Anda di halaman 1dari 33

REFARAT

ABORTUS

PEMBIMBING:
DR. MISTAR RITONGA, Sp.F

OLEH :
1. ALWI RIZKI BATUBARA (71160891703)
2. BENNY SABRI (71160891697)
3. HIKMAH SYAHPUTRI TANJUNG (71160891739)
4. SALMAYANTI FARIDA SIAGIAN (71160891853)
5. WALIDAH YULIANI BATUBARA (71160891914)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)


ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. II MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kepada ALLAH SWT atas rahmat yang

telah dilimpahkan-Nya sehingga pemateri dapat menyelesaikan paper ini dengan

judul “Abortus”.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan dari semua pihak.

Selesainya paper ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga

pada kesempatan ini kami dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah ikut

memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun tidak

langsung.

Dalam penyusunan paper ini, terutama kepada yang kami hormati:

1. dr. Mistar Ritonga, Sp. F selaku pembimbing.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Kami berharap Allah SWT membalas semua kebaikan dari semua pihak.

Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan memberikan informasi

bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Medan, 17 Juli 2018

(Penulis)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat.......................................................................................2
BAB 2 ISI................................................................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Epidemiologi..................................................................................................5
2.3 Klasifikasi......................................................................................................6
2.4 Abortus Provokatus Terapeutik.....................................................................8
2.5 Abortus Provokatus Kriminalis......................................................................9
2.6 Metode Abortus Buatan...............................................................................10
2.7 Komplikasi...................................................................................................15
2.8 Pemeriksaan Forensik..................................................................................18
2.8.1 Pemeriksaan Korban Hidup..................................................................18
2.8.2 Pemeriksaan Post Mortem....................................................................19
2.8.3 Pemeriksaan Pada Janin........................................................................21
2.9 Aspek Medikolegal......................................................................................22
BAB 3 KESIMPULAN.........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................30

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


          Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran
adalah desakan berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah
kehidupan dan pula saat kehidupan itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan
secepatnya. Sebab ketentuan yang demikian itu, akan sangat erat kaitannya
dengan kontribusi yang hendak diberikannya kepada peradilan khususnya dalam
menentukan adanya tindak pidana “Aborsi”.1
          Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan
pengguguran kandungan dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis
(bahaya maut atau bahaya kesehatan yang parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan
akan membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan kongenital yang hebat).
Amerika melarang pengguguran kandungan yang ilegal, yaitu selain yang
dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu. Sedangkan Jepang
membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan di negara-negara Eropa
Timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit tanpa
keharusan membayar biayanya. Di Jerman Barat, pengguguran kandungan usia 14
hsari hingga 3 bulan, dengan izin si wanita, atas anjuran dokter dan dilakukan oleh
dokter, tidak diancam hukuman. 1
          Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si
ibu yang merupakan korban juga sebagai ‘pelaku’ sehingga sukar diharapkan
adanya laporan abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya
bila terjadi komplikasi (si ibu sakit berat/mati) atau bila ada pengaduan dari si ibu
atau suaminya (dalam hal izin). Abortus atau pengguguran kandungan selalu
menjadi permasalahan dari masa ke masa. Dari segi kesehatan secara alami terjadi
keguguran pada 10 – 15 % kehamilan. Di lain pihak ada keadaan yang memaksa
pengguguran kandungan yang harus ditempuh (provokasi) untuk menyelamatkan
nyawa ibu hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan bukan untuk tujuan

1
2

ini. Yang terakhir inilah yang menjadi permasalahan karena dalam pandangan
masyarakat, hukum dan agama tindakan abortus bertentangan dengan kaidah yang
baik. 1
          Dikatakan klasik karena dari dahulu sampai sekarang kehadiran kehidupan
baru ini tetap menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, yaitu antara insan
yang didambakan dengan yang tidak. Ini sama klasiknya dengan euthanasia yaitu
permasalahan yang dihadapi di akhir kehidupan.2
          Dalam KUHP tidak terdapat ketentuan yang membolehkan tindakan
abortus, termasuk untuk menyelamatkan jiwa si ibu. Yang ada hanya ketentuan
yang melarang dilakukan pengguguran kandungan seperti diatur dalam KUHP
pasal 299, 346, 347 dan 348. baru sejak tahun 1992 dalam Undang-Undang no. 23
tahun 1992 tentang Kesehatan dijelaskan bahwa pengguguran kandungan dapat
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, tetapi sampai sekarang petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk tehnis berupa Peraturan Pemerintah dan peraturan lain
masih belum diterbitkan. 2
          Permasalahan abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang kedokteran
forensik, tetapi juga berkaitan dengan hukum kesehatan. Perbedaan intinya adalah
dalam hukum kesehatan lebih tertuju pada ketentuan hukum yang mengatur dalam
keadaan apa, dimana, oleh siapa pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam
bidang kedokteran forensik tertuju kepada pemeriksaan dan pembuktian
bagaimana pengguguran kandungan dilakukan, kapan, berapa umur bayi dan lain-
lain. 2

1.2 Tujuan dan Manfaat


Laporan kasus ini diselesaikan guna melengkapi tugas dalam menjalani
program pendidikan profesi dokter di Departemen Ilmu Forensik, selain itu untuk
memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai Abortus
terutama yang berkaitan dengan dunia forensik.
BAB 2

ISI

2.1 Definisi
          Dalam pengertian medis, abortus adalah gugur kandungan atau keguguran
dimana keguguran itu sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat
hidup sendiri di luar kandungan. Batas umur kandungan yang dapat diterima
didalam abortus adalah ada yang mengatakan sebelum 28 minggu dan berat badan
fetus yang keluar kurang dari 1000 gram, ada juga yang mengatakan sebelum 20
minggu dan berat badan fetus kurang dari 500 gram. 1,2,3
Sampai saat ini janin yang terkecil, yang dilaporkan dapat hidup di luar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu lahir. Akan tetapi karena
jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah 500 gram dapat
hidup terus, maka oleh karena itu abortus dianggap sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang
dari 20 minggu. 3
Dalam obstetrik klinik untuk berakhirnya suatu kandungan ada beberapa
sebutan : 2
1. Abortus, lahir dibawah umur 20 minggu (sebelum minggu ke-16), masih
berbentuk embrio (mudigah), berat kurang dari 500 gram.
2. Partus Immaturus, lahir sebelum 28 minggu, berat badan di bawah 1500
gram berbentuk janin (foetus), harapan untuk hidup kecil sekali.
3. Partus Prematurus, lahir sebelum bayi cukup umur dengan berat di bawah
2500 gram, harapan hidup lebih baik walaupun tanpa perawatan khusus.
4. Partus Maturus (aterm), cukup umur, 36-40 minggu, berat dari 2500-3500
gram atau lebih, panjang 15-50 cm.
5. Partus Serotinus, umur lebih dari 40 minggu. Bila lebih dari 42 minggu,
kesehatan plasenta kembali menurun dan bayi harus dikeluarkan, bila tidak
bisa mengancam kehidupannya, dengan memberikan obat pada ibu untuk
memicu kontraksi rahim, his.

3
4

Secara klinis di bidang medis dikenal istilah-istilah abortus sebagai berikut


:2
a) Abortus Imminens, atau keguguran mengancam. Pasien pada
umumnya dirawat untuk menyelamatkan kehamilannya, walaupun tidak
selalu berhasil.
b) Abortus Insipiens, atau keguguran berlangsung atau dalam proses
keguguran dan tidak dapat dicegah lagi
c) Abortus Incompletus, atau keguguran tidak lengkap. Sebagian
buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian lagi belum, biasanya ari-ari
masih tertinggal dalam rahim
d) Abortus Completus, atau keguguran lengkap. Apabila seluruh
buah kehamilan telah dilahirkan secara lengkap
e) Missed Abortion, atau keguguran tertunda, ialah keadaan dimana
janin telah mati di dalam rahim sebelum minggu ke-22 kemudian tertahan
di dalam selama 2 bulan atau lebih
f) Abortus Habitualis, atau keguguran berulang, ialah abortus yang
telah berulang dan terjadi tiga kali berturut-turut
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan
menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa
melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran
kehamilan tersebut lahir hidup atau mati (yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April
1898). Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu penngguguran kehamilan
dilakukan, kandugan tersebut masih hidup (HR 1 November1897, HR 12 April
1898). Pengertian penguguran kandungan menurut hokum tentu saja berbeda
dengan pengertian pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya factor
kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan. 1

2.2 Epidemiologi
Frekuensi abortus sukar ditentukan karena abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang
hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak
5

diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan


frekuensi abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka
50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa
hari, sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil. Di
Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun. Dengan demikian setiap
tahun 500.000-750.000 abortus spontan. Jatipura dkk memperoleh 31,4% abortus
per 100 kehamilan di RSCM selama 1972-1975 2,3
Sulit untuk mendapatkan data tentang abortus buatan (selanjutnya akan
ditulis : abortus) di Indonesia. Paling sedikit ada dua sebabnya. Yang pertama,
abortus dilakukan secara sembunyi. Yang kedua, bila timbul komplikasi hanya
dilaporkan komplikasinya saja, tidak abortusnya. Budi Utomo dkk
memperhitungkan angka abortus spontan menurut WHO (15-20 per 100
kehamilan), menyimpulkan bahwa kira-kira separuh dari abortus tersebut adalah
provokatus. Knight menyatakan bahwa abortus provokatus terjadi pada kira-kira
40% dari seluruh abortus, meskipun angka tersebut sebenarnya bervariasi. 2,3
Dengan menggunakan Randomized Response Technique, Saifuddin dan
Bachtiar menemukan bahwa hampir sepertiga dari wanita yang datang ke
Poliklinik Kebidanan di RS Cipto Mangunkusumo pernah melakukan abortus. 3
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian : 3
- 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
- antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
- antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
- antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Tidak dikemukakan perkiraan tentang abortus di Kamboja, Laos dan
Myanmar. 3
Hasil survei yang diselenggarakan oleh suatu lembaga penelitian di New
York yang dimuat dalam International Family Planning Perspectives, Juni 1997,
memberikan gambaran lebih lanjut tentang abortus di Asia Selatan dan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Abortus di Indonesia dilakukan Baik di daerah
6

perkotaan maupun pedesaan. Dan dilakukan tidak hanya oleh mereka yang
mampu tapi juga oleh mereka yang kurang mampu. 3
Di perkotaan abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/
perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di
pedesaan abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-
47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri. 3
Survei yang dilakukan di beberapa klinik di Jakarta, Medan, Surabaya dan
Denpasar menunjukkan bahwa abortus dilakukan 89% pada wanita yang sudah
menikah, 11% pada wanita yang belum menikah dengan perincian: 45% akan
menikah kemudian, 55% belum ada rencana menikah. Sedangkan golongan umur
mereka yang melakukan abortus: 34% berusia antara 30-46 tahun, 51% berusia
antara 20-29 tahun dan sisanya 15% berusia di bawah 20 tahun. 3

2.3 Klasifikasi
Secara umum abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu : 1)  Abortus alami
(natural, spontan), merupakan 10-12% dari semua kasus abortus; dan 2) Abortus
buatan (provocation), merupakan 80% dari semua kasus abortus. Selanjutnya
dikenal dua bentuk abortus provokatus yaitu: 1) abortus provokatus terapetikus
(legal); dan 2) abortus provokatus kriminalis. 1,2,3
Abortus buatan legal artinya pelaku abortus dapat melakukan tanpa ada
sanksi hukum. Indikasi dalam keadaan apa saja abortus legal ini dapat dilakukan
mempunyai rentang panjang, yaitu dari indikasi yang sempit (absolut, terbatas
hanya untuk menyelamatkan jiwa ibu) sampai luas (cukup hanya atas permintaan),
tergantung dari kebijaksanaan masing-masing negara.
          Menurut proses terjadinya abortus dapat dibagi menjadi empat macam tipe,
yaitu : 2
1. Abortus yang terjadi secara spontan atau natural
Hal mana dapat disebabkan karena adanya kelainan dari mudigah atau
fetus maupun adanya penyakit pada ibu. Diperkirakan antara 10-20% dari
kehamilan akan berakhir dengan abortus secara spontan, dan secara yuridis tidak
7

membawa implikasi apa-apa. Sekitar 1/3 dari fetus yang dikeluarkan tersebut
perkembangannya normal tidak terdapat kelainan.

2. Abortus yang terjadi akibat kecelakaan


Seorang ibu yang sedang hamil bila mengalami rudapaksa, khususnya
rudapaksa di daerah perut, akan dapat mengalami abortus; yang biasanya disertai
dengan perdarahan yang hebat. Kecelakaan yang dapat terjadi karena si ibu
terpukul, shock atau rudapaksa lain pada daerah perut, hal mana biasanya jarang
terjadi kecuali bila si-ibu mendapat luka yang berat. Abortus yang demikian
kadang-kadang mempunyai implikasi yuridis, perlu penyidikan akan kejadiannya.

3. Abortus provokatus medicinalis atau abortus terapeutik


Yaitu penghentian kehamilan dengan tujuan agar kesehatan si-ibu baik
agar nyawanya dapat diselamatkan. Abortus yang dilakukan atas dasar
pengobatan (indikasi medis), biasanya baru dikerjakan bila kehamilan
mengganggu kesehatan atau membahayakan nyawa si ibu, misalnya bila si ibu
menderita kanker atau penyakit lain yang akan mendatangkan bahaya maut bila
kehamilan tidak dihentikan.
Dengan adanya kemajuan di dalam dunia kedokteran, khususnya kemajuan
pengobatan maka kriteria penyakit yang membahayakan atau dapat menyebabkan
kematian si ibu akan selalu mengalami perubahan, hal mana tentunya akan
memberi pengaruh didalam penyidikan khususnya perundang-undangan pada
umumnya, demikian pula dengan definisi sehat menurut WHO dimana selain
sehat dalam arti jasmani/fisik juga termasuk sehat dalam arti kata rohani dan
keadaan sosial-ekonomi dari si ibu. Dengan demikian didalam menghadapi kasus
semacam ini penyidik harus memahami permasalahan, bila perlu penyidik
meminta bantuan kepada organisasi proteksi yang bersangkutan.
4. Abortus provokatus kriminalis atau abortus kriminalis
Yaitu tindakan abortus yang tidak mempunyai alasan medis yang dapat
dipertanggungjawabkan atau tanpa mempunyai arti medis yang bermakna. Jelas
tindakan penguguran kandungan di sini semaa-mata untuk tujuan yang tidak baik
8

dan melawan hukum. Tindakan abortus tidak bisa dipertanggungjawabkan secara


medis, dan dilakukan hanya untuk kepentingan si-pelaku, walaupun ada
kepentingan juga dari si-ibu yang malu akan kehamilannya. Kejahatan jenis ini
sulit untuk melacaknya oleh karena kedua belah pihak menginginkan agar abortus
dapat terlaksana dengan baik (crime without victim, walaupun sebenarnya
korbannya ada yaitu bayi yang dikandung).

2.4 Abortus Provokatus Terapeutik


          Di klinik, untuk menolong nyawa si ibu, kadang-kadang kandungan perlu
diakhiri. Indikasi untuk pengguguran ini, abortus terapeutik, harus ditentukan oleh
dua orang dokter: seorang ahli kandungan dan seorang ahli penyakit dalam atau
ahli penyakit jantung. Dalam hal ini sangat diperlukan persetujuan tertulis yang
bersangkutan dan suami. 2,3
          Indikasi untuk melakukan abortus terapeutik di rumah sakit yang
perlengkapannya moderen adalah lebih terbatas atau lebih sempit dari rumah sakit
daerah atau puskesmas. Dalam melakukan abortus terapeutik dokter tidak
dipidanakan karena alasan pemaaf tersebut dalam KUHP pasal 48. 2,3
          Di luar negeri indikasi dilakukan aborsi terapeutika antara lain: (i) indikasi
obstetri: (a) eklampsia berat, kelainan hipertensi (konvulsi dan koma), (b) kondisi
psikiatri seperti depresi, kecenderungan bunuh diri dan keadaan skizofrenik, (c)
kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita dengan kelainan mental, (ii) kondisi
keganasan: karsinoma serviks yang invasif, karsinoma ovarium dan kanker
payudara dengan metastasis, (iii) kondisi kardiovaskular: penyakit katub jantung,
gagal jantung, penyakit jantung kongenital, fibrilasi atrium dan hipertensi, (iv)
kondisi respiratorik: insufisiensi respiratorik pada penyakit paru seperti bronkitis
kronis dan asma, (v) kondisi saluran pencernaan: ulkus peptikum, kolitis ulseratif
dengan perforasi dan perdarahan, pankreatitis dan hepatitis akut, (vi) kondisi
renal: sindroma nefrotik, (vii) kondisi endokrin dan metabolik: diabetes mellitus,
tumor paratyroid dan osteomalasia, (viii) kondisi neurologis:tumor spinal dan
serebral, epilepsi rekuren, paraplegia spastik herediter dan myasthenia gravis, (ix)
9

kondisi psikologis dan emosional: (a) ketika anak tersebut tidak diinginkan dan
merupakan hasil dari incest dan pemerkosaan (b) ketika pasien menderita neurosis
berat dan kecenderungan untuk bunuh diri, (x) kondisi yang menyebabkan
abnormalitas fetal: (a) kondisi infeksi (Rubella, Mumps), (b) ibu yang terpapar
obat-obatan berbahaya (Thalidomide, androgens dan estrogen), (c)
inkompatibilitas rhesus, (d) Down’s syndrome (Mongolism). 2
Pada trimester pertama metode yang digunakan dapat menggunakan obat-
obatan maupun melalui terapi bedah. Obat-obatan yang digunakan adalah: (i)
prostaglandin, PGE1 dan PGE2 efektif dalam menimbulkan kontraksi uterus, (ii)
Antiprogesteron dengan menghambat reseptor progesteron, sehingga menghambat
efek biologis progesteron pada uterus, obat yang efektif digunakan seperti
Mifepristone (RU-486). Untuk terapi surgikal dapat dilakukan (i) aspirasi vakum,
(ii) Dilatasi dan Kuretase. 2,3
Pada trimester kedua, metode medis yang digunakan adalah salah satu atau
kombinasi dari instilasi intrauteri dari larutan saline hipertonik (NaCl 20%) atau
urea atau rivanol dan prostaglandin melalui berbagai rute. Larutan ini dapat
dimasukkan ke dalam kantung amnion dari fetus ataupun ke ruang ekstraovular
(extra-amnion). Metode bedah yang dilakukan dapat termasuk: (i) Dilatasi dan
kuretase, (ii) Histerotomi, (iii) Histerektomi. 2,3

2.5 Abortus Provokatus Kriminalis


          Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan
untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu tanpa adanya
indikasi terapeutik. Secara hukum tindakan ini melanggar ketentuan yang
berlaku.2
          Abortus kriminal dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau dengan
bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat, dukun beranak dan lain-lain).
Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang bersangkutan terlambat datang bulan
dan curiga akibat hamil. Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu ke-5 sampai
minggu ke-10. Pada waktu ini mungkin disertai gejala mual pagi hari (morning
10

sickness). Sekarang kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini


karena sudah ada alat tes kehamilan yang dapat mendiagnosa kehamilan secara
pasti. 2,3

2.6 Metode Abortus Buatan


Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus
provokatus kriminalis yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan
komplikasi yang terjadi dan bermanfaat di dalam melakukan penyidikan serta
pemeriksaan mayat untuk menjelaskan adanya hubungan antara tindakan abortus
itu sendiri dengan kematian yang terjadi pada si-ibu. Berdasarkan survey cara
abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturut-turut: kuret
isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas prostaglandin / suntikan (4%).
Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%),
jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%) dan pemijatan (79%).3

a. Kekerasan mekanik 4,5


(1) Umum: Metode ini dilakukan secara langsung pada
uterus atau tidak langsung dengan menyebabkan kongesti dari organ-organ
pelvis dan menyebabkan perdarahan diantara uterus dan membrane pelvis.
Metode ini seperti: (i) penekanan berat pada abdomen seperti pemukulan,
penendangan, pengurutan dan melompat-lompat (ii) aktifitas berlebihan
seperti mengenderai sepeda, berkendara pada jalanan yang rusak berat,
meloncat dari ketinggian, mengangkat benda berat (iii) Cupping: meletakkan
sebuah sumbu api pada area hipogastrium dan menutupnya dengan sebuah
mangkuk yang kemudian menyebabkan penarikan oleh mangkuk tersebut
yang menyebabkan separasi dari plasenta dibawahnya. Metode ini digunakan
pada kehamilan lanjut, (iv) mandi dengan air hangat dan dingin bergantian,
(vi) mengurut uterus pada dinding abdomen
(2) Lokal: yaitu kekerasan yang dilakukan dari dalam
dengan manipulasi vagina dan uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri,
11

misalnya dengan penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio,
pemasangan laminaria stif atau kateter kedalam serviks, manipulasi serviks
dengan jari tangan, manipulasi uterus dengan melakukan pemecahan selaput
amnion atau penyuntukan ke dalam uterus.

b. Obat-obatan Abortifasien
Dalam masyarakat penggunaan obat tradisional seperti nenas muda, jamu
peluntur dan lain-lain sudah lama dikenal. Melalui iklan promosi obat di media
elektronik beberapa obat peluntur ditawarkan secara terselubung, misalnya obat
terlambat datang bulan; dilarang untuk wanita hamil dan lain-lain. Abortivum,
obat yang sering dipakai di masyarakat awam untuk pengguguran dapat dibagi
dalam beberapa golongan: 1,2,3
1. Emmenogogues: obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah
menstruasi (obat peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae. 
2. Ecbolics: obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina,
ekstrak pituitari, estrogen sintetik dan strychnine. Obat-obatan ini, untuk
tujuan abortivum harus dipergunakan dalam dosis tinggi sehingga dapat
menimbulkan bahaya. 
3. Obat yang bekerja pada traktus gastrointestinal yang menyebabkan muntah
(emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan eksitasi uterus untuk
berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa dari lambung dan kolon serta
juga dapat menyebabkan hyperemia.
4. Obat yang bekerja melalui traktus digestivus bekerja sebagai pencahar
(purgative) seperti, castor oil, croton oil dan magnesium sulphate dan lain-
lain, menyebabkan peredaran darah di daerah pelvik meningkat, sehingga
mempengaruhi hasil konsepsi.
5. Obat-obat bersifat iritan pada traktus genitourinarius yang mempengaruhi
refleks kontraksi uterus seperti Tansy oil, turpentine oil,
ekstrak cantharidium (dalam dosis besar menyebabkan inflamasi pada
ginjal dan albuminuria), kalium permanganas (120-300 ml per vaginam)
menyebabkan inflamasi dan perdarahan oleh karena erosi pembuluh darah.
12

6. Obat-obat iritan yang bersifat racun, seperti (i) iritan inorganic metalik
seperti timah, antimony, arsenik, fosforus, mercuri, (ii) iritan organic
seperti ppepaya, nenas muda, bubuk beras dicampur lada hitam, akar
Plumago rosea dan jus calotropis, (iii) Abortion pill F-6103 yang
dikembangkan di Swedia yang mengandung diphenyl-ephylene dan juga
pil berbahaya lainnya.
          Obat atau jamu yang mujarab untuk pengguguran tidak ada, kebanyakan
obat malah menyebabkan si ibu mengalami intoksikasi.

c. Instrumen
Instrumen-instrumen yang digunakan untuk aborsi dilakukan dengan berbagai
mekanisme: 2,3
(1) Menyebabkan rupturnya membran: hal ini dapat terjadi dengan
memasukkan alat-alat seperti sonde uterus, kateter, penjepit rambut, tongkat,
jarum merajut, dan bahkan jari tangan. Pasien bisa datang ke dokter dengan
alasan bahwa uterusnya mengalami displacement, oleh karena itu dokter yang
tidak hati-hati dapat menyebabkan aborsi dengan memasukkan sonde uterus.
Pada kasus ini, dokter diharapkan harus yakin dahulu bahwa pasien tidak
hamil.
(2) Menyebabkan dilatasi serviks:: Sebuah akar tanaman bernama
Slippery elm, pohon yang tumbuh di Amerika Tengah dan Utara digunakan
untuk mendilatasi serviks. Sebuah potongan kayu ini dengan ketebalan sekitar
3 mm dimasukkan kedalam kanalis serviks dan dibiarkan, yang kemudian
akan menyerap kelembapan dan sekret vagina sehingga kayu ini akan
membengkak dan mendilatasi kanalis serviks yang menyebabkan aborsi.
Benda lain yang dapat juga digunakan seperti spons yang telah dipadatkan.
Metode ini memiliki kerugian tidak higienis dan beresiko terjadi infeksi.
Kadang-kadang jika tidak hati-hati tongkat kayu ini dapat menusuk bladder
dan uretra.
(3) Abortion stick: tongkat aborsi adalah kayu atau bambu kecil
dengan panjang 12 sampai 18 cm dimana salah satu ujungnya dibungkus
13

dengan kapas atau rombengan yang dibalut dengan campuran zat-zat seperti
calotropis, arsen, sulfat, timah, dan lain-lain.
(4) Penyuntikan atau penyemprotan cairan biasanya dilakukan dengan
menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun,
desinfektan atau air biasa/ air panas. Campuran air dan udara ini dimasukkan
secara paksa ke dalam kavum uteri dengan tekanan tinggi dibandingkan
dengan vena uterus. Cairan ini menyebabkan lepasnya kantung amnion dan
plasenta dari dinding uterus. Uterus kemudian akan berkontraksi
menyebabkan perdarahan dan aborsi. Penyemprotan ini berbahaya dapat
menyebabkan inhibisi vagal akibat air dingin dan juga emboli udara.
(5) Listrik: Pengaliran listrik dimana kutub negatif pada serviks dan
kutub positif pada daerah pembuluh darah sakrum ataupun lumbal yang
menyebabkan kontraksi uterus.

Menurut referensi lain ada tiga kelompok besar cara untuk melakukan
abortus buatan (provokatus) yaitu: 3
1. Dengan obat-obatan :
a. Antiprogestin
Dikenal dengan nama pil RU 486. Pil ini menimbulkan abortus dengan
mencairkan corpus luteum yang berfungsi mempertahankan kehamilan
muda. Biasanya digabung dengan prostaglandin.
b. Methotrexate.
Biasanya digabung dengan prostaglandin.
c. Prostaglandin.
Khasiatnya membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya.
d. Larutan garam hipertonik.
Menyebabkan tekanan dalam rahim meningkat yang pada gilirannya
menye-babkan rahim berkontraksi dan mengeluarkan janin.
e. Oksitosin.
Khasiatnya menyebabkan rahim berkontraksi.
14

Saat ini banyak dipakai obat-obat yang mengandung hormon estrogen dan
progestin untuk mereka yang terlambat haid. Sebenarnya obat-obat tersebut tidak
berkhasiat menggugurkan kandungan (abortus), tetapi hanya menimbulkan haid
bila tidak ada kehamilan. Jadi sifatnya hanya sebagam “tester”.

2. Dengan tindakan medik yaitu dengan:


b. Dilatasi dan Kuretase (D & K)
c. Penyedotan (suction curettage)
d. Dilatasi bertahap
e. Penggaraman (cairan garam hipertonik)
f. Histerotomi

3. Dengan cara tradisional yaitu seperti:


a. Melakukan kegiatan fisik yang berat/berlebihan seperti meloncat,
mengangkat barang berat.
b. Memasukkan daun atau batang tanaman tertentu ke dalam rahim.
c. Minum obat-obat tradisional seperti jamu.
Selain itu metode-metode yang dipergunakan biasanya disesuaikan dengan
umur kehamilan, semakin tua umur kehamilan semakin tinggi resikonya. Hal ini
perlu diketahui penyidik dalam kaitannya dengan pengumpulan barang-barang
bukti.
2. Pada umur kehamilan sampai dengan 4 minggu 
- Kerja fisik yang berlebihan
- Mandi air panas
- Melakukan kekerasan pada daerah perut
- Pemberian obat pencahar
- Pemberian obat-obatan dan bahan-bahan kimia
- “electric shock” untuk merangsang rahim
- Menyemprotkan cairan ke dalam liang vagina
3. Pada umur kehamilan sampai dengan 8 minggu 
15

- Pemberian obat-obatan yang merangsang otot rahim dan pencahar


agar terjadi peningkatan “menstrual flow”, dan preparat hormonal
guna mengganggu keseimbangan hormonal
- Penyuntikan cairan ke dalam rahim agar terjadi separasi dari
placenta dan amnion, atau menyuntikkan cairan yang mengandung
karbol (carbolic acid)
- Menyisipkan benda asing ke dalam mulut rahim, seperti kateter
atau pinsil dengan maksud agar terjadi dilatasi mulut rahim yang
dapat berakhir dengan abortus
4. Pada umur kehamilan antara 12 – 16 minggu
- Menusuk kandungan
- Melepaskan fetus
- Memasukkan pasta atau cairan sabun
- Dengan instrumen ; kuret

2.7 Komplikasi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu
disebabkan oleh abortus. Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi dapat
menyebabkan kematian. Ada 3 penyebab klasik kematian ibu yaitu perdarahan,
keracunan kehamilan dan infeksi. Angka Kematian lbu (AKI) di Indonesia masih
tinggi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI 1994), AKI di
Indonesia 390/100.000 kelahiran hidup. Tidak ada data yang pasti tentang berapa
besarnya dampak abortus terhadap kesehatan ibu. 3 Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun:
- dilakukan 20 juta unsafe abortion.
- 70.000 wanita meninggal akibat unsafe abortion.
- 1 diantara 8 kematian ibu disebabkan unsafè abortion.
Yang dimaksud dengan unsafe abortion adalah abortus yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih/ kompeten sehingga menimbulkankan banyak
komplikasi bahkan kematian. 3
16

Komplikasi yang dapat terjadi pada si-ibu adalah terjadinya perdarahan


hebat, kejang, infeksi dan kematian. Kematian dapat berlangsung dengan cepat,
hal mana disebabkan oleh karena terjadinya syok vagal (kematian secara refleks
akibat perangsangan pada daerah rahim dan genitalia pada umumnya), pendarahan
hebat dan terjadinya emboli udara (udara masuk ke dalam pembuluh balik dari
luka-luka pada daerah rahim menuju jantung dan menyumbat pembuluh nadi
paru-paru). Adapun komplikasi-komplikasi tersebut diantaranya
dikelompokkan:2,3

a. Komplikasi Segera 2
(1) Syok dan Perdarahan: perdarahan akibat luka pada jalan lahir,
atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diastesa hemoragik dan lain-lain.
Perdarahan dapat timbul pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah
tindakan. Tidak seperti pada zaman dahulu, komplikasi ini kini jarang
mendatangkan kematian. Hal ini disebabkan pengertian masyarakat tentang
kesehatan yang telah meningkat.

(2) Refleks Vagal: Komplikasi ini hampir selalu terjadi pada tindakan
abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu dalam keadaan stres, gelisah
dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan
secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin yang
mengenai serviks dan segmen uterus bagian bawah. Refleks vagal ini dappat
menyebabkan henti jantung secara tiba-tiba.

(3) Emboli Udara: emboli udara dapat terjadi pada teknik


penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu
penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus,
sedangkan di saat yang sama sistem vena endometrium dalam keadaan
terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak dapat menyebakna
kematian, sedangkan jumlah sebanyak 70-100 mL dilaporkan sudah dapat
mematikan dengan segera (dilaporkan kolaps dalam 10 menit).
17

(4) Emboli cairan amnion: cairan ini mengandung skuama-skuama


fetus, lanugo, material verniks, sel-sel dari korion dan amnion, mekonium, dan
detritus seluler lainnya. Cairan ini kemudian masuk ke dalam vena uterus dan
mencapai jantung kanan dan mengakibatkan berbagai komplikasi dengan
mekanisme: (i) reaksi anafilaksis terhadap komponen cairan amnion, (ii)
Blokade mekanik sirkulasi pulmoner pada emboli yang masif, (iii)
disseminated intravascular coagulation (DIC) akibat pembebasan
tromboplastin oleh cairan amnion, (iv) manifestasi perdarahan akibat
trombositopenia dan afibrinogenemia.

b. Komplikasi Tertunda 2
(1) Septikemia dan pyaemia: sepsis dapat terjadi oleh lingkungan yang
kotor, instrumen yang kotor, dan adanya perforasi, Sepsis dapat diakibatkan
oleh berbagai organisme seperti Clostridium welchii, Clostridium tetani, E.
Coli, golongan staphylococcus dan streptococcus. Sepsis ini kemudian dapat
menyebabkan terjadinya hepatorenal failure.
(2) Tetanus: disebabkan oleh Clostridium tetani, dapat terjadi dalam 3
hari sampai 3 minggu.
(3) Komplikasi lain: seperti peritonitis dan toxaemia.

c. Komplikasi Jangka Panjang 2


Komplikasi ini terjadi jauh dikemudian hari seperti jaundice dan supresi
renal, endokarditis bakterial, emboli paru, pneumonia, empyema, meningitis, efek
racun obat-obatan yang digunakan untuk aborsi.

2.8 Pemeriksaan Forensik

2.8.1 Pemeriksaan Korban Hidup


Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah
mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan,
18

pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, terhadap


jaringan dan janin yang mati serta menentukan cara pengguguran yang dilakukan
serta sudah berapa lama melahirkan.2,5
Pemeriksaan test kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah
bayi dikeluarkan dari kandungan, dimana serum dan urin wanita memberikan
hasil positif untuk hCG sampai sekitar 7-10 hari. Tanda-tanda kehamilan pada
wanita dapat dijumpai adanya colostrum pada peremasan buah dada, nyeri tekan
di daerah perut, kongesti pada labia mayor, labia minor dan serviks, tanda-tanda
ini biasanya tidak mudah dijumpai bila kehamilan masih muda. Bila segera
sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang pemastiannya
perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka, peradangan,
bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama. Pada masa kini bila
diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan DNA untuk pemastian hubungan ibu dan
janin.2,5
Tanda-tanda adanya pengguguran harus dicari serta cara pengguguran
tersebut. Pemeriksaan luar pada perineum, genitalia eksternal dan vagina harus
diteliti dengan baik untuk melihat adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi,
memar dan lain-lain. Kondisi ostium serviks juga harus diamati, dimana masih
dalam keadaan dilatasi dalam beberapa hari. Besarnya dilatasi bergantung pada
ukuran fetus yang dikeluarkan. Pada os juga bisa tampak abrasi/laserasi/memar
akibat instrumentasi. Adanya perlukaan, tanda bekas forsep ataupun instrumen
yang lainnya di sekitar genitalia harus diamati juga. Kalau perlu karakter serta
jumlah sekret vagina dapat diteliti mencari tanda-tanda serta cara aborsi. 3
Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat
yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap
hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD – kematian janin
di dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopik terhadap sisa-sisa jaringan.1
19

2.8.2 Pemeriksaan Post Mortem


Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara
melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.
Abortus yang dilakukan oleh ahli yang trampil mungkin tidak meninggalkan
bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang
timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus
kriminal.5
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam
(autopsi). Pemeriksaan ditujukan pada :2
1. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk
itu diperiksa :
a. payudara secara makros maupun mikroskopik
b. ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara
mikroskopik
c. uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara
mikroskopik adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua.
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provocatus yang dilakukan.
a. Mencari tanda-tanda kekerasan local seperti memar, luka,
perdarahan pada jalan lahir.
b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak
steril.
c. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum
uteri.
3. Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan, infeksi, syok,
emboli udara, emboli cairan atau emboli lemak.

Pada korban mati, dilakukan pemeriksaan luar, pembedahan jenazah,


pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari jantung) bila terdapat cairan dalam
rongga perut atau kecurigaan lain, dan pemeriksaan mikroskopik untuk mencari
adanya sel trofoblast, kerusakan jaringan, dan sel radang. Pada autopsi dilihat
adakah pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi pada uterus. Periksa genitalia
20

eksterna apakah pucat, kongesti atau memar. Lakukan pula tes emboli udara pada
vena kava inferior dan jantung. Ambil darah dari jantung (segera setelah tes
emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Uterus diiris mendatar dengan jarak antar
irisan 1 cm untuk deteksi perdarahan dari bawah. Ambil urin untuk tes kehamilan
dan toksikologik. Pemeriksaan organ lain seperti biasa. 2,5
Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai:
(1) Uterus: Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat apakah
membesar, lembut dan kongesti. Dinding uterus dapat menunjukkan adanya
penebalan pada pemotongan longitudinal. Rongga uterus dapat menunjukkan
adanya sebagian produk konsepsi yang tertinggal. Uterus dari wanita tidak
hamil berukuran sekitar, berat 40 g, panjang 7,0 cm, lebar 5,0 cm dan tebal 2,0
cm. Kemudian panjang menjadi 10 cm pada kehamilan akhir bulan ketiga,
12,5 cm pada akhir bulan keempat, 16 cm pada akhir bulan keenam, 20 cm
pada akhir bulan kedelapan dan 27 cm pada akhir bulan kesembilan. Uterus
juga dapat menunjukkan adanya perforasi. Endometrium menunjukkan tanda-
tanda dilakukannya kuretase (penyendokan). Plasenta dapat masih tertinggal
bila evakuasi tidak bersih. Pada kasus penggunaan bahan-bahan kimia,
permukaan uterus bagian dalam dapat mengalami perubahan warna akibat
warna dari zat yang digunakan dan/atau terjadi kerusakan. Jika air sabun
digunakan, maka busa-busanya mungkin masih dapat tersisa. Juga bisa
didapatkan sisa instrument yang digunakan seperti akar tanaman. Swab uterus
diambil untuk mikrobiologi, dan jaringan dimasukkan dalam formalin untuk
diperiksa ke patologi anatomi. 5
(2) Ovarium: Kedua ovarium harus diperiksa untuk melihat
adanya korpus luteum Ovarium dapat terlihat terkongesti. Pada beberapa
kasus dapat diambil juga sampel untuk pemeriksaan laboratorium.5
(3) Jantung: Pada pembukaan jantung dicari adanya emboli
udara, serta sampel darah dikirim untuk diperiksa baik yang berasal dari vena
cava inferior dan kedua ventrikel.5
21

2.8.3 Pemeriksaan Pada Janin


Tentukan usia bayi (janin).Usia bayi dapat ditentukan dari :5
a. Panjang bayi
Dari rumus empiris de Haas umur bayi dapat ditaksir dari panjang badan
(PB) bayi, ukuran dari puncak kepala sampai ke kaki. Untuk bayi dibawah
25 minggu : Umur (minggu) = akar kuadrat dari PB. Untuk bayi diatas 25
minggu: Umur (minggu) = PB/5. Oleh karena batas umur antara korban
abortus dan pembunuhan anak adalah 28 minggu (7 bulan), maka
perbedaan tersebut adalah pada panjang bayi 35 cm (7x5) cm.
b. Lingkaran kepala
Bayi 5 bulan : 38,5 – 41cm
Bayi 6 bulan : 39 – 42cm
Bayi 7 bulan : 40 – 42cm
Bayi 8 bulan : 40 – 43cm
Bayi 9 bulan : 41 – 44cm
c. Pusat penulangan
Ada 2 tempat yang lazim diperiksa yaitu pada telapak kakidan lutut. Pada
telapak kaki pemeriksaan ditujukan kepada tulang halus, calcaneus dan
cuboid. Ketiga tulang ini dapat diperiksa melalui sayatan (pemotongan)
dari sela jari ke 3-4 ke arah tumit. Adanya pusat penulangan di tulang
talus menunjukkan bayi telah berumur 7 bulan, tulang calcaneus 8 bulan
dan tulang cuboid 9 bulan. Di lutut ditujukan untuk memeriksa pusat
penulangan di proksimal tulang tibia dan distal femur. Untuk mencapai
kedua tulang, tulang patella harus disingkirkan. Setelah tampak tulang
femur, maka tulang dipotong melintang selapis demi selapis seperti
pengiris bawang. Demikian juga pada tulang tibia. Adanya pusat
penulangan pada kedua tulang menunjukkan bayi telah berumur 9 bulan
dalam kandungan (cukup umur).
Pada pemeriksaan akibat abortus (membedakan dengan pembunuhan anak
sendiri), tidak akan didapati tanda-tanda telah bernafas. Sering didapati sudah
mengalami pembusukan. Ukuran tinggi tumit-puncak kepala dicatat. Paling
22

penting melihat adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh bayi, misalnya akibat
benda yang dimasukkan pervaginam (alat kuret, batang kayu kecil, dll) atau
bagian yang melekat di tubuh bayi dalam usaha pengguguran dengan
penyemprotan rahim dengan bahan kimia (lisol, sabun dll). Pemeriksaan dalam
tetap dilakukan untuk melihat keadaan organ dalam. Sering uri masih melekat/
berhubungan dengan bayi. Periksa panjang tali pusat, permukaan plasenta dan
lain-lain. 5

2.9 Aspek Medikolegal


Perihal abortus, dalam KUHP diatur dalam pasal 346 sampai 349. Jika
ditinjau unsur-unsur dari pasal-pasal perihal abortus tersebut tidak satu pasal pun
yang memberikan kelonggaran untuk bisa dilakukannya perbuatan abortus
termasuk abortus dengan indikasi medis (kesehatan). Hal ini menimbulkan
problem antara hukum dan medis dimana di satu pihak ahli medis (dokter)
berkewajiban untuk menyelamatkan nyawa si ibu, sedangkan disatu pihak
undang-undang melarang perbuatan abortus itu. 2
Problem itu dapat dilihat dari pendapat Soedjati sebagai berikut: Bila
undang-undang yang mengatur tentang abortus itu diikuti secara ketat, termasuk
di dalamnya tindakan abortus atas indikasi medis, yaitu untuk menyelamatkan
nyawa wanita ynag bersangkutan, dapat diharapkan bahwa akan banyak dokter
yang dituntut dan diajukan ke pengadilan. Berdasarkan pendapat Soedjati, dalam
kenyataan dokter yang melakukan abortus terapetikus tdak dituntut sejauh dokter
tersebut melakukan tugas-tugas profesinya. Namun sangat disayangkan tidak
diberikannya penjelasan mengenai mengapa atau dasar apa dokter tersebut tidak
dituntut. Sedangkan KUHP jelas-jelas melarang segala bentuk abortus termasuk
abortus dengan indikasi medis. 2
Mengingat asas atau prisnsip oportunitas yang dikenal dalam hukum
pidana dan merupakan kekuasaan yang sangat penting yang dimiliki oleh jaksa
agung sebagai penuntut umum, maka prisnsip ini dapat dipergunakan. Bahwa
kalau menurut pendapat jaksa kepentingan Negara menuntut adanya penuntutan di
23

muka Hakim, maka Jaks berwajib menuntu dan kalau sebaliknya untuk
kepentingan Negara sebaiknya tidak diadakan penuntutan berwajib
mengenyampingkan perkara. 2
Seperti diketahui sebelumnya perihal abortus provokatus diatur dalam
ketentuan pasal 346 sampai dengan pasal 349 KUHP. 2

KUHP Pasal 346


Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugurnya atau mati kandungannya atau
menyuruh orang lain menyebabkan itu, dihukum dengan hukuman penjara selama 4
tahun.

Jika diteliti pasal 346 KUHP ini terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur
tersebut dapat dibedakan menjadi unsur yang objektif dan unsur yang subjektif.
Unsur objektifnya meliputi unsur Yang berkaitan dengn perbuatan yaitu adanya
perbuatan berupa menggugrkan atau mematikan kandungan. Disamping itu,
perbuatan tersebut dapat pula menyuruh orang lain melakukan penggguran atau
mematikan kandungan. Sedangkan unsur subjektifnya berkaitan dengan subjek
hukum yaitu pelaku. Dalam hal ini adalah seorang yang mempunyai niat atau
kehendak yang dikenal dengan pengertian sengaja. 2
Secara terperinci unsur-unsur pasal 346 KUHP ini adalah sebagai berikut :
- Seorang perempuan
- Dalam keadaan mengandung
- Sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannnya
- Atau menyuruh untuk menggurkan atau mematikan kandungannya.
Seorang wanita itu baru bisa dikatakan menggugurkan kandungan apabila
adanya kesengajaan sebagaimana yang diisyaratkan oleh pasal 346 KUHP.
Sebaliknya apabila tidak ada kesengajaan, maka hal ini tidaklah bisa dikatakan
sebagai perbuatan menggugurkan. Hal ini lazimnya disebut sebagai keguguran
atau istilah medisnya dikenal dengan abortus spontan. 2
24

KUHP Pasal 347


(1) Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang
perempuan tidak deengan izin perempuan itu, dihukum dnegan hukuman penjara
selama-lamanya dua belas tahun.
(2) Jika perbuatan berakibat perempuan itu mati, ia dihukum dengan hukuman
penjara selama-lamanya 15 tahun.

Unsur-unsur objektif dari pasal 347 ayat 1 KUHP adalah : (i) perbuatan
pengguguran atau mamatikan kandungan seorang wanita, (ii) kandungan tersebut
adalah kandungan orang lain, (iii) tanpa persetujuan wanita yang mengandung. 2
Unsur-unsur subjektifnya dapat diperinci sebagai berikut : (i) dilakukan
oleh seseorang, (ii) dengan sengaja.2
Jika diteliti rumusan pasal 347 KUHP, maka yang dikenai sanksi adalah
yang melakukan perbuatan penggugguran tersebut, sedangkan wanita yang hamil
trsebut tidak dikenai sanksi pidana karena tidak mempunyai niat untuk
menggugurkan kandungannya. 2

KUHP Pasal 348


Barangsiapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang
perempuan dengan izin perempuan tiu, dihukum dengan hukuman dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun enam bulan

Jika diteliti unsur-unsur pasal 348 KUHP ini sama dengan unsur-unsur
pasal 347 KUHP, cuma dalam pasal 348 KUHP ini menyebutkan dengan
persetujuan wanita yang hamil tersebut. 2

KUHP Pasal 349


Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348,
25

maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan itu dilakukan

Dalam hal orang-orang tersebut dia atas melakukan kejahatan berdasarkan pasal-
pasal tersebut di atas, berarti orang-orang tersebut melakukan perbuatan pidana
dengan melanggar suatu kewwajiban kasus dari jabatannya (profesinya).
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh pasal 52 KUHP yang menyebutkan:
“Bilamana seorang pejabat karena melakukan perbuatan pidana melanggar suatu
kewajiban khusus dari jabatannya, atau pada waktu melakukan perbuatan pidana
memakai kekuasaan, kesempatan atau sarana yang diiberikan kepadanya karena
jabatannya, pidana dapat ditambah sepertiganya.”. Selain itu orang-orang tersebut
bisa dituduh melanggar kode etik. 2

KUHP Pasal 299


Barangsiapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun, atau pidana denda
paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.

Unsur-unsur pasal 299 ayat 1 KUHP dapat diperinci sebagai berikut : (i)
dengan sengaja merawat atau mengobati wanita yang hamil, (ii) menyuruh
melakukan atau melakukan sesuatu perbuatan terhadap wanita yang hamil, (iii)
dengan memberitahukan atau menerbitkan harapan padanya, (iv) untuk mencegah
kehamilannya. 2
Adanya pasal 299 KUHP perihal abortus, mempunyai tujuan agar
perbuatan abortus segera dapat dituntut tanpa harus menunggu sampai terjadinya
pengguguran.. 2
Pasal-pasal lain dalam KUHP yaitu seperti:
KUHP Pasal 283
Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak dibawah
usia 17 tahun/dibawah umur, hukuman maksimum 9 bulan.
26

KUHP Pasal 535


Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan
kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun
secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai
bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling
lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Selain berdasarkan KUHP, perihal abortus juga diatur dalam UU RI No.


23/1992, Tentang Kesehatan butir-butir ang berkaitan dengan abortus legal adalah
:2

Pasal 15.
(1) Dalam keadaan darurat, sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan :
a. berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b. oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta
berdasarkan pertimbangan tim ahli;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya;
d. pada sarana kesehatan tertentu.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
pemerintahan.

Penjelasan dari Pasal 15 tersebut sebagai berikut :


27

(1) Ayat 1: Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan


alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma
agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun, dalam keadaan
darurat dalam upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang
dikandungannya dapat diambil tindakan medis tertentu

(2) Ayat 2:
Butir a
Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil
tindakan medis tertentu, sebab tindakan medis tertentu itu ibu hamil, dan atau
janinnya terancam bahaya mauta

Butir b
Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Sebelum melakukan
tindakan medis tertentu tenaga kesehatan harus terlebih dahulu meminta
pertimbangan ahli yang terdiri dari berbagai bidang seperti medis, agama,
hukum, dan psikologi.

Butir c
Hak utama memberikan persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan
kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.

Butir d
Saranakesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditujuk oleh
pemerintah
28

(3) Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana dari pasal ini dijabarkan antara
lain mengenai keadaan darurat dalam meyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan,
bentuk persetujuan dan sarana kesehatan yang ditunjuk.

Pasal 80.
Barangsiapa dengan sengaja melakukan tindakan medik tertentu terhadap ibu hamil yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana dengan
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BAB 3

KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari paper ini adalah:
1. Abortus atau penguguran kandungan adalah berakhirnya kehamilan,
sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan.
2. Abortus dapat dibagi atas 2 macam, yaitu : 1)  Abortus alami (natural,
spontan; dan 2) Abortus buatan (provocatus), ada dua macam yaitu: 1)
abortus provokatus terapetikus (legal); dan 2) abortus provokatus
kriminalis.
3.  Abortus provokatus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja
dilakukan untuk kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu
tanpa adanya indikasi terapeutik. Secara hukum tindakan ini melanggar
ketentuan yang berlaku yaitu berdasarkan KUHP dan UU Kesehatan dan
memerlukan pembuktian salah satunya dengan pemeriksaan forensik.
4. Pemeriksaan forensik yang dilakukan yaitu pemeriksaan korban hidup,
pemeriksaan korban mati (post-mortem), dan pemeriksaan korban janin.
5. Perihal abortus, dalam KUHP diatur dalam pasal 346 sampai 349. Jika
ditinjau unsur-unsur dari pasal-pasal perihal abortus tersebut tidak satu
pasal pun yang memberikan kelonggaran untuk bisa dilakukannya
perbuatan abortus termasuk abortus dengan indikasi medis (kesehatan).

29
30

DAFTAR PUSTAKA

1. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian


Kedokteran Forensik FK UI, 1997. 159-164.

2. Amir, Amri. Abortus. Dalam : Amri Amir. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi II.
Medan : Ramadhan, 2005. 159-168.

3. Azhari. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Palembang:


Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI. 1-19.

4. Mansjoer, Arief. Pengguguran Kandungan dan Pembunuhan Anak Sendiri.


Dalam : Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Badan Penerbit FK UI, 2007. 225-226.

5. Amir, Amri. Autopsi Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Amir, Amri. Autopsi
Medikolegal Edisi II. Medan : USU Press, 2001. 40-44.

Anda mungkin juga menyukai