Anda di halaman 1dari 109

LIMFADENOPATI

: dr. Khomeini,Sp.B

SMF BEDAH – RSI SITI RAHMAH


FK UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2017
L/O/G/O

1
Anatomi

2
Anatomi

3
Anatomi

4
Anatomi

5
Anatomi

6
Anatomi

7
Anatomi

8
Anatomi

9
Fisiologi

o Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam


sirkulasi darah.
Filtrasi kapiler >>dari rebsorbsi= 20 liter filtrasi : 17 liter
direabsorbsi
o Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
o Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke
sirkulasi darah. Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah
saluran lakteal.
o Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme
untuk menghindarkan penyebaran organism itu dari tempat
masuknya ke dalam jaringan, ke bagian lain tubuh.
o Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti
(antibodi) untuk melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi.

10
Fisiologi

Sebelum masuk ke Vena, cairan limfe harus melalui 1/lebih kelenjar


limfe  truncus lymphaticus a.duktus thoracicus
b.ductus lymphaticus

a.Ductus thoracicus berawal dari abdomen sebagai kantong


(cysterna chyli)  ke kranial untuk bermuara pd persatuan vena
jugularis interna sinistra dengan subclavia sinistra.
b.Ductus lymphaticus dextra, yang menyalurkan limfe dari kepala
dan leher sebelah kanan, extr.sup.dextra dan cavitas thoracis
sebelah kanan. D.thoracicus menampung dan menyalurkan limfe
dari bagian tubuh lainnya.

11
12
Penyaluran Limfe Ekstremtas Bawah

o Penyaluran limfe melalui pembuluh limfe superfisial dan profunda.


o Pembuluh superfisial mengikuti vena saphena dan anak
cabangnya dalam fascia superfisialis.
o Pembuluh limfe yang mengikuti vena saphena magnanodi
lymphoidei inguinales superficial  nodi limphioidei iliaca externi
nodi lymphoidei inguinalis profundi
o Pembuluh limfe yang mengiringi vena saphena parva dan
pembuluh limfe profunda nodi lymphoidei poplitealies yg
terdapat dibelakang lutut  nodi lymphoidei iliaci externi

13
Pembuluh Limfe Tubuh

• Semua jaringan tubuh memiliki saluran limfe yang mengalirkan


cairan berlebihan langsung dari ruang interstisial.
• Beberapa pengecualian antara lain bagian permukaan kulit, sistem
saraf pusat, bagian dalam dari saraf perifer, endomisium otot, dan
tulang.

14
Kapiler Limfe dan Permeabilitasnya

• kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya
selapis endotelium

• Zat dengan berat molekul tinggi, seperti protein, tidak dapat lewat
dengan mudah melalui pori-pori kapiler vena. Tetapi dapat
memasuki kapiler limfe dengan mudah.

15
16
Kapiler Limfe dan Permeabilitasnya

• Cairan dalam kapiler limfe akan mengalir maju terus dan tidak bisa
mengalir kembali atau mundur.
• Hal ini dikarenakan adanya struktur katup yang mencegah adanya
aliran balik.

17
18
19
20
Pembentukan Limfe

• Limfe merupakan cairan interstisial yang mengalir ke dalam


pembuluh limfe. Sehingga limfe memiliki susunan cairan yang
identik dengan susunan cairan jaringan di dalam bagian tubuh dari
mana limfe tersebut berasal.

21
Cairan Limfe

• Konsentrasi protein cairan interstisial rata-rata 2 gram/100ml =


konsentrasi cairan limfe perifer.
• Cairan limfe Ductus thoracicus (yang merupakan campuran limfe
dari semua daerah tubuh) mengandung protein dengan konsentrasi
3-5 gram/100ml.
• Kelenjar-kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga
jumlah sel itu besar di dalam saluran limfe.

22
Kecepatan Aliran Limfe

• Kecepatan aliran limfe‡ 3 liter/hari.


• Dipengaruhi oleh :
– Tekanan cairan interstisial
– Pompa limfe

 Limfe dalam salurannya digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya


dan dalam beberapa saluran limfe yang gerakannya besar itu
dibantu oleh katup.

23
Pengaturan Protein Cairan Interstitial
oleh Sistem Limfe

• Ketika cairan keluar dari arteri ke interstisial hanya sedikit protein yg


direabsorbsi  ketika cairan direabsorbsi di vena, protein tsb
tertinggal.
• Protein semakin terkumpul dalam cairan interstisial 
meningkatkan tek.osmotik koloid interstisial.
• Osmotik tinggi, reabsorbsi cairan oleh arteri↓  cairan interstisial↑,
tekanan hidrostatik interstisial↑ pompa limfe menarik cairan
interstisial (cairan membawa protein berlebihan tsb)

24
- LIMFADENOPATI-

25
Definisi

o pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih


besar dari 1 cm
o abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening

26
Klasifikasi

Limfadenopati Limfadenopati
Lokalisata Generalisata

• Limfadenopati pada 1 • Limfadenopati pada 2


regio atau lebih regio
anatomi yang berbeda

27
Etiologi

Iatrogenic
I

Miscellaneous & unusual condition M

Autoimmune
A

Infections
I

c Malignancies M

28
Etiologi

Malignancies

Limfoma

Leukimia

Neoplasma Kulit

Kaposi Sarkoma

Metastase

29
Etiologi
Brucellosis
Cat-scratch disease
Infections
CMV
HIV, infeksi primer
Limfogranuloma venerium
Mononukleosis
Faringitis
Rubela
Tuberkulosis
Tularemia
Demam tifoid
Sifilis
Hepatitis virus
30
Bazemore AW. Physician 2002;66:2103-10
Etiologi

Autoimmune

Lupus eritematosis sistemik


Artritis rematoid
Dermatomiositis
Sindroma Sjogren

Bazemore AW. Physician 2002;66:2103-10


31
Etiologi

Miscellaneous & unusual condition

• Penyakit Kawasaki
• Sarkoidosis

32
Etiologi

Idiopatic

• Serum sickness
• Obat –obatan :

Alopurinol Pirimidone
Atenolol Pirimetamine
Captopril Kuinidin
Carbamazepine Trimetoprim sulfametoksazole
Hydralazine Sulindac
Penisilin Fenitoin

33
Etiologi

34
Lokasi Limfadenopati

Limfadenopati Limfadenopati
Cervical Supraclavicula

Limfadenopati Limfadenopati
Epitroklear Ingunal

Limfadenopati Limfadenopati
Aksilla Generalisata

35
Lokasi Limfadenopati
Limfadenopati Cervical & Supraclavicula

36
Lokasi Limfadenopati
Limfadenopati Cervical

Level 1 : Submental &

submandibula

Level 2 : Upper jugular

Level 3 : Middle jugular

Level 4 : Lower jugular

Level 5 : Post triangle group

Level 6 : Ant triangle group

37
Lokasi Limfadenopati
Limfadenopati Cervical

38
Lokasi Limfadenopati

Limfadenopati Axilla & Epitroklear

39
Lokasi Limfadenopati
Limfadenopati Inguinal

40
Diagnosis

Pem.
Anamnesa Pem. Fisik
Penunjang

41
Diagnosis

Anamnesa

a Umur penderita dan Lamanya Limfadenopati

b Paparan

c Simptom yang menyertai

42
Diagnosis

Anamnesa Umur & Lamanya limfadenopati

o 79%  < 30 thn


Benign & self o 59%  31-50 thn
limiting
o 39%  > 50 thn

o > 40 thn  4%
Keganasan
o < 40 thn  0,4%

43
Diagnosis

Anamnesa Umur & Lamanya limfadenopati

< 2 minggu atau > 1 thn tanpa progresifitas ukuran



keganasan <

44
Diagnosis

Anamnesa Pajanan

L. Persisten L. Intermitten

• Gigitan serangga • Riw. Berpergian


• Penggunaan obat • Riw. Vaksinasi
• Kontak penderita (TB,
infeksi tripanosomiasis)
• Riw. Infeksi
rekuren

45
Diagnosis

Anamnesa Pajanan

• Rokok, alkohol, UV  metastasis karsinoma organ dalam

• Riw. Kontak seksual  limfadenopati inginal & cervical


• AIDS  Sarkoma Kaposi & limfom a maligna non-Hodgkin
• Riw keganasan pada keluarga

46
Diagnosis

Anamnesa Simptom yang menyertai

Fatigue Malaise Demam

Gejala Konstitusi

47
Diagnosis

Anamnesa Simptom yang menyertai

• Demam, keringat malam, BB turun


B simptom
> 10%

• Artralgia, kelemahan otot dan


Autoimun
ruam

48
Diagnosis

Pem. Fisik Karakter & Ukuran KGB

Keganasan Keganasan
Keganasan 8% 38%
(-)

< 1 cm 1 – 2,25 cm > 2,25 cm

49
Diagnosis

Pem. Fisik Lokasi KGB

Limfadenopati Limfadenopati
Cervical Supraclavicula

Limfadenopati Limfadenopati
Epitroklear Ingunal

Limfadenopati Limfadenopati
Aksilla Generalisata

50
Diagnosis

51
Diagnosis

52
Diagnosis

Pem. Penunjang Lokasi KGB

Laboratorium USG

CT-Scan Biopsi

53
Diagnosis

Pem. Penunjang Laboratorium

DL, Hapusan darah & • Infeksi, keganasan darah, dan tanda


LED inflamasi

Fungsi hepar & • Tanda keganasan


analisis urin

Serologi • toxoplasma, EBV, CMV, HIV

Mantoux • Infeksi Tuberculosis

Rontgen Thorax • TB, limphoma dan neuroblastoma

54
Diagnosis

Pem. Penunjang USG

Gambaran
Ukuran Bentuk
Mikronodular

Nekrosis
Kalsifikasi
Intranodular

55
Diagnosis

Pem. Penunjang CT-Scan

Dapat deteksi KGB diameter 5mm atau lebih

56
Diagnosis

Pem. Penunjang Biopsi

Sensitivitas 98%

Spesifitas 95%

57
Penatalaksanaan

• Kegagalan mengecil 4-6 minggu  biopsi KGB


• Abses dan evaluasi dgm USG  Limfadenektomi

58
- LIMFOMA MALIGNA -

59
Definisi

o Keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat


o Neoplasma ganas primer pada kelenjar limfe dan jaringan
limfatik organ lainnya

60
Klasifikasi

Nodular Sclerosis
Hodgkin
Lymphocyte Predominance
LIMFOMA
MALIGNA Lymphocyte Depletion

Mixed Cellularity

Non Hodgkin B-Cell neoplasm

T-Cell & NK cell


neoplasma

61
Histologi

Limfoma Hodgkin Limfoma Non- Hodgkin


62
Etiologi

Etiologi?? :
Infeksi
(EBV, HTLV-1, HCV, KSHV, H. pylori)

Inflamasi kronis e.c peny. autoimun

Faktor lingkungan, ex: pajanan bahan kimia

Genetik

63
Patofisiologi

64
Manifestasi Klinis

65
Diagnosa Banding

Mononukleosis Artritis
Citomegalovirus Ca Paru
infeksiosa Rheumatoid

Sarkoidosis Serum Sickness Sifilis SLE

Toxoplasmosis TB

66
- Limfoma Hodgkin-

67
Definisi

• Penyakit Hodgkin adalah kanker yang berawal dari sel-sel sistem


imun.
• Penyakit Hodgkin berawal saat sel limfosit yang biasanya adalah sel
B (sel T sangat jarang) menjadi abnormal.
• Sel limfosit yang abnormal tersebut dinamakan sel Reed Sternberg

68
Epidemiologi

Puncaknya pd usia 15-30 thn, puncak lainnya


pd usia 45-55 thn

< 10 thn = >

Remaja = =

69
Histopatologi

70
Klasifikasi

Rye Ann Arbor


Tipe Lymphocyte Predominant

Limfositik Predominan ●
Tipe Mixed Cellularity

Sel Campuran/MC ●
Tipe Lymphocyte Depleted

Deplesi Limfositik/LD

Tipe Nodular Sclerosis

Tipe Nodular lymphocyte predominant

Nodul Sklerosis/NS
Hodgkin disease (NLPHD)

71
Gambaran Klinis

Limfadenopati
Demam
asimtomatik

Keringat malam hari BB turun

Lab : anemia normokromik normositik, neutrofilia, leukositosis,


limfositopeni, eosinofilia, monositosis, LED ↑

72
Tahap pemeriksaan pd Dignosis LH

73
Stadium

74
Stadium

75
Penatalaksanaan

1. Kemoterapi
o Protokol MOPP (nitrogen mustard, onkovin, prednison,
prokarbasin)
o ABVD (adriamisin, bleomisin, vinblastin, dekarbasin)
o COPP(siklofosfamid, onkovin, prokarbasin, prednison)
2. Radiasi dosis rendah pada tempat terbatas
3. Terapi suportif lain

76
Penatalaksanaan

1. Stadium I : radioterapi
2. Stadium II : radioterapi dengan / tanpa kemoterapi
3. Stadium III & IV : kemoterapi

77
Penatalaksanaan

1. Stadium I : radioterapi
2. Stadium II : radioterapi dengan / tanpa kemoterapi
3. Stadium III & IV : kemoterapi

78
Prognosis

Late complications :
1. Timbulnya keganasan kedua atau sekunder
2. Disfungsi endokrin yang kebanyakan adalah tiroid dan gonadal
3. Penyakit CVS terutama mereka yang mendapat kombinasi
radiasi dan pemberian antrasiklin terutama yang dosisnya
banyak (dose related)
4. Penyakit pada paru pada mereka yang mendapat radiasi dan
bleomisin yang juga dose related
5. Pada anak-anak dapat terjadi gangguan pertumbuhan

79
- Limfoma Non-Hodgkin-

80
Definisi

• Limfoma malignum non Hodgkin atau limfoma non Hodgkin adalah


suatu keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat.

81
Epidemiologi

Ketiga tertinggi setelah leukimia dan keganasan SSP

Tertinggi pd usia 7-10 thn

Jarang dibawah 2 thn

: = 2,5 :1

82
Histopatologis

1. Rappaport (R) →dasar btk morfologi, makin mendekati bentuk


limfosit kecil dianggap sel yang berdiferensiasi baik dan
sebaliknya
2. Kiel (K) →derajat keganasan rendah & tinggi
3. Working Formulation(WF) →low, intermediate, high grade
lymphomas

83
Histopatologis

• Klasifikasi sangat kompleks


• Gambaran histologik ada 3 katagori :
1. Limfomaburkitt (K) atausmall non cleaved (WF)
2. Limfoblastik (WF) non burkitts (K)
3. Imunoblastik dan sentroblastik (K) atau large cell(WF)

84
Klasifikasi Histopatologik

85
Klasifikasi Histopatologik

86
Gambran Klinis

o Massa tumor ( intra abdominal, thorakal/ mediastinal)


o Nyeri, disfagi, sesak napas, pembengkakan didaerah leher,
muka, sekitar leher akibat adanya obstruksi vena cava superior,
limfadenopati,
o Hepato-splenomegali memperlihatkan adanya keterlibatan
sumsum tulang
o SSP
o Darah tepi kadang masih dbn
o Kadar LDH dan asam urat tinggi krn tumor lisis dan maupun
nekrosis jaringan
87
Stadium

88
Stadium

89
Diagnosis

90
Penatalaksanaan

Pembedahan Radioterapi

Kemoterapi Imunoterapi

Transplantasi
sumsum tulang 91
Komplikasi

92
Prognosis

Prognosis limfoma non hodgkin ditentukan oleh :


1. Usia (>60 tahun)
2. Ann Arbor stage (III-IV)
3. Hemoglobin (<12 g/dL)
4. Jumlah area limfonodi yang terkena (>4)
5. Serum LDH (meningkat)

93
- Limfadenitis-

94
Definisi

Limfadenitis  peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening


Peradangan  hiperplasia kelenjar getah bening  (klinis) teraba benjolan
pada saluran getah bening
– Kelenjar getah membesar dan teraba lunak dan nyeri. Kadang kulit
diatasnya tampak merah dan teraba hangat.

95
Etiologi

Bakteri Virus

Riketsia atau jamur Protozoa

Streptococcus dan
staphylococus 96
Epidemiologi

• Study di Belanda: 2.556 kasus limfadenitis


• Penderita limfadenitis di RSUP H.Adam Malik Sumatera Utara: (2011)
adalah 74 pasien (P>L)

97
Patofisiologi

98
Patofisiologi

• KGB >> bagian dari sistem pertahanan tubuh. KGB terbungkus


kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan
tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen
• Apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening
dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak
untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening
membesar.

99
Patofisiologi

Pembesaran kelenjar getah bening >> penambahan sel-sel pertahanan tubuh


yang berasal dari kelenjar getah bening (limfosit, sel plasma, monosit dan
histiosit) atau datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi
infeksi di kelenjar getah bening, infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari
penyakit metabolite macrophage (gaucher disease).
Peningkatan ukuran kelenjar getah bening disebabkan
– Multiplikasi sel-sel di dalam node, termasuk limfosit, sel plasma,
monosit, histiosit
– Infiltrasi sel dari luar nodus seperti sel ganas atau neutrofil
– Pengeringan infeksi (misalnya abses) ke kelenjar getah bening lokal.
100
Klasifikasi

• Limfadenitis oleh Virus


• Limfadenitis oleh Bakteri
• Limfadenitis oleh Jamur

101
Manifestasi Klinis

• KGB terinfeksi: membesar, lunak, dan nyeri


• Demam, nyeri tekan, dan tanda radang
• Kulit di atasnya merah dan terasa hangat
• Pada limfadenitis kronis: terjadi ketika penderita mengalami infeksi kronis (e.g. px
dengan faringitis kronis ditemukan pembesaran kelenjar getah bening leher
(limfadenitis))
• Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang yang sangat minimal dan tidak
nyeri
– e.g. pada Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar
getah bening, padat/keras, multiple dan dapat berhubungan satu sama lain.
102
Anamnesa

1. Keluhan Utama
2. Keluhan Penyerta: demam, anorexia, malaise, menggigil, takikardi
3. Riwayat Penyakit
4. Riwatyat Obat-obatan
5. Riwayat Pekerjaan dan Perjalanan

103
Pemeriksaan Fisik

• Catat : ada/tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada


perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, Apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras
atau kenyal.
• Periksa KGB yang membesar (Normal bila diameter 0,5)
• Nyeri tekan : Umumnya diakibatkan peradangan atau proses
perdarahan.
• Konsistensi : Keras seperti batu mengarahkan kepada
keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma;
lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif
mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

104
Pemeriksaan Penunjang

1. Hasil Laboratorium (tidak spesifik)


2. Mikrobiologi (spesifik  kultur)
3. USG
4. Biopsi
5. CT Scan

105
Penatalaksanaan

• Penatalaksanaan yang spesifik pada Limfadenitis tidak ada  untuk


mengatasi Limfadenitis adalah dengan mengeliminasi penyebab utama
infeksi yang menyebabkan Limfadenitis.
• Mengistirahatkan ekstremitas yang bersangkutan dan pemberitan
antibiotic, penderita limdafenitis mungkin mengalami pernanahan
sehingga memerlukan insisi dan penyaliran.
• Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi: 
– Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
– Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
– Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
– Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
– Kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri
– Operasi mungkin diperlukan untuk mengeringkan abses.
106
Penatalaksanaan

Secara umum pengobatan Limfadenitis yaitu :


1. Pengobatan dilakukan dengan tuberkulositik (abses, dilakukan aspirasi
dan bila tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan
dinding abses dan kelenjar getah bening yang bersangkutan.
2. Pengobatan pada infeksi kelenjar getah bening oleh bakteri (limfadenitis)
adalah anti-biotic oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama
3. Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka
diberikan obat anti tuberculosis selama 9-12 bulan.

107
Komplikasi

Abses Sepsis

Fistula

108
TERIMA KASIH

L/O/G/O

109

Anda mungkin juga menyukai