Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah


melahirkan.Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi dan
psikosis.Gangguan emosional selama periode postpartum merupakan salah satu
gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara.(1)

Sebagian perempuan menganggap bahwa masamasa setelah melahirkan


adalah masa-masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara
emosional. Kelahiran seorang bayi dapat menimbulkan stress berat pada sang ibu. Ia
bertanggung jawab atas perawatan bayi yang tak berdaya itu, ia harus pula
memberikan perhatian terhadap suami atau pasangannya, malam hari sering
terganggu, ia merasa tidak mampu atau tidak yakin akan kemampuannya menjadi
seorang ibu. Gangguan-gangguan psikologis yang muncul tersebut akan mengurangi
kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan
ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau
berupa serangan yang sangat berat selama berbulanbulan atau bertahun-tahun
lamanya.(1)

Ada 3 tipe gangguan jiwa pascapersalinan, diantaranya adalah postpartum


blues, postpartum depression dan postpartum psikosis.(1,3,4,5)

Postpartum blues atau sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu
kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara. Postpartum depression yaitu
depresi pasca persalinan yang berlangsung saat masa nifas, dimana para wanita yang
mengalami hal ini kadang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya
merupakan penyakit.Postpartum psikosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan
jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu
kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.(1,2,3)

1
EPIDEMIOLOGI

Secara epidemiologi, depresipostpartum dapat terjadi pada semua golongan


umur persalinan dan diberbagai daerah didunia, maupun di Indonesia. Berdasarkan
laporan WHO (1999) diperkirakan wanita melahirkan yang mengalami depresi
postpartum ringan berkisar 10 per 1000 kelahiran hidup dan depresi postpartum
sedang atau berat berkisar 30 sampai 200 per 1000 kelahiran hidup. Beberapa
penelitian juga mengemukakan bahwa depresi postpartum bervariasi disetiap daerah
penelitian. Hasil penelitian OHara dan Swain (1996) menemukan kejadian depresi
postpartum di Belanda sekitar 2%-10%, di AmerikaSerikat 8%-26%, di Kanada 50%-
70%. (5)

Hasil penelitian lain yang dilakukan Wratsangka (1996) di RSUP.Hasan


Sadikin Bandung mencatat wanita yang mengalami depresi dan psikosis postpartum
pada wanita primipara sekitar 50-80%.Dan yang mengalami depresi dan psikosis
pada multipara sekitar 33%. Hasil penelitian yang dilakukan Alfiben (2000) di
Rs.Cipto Mangunkusumo tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan oleh
Wratsangka, 70% wanita primipara mengalami depresi dan psikosis postpartum dan
30 % pada wanita multipara.(5)

DEFINISI
DEPRESI

Depresi adalah merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang


dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap
individu.Gangguan yang paling sering terjadi adalah depresi postpartum.(5)

2
Menurut Hawan (2001), depresi adalah gangguan perasaan (mood) yang
ditandai dengan kemurungan , kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
hilang gairah hidup, apatis, pesimisme, kemudian dapat diikuti gangguan perilaku.(6)

Menurut Chaplain (2005), depresi adalah gangguan kemurungan, kesedihan,


patah semangat yang ditandai dengan perasaan gelisah, menurunnya kegiatan,
pesimisme menghadapi masa yang akan datang.(3,5)

Beberapa faktor penyebab depresi adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan orang yang dicintai misalnya karena kematian.

2. Peristiwa traumatik.

3. Penyakit fisik yang kronis.

4. Adanya penyakit mental.

5. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung akan mengalami
peningkatan resiko depresi 8-18%.(5,6)

Menurut Muslim (2000) gejala-gejala yang dapat terlihat dari seorang yang
mengalami depresi adalah sebagai berikut :

a). Konsentrasi dan perhatian yang kurang.

b). Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang.

c). Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

d). Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

e) Nafsu makan yang berkurang.(5)

3
Depresi menurut Caplain (2005) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Depresi ringan.

Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi, ditambah sekurang-
kurangnya dua gejala sampingan (yang tidak boleh ada gejala berat
diantaranya) lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar dua minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
sosial yang bisa dilakukannya.

2. Depresi sedang.

Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama, ditambah sekurang-kurangnya
empat dari gejala lainnya, seluruh episode berlangsung minimal dua minggu,
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga, tanpa gejala somatik, atau dengan gejala somatik.

3. Depresi berat tanpa gangguan psikotik.

Semua gejala utama harus ada, ditambah minimal empat dari gejala lainnya,
dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat, sangat tidak mungkin
pasien untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah
tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

4. Depresi berat dengan gangguan psikotik.

Memenuhi seluruh kriteria depresi berat tanpa gejala psikotik, disertai waham,
halusinasi atau stupor depresi.(3,5)

DEPRESI POSTPARTUM

4
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt
Regina dkk(2001), depresi postpartum adalah depresi pasca persalinan yang mulai
terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan dan berlangsung sampai berminggu-
minggu atau bulan yang dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental ringan
dengan menunjukkan kelelahan, perasaan sedih, mudah marah, gangguan tidur,
gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan
dengan suami).Masih menurut Pitt Regina dkk(2001), tingkat keparahan depresi
postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami
kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini
disebut dengan baby blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling
berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem
tersebut terdapat keadaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang
disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.(1,5)

Menurut Duffet-Smith (1995), depresi postpartum bisa berkaitan dengan


terjadinya akumulasi stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti
operasi.Depresi adalah pengalaman yang negatif ketika semua persoalan tampak tidak
terpecahkan. Persoalan juga tidak akan terpecahkan dengan berpikir lebih positif,
tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat dikendalikan. Masih menurut
Duffet-Smith, faktor kunci dalam depresi pasca persalinan adalah kecapaian yang
menjadi kelelahan total. Kepercayaan diri ibu dapat luntur jika ibu merasa tidak
mampu menanganinya dan menjadi frustasi karena kelemahan fisiknya.(1,5)

Inwood (Regina dkk, 2001) menghubungkan fenomena depresi postpartum


dengan gangguan perasaan mayor seperti kesedihan, perasaan tidak mampu,
kelelahan, insomnia dan anhedonia. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sloane dan
Bennedict (1997), depresi postpartum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan,
mungkin seorang ibu baru akan merasa benar benar tidak berdaya dan merasa serba

5
kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya,
tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.(5)

Wilkinson, (1995) Depresi postpartum dapat berlangsung sampai 3 bulan atau


lebih dan berkembang menjadi depresi lain yang lebih berat atau lebih ringan.
Gejalanya sama saja tetapi disamping itu ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan
bayinya dan kemampuannya sebagai seorang ibu.(5)

Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan


problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada
ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan. Sloane dan Bennedict (1997)
menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa
setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 2 minggu.(5)

LewellynJones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara


klinis pada masa postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah
melahirkan. Wanita yang menderita depresi postpartum adalah mereka yang secara
sosial dan emosional merasa terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian
hidupnya.(1,5)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum


adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari
pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus menerus sampai 6 bulan
bahkan sampai satu tahun.(5)

PENYEBAB DEPRESI POST PARTUM

6
Penyebab depresi postpartum hampir sama penyebabnya dengan psikosis
postpartum. Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan empat faktor penyebeb depresi
dan psikosis postpartum sebagai berikut :(1,4,5,6)

a. Faktor konstitusional.

Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri


pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih
banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues
karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi,
kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak
paham perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap
dirawat.(1,4,5,6)

b. Faktor fisik.

Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental


selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan
dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon
secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara
kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara
cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.(1,4,5,6)

c. Faktor psikologis.

Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu.Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan

7
pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai
hubungan baik antara ibu dan anak. (1,4,5,6)

d. Faktor sosial.

Paykel dan Regina dkk(2001), mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak


memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu-ibu, selain kurangnya
dukungan dalam perkawinan.(1,4,5,6)

Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita 2001), menyatakan terjadinya


depresi pascapersalinan dipengaruhi oleh faktor :

a. Biologis.

Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar


hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut
terlalu cepat atau terlalu lambat.(1,4,5,6)

b. Karakteristik ibu, yang meliputi :

1.) Faktor umur.

Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang
ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk
menjadi seorang ibu.(1,4,5,6)

8
2.) Faktor pengalaman.

Beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Paykel


dan Inwood (Regina dkk 2001), mengatakan bahwa depresi pascapersalinan
ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa
peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan
situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami
istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari
mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.(1,4,5,6)

3.) Faktor pendidikan.

Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik


peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk
bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka
sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anakanak mereka (Kartono,
1992).(1,4,5,6)

4.) Faktor selama proses persalinan.

Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan
selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang
ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis
yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pascapersalinan.(1,4,5,6)

5.) Faktor dukungan sosial.

9
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan
pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
(1,4,5,6)

PATOGENESIS
1) Faktor Hormon
Kadar hormon estrogen dan progesteron menurun drastis saat
persalinan. Perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron pada saat
kehamilan memicu peningkatan ikatan pada reseptor dopamin dan penurunan
kadar hormon saat persalinan menyebabkan terjadinya suatu supersensitivitas
reseptor dopamin yang mencetuskan terjadinya psikotik postpartum.(1,4,5,6)
Tidak ada hubungan yang konsisten, kadar estrogen dan perubahan
pada estrogen dengan depresi post partum yang benar-benar terbukti. OHara
dkk menemukan hubungan kadar estradiol pada usia kehamilan 36 minggu
dan depresi postpartum pada penelitian terhadap 182 perempuan. Penelitian
lain terhadap blue syndrome dan depresi postpartum menemukan
kadarestrogen yang sama pada ibu-ibu yang mengalami gangguan mood dan
yang tidak mengalami gangguan mood.Ada bukti menunjukkan interaksi
estrogen dengan neurotransmitter (Joffe & Cohen 1988). Sebagian data
mendapatkan estradiol mungkin memberi efek pada system transmitter dan
menganggu fungsi kognitif dan proses emosional. Reseptor estrogen
menyebar luas dalam otak pada manusia (Osterlund et al. 2000a, 2000b).Efek
estrogen yang paling di akui adalah interaksinya dengan reseptor dopamine
terutama efek menghambat.Estrogen juga memberi efek terhadap reseptor
norepinephrine, adrenalin dan serotonin.(11)
Penelitian sebelumnya menyatakan aktifitas dopamine mungkin
berkurang pada pasien depresi.(10) Hormon ovarium ditemukan memberi

10
perubahan pada aktifitas dopamine, primernya pada nigrostriatal dan jalur
mesolimbik. Thompson dkk telah melakukkan penelitian yang serial
menyatakan estrogen menghambat uptake dopamine pada area ini, sehingga
mekanisma pasti masih ditelusuri. Ada bukti menyatakan perubahan aktifitas
dopamine oleh estrogen akibat berubahnya protein G pada reseptor D2
dopamin.(9)
Norepinefrin juga dipercaya berperanan sebagai faktor utama
patofisiologi depresi.Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara
regulasi reseptor B-andrenergic postsinaps dengan respons antidepresan, yang
mana menunjukkan efektivitas antidepresan dengan efek norandrenergik.
Selain itu, terjadi peningkatan densitas reseptor a2-andrenergik dilaporkan
pada pasien depresi dan cubaan bunuh diri. Peningkatan regulasi ini juga
mungkin disebabkan kekurangan relative norepinefrin di sinaps.(10)
Banyak dari penelitian gangguan mood, secara umumnya difokuskan
ke system serotonergik, yang mana system ini mengalami efek pada korteks
prefrontal, system limbic, aktifitas pituitary, dan perilaku seks. Sistem
serotonergik telah diketahui sensitive terhadap estrogen dan
progestron.Bethea dkk melakukkan penelitian lanjut terhadap primate bukan
manusia atas hormone ovarian dengan system serotonergik, dengan hasil
terjadi pada system serotonergik, akibat efek perubahan dari hormone
ovarium dalam susunan saraf pusat.(9)
Kadar prolaktin yang rendah dan berkurangnya respon prolaktin
terhadap test D-fenfl uramine ditemukan pada pasien depresi. Ini mungkin
hubungannya dengan depressi post partum yang mana kadar prolkatin rendah
pada saat kelahiran.(10)Abou Salah dkk menyatakan ibu postpartum yang
mengalami depresi menunjukkan penurunan kadar prolaktin plasma yang
signifikan dibanding ibu yang tidak mengalami depresi. Dan pada ibu-ibu

11
yang melakukkan Inisiasi menyusu Dini mendapatkan skor mood yang lebih
baik dan kadar prolaktin lebih tinggi.(9)
2) Faktor Psikososial

Penelitian psikodinamik menunjukkan bahwa pada gangguan


postpartum terdapat konflik antara sang ibu dengan tugasnya sebagai ibu yang
harus mengasuh anaknya, dengan kelahiran anaknya yang baru dengan
suaminya. Konflik ini mempunyai peranan dalam menentukan identitas
dirinya sebagai seorang ibu yang tak dapat berkomunikasi dengan bayinya,
menghambat ibu ini menemukan jati dirinya dan ini merupakan hambatan dini
hubungan timbal balik antara ibu dan anak.Walaupun wanita ini mempunyai
pengalaman dengan ibunya, tetapi pengalaman masa kanak-kanak
memaksanya menolak figur ibunya untuk ditiru dan didentifikasi.Penolakan
ini mengakibatkan seorang ibu kehilangan arah dan menjadi
bingung.Gangguan identifikasi ini menyebabkan perasaan terganggu, mereka
sebagai ibu yang tidak tahu bagaimana seharusnya bertindak, dan melahirkan
anak tetapi tidak tahu bagaimana merawatnya.(1,4,5,6)

Korteks profrontal
3) Faktor Biologis

Wanita dengan riwayat psikosis cenderung


Sistem Sistem
untuk terjadi
serotonergik Limbik
rekurensi
Estrogen/Prog Serotonin
sebanyak 90%.(1,4,5,6)

Dopamin Aktifitas Pituatari


Norepinefrin

Menghambat uptake dopamine (mengubah receptor dopamine)


Perilaku seksual
Merubah protein G pada resptor D2 Dopamin

12
DEPRESI POSTPARTUM
FAKTOR RESIKO

13
Seorang wanita kemungkinan akan mengalami depresi dan
psikosispostpartum, jika ia memiliki:
1. Riwayat mengidap depresi atau penyakit mental lainnya

2. Pernah mengalami depresi postpartum. Wanita yang pernah menderita depresi


postpartum setelah melahirkan memiliki resiko kekambuhan sekitar 25%.

3. Riwayat keluarga yang mengidap depresi

4. Mengalami stress di rumah atau tempat kerja selama hamil. Perempuan yang
berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja tau
melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu
rumah tangga dan orang tua dari anak-anaknya.

5. Kurang mendapat dukungan emosional. Banyaknya kerabat keluarga yang


membantu pada saat kehamilan, persalinan, dan pascasalin, beban seorang ibu
karena kehamilannya akan semakin berkurang.

6. Memiliki masalah pernikahan atau masalah hubungan.(1,4,5,6)

GEJALA DEPRESI POST PARTUM

Gejala depresi postpartum


1. Merasa tidak berharga, merasa tidak mampu mengatasi kehidupannya.

2. Mengalami perubahan cepat tingkatan suasana hati dari sedih jadi marah

3. Tidur kurang baik atau terlalu banyak tidur

4. Selalu merasa lelah sepanjang waktu

14
5. Hanya tertarik sedikit pada bayi.

6. Tidak menikmati hidup lagi

7. Mengalami perubahan nafsu makan (makan terlalu sedikit atau terlalu banyak
makan)

8. Kesulitan untuk berkonsentrasi

9. Menarik diri dari keluarga atau teman

10. Pernah berfikir untuk mencelakai diri sendiri atau bayinya.(5)

DIAGNOSIS
Menurut DSM-IV-TR, tidak ada kriteria bagi gangguan depresi dan psikosis
pada postpartum, namun diagnosis bisa ditegakkan apabila depresi dan psikosis
yang terjadi mempunyai hubungan dengan persalinan dan perlangsungannya hanya
sementara.(4,5,6)
Sedang menurut PPDGJ-III, maka pedoman diagnostik untuk gangguan
psikiatrik pada postpartum(F.53) yaitu:(7)
F.53.1 Gangguan Mental dan Perilaku Berat yang Berhubungan dengan Masa Nifas
YTK
Termasuk : psikosis masa nifas YTT.

Menurut Regina(2001) diluar negeri skrinning utnuk mendetekasi gangguan


mood depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca persalinan yang rutin
dilakukkan. Untuk skrinning depresi postpartum dapat dipergunakan kuesioner
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas
yang terujiyang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama tujuh
hari pasca persalinan.Pertanyaannya berhubungan dengan lailitas perasaan,

15
kecemasan, perasaan bersalah, keingginan bunuh diri, serta hal-hal lain yang terdapat
pada depresi post partum.Kuesioner EPDS (terlampir) terdiri dari sepuluh pertanyaan
di mana setiap pertanyaan memiliki empat pilihan jawaban yang mempunyai nilai
skor dan harus dipilih satu sesuai gradasi perasan yang dirasakan ibu
postpartum.Pertanyaan harus dijawab oleh ibu sendiri oleh ibu dan rata dapat
diselesaikan dalam waktu 5 menit.Jumlah skor dari sepuluh pertanyaan yang diajukan
dalam EPDS 30 skor, semakin besar jumlah skor gejala depresi semakin berat. Skor
di atas 12 memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% utnuk
mendiagnosis kejadian depresi postpartum.(5)

Tabel 2.1 perbandingan antara baby blues dengan depresi postpartum

Karakteristik Baby Blues Syndrome Postpartum Depression


30-75% dari wanita yang 10-15% dari wanita yang
Insidens
melahirkan melahirkan
Dalam waktu 3-6 bulan setelah
Onset 3 5 hari setelah melahirkan
melahirkan
Bulan sampai tahun jika tidak
Durasi Hari sampai minggu
diobati
Stressor terkait Tidak ada Ada, terutama kurang dukungan
Pengaruh sosial dan Tidak ada; ada dalam semua
Ada hubungan yang kuat
budaya budaya dan kelas sosioekonomi
Riwayat gangguan mood Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Riwayat gangguan mood
Tidak ada hubungan Ada hubungan
dalam keluarga
Rasa sedih Ada Ada
Sering pada awalnya kemudian
Mood labil Ada
depresi secara bertahap
Anhedonia Ada Sering
Gangguan tidur Kadang-kadang Hampir selalu
Keinginan untuk bunuh
Tidak ada Kadang-kadang
diri
Keinginan untuk menyakiti
Jarang Sering
bayi

16
Rasa bersalah, Tidak ada, jika ada biasanya
Sering dan biasanya berat
ketidakmampuan ringan

PENATALAKSANAAN

Depresi postpartum

Tingkat keparahan penyakit akan menentukan terapi yang tepat. Strategi


pengobatan yang sering digunakan yaitu pengobatan non-farmakologis dan
pengobatan farmakologis.(1,2,3,4,5,6,7)

NON FARMAKOLOGIS

Pengobatan ini berguna untuk wanita dengan gejala depresi ringan sampai
sedang. Pengobatan non farmakologis ini seperti :

1. Psikoterapi individu atau kelompok (kognitif-perilaku dan terapi


interpersonal) .

2. Psychoeducational atau dukungan kelompok juga dapat membantu. Modalitas


ini dapat sangat menarik bagi ibu yang menyusui dan yang ingin menghindari
minum obat

FARMAKOLOGIS

17
Pengobatan ini diindikasikan untuk gejala depresi sedang sampai berat atau
ketika seorang wanita tidak merespon pengobatan non-farmakologis. Obat juga dapat
digunakan dalam hubungannya dengan terapi non-farmakologis.(1)

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah agen lini pertama dan
efektif pada wanita dengan depresi pasca-melahirkan. Gunakan dosis antidepresan
standar, misalnya, fluoxetine (Prozac) 10-60 mg/hari, sertraline (Zoloft) 50-200
mg/hari, paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari, citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari , atau
escitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Efek samping obat kategori ini termasuk
insomnia, mual, penurunan nafsu makan, sakit kepala, dan disfungsi seksual.(1)

Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), seperti venlafaxine


(Effexor) 75- 300 mg/hari atau duloxetine (Cymbalta) 40-60 mg/hari, juga sangat
efektif untuk depresi dan kecemasan.(1)

Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari) mungkin


berguna bagi wanita dengan gangguan tidur, walaupun beberapa studi menunjukkan
bahwa perempuan lebih merespon obat kategori SSRI.Efek samping dari antidepresan
trisiklik termasuk mengantuk, berat badan bertambah, mulut kering, sembelit, dan
disfungsi seksual.Biasanya, gejala mulai berkurang dalam 2-4 minggu. Dan
penyembuhan total dapat berlangsung beberapa bulan. Pada sebagian responden,
meningkatkan dosis dapat membantu.(1)

Obat anxiolytic seperti lorazepam dan clonazepam mungkin berguna sebagai


pengobatan adjunctive pada pasien dengan kecemasan dan gangguan tidur.Data awal
menunjukkan bahwa estrogen, sendiri atau kombinasi dengan antidepresan, mungkin
bermanfaat, namun tetap antidepresan menjadi lini pertama pengobatan.(1)

Jika ini adalah episode pertama dari depresi, pengobatan selama 6-12 bulan
dianjurkan.Untuk wanita dengan depresi mayor berulang, diindikasikan perawatan

18
pengobatan jangka panjang dengan antidepresan.Kegagalan untuk mengobati atau
pengobatan yang tidak adekuat dapat mengakibatkan memburuknya hubungan antara
ibu dan bayi atau pasangan. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko morbiditas pada
ibu dan bayi, serta kompromi sosial dan pengembangan pendidikan sang bayi.
Semakin cepat pengobatan maka semakin baik prognosisnya. Rawat Inap mungkin
diperlukan untuk depresi pascamelahirkan yang parah.(1,2,3,4,5,6,7,)

PROGNOSIS

Hampir pada semua kasus depresi postpartum prognosisnya adalah baik,


kebanyakan sembuh dalam waktu 3 bulan, 70% dalam waktu 6 bulan dan 30%
kemungkinan rekurensi pada kehamilan yang berikutnya. Prognosis pada serangan
pertama relatif lebih baik, seperti juga pada skizofrenia yang mempunyai penyakit
fisik sebagai faktor presipitasi. Kira-kira 90% penderita ini sembuh dari keadaan
psikotik dalam waktu relatif singkat dan kemungkinan terjadinya lagi diperkirakan
berkisar antara 15-30%.(1,2,3,4,5)
Prognosis psikosis postpartum relatif lebih jelek dibanding gangguan psikotik
pada postpartum lainnya.(1,2,3,4,5)

PENCEGAHAN

Berikut adalah beberapa cara pencegahan dari terjadinya gangguan psikotik


dan depresi pada postpartum :
1. Wanita yang beresiko tinggi untuk terjadinya gangguan psikotik dan depresi
pada postpartum harus diidentifikasi sebelum persalinan.Deteksi dini
psikosis dan depresi post partum dapat dilaksanakan melalui pelayanan
kesehatan ibu hamil dan imunisasi.

19
2. Psikosis dan depresi post partum dapat dicegah dengan memberikan
pemahaman kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang faktor resiko
terjadinya depresi.
3. Pengobatan farmakologis dan non-farmakologis sangat diperlukan bagi
wanita atau ibu dengan psikosis dan depresi post partum. Wanita dengan
gangguan bipolar atau dengan riwayat psikosis dan depresi postpartum dapat
diberikan lithium yang diberikan pertama kali sebelum atau 24 sebelum
persalinan. (1,2,3,4,5,6,7)

DAMPAK DEPRESI POSTPARTUM


Depresi dan psikosis postpartum mengakibatkan dampak yang luar biasa bagi
penderitanya.Setidaknya, depresi berdampak pada biaya, emosi, fisik, dan social.
1. Dampak biaya; kinerja menurun, istirahat, cuti, tidak produktif, biaya
pengobatan, bahkan hilangnya potensi penghasilan karena penderita merasa
ingin bunuh diri.
2. Dampak emosi; hidup dipenuhi dengan perasaan yang tidak nyaman, tidak
berdaya, penyesalan mendalam, sedih, putus asa, cemas.
3. Dampak fisik; tubuh sakit, psikosomatis, jika ada sakit lebih cenderung
mengalami komplikasi, kecepatan pemulihan kondisi kesehatan lebih lama
dan lambat.
4. Dampak sosial; sering timbul konflik dalam keluarga, ketidakmampuan
menjalankan fungsi dan peran sebagai orangtua yang baik, perceraian,
putusnya persahabatan, perilaku yang merugikan diri sendiri, dan atau orang
lain. Seperti mabuk, penggunaan obat-obatan terlarang.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Bambang Sumantri, S.kep. Depresi Postpartum. [cited March 2012]. Available


from: URL:http://www.mantrinews.medical world.blogspot.com.
2. Riordan, Jan. EdD,Prof: Postpartum Depression in Breastfeeding and Human
Lactation , Third Edition. Jones and Bartlett publishers.London . 2004.Hal.
476-484.
3. Kaplan. Usmle Step 2 CK Obsetriccs and Gynecology Lecture Notes.Edisi
2005-2006. Kaplan medical. 2006.Hal.98-100.
4. Harms,Roger.W.M.D. Mayo Clinical guide to a Healthy Pregnancy.
HarperCollinse-books.2009.Hal.261-264.
5. Soep. Pengaruh Intervensi Psikoedukasi dalam Mengatasi Depresi Postpartum
di RSU Dr. Pirngandi Medan. Univ. Sumatra Utara, Medan.2009
6. Cockburn,Jayne. And Michael E.P. Psychological Challenges in Obstetrics
and Gynecology The Clinical Management. Springer.London.2007. Hal.140-
154.
7. Rusdi maslim.Dr, Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-
III. Jakarta. 2002. Hal 125-126
8. Hibbert C. G. Postpartum Mood Disorders [cited March 2012].
Available from: URL:http://www/psychotherapy.com/mom.html
9. Zonana J, Gorman J M. The Neurobilogy of Postpartum Depression. CNS
Spectrum. Vol 10. October 2005.
10. Suttajit S. Roles Of Neurotransmitters, Hormones And Brain-Derived
Neurothrophic Factors In Pathogenesis Of Depression. Chiang Mai Medical
Journal. 2009. Chiang Mai University.

21
11. Jossefson A. Post Partum Depression-Epidemiological and Biological Aspect.
Linkoping University Medical Dissertation No. 781. University of Linkoping.
2003. Sweden.

22

Anda mungkin juga menyukai