikal adalah infeksi pada anak, umumnya berupa infeksi virus akut
6
yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, cat-scratch disease,
toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki,
limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati
supraklavikula kemungkinan besar (54%- 85%) disebabkan oleh keganasan. Kelenjar
getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari, kemudian
berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat infeksi
stafilokokus dan streptokokus. Kelenjar getah bening servikal yang berfluktuasi dalam
beberapa minggu sampa beberapa bulan tanpa tanda-tanda inflamasi atau nyeri yang
signifi kan merupakan petunjuk infeksi mikobakterium, mikobakterium atipikal atau
Bartonella henselae (penyebab cat scratch disease). Kelenjar getah bening servikal
yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan perokok menunjukkan metastasis
keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring, laring, tiroid, dan esofagus).
Limfadenopati servikal merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa yang paling
sering (63-77% kasus), disebut skrofula. Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh
mikobakterium nontuberkulosa.
B. Limfadenopati epitroklear Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu
patologis. Penyebab nya meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma,
sarkoidosis, tularemia, dan sifilis sekunder.
C. Limfadenopati aksila 18 Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi
atau jejas pada ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke
kelenjar getah bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum
ditemukannya tumor primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau,
kalaupun bermanifestasi, hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati
antekubital atau epitroklear dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di
ekstremitas, yang bermetastasis ke kelenjar getah bening ipsilateral.
D. Limfadenopati supraklavikula Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan
erat dengan keganasan. Pada penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50%
penderita. Risiko paling tinggi ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun.
Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum,
paru, atau esofagus. Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan
dengan keganasan abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium,
prostat).
E. Limfadenopati inguinal Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2
cm pada orang normal, terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif

7
yang jinak dan infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal.
Limfadenopati inguinal jarang disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa
pada penis dan vulva, limfoma, serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal.
Limfadenopati inguinal ditemukan pada 58%penderita karsinoma penis atau uretra.
F. Limfadenopati generalisata Limfa denopati generalisata lebih sering disebabkan oleh
infeksi serius, penyakit autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati
lokalisata. Penyebab jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati
generalisata dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat
stadium lanjut. Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun
(immunocompromised) dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV,
tuberkulosis, kriptokokosis, sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi.
Sarkoma Kaposi dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum
timbulnya lesi kulit
G. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien limfadenopati adalah:

1. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas.
3. Pola nafas tidak efetif berhubungan dengan neouromuscular, ketidak
seimbanganpersptual.
4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah
H. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi


. Keperawatan
1. Nyeri akut Tingkat Manajemen Nyeri
Nyeri (I. 08238)
(L.08066)
Observasi

- Lokasi, Karakteristik, Durasi, Frekuensi, Kualitas,


Intensitas Nyeri
- Identifikasi Skala Nyeri
- Identifikasi Respon Nyeri Non Verbal

Terapeutik

8
- Berikan Teknik Nonfarmakologis Untuk
Mengurangi Rasa Nyeri (Mis. Tens, Hypnosis,
Akupresur, Terapi Musik, Biofeedback, Terapi Pijat,
Aroma Terapi, Teknik Imajinasi Terbimbing, Kompres
Hangat/Dingin, Terapi Bermain)
- Kontrol Lingkungan Yang Memperberat Rasa
Nyeri (Mis. Suhu Ruangan, Pencahayaan, Kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat Dan Tidur

Edukasi

- Jelaskan Penyebab, Periode, Dan Pemicu Nyeri


- Jelaskan Strategi Meredakan Nyeri
- Anjurkan Memonitor Nyri Secara Mandiri
- Ajarkan Teknik Nonfarmakologis Untuk
Mengurangi Rasa Nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi Pemberian Analgetik, Jika Perlu

2. Pola napas Pola Napas Pemantauan Respirasi (I.01014)


tidak efektif (L.01004) Observasi
(D.0005) 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
napas
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes,
Biot, ataksik0
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan

9
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3 Risiko Setelah Observasi:
silakukan 1. monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
infeksi
tindakan Terapeutik:
keperawatan 1.berikan perawatan kulit
2x24 jam, 2. pertahankan teknik aspetik pada pasien beresiko tinggi
maka tingkat Edukasi:
infeksi 1. jelaskan tanda gejala infeksi
menurun
dengan
kriteria hasil:
1. kemerahan
menurun
2. nyeri
menurun
3. bengkak
menurun

10
Daftar Pustaka

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta


Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Rasyid, R.S, 2018. Diagnosis dan Tata Laksana Limfadenopati. Majority | Volume 7 | Nomor
3 | Desember 2018

Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician.


2002;66:2103-10.

11

Anda mungkin juga menyukai