Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

LIMFADENOPATI

Disusun oleh :
Fahrul Rozy
1102013103

Pembimbing :
dr. H. Trimayu Sukandar, Sp.B

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


SMF BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
DR. SLAMET GARUT
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Limfadenopati adalah gejala penyakit yang ditandai dengan pembengkakan

limfonodus (Kelenjar Getah Bening). Pembesaran kelenjar getah bening yang abnormal

terjadi bila besar KGB diameternya >10 mm. Kelenjar Getah Bening (KGB) adalah

sebagaian dari system pertahanan tubuh manusia. Tubuh manusia memiliki kurang lebih

600 KGB. Kelenjar getah bening terdapat di beberapa tempat, yaitu di submandibulla,

aksila atau inguinal yang teraba pada orang sehat. Sekitar 55% pembesaran KGB terjadi

di daerah kepala dan leher.1,2

Limfadenopati atau hyperplasia limfoid merujuk pada KGB yang abnormal, baik

ukuran, konsistensi, dan jumlahnya. Limfadenopati adalah pembesaran kelenjar limfe

sebagai respon terhadap proliferasi sel T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi

setelah infeksi suatu mikroorganisme. Organ ini sangat penting untuk fungsi system

kekebalan tubuh, diman tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan getah

bening. 3

Berdasarkan lokasinya, limfadenopati terbagi menjadi limfadenopati generalisata dan

limfadenopati lokalisata. Penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik

MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan

autoimun), miscellaneous an unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak lazim)4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI KGB

Kelenjar Getah Bening (KGB) memiliki peran penting dalam system kekebalan

tubuh. Limfonodus/KGB menyaring cairan limfe yang beredar di system limfe. Limfe adalah

cairan yang dikembalikan dari cairan intestinum ke plasma melalui system limfe untuk

pertahanan imun.

Limfosit memiliki dua bentuk, yang berasal dari sel T (Thymus) dan sel B (Bursa)

atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunannya seperti sel plasma,

immunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan limfosit T

berperan untuk cell-mediated immunity. Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda:

korteks, medulla, parakorteks, ketiganya berlokasi antara kapsul dan hillus3

Gambar. Anatomi sistem limfatik

Bagian-bagian KGB yang terdiri dari subkapsular, korteks (folikel primer, folikel

skunder dan zona interfolikuler) folikel di korteks ada tempat sel B proliferasi, interfolikuler
adalah tempat diferensiasi dan proliferasi antigen-dependent T-cell. Bagian terdalam dari

KGB adalah bagian medulla yang terdiri dari sel plasma dan small B lymphocytes yang

memfasilitasi sekresi immunoglobulin keluar dari kelenjar limfe.3

Fungsi dari sistem limfe ini adalah 2

1. Pertahanan terhadap penyakit


Limfe disaring oleh KGB yang terletak di sepanjang perjalanan sistem limfe. Sebagai
contoh bakteri yang diserap dari cairan interstitium dihancurkan oleh sel-sel fagosit
khusus yang terletak dalam kelenjar limfe.
2. Mengembalikan kelebihan cairan filtrasi
3. Transportasi lemak yang diserap
Produk akhir pencernaan lemak terlalu besar untuk memperoleh akses ke kapiler
darah tetapi mudah masuk ke pembuluh limfe terminal
4. Mengembalikan protein plasma yang difitrasi oleh kapiler

Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal (limfadenopati

lokalisata) KGB lokal hanya terjadi pada satu aerah saja dan KGB umum (limfadenopati

generalisata) pada dua atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris.5

2.2. LIMFADENOPATI
A. Definisi
Limfadenopati (I88) adalah hyperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe

sebagai respon terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B. Limfadenopati biasanya terjadi

setelah infeksi suatu mikroorganisme.6

B. Etiologi
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut
dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections (infeksi),
autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual conditions (lain-lain
dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab iatrogenik).7
Penyebab Diagnostik
Keganasan
- Limfoma (C81) Biopsi kelenjar
- Leukimia (C92.0) Pemeriksaan hematologi, aspirasi
- Neoplasma Kulit (L00) Biopsi lesi
- Sarkoma Kaposi Biopsi lesi
Infeksi
- Influenza-like-illnes Antibody CMV, PCR
- HIV, infeksi primer HIV RNA
- Faringitis Kultur tenggorokan
- Rubella Serologi
- Tuberkullosa Kultur sputum, foto thorax
- Demam tifoid Kultur darah
- Hepatitis virus Serologi hepatitis, uji fungsi hati
- Sifilis Rapid plasma reagin
Autoimun
- Lupus eritematous sistemik Hematologi, LED, ANA
- Artritis Rematoid Radiologi, faktor rheumatoid
- Sindrom Sjorgen Uji Schimmer, biopsi bibir, LED
Lain-lain & Iatrogenik
- Penyakit Kawasaki Kriteria klinis
- Sarkoidosis ACE serum, foto thorax, biopsi
paru/ kelenjar hilus
- Karena Obat-obatan Penghentian obat
Obat-obat yang dapat menyebabkan limfadenopati, antara lain, adalah3: alopurinol,
atenolol, kaptopril, karbamazepin, emas, hidralazin, penisilin, fenitoin, primidon,
pirimetamin, kuinidin, trimetoprimsulfametoksazol, sulindak.

C. Patofisiologi

Patofisiologi limfadenopati berdasarkan etiologi yang mendasari. Beberapa plasma

dan sel (misalnya sel kanker dan mikroorganisme) dalam ruang interstisial, bersama dengan
bahan selular tertentu, antigen dan partikel asing masuk ke pembuluh limfatik, menjadi cairan

limfe.

Kelenjar getah bening menyaring cairan limfe dalam perjalanan ke sirkulasi vena

sentral, menghilangkan sel-sel an bahan lainnya. Proses penyaringan juga menyajikan antigen

kepada limfosit yang terkandung dalam KGB. Respon imun dari limfosit melibatkan

proliferasi sel limfosit dan makrofag, yang dapat menyerang KGB untuk memperbesar

(limfadenopati reaktif). Patogen mikroorganisme dibawa dalam cairan limfe, dapat juga

langsung menginfeksi KGB yang akan menyebabkan limfadenitis, dan apabila terdapat sel-

sel kanker dapat menginfiltrasi langsung atau proliferasi sel di KGB.8

D. Lokasi Limfadenopati

a. Limfadenopati Servikal (I88.9)

Penyebab utama limfadenopati servikal adalah infeksi. Kelenjar gtah bening servikal

yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari, kemudian befluktuasi, terutama bila

terinfeksi pada anak-anak biasanya akibat infeksi staphylococcus dan streptococcus, selain

itu limfaenopati servikal juga merupakan manifestasi limfadenitis tuberkulosa. Kelenjar getah

bening yang keras, terutama pada usia lanjut dan perokok menunjukkan metastasis keganasan

kepala dan leher (orofaring, nasofaring, tiroid dan esophagus).


b. Limfadenopati Epitroklear (I88.9)

Penyebabnya meliputi infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis,

tularemia dan sifilis skunder. Sebagian besar merupakan tanda keganasan.

c. Limfadenopati Aksila (I88.9)

Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah bening aksila

anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor primer. Limfoma

jarang jarang bermanifestasi sejak awal atau kalaupun bermetastasi hanya dikelenjar getah

bening aksila.
d. Limfadenopati Supraklavikula (I88.9)

Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan.

Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru

atau esophagus. Sedangkan limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan

dengan keganasan abdominal (lambung, kandung empedu, pancreas, testis, ovarium atau

prostat).

e. Limfadenopati Inguinal (I88.9)

Limfadedenopati inguinal jarang disebabkan oleh keganasan. Limfadenopati reaktif

yang jinak dan infeksi merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Namun ada

beberapa kasus keganasan seperti pada karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva.
E. Diagnosis

• Umur penderita dan lamanya limfadenopati

Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat seiring

bertambahnya usia. Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan sebagian besar

anak sehat mempunyai kelenjar getah bening servikal, inguinal, dan aksila yang teraba.

Sebagian besar penyebab limfadenopati pada anak adalah infeksi atau penyebab yang bersifat

jinak. Berdasarkan sebuah laporan, dari 628 penderita yang menjalani biopsi karena

limfadenopati, penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting) ditemukan pada 79%

penderita berusia kurang dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan 39% penderita

di atas 50 tahun.9

Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan

limfadenopati mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko

keganasan sebagai penyebab limfadenopati sebesar 0,4%. Limfadenopati yang berlangsung

kurang dari 2 minggu atau lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran mempunyai

kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya adalah keganasan.

• Pajanan
Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati. Pajanan

binatang dan gigitan serangga, penggunaan obat, kontak penderita infeksi dan riwayat infeksi

rekuren penting dalam evaluasi limfadenopati persisten. Pajanan setelah bepergian dan

riwayat vaksinasi penting diketahui karena dapat berkaitan dengan limfadenopati persisten,

seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus, leishmaniasis, tularemia, bruselosis,

sampar, dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi ultraviolet dapat berhubungan

dengan metastasis karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau kanker kulit.

Pajanan silikon dan berilium dapat menimbulkan limfadenopati. Riwayat kontak seksual

penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinal dan servikal yang

ditransmisikan secara seksual.

Penderita acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) mempunyai beberapa

kemungkinan penyebab limfadenopati; risiko keganasan, seperti sarkoma Kaposi dan

limfoma maligna non-Hodgkin meningkat pada kelompok ini. Riwayat keganasan pada

keluarga, seperti kanker payudara atau familial dysplastic nevus syndrome dan melanoma,

dapat membantu menduga penyebab limfadenopati.9

• Gejala yang menyertai

Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai

limfadenopati servikal dan limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam,

keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma

B symptom. Pada limfoma Hodgkin, B symptom didapatkan pada 8% penderita stadium I dan

68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan pada 10% penderita limfoma non-

Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat menunjukkan kemungkinan

adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus, atau

dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang

jarang, tetapi spesifik untuk limfoma Hodgkin.9


Limfadenopati Lokal pada KGB
servikal

KGB nyeri dan KGB, -keras (bila kenyal mengarah ke


merah limfoma), tidak nyeri dan terfiksasi

Curiga infeksi Curiga Keganasan

Periksa dengan seksama KGB yang


membesar.
(kulit kepala, rongga hidung an paranasalis,
mulut dan lidah, Leher, Faring dan laring)

Terdapat infeksi seperti: tonsillitis, Tidak terdapat Infeksi


molar ke tiga yang terinfeksi,
faringitis, infeksi pada kulit kepala

Terdapat tumor seperti, karsinoma


Tidak terdapat tumor. Periksa lagi
lidah, tumor rongga postnasalis,
sebagai limfadenopati umum
tumor laring, karsinoma sel
skuamosa
Limfadenopati Umum

Limfadenopati Umum meliputi :


Darah perifer lengkap+hitung jenis, sedaiaan apus
darah tepi, uji HIV-setelah konseling, kadar ACE
(angiotensin converting enzyme), serologi troponema.
Tes mantuk, foto rotgen thoraks, ultrasonografi limfa
dan KGB abdomional

Lainnya Penyebab Hematologik:


Penyebab Infeksius Biasanya akan muncul
gejala sistemik penyerta. :
Kadar serum ACE yang - Sediaan apus
Pemeriksaan Diagnosa meningkat darah tepi
abnormal
SARKOID - Biopsy sumsum
Tes Mantoux + TBC
Diagnosis yang lebih jarang tulang abnormal
- Anemia
Uji Paul-Bunnel Mononukleosis Limfadenopati normositik,
angioimunoblastik normokrom
+ infeksiosa histiositosis dan - trombositopenia
limfadenopati reaksi obat.
Contohnya: Karsinoma - Leukimia limfositik akut
Antibodi HIV + Infeksi HIV
skunder hipertiroidisme - Laukimia limfositik
Kronok
- Limfoma

Diagnosis masih tergantung


biopsy (40.11)

Biopsi eksisi (40.11)

Diagnosis
F. Pemeriksaan Fisik

• Karakter dan ukuran kelenjar getah bening

Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan

penyebab keganasan atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular

mempunyai karakteristik terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal.

Limfadenopati karena virus mempunyai karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri,

dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan konsistensi lunak dan nyeri biasanya.10

disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang jarang, limfadenopati yang

nyeri disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari kapsul

kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat.

Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi

beberapa penulis menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah

bening inguinal lebih dari 1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada 213

penderita dewasa, tidak ada keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar di bawah 1 cm,

keganasan ditemukan pada 8% penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38%

penderita denganukuran kelenjar di atas 2,25 cm.

Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran

radiologi toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan

merupakan gambaran prediktif untuk penyakit granulomatosa (tuberkulosis, catscratch

disease, atau sarkoidosis) atau kanker (terutama limfoma). Tidak ada ketentuan pasti

mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan

bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm merupakan batas ukuran yang

memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya keganasan dan penyakit

granulomatosa.10
G. Pemeriksaan Penunjang

Laboratiorium:

• Darah Tepi Lengkap, Apusan Darah, LED (Laju Endap Darah)

Darah lengkap dan apusan untuk melihat kemungkinan infeksi atau keganasanan
darah. LED untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan
jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.11

• Fungsi Hati dan Analisis Urin

Untuk mencari penyebab penyakit sistemik penyebab limfadenopati. Sebagai


tamabahan dapat diperiksa dari Lactat dehidrogenase (LDH), asam urat, kadar kalsium dan
fosfat, untuk melihat adanya tanda keganasan.12

• Biakan Darah

Untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik.12

• Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll)

Biasanya untuk limfadenopati generalisata.

• Tes mantoux

Jika pada anamnesis dan PF dicurigai adanya infeksi tuberculosis.

• Rongent toraks

Rongent toraks diperlukan pada kecurigaan adanya kelainan dari paru seperti pada
tuberculosis, lymphoma dan neuroblastoma, untuk melihat adanya limfadenopati mediastinal.
Gambar. Limfadenopati mediastinum bilateral pada rongent toraks
• Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity,
gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat
dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan
hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.13

Gambar. Contoh USG Kelenjar Getah Bening

Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round,


tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).
• CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau
lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada
penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang
signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.13
• Biopsi

Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan
operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening
akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95
%. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan
biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.14

H. Tatalaksana

Kegagalan mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk

dilaksanakannya biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang

mengarah kepada keganasan. KGB yang menetap atau yang bertambah besar, walaupun

dengan pengobatan yang adekuat, mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.

Pembedahan atau limfadenektomi (ICD9-40.2) dilakukan jika dijumpai adanya abses

dan evaluasi dengan menggunakan USG, diperlukan untuk menangani pasien.


BAB III
KESIMPULAN

Fungsi utama limfonodus adalah sebagai filtrasi dari berbagai mikroorganisme asing
dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolism, mengembalikan
cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah, mengangkut limfosit, membawa lemak
emulsi dari usus, menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghentikan
penyebaran, menghasilkan zat antibody

Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan


limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB
hanya pada satu region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB
terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simtetris

Penyebab Limfadenopari adalah infeksi virus, bakteri, parasit, keganasan, obat-


obatan, storage disease dan imunisasi. Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab
tersering dari limfadenopati adalah infeksi tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis,
leishmaniasis, schistosomiasis, filariasis dan infeksi jamur

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala –gejala penyerta (gejala
infeksi, konstitusional, kegansan) riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat
pekerjaan

Dari Pemeriksaan Fisik dapat diperoleh Lokasi Limfadenopati, ukuran, nyeri tekan,
konsistensi dan mobilitas. Ketika limfadenopati lokalisata , maka kita harus memeriksa
infeksi, lesi kulit atau tumor di daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening
tersebut. Pada pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam
mencari tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi
selaput lendir, hepatomegali, splenomegali atau arthritis.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika tidak dapat disingkirakn dari anamnesis dan
pemeriksaaan fisik. Dapat dilakukan Pemeriksaan Darah lengkap, LED, Biakan Darah,
Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll) , Rongent toraks ,Ultrasonografi (USG) ,CT
Scan, Biopsi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland W, A. N. Kamus Dorland. Terjemahan Huriawati Hartanto. Edisi


pertama; Penerbit Buku Kedokteran. EGC., Jakarta 2002
2. Sherwood. L., Fisiologi Manusia: dari sel ke Sistem, Penerbit Buku Kedokteran.
EGC., Jakarta, 2001
3. Vikramijit SK, dkk., Lymphadenopathy, 2012. 0 (diunduh tanggal 12 Januari
2014)
4. Oehadian, A., Pendekatan Diagnostik Limfadenopati, Continuing Medical
Education,2010.
5. Farrer, Robert., Lymphadenopathy., Differential diagnosis of lymphadenopathy.
http://www.aafp.org/afp/1998 /1015/p1313.html (diunduh tanggal 13 Januari
2014)
6. Elisabeth. J.C., Buku Saku Patofisiologi. Edisi ke 3., Penebit Buku Kedikteran.
Jakarta. 2009
7. Bazmore., Andrew.m, Lymphadenopathy and Malignancy. 2002.
http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103. html (diunduh tanggal 12 Januari
2014)
8. Price. A. Sylvia., Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran. EGC., Jakarta. 2007
9. Roberts KB, Tunnessen WW. Lymphadenopathy. In: Signs and Symptoms in
Pediatrics. 3rd ed. Lippincott, Williams, and Wilkins; 1999:63-72
10. Gatot, Djajadiman Prof. Dr. Sp.A(K). Pendekatan Diagnostik Limfadenopati pada
Anak.2010
11. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi &
Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI. 2008
12. Moore SW, Schneider JW, Schaaf HS. Diagnostic aspects of cervical
lymphadenopathy in children in the developing world: a study of 1,877 surgical
specimens. Pediatr Surg Int. Jun 2003;19(4):240-4.
13. Vikramjit SK, Richard HS, Gary JS. Lymphadenopathy. 2012
14. Britto. J. A., Kisi-Kisi Menembus Bedah., Penerbit Buku Kedokteran. EGC.,
Jakarta, 2005.

Anda mungkin juga menyukai