ABORTUS
PEMBIMBING:
DR. MISTAR RITONGA, Sp.F
OLEH :
1. ALWI RIZKI BATUBARA (71160891703)
2. BENNY SABRI (71160891697)
3. HIKMAH SYAHPUTRI TANJUNG (71160891739)
4. SALMAYANTI FARIDA SIAGIAN (71160891853)
5. WALIDAH YULIANI BATUBARA (71160891914)
Dengan mengucap puji dan syukur kepada ALLAH SWT atas rahmat yang
judul “Abortus”.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan dari semua pihak.
Selesainya paper ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
pada kesempatan ini kami dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat
langsung.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini baik secara
Kami berharap Allah SWT membalas semua kebaikan dari semua pihak.
Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan memberikan informasi
(Penulis)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................2
BAB 2 ISI................................................................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Epidemiologi..................................................................................................5
2.3 Klasifikasi......................................................................................................6
2.4 Abortus Provokatus Terapeutik.....................................................................8
2.5 Abortus Provokatus Kriminalis......................................................................9
2.6 Metode Abortus Buatan...............................................................................10
2.7 Komplikasi...................................................................................................15
2.8 Pemeriksaan Forensik..................................................................................18
2.8.1 Pemeriksaan Korban Hidup..................................................................18
2.8.2 Pemeriksaan Post Mortem....................................................................19
2.8.3 Pemeriksaan Pada Janin........................................................................21
2.9 Aspek Medikolegal......................................................................................22
BAB 3 KESIMPULAN.........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
ini. Yang terakhir inilah yang menjadi permasalahan karena dalam pandangan
masyarakat, hukum dan agama tindakan abortus bertentangan dengan kaidah yang
baik. 1
Dikatakan klasik karena dari dahulu sampai sekarang kehadiran kehidupan
baru ini tetap menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, yaitu antara insan
yang didambakan dengan yang tidak. Ini sama klasiknya dengan euthanasia yaitu
permasalahan yang dihadapi di akhir kehidupan.2
Dalam KUHP tidak terdapat ketentuan yang membolehkan tindakan
abortus, termasuk untuk menyelamatkan jiwa si ibu. Yang ada hanya ketentuan
yang melarang dilakukan pengguguran kandungan seperti diatur dalam KUHP
pasal 299, 346, 347 dan 348. baru sejak tahun 1992 dalam Undang-Undang no. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan dijelaskan bahwa pengguguran kandungan dapat
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, tetapi sampai sekarang petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk tehnis berupa Peraturan Pemerintah dan peraturan lain
masih belum diterbitkan. 2
Permasalahan abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang kedokteran
forensik, tetapi juga berkaitan dengan hukum kesehatan. Perbedaan intinya adalah
dalam hukum kesehatan lebih tertuju pada ketentuan hukum yang mengatur dalam
keadaan apa, dimana, oleh siapa pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam
bidang kedokteran forensik tertuju kepada pemeriksaan dan pembuktian
bagaimana pengguguran kandungan dilakukan, kapan, berapa umur bayi dan lain-
lain. 2
ISI
2.1 Definisi
Dalam pengertian medis, abortus adalah gugur kandungan atau keguguran
dimana keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat
hidup sendiri di luar kandungan. Batas umur kandungan yang dapat diterima
didalam abortus adalah ada yang mengatakan sebelum 28 minggu dan berat badan
fetus yang keluar kurang dari 1000 gram, ada juga yang mengatakan sebelum 20
minggu dan berat badan fetus kurang dari 500 gram. 1,2,3
Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat
hidup terus, maka oleh karena itu abortus dianggap sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang
dari 20 minggu. 3
Dalam obstetrik klinik untuk berakhirnya suatu kandungan ada beberapa
sebutan : 2
1. Abortus, lahir dibawah umur 20 minggu (sebelum minggu ke-16), masih
berbentuk embrio (mudigah), berat kurang dari 500 gram.
2. Partus Immaturus, lahir sebelum 28 minggu, berat badan di bawah 1500
gram berbentuk janin (foetus), harapan untuk hidup kecil sekali.
3. Partus Prematurus, lahir sebelum bayi cukup umur dengan berat di bawah
2500 gram, harapan hidup lebih baik walaupun tanpa perawatan khusus.
4. Partus Maturus (aterm), cukup umur, 36-40 minggu, berat dari 2500-3500
gram atau lebih, panjang 15-50 cm.
5. Partus Serotinus, umur lebih dari 40 minggu. Bila lebih dari 42 minggu,
kesehatan plasenta kembali menurun dan bayi harus dikeluarkan, bila tidak
bisa mengancam kehidupannya, dengan memberikan obat pada ibu untuk
memicu kontraksi rahim, his.
3
4
2.2 Epidemiologi
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang
hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak
5
perkotaan maupun pedesaan. Dan dilakukan tidak hanya oleh mereka yang
mampu tapi juga oleh mereka yang kurang mampu. 3
Di perkotaan abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/
perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di
pedesaan abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-
47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri. 3
Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan
Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada wanita yang sudah
menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan
menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur
mereka yang melakukan abortus: 34% berusia antara 30-46 tahun, 51% berusia
antara 20-29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun. 3
2.3 Klasifikasi
Secara umum abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu : 1) Abortus alami
(natural, spontan), merupakan 10-12% dari semua kasus abortus; dan 2) Abortus
buatan (provocation), merupakan 80% dari semua kasus abortus. Selanjutnya
dikenal dua bentuk abortus provokatus yaitu: 1) abortus provokatus terapetikus
(legal); dan 2) abortus provokatus kriminalis. 1,2,3
Abortus buatan legal artinya pelaku abortus dapat melakukan tanpa ada
sanksi hukum. Indikasi dalam keadaan apa saja abortus legal ini dapat dilakukan
mempunyai rentang panjang, yaitu dari indikasi yang sempit (absolut, terbatas
hanya untuk menyelamatkan jiwa ibu) sampai luas (cukup hanya atas permintaan),
tergantung dari kebijaksanaan masing-masing negara.
Menurut proses terjadinya abortus dapat dibagi menjadi empat macam tipe,
yaitu : 2
1. Abortus yang terjadi secara spontan atau natural
Hal mana dapat disebabkan karena adanya kelainan dari mudigah atau
fetus maupun adanya penyakit pada ibu. Diperkirakan antara 10-20% dari
kehamilan akan berakhir dengan abortus secara spontan, dan secara yuridis tidak
7
membawa implikasi apa-apa. Sekitar 1/3 dari fetus yang dikeluarkan tersebut
perkembangannya normal tidak terdapat kelainan.
kondisi psikologis dan emosional: (a) ketika anak tersebut tidak diinginkan dan
merupakan hasil dari incest dan pemerkosaan (b) ketika pasien menderita neurosis
berat dan kecenderungan untuk bunuh diri, (x) kondisi yang menyebabkan
abnormalitas fetal: (a) kondisi infeksi (Rubella, Mumps), (b) ibu yang terpapar
obat-obatan berbahaya (Thalidomide, androgens dan estrogen), (c)
inkompatibilitas rhesus, (d) Down’s syndrome (Mongolism). 2
Pada trimester pertama metode yang digunakan dapat menggunakan obat-
obatan maupun melalui terapi bedah. Obat-obatan yang digunakan adalah: (i)
prostaglandin, PGE1 dan PGE2 efektif dalam menimbulkan kontraksi uterus, (ii)
Antiprogesteron dengan menghambat reseptor progesteron, sehingga menghambat
efek biologis progesteron pada uterus, obat yang efektif digunakan seperti
Mifepristone (RU-486). Untuk terapi surgikal dapat dilakukan (i) aspirasi vakum,
(ii) Dilatasi dan Kuretase. 2,3
Pada trimester kedua, metode medis yang digunakan adalah salah satu atau
kombinasi dari instilasi intrauteri dari larutan saline hipertonik (NaCl 20%) atau
urea atau rivanol dan prostaglandin melalui berbagai rute. Larutan ini dapat
dimasukkan ke dalam kantung amnion dari fetus ataupun ke ruang ekstraovular
(extra-amnion). Metode bedah yang dilakukan dapat termasuk: (i) Dilatasi dan
kuretase, (ii) Histerotomi, (iii) Histerektomi. 2,3
misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio,
pemasangan laminaria stif atau kateter kedalam serviks, manipulasi serviks
dengan jari tangan, manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput
amnion atau penyuntukan ke dalam uterus.
b. Obat-obatan Abortifasien
Dalam masyarakat penggunaan obat tradisional seperti nenas muda, jamu
peluntur dan lain-lain sudah lama dikenal. Melalui iklan promosi obat di media
elektronik beberapa obat peluntur ditawarkan secara terselubung, misalnya obat
terlambat datang bulan; dilarang untuk wanita hamil dan lain-lain. Abortivum,
obat yang sering dipakai di masyarakat awam untuk pengguguran dapat dibagi
dalam beberapa golongan: 1,2,3
1. Emmenogogues: obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah
menstruasi (obat peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae.
2. Ecbolics: obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina,
ekstrak pituitari, estrogen sintetik dan strychnine. Obat-obatan ini, untuk
tujuan abortivum harus dipergunakan dalam dosis tinggi sehingga dapat
menimbulkan bahaya.
3. Obat yang bekerja pada traktus gastrointestinal yang menyebabkan muntah
(emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan eksitasi uterus untuk
berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa dari lambung dan kolon serta
juga dapat menyebabkan hyperemia.
4. Obat yang bekerja melalui traktus digestivus bekerja sebagai pencahar
(purgative) seperti, castor oil, croton oil dan magnesium sulphate dan lain-
lain, menyebabkan peredaran darah di daerah pelvik meningkat, sehingga
mempengaruhi hasil konsepsi.
5. Obat-obat bersifat iritan pada traktus genitourinarius yang mempengaruhi
refleks kontraksi uterus seperti Tansy oil, turpentine oil,
ekstrak cantharidium (dalam dosis besar menyebabkan inflamasi pada
ginjal dan albuminuria), kalium permanganas (120-300 ml per vaginam)
menyebabkan inflamasi dan perdarahan oleh karena erosi pembuluh darah.
12
6. Obat-obat iritan yang bersifat racun, seperti (i) iritan inorganic metalik
seperti timah, antimony, arsenik, fosforus, mercuri, (ii) iritan organic
seperti ppepaya, nenas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, akar
Plumago rosea dan jus calotropis, (iii) Abortion pill F-6103 yang
dikembangkan di Swedia yang mengandung diphenyl-ephylene dan juga
pil berbahaya lainnya.
Obat atau jamu yang mujarab untuk pengguguran tidak ada, kebanyakan
obat malah menyebabkan si ibu mengalami intoksikasi.
c. Instrumen
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk aborsi dilakukan dengan berbagai
mekanisme: 2,3
(1) Menyebabkan rupturnya membran: hal ini dapat terjadi dengan
memasukkan alat-alat seperti sonde uterus, kateter, penjepit rambut, tongkat,
jarum merajut, dan bahkan jari tangan. Pasien bisa datang ke dokter dengan
alasan bahwa uterusnya mengalami displacement, oleh karena itu dokter yang
tidak hati-hati dapat menyebabkan aborsi dengan memasukkan sonde uterus.
Pada kasus ini, dokter diharapkan harus yakin dahulu bahwa pasien tidak
hamil.
(2) Menyebabkan dilatasi serviks:: Sebuah akar tanaman bernama
Slippery elm, pohon yang tumbuh di Amerika Tengah dan Utara digunakan
untuk mendilatasi serviks. Sebuah potongan kayu ini dengan ketebalan sekitar
3 mm dimasukkan kedalam kanalis serviks dan dibiarkan, yang kemudian
akan menyerap kelembapan dan sekret vagina sehingga kayu ini akan
membengkak dan mendilatasi kanalis serviks yang menyebabkan aborsi.
Benda lain yang dapat juga digunakan seperti spons yang telah dipadatkan.
Metode ini memiliki kerugian tidak higienis dan beresiko terjadi infeksi.
Kadang-kadang jika tidak hati-hati tongkat kayu ini dapat menusuk bladder
dan uretra.
(3) Abortion stick: tongkat aborsi adalah kayu atau bambu kecil
dengan panjang 12 sampai 18 cm dimana salah satu ujungnya dibungkus
13
dengan kapas atau rombengan yang dibalut dengan campuran zat-zat seperti
calotropis, arsen, sulfat, timah, dan lain-lain.
(4) Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan
menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun,
desinfektan atau air biasa/ air panas. Campuran air dan udara ini dimasukkan
secara paksa ke dalam kavum uteri dengan tekanan tinggi dibandingkan
dengan vena uterus. Cairan ini menyebabkan lepasnya kantung amnion dan
plasenta dari dinding uterus. Uterus kemudian akan berkontraksi
menyebabkan perdarahan dan aborsi. Penyemprotan ini berbahaya dapat
menyebabkan inhibisi vagal akibat air dingin dan juga emboli udara.
(5) Listrik: Pengaliran listrik dimana kutub negatif pada serviks dan
kutub positif pada daerah pembuluh darah sakrum ataupun lumbal yang
menyebabkan kontraksi uterus.
Menurut referensi lain ada tiga kelompok besar cara untuk melakukan
abortus buatan (provokatus) yaitu: 3
1. Dengan obat-obatan :
a. Antiprogestin
Dikenal dengan nama pil RU 486. Pil ini menimbulkan abortus dengan
mencairkan corpus luteum yang berfungsi mempertahankan kehamilan
muda. Biasanya digabung dengan prostaglandin.
b. Methotrexate.
Biasanya digabung dengan prostaglandin.
c. Prostaglandin.
Khasiatnya membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya.
d. Larutan garam hipertonik.
Menyebabkan tekanan dalam rahim meningkat yang pada gilirannya
menye-babkan rahim berkontraksi dan mengeluarkan janin.
e. Oksitosin.
Khasiatnya menyebabkan rahim berkontraksi.
14
Saat ini banyak dipakai obat-obat yang mengandung hormon estrogen dan
progestin untuk mereka yang terlambat haid. Sebenarnya obat-obat tersebut tidak
berkhasiat menggugurkan kandungan (abortus), tetapi hanya menimbulkan haid
bila tidak ada kehamilan. Jadi sifatnya hanya sebagam “tester”.
2.7 Komplikasi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh abortus. Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi dapat
menyebabkan kematian. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan,
keracunan kehamilan dan infeksi. Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia masih
tinggi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 1994), AKI di
Indonesia 390/100.000 kelahiran hidup. Tidak ada data yang pasti tentang berapa
besarnya dampak abortus terhadap kesehatan ibu. 3 Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun:
- dilakukan 20 juta unsafe abortion.
- 70.000 wanita meninggal akibat unsafe abortion.
- 1 diantara 8 kematian ibu disebabkan unsafè abortion.
Yang dimaksud dengan unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih/ kompeten sehingga menimbulkankan banyak
komplikasi bahkan kematian. 3
16
a. Komplikasi Segera 2
(1) Syok dan Perdarahan: perdarahan akibat luka pada jalan lahir,
atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diastesa hemoragik dan lain-lain.
Perdarahan dapat timbul pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah
tindakan. Tidak seperti pada zaman dahulu, komplikasi ini kini jarang
mendatangkan kematian. Hal ini disebabkan pengertian masyarakat tentang
kesehatan yang telah meningkat.
(2) Refleks Vagal: Komplikasi ini hampir selalu terjadi pada tindakan
abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah
dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan
secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin yang
mengenai serviks dan segmen uterus bagian bawah. Refleks vagal ini dappat
menyebabkan henti jantung secara tiba-tiba.
b. Komplikasi Tertunda 2
(1) Septikemia dan pyaemia: sepsis dapat terjadi oleh lingkungan yang
kotor, instrumen yang kotor, dan adanya perforasi, Sepsis dapat diakibatkan
oleh berbagai organisme seperti Clostridium welchii, Clostridium tetani, E.
Coli, golongan staphylococcus dan streptococcus. Sepsis ini kemudian dapat
menyebabkan terjadinya hepatorenal failure.
(2) Tetanus: disebabkan oleh Clostridium tetani, dapat terjadi dalam 3
hari sampai 3 minggu.
(3) Komplikasi lain: seperti peritonitis dan toxaemia.
eksterna apakah pucat, kongesti atau memar. Lakukan pula tes emboli udara pada
vena kava inferior dan jantung. Ambil darah dari jantung (segera setelah tes
emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar
irisan 1 cm untuk deteksi perdarahan dari bawah. Ambil urin untuk tes kehamilan
dan toksikologik. Pemeriksaan organ lain seperti biasa. 2,5
Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai:
(1) Uterus: Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat apakah
membesar, lembut dan kongesti. Dinding uterus dapat menunjukkan adanya
penebalan pada pemotongan longitudinal. Rongga uterus dapat menunjukkan
adanya sebagian produk konsepsi yang tertinggal. Uterus dari wanita tidak
hamil berukuran sekitar, berat 40 g, panjang 7,0 cm, lebar 5,0 cm dan tebal 2,0
cm. Kemudian panjang menjadi 10 cm pada kehamilan akhir bulan ketiga,
12,5 cm pada akhir bulan keempat, 16 cm pada akhir bulan keenam, 20 cm
pada akhir bulan kedelapan dan 27 cm pada akhir bulan kesembilan. Uterus
juga dapat menunjukkan adanya perforasi. Endometrium menunjukkan tanda-
tanda dilakukannya kuretase (penyendokan). Plasenta dapat masih tertinggal
bila evakuasi tidak bersih. Pada kasus penggunaan bahan-bahan kimia,
permukaan uterus bagian dalam dapat mengalami perubahan warna akibat
warna dari zat yang digunakan dan/atau terjadi kerusakan. Jika air sabun
digunakan, maka busa-busanya mungkin masih dapat tersisa. Juga bisa
didapatkan sisa instrument yang digunakan seperti akar tanaman. Swab uterus
diambil untuk mikrobiologi, dan jaringan dimasukkan dalam formalin untuk
diperiksa ke patologi anatomi. 5
(2) Ovarium: Kedua ovarium harus diperiksa untuk melihat
adanya korpus luteum Ovarium dapat terlihat terkongesti. Pada beberapa
kasus dapat diambil juga sampel untuk pemeriksaan laboratorium.5
(3) Jantung: Pada pembukaan jantung dicari adanya emboli
udara, serta sampel darah dikirim untuk diperiksa baik yang berasal dari vena
cava inferior dan kedua ventrikel.5
21
penting melihat adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh bayi, misalnya akibat
benda yang dimasukkan pervaginam (alat kuret, batang kayu kecil, dll) atau
bagian yang melekat di tubuh bayi dalam usaha pengguguran dengan
penyemprotan rahim dengan bahan kimia (lisol, sabun dll). Pemeriksaan dalam
tetap dilakukan untuk melihat keadaan organ dalam. Sering uri masih melekat/
berhubungan dengan bayi. Periksa panjang tali pusat, permukaan plasenta dan
lain-lain. 5
muka Hakim, maka Jaks berwajib menuntu dan kalau sebaliknya untuk
kepentingan Negara sebaiknya tidak diadakan penuntutan berwajib
mengenyampingkan perkara. 2
Seperti diketahui sebelumnya perihal abortus provokatus diatur dalam
ketentuan pasal 346 sampai dengan pasal 349 KUHP. 2
Jika diteliti pasal 346 KUHP ini terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur
tersebut dapat dibedakan menjadi unsur yang objektif dan unsur yang subjektif.
Unsur objektifnya meliputi unsur Yang berkaitan dengn perbuatan yaitu adanya
perbuatan berupa menggugrkan atau mematikan kandungan. Disamping itu,
perbuatan tersebut dapat pula menyuruh orang lain melakukan penggguran atau
mematikan kandungan. Sedangkan unsur subjektifnya berkaitan dengan subjek
hukum yaitu pelaku. Dalam hal ini adalah seorang yang mempunyai niat atau
kehendak yang dikenal dengan pengertian sengaja. 2
Secara terperinci unsur-unsur pasal 346 KUHP ini adalah sebagai berikut :
- Seorang perempuan
- Dalam keadaan mengandung
- Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannnya
- Atau menyuruh untuk menggurkan atau mematikan kandungannya.
Seorang wanita itu baru bisa dikatakan menggugurkan kandungan apabila
adanya kesengajaan sebagaimana yang diisyaratkan oleh pasal 346 KUHP.
Sebaliknya apabila tidak ada kesengajaan, maka hal ini tidaklah bisa dikatakan
sebagai perbuatan menggugurkan. Hal ini lazimnya disebut sebagai keguguran
atau istilah medisnya dikenal dengan abortus spontan. 2
24
Unsur-unsur objektif dari pasal 347 ayat 1 KUHP adalah : (i) perbuatan
pengguguran atau mamatikan kandungan seorang wanita, (ii) kandungan tersebut
adalah kandungan orang lain, (iii) tanpa persetujuan wanita yang mengandung. 2
Unsur-unsur subjektifnya dapat diperinci sebagai berikut : (i) dilakukan
oleh seseorang, (ii) dengan sengaja.2
Jika diteliti rumusan pasal 347 KUHP, maka yang dikenai sanksi adalah
yang melakukan perbuatan penggugguran tersebut, sedangkan wanita yang hamil
trsebut tidak dikenai sanksi pidana karena tidak mempunyai niat untuk
menggugurkan kandungannya. 2
Jika diteliti unsur-unsur pasal 348 KUHP ini sama dengan unsur-unsur
pasal 347 KUHP, cuma dalam pasal 348 KUHP ini menyebutkan dengan
persetujuan wanita yang hamil tersebut. 2
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan itu dilakukan
Dalam hal orang-orang tersebut dia atas melakukan kejahatan berdasarkan pasal-
pasal tersebut di atas, berarti orang-orang tersebut melakukan perbuatan pidana
dengan melanggar suatu kewwajiban kasus dari jabatannya (profesinya).
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh pasal 52 KUHP yang menyebutkan:
“Bilamana seorang pejabat karena melakukan perbuatan pidana melanggar suatu
kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu melakukan perbuatan pidana
memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diiberikan kepadanya karena
jabatannya, pidana dapat ditambah sepertiganya.”. Selain itu orang-orang tersebut
bisa dituduh melanggar kode etik. 2
Unsur-unsur pasal 299 ayat 1 KUHP dapat diperinci sebagai berikut : (i)
dengan sengaja merawat atau mengobati wanita yang hamil, (ii) menyuruh
melakukan atau melakukan sesuatu perbuatan terhadap wanita yang hamil, (iii)
dengan memberitahukan atau menerbitkan harapan padanya, (iv) untuk mencegah
kehamilannya. 2
Adanya pasal 299 KUHP perihal abortus, mempunyai tujuan agar
perbuatan abortus segera dapat dituntut tanpa harus menunggu sampai terjadinya
pengguguran.. 2
Pasal-pasal lain dalam KUHP yaitu seperti:
KUHP Pasal 283
Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak dibawah
usia 17 tahun/dibawah umur, hukuman maksimum 9 bulan.
26
Pasal 15.
(1) Dalam keadaan darurat, sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan :
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya;
d. pada sarana kesehatan tertentu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
pemerintahan.
(2) Ayat 2:
Butir a
Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu, sebab tindakan medis tertentu itu ibu hamil, dan atau
janinnya terancam bahaya mauta
Butir b
Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Sebelum melakukan
tindakan medis tertentu tenaga kesehatan harus terlebih dahulu meminta
pertimbangan ahli yang terdiri dari berbagai bidang seperti medis, agama,
hukum, dan psikologi.
Butir c
Hak utama memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan
kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir d
Saranakesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditujuk oleh
pemerintah
28
(3) Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenai keadaan darurat dalam meyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan,
bentuk persetujuan dan sarana kesehatan yang ditunjuk.
Pasal 80.
Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medik tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana dengan
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BAB 3
KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari paper ini adalah:
1. Abortus atau penguguran kandungan adalah berakhirnya kehamilan,
sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan.
2. Abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu : 1) Abortus alami (natural,
spontan; dan 2) Abortus buatan (provocatus), ada dua macam yaitu: 1)
abortus provokatus terapetikus (legal); dan 2) abortus provokatus
kriminalis.
3. Abortus provokatus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja
dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu
tanpa adanya indikasi terapeutik. Secara hukum tindakan ini melanggar
ketentuan yang berlaku yaitu berdasarkan KUHP dan UU Kesehatan dan
memerlukan pembuktian salah satunya dengan pemeriksaan forensik.
4. Pemeriksaan forensik yang dilakukan yaitu pemeriksaan korban hidup,
pemeriksaan korban mati (post-mortem), dan pemeriksaan korban janin.
5. Perihal abortus, dalam KUHP diatur dalam pasal 346 sampai 349. Jika
ditinjau unsur-unsur dari pasal-pasal perihal abortus tersebut tidak satu
pasal pun yang memberikan kelonggaran untuk bisa dilakukannya
perbuatan abortus termasuk abortus dengan indikasi medis (kesehatan).
29
30
DAFTAR PUSTAKA
2. Amir, Amri. Abortus. Dalam : Amri Amir. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi II.
Medan : Ramadhan, 2005. 159-168.
5. Amir, Amri. Autopsi Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Amir, Amri. Autopsi
Medikolegal Edisi II. Medan : USU Press, 2001. 40-44.