Postpartum blues atau sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu
kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara. Postpartum depression yaitu
depresi pasca persalinan yang berlangsung saat masa nifas, dimana para wanita yang
mengalami hal ini kadang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya
merupakan penyakit.Postpartum psikosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan
jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu
kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan.(1,2,3)
1
EPIDEMIOLOGI
DEFINISI
DEPRESI
2
Menurut Hawan (2001), depresi adalah gangguan perasaan (mood) yang
ditandai dengan kemurungan , kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
hilang gairah hidup, apatis, pesimisme, kemudian dapat diikuti gangguan perilaku.(6)
2. Peristiwa traumatik.
5. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung akan mengalami
peningkatan resiko depresi 8-18%.(5,6)
Menurut Muslim (2000) gejala-gejala yang dapat terlihat dari seorang yang
mengalami depresi adalah sebagai berikut :
3
Depresi menurut Caplain (2005) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Depresi ringan.
Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama depresi, ditambah sekurang-
kurangnya dua gejala sampingan (yang tidak boleh ada gejala berat
diantaranya) lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar dua minggu, hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
sosial yang bisa dilakukannya.
2. Depresi sedang.
Minimal harus ada dua dari tiga gejala utama, ditambah sekurang-kurangnya
empat dari gejala lainnya, seluruh episode berlangsung minimal dua minggu,
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga, tanpa gejala somatik, atau dengan gejala somatik.
Semua gejala utama harus ada, ditambah minimal empat dari gejala lainnya,
dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat, sangat tidak mungkin
pasien untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah
tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Memenuhi seluruh kriteria depresi berat tanpa gejala psikotik, disertai waham,
halusinasi atau stupor depresi.(3,5)
DEPRESI POSTPARTUM
4
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt
Regina dkk(2001), depresi postpartum adalah depresi pasca persalinan yang mulai
terjadi pada hari ketiga setelah melahirkan dan berlangsung sampai berminggu-
minggu atau bulan yang dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental ringan
dengan menunjukkan kelelahan, perasaan sedih, mudah marah, gangguan tidur,
gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan
dengan suami).Masih menurut Pitt Regina dkk(2001), tingkat keparahan depresi
postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami
kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini
disebut dengan baby blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling
berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem
tersebut terdapat keadaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang
disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.(1,5)
5
kurang mampu, tertindih oleh beban tanggung jawab terhadap bayi dan keluarganya,
tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangkan perasaan itu.(5)
6
Penyebab depresi postpartum hampir sama penyebabnya dengan psikosis
postpartum. Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan empat faktor penyebeb depresi
dan psikosis postpartum sebagai berikut :(1,4,5,6)
a. Faktor konstitusional.
b. Faktor fisik.
c. Faktor psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu.Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan
7
pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai
hubungan baik antara ibu dan anak. (1,4,5,6)
d. Faktor sosial.
a. Biologis.
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 2030 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang
ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk
menjadi seorang ibu.(1,4,5,6)
8
2.) Faktor pengalaman.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan
selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang
ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis
yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pascapersalinan.(1,4,5,6)
9
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan
pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
(1,4,5,6)
PATOGENESIS
1) Faktor Hormon
Kadar hormon estrogen dan progesteron menurun drastis saat
persalinan. Perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron pada saat
kehamilan memicu peningkatan ikatan pada reseptor dopamin dan penurunan
kadar hormon saat persalinan menyebabkan terjadinya suatu supersensitivitas
reseptor dopamin yang mencetuskan terjadinya psikotik postpartum.(1,4,5,6)
Tidak ada hubungan yang konsisten, kadar estrogen dan perubahan
pada estrogen dengan depresi post partum yang benar-benar terbukti. OHara
dkk menemukan hubungan kadar estradiol pada usia kehamilan 36 minggu
dan depresi postpartum pada penelitian terhadap 182 perempuan. Penelitian
lain terhadap blue syndrome dan depresi postpartum menemukan
kadarestrogen yang sama pada ibu-ibu yang mengalami gangguan mood dan
yang tidak mengalami gangguan mood.Ada bukti menunjukkan interaksi
estrogen dengan neurotransmitter (Joffe & Cohen 1988). Sebagian data
mendapatkan estradiol mungkin memberi efek pada system transmitter dan
menganggu fungsi kognitif dan proses emosional. Reseptor estrogen
menyebar luas dalam otak pada manusia (Osterlund et al. 2000a, 2000b).Efek
estrogen yang paling di akui adalah interaksinya dengan reseptor dopamine
terutama efek menghambat.Estrogen juga memberi efek terhadap reseptor
norepinephrine, adrenalin dan serotonin.(11)
Penelitian sebelumnya menyatakan aktifitas dopamine mungkin
berkurang pada pasien depresi.(10) Hormon ovarium ditemukan memberi
10
perubahan pada aktifitas dopamine, primernya pada nigrostriatal dan jalur
mesolimbik. Thompson dkk telah melakukkan penelitian yang serial
menyatakan estrogen menghambat uptake dopamine pada area ini, sehingga
mekanisma pasti masih ditelusuri. Ada bukti menyatakan perubahan aktifitas
dopamine oleh estrogen akibat berubahnya protein G pada reseptor D2
dopamin.(9)
Norepinefrin juga dipercaya berperanan sebagai faktor utama
patofisiologi depresi.Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara
regulasi reseptor B-andrenergic postsinaps dengan respons antidepresan, yang
mana menunjukkan efektivitas antidepresan dengan efek norandrenergik.
Selain itu, terjadi peningkatan densitas reseptor a2-andrenergik dilaporkan
pada pasien depresi dan cubaan bunuh diri. Peningkatan regulasi ini juga
mungkin disebabkan kekurangan relative norepinefrin di sinaps.(10)
Banyak dari penelitian gangguan mood, secara umumnya difokuskan
ke system serotonergik, yang mana system ini mengalami efek pada korteks
prefrontal, system limbic, aktifitas pituitary, dan perilaku seks. Sistem
serotonergik telah diketahui sensitive terhadap estrogen dan
progestron.Bethea dkk melakukkan penelitian lanjut terhadap primate bukan
manusia atas hormone ovarian dengan system serotonergik, dengan hasil
terjadi pada system serotonergik, akibat efek perubahan dari hormone
ovarium dalam susunan saraf pusat.(9)
Kadar prolaktin yang rendah dan berkurangnya respon prolaktin
terhadap test D-fenfl uramine ditemukan pada pasien depresi. Ini mungkin
hubungannya dengan depressi post partum yang mana kadar prolkatin rendah
pada saat kelahiran.(10)Abou Salah dkk menyatakan ibu postpartum yang
mengalami depresi menunjukkan penurunan kadar prolaktin plasma yang
signifikan dibanding ibu yang tidak mengalami depresi. Dan pada ibu-ibu
11
yang melakukkan Inisiasi menyusu Dini mendapatkan skor mood yang lebih
baik dan kadar prolaktin lebih tinggi.(9)
2) Faktor Psikososial
Korteks profrontal
3) Faktor Biologis
12
DEPRESI POSTPARTUM
FAKTOR RESIKO
13
Seorang wanita kemungkinan akan mengalami depresi dan
psikosispostpartum, jika ia memiliki:
1. Riwayat mengidap depresi atau penyakit mental lainnya
4. Mengalami stress di rumah atau tempat kerja selama hamil. Perempuan yang
berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara
tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja tau
melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu
rumah tangga dan orang tua dari anak-anaknya.
2. Mengalami perubahan cepat tingkatan suasana hati dari sedih jadi marah
14
5. Hanya tertarik sedikit pada bayi.
7. Mengalami perubahan nafsu makan (makan terlalu sedikit atau terlalu banyak
makan)
DIAGNOSIS
Menurut DSM-IV-TR, tidak ada kriteria bagi gangguan depresi dan psikosis
pada postpartum, namun diagnosis bisa ditegakkan apabila depresi dan psikosis
yang terjadi mempunyai hubungan dengan persalinan dan perlangsungannya hanya
sementara.(4,5,6)
Sedang menurut PPDGJ-III, maka pedoman diagnostik untuk gangguan
psikiatrik pada postpartum(F.53) yaitu:(7)
F.53.1 Gangguan Mental dan Perilaku Berat yang Berhubungan dengan Masa Nifas
YTK
Termasuk : psikosis masa nifas YTT.
15
kecemasan, perasaan bersalah, keingginan bunuh diri, serta hal-hal lain yang terdapat
pada depresi post partum.Kuesioner EPDS (terlampir) terdiri dari sepuluh pertanyaan
di mana setiap pertanyaan memiliki empat pilihan jawaban yang mempunyai nilai
skor dan harus dipilih satu sesuai gradasi perasan yang dirasakan ibu
postpartum.Pertanyaan harus dijawab oleh ibu sendiri oleh ibu dan rata dapat
diselesaikan dalam waktu 5 menit.Jumlah skor dari sepuluh pertanyaan yang diajukan
dalam EPDS 30 skor, semakin besar jumlah skor gejala depresi semakin berat. Skor
di atas 12 memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi positif 73% utnuk
mendiagnosis kejadian depresi postpartum.(5)
16
Rasa bersalah, Tidak ada, jika ada biasanya
Sering dan biasanya berat
ketidakmampuan ringan
PENATALAKSANAAN
Depresi postpartum
NON FARMAKOLOGIS
Pengobatan ini berguna untuk wanita dengan gejala depresi ringan sampai
sedang. Pengobatan non farmakologis ini seperti :
FARMAKOLOGIS
17
Pengobatan ini diindikasikan untuk gejala depresi sedang sampai berat atau
ketika seorang wanita tidak merespon pengobatan non-farmakologis. Obat juga dapat
digunakan dalam hubungannya dengan terapi non-farmakologis.(1)
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah agen lini pertama dan
efektif pada wanita dengan depresi pasca-melahirkan. Gunakan dosis antidepresan
standar, misalnya, fluoxetine (Prozac) 10-60 mg/hari, sertraline (Zoloft) 50-200
mg/hari, paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari, citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari , atau
escitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Efek samping obat kategori ini termasuk
insomnia, mual, penurunan nafsu makan, sakit kepala, dan disfungsi seksual.(1)
Jika ini adalah episode pertama dari depresi, pengobatan selama 6-12 bulan
dianjurkan.Untuk wanita dengan depresi mayor berulang, diindikasikan perawatan
18
pengobatan jangka panjang dengan antidepresan.Kegagalan untuk mengobati atau
pengobatan yang tidak adekuat dapat mengakibatkan memburuknya hubungan antara
ibu dan bayi atau pasangan. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko morbiditas pada
ibu dan bayi, serta kompromi sosial dan pengembangan pendidikan sang bayi.
Semakin cepat pengobatan maka semakin baik prognosisnya. Rawat Inap mungkin
diperlukan untuk depresi pascamelahirkan yang parah.(1,2,3,4,5,6,7,)
PROGNOSIS
PENCEGAHAN
19
2. Psikosis dan depresi post partum dapat dicegah dengan memberikan
pemahaman kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang faktor resiko
terjadinya depresi.
3. Pengobatan farmakologis dan non-farmakologis sangat diperlukan bagi
wanita atau ibu dengan psikosis dan depresi post partum. Wanita dengan
gangguan bipolar atau dengan riwayat psikosis dan depresi postpartum dapat
diberikan lithium yang diberikan pertama kali sebelum atau 24 sebelum
persalinan. (1,2,3,4,5,6,7)
20
DAFTAR PUSTAKA
21
11. Jossefson A. Post Partum Depression-Epidemiological and Biological Aspect.
Linkoping University Medical Dissertation No. 781. University of Linkoping.
2003. Sweden.
22