BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik
yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan
mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat
mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan mental
emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok mana saja, dan pada
segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi ketakutan, kengerian,
ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri.
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan
psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat
dapat menyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda,
dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau
menimpa seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya
karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis)
dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi,
masalah kepribadian, masalah keluarga).
Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-melahirkan.
Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena kurangnya
dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktifitas
dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi Postpartum merupakan
problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan
depresi pada ibu.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap
pemicu depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-
gejala awal kemunculan depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut dapat hilang
secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung
depresi postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak
dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi kriteria gejala
yang ada.
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara
26-85% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum
antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara penanganan pada gangguan psikologi post partum.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu depresi post partum.
b. Mengetahui apa saja tanda dan gejala depresi post partum
c. Mengetahui penyebab depresi post partum.
e. Mengetahui gambaran klinis depresi post partum.
f. Mengetahui pencegahan depresi post partum.
g. Mengetahui bagaimana penanganan depresi post partum.
f. Mengetahui asuhan keperawatan pada depresi post partum.
C. Manfaat
Hasil makalah ini kiranya dapat menambah / memperkaya pengetahuan mahasiswa
khususnya ilmu keperawatan maternitas dan penerapan asuhan keperawatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt menyatakan
bahwa depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan
libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu
atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai
dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak
melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang
dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul.
Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri. Clydde (Regina dkk,
2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan
terutama mudah frustasi serta emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling
sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan
pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja. Gejala
berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa alasan yang
jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa hari saja. Pelan-
pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan
barunya.
2. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran
pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan
dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini
sangat berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang
menurun secara cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3. Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan dua dalam satu pada akhir kehamilan menjadi
dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus
dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini
untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4. Faktor sosial dan karateristik ibu
Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan
depresi pada ibu ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
Faktor pengalaman
Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan Inwood
(Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada
perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan
dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat
menimbulkan stres. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan
suami istri muda dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari
mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran,
antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau
melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan
orang tua dari anakanak mereka.
Ling dan Duff mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita
mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi.
2. Kelelahan dan perubahan mood.
3. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur.
4. Tidak mau berhubungan dengan orang lain.
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
D. Patway
Jika dilakukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan
konseling jika depresinya berat atau berkepanjangan perlu dirawat di rumah sakit.
F. Prognosis
Identifikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami depresi
postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan baik
jika efek depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang paling utama
adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya depresi postpartum di masyarakat
sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi ini. Skrining awal terjadinya
depresi postpartum ini dapat diketahui saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan
kesehatan untuk dilakukan imunisasi sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum
dan depresi secara umum dapat dihindari.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
perawatperinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang
diharapkan dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita
dan keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami
gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.Pengkajian pada pasien post partum
blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi
orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
a. Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan
lain-lain.
b. Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih murung,
mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik,
sulit konsentrasi, melukai diri.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d. Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri
(Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana
tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan
beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda
dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa
merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang
dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi
adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
i. Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih murung, perasaan tidak berharga, mudah marah,
kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi,
melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai
harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang
ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus
serta mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan
bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benarbenar memusuhi bayinya.
J. Kebiasaan sehari-hari
a. Kebersihan perorangan
Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang)
b. Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah
c. Data sosek
Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi rendah
d. Data psikologis
Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain, cemas, menari diri.
K. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/ istirahat
Biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu.
2. Sirkulasi
Biasanya nadi meningkat, (tachikardia), TD kadang meningkat.
3. Eliminasi
Biasanya klien sering BAK, kadang terjadi diare.
4. Makanan/ cairan
Biasanya terjadi anoreksia, mual atau muntah, haus , membrane mukosa kering.
5. Neurosensori
Biasanya klien mengeluh sakit kepala.
6. Pernafasan
Biasanya pernafasan cepat dan dangkal.
C. INTERVENSI
1. Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri negative, system pendukung,
yang tidak adekuat.
Tujuan: Koping individu kembali efektif
Kriteria Hasil:
1. Klien menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah.
2. Klien menunjukkan kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya serta menunjukkan
kemampuan memenuhi kebutuhan fisiolgis dan psikologis.
Intervensi:
1. Terapkan hubungan terapeutik perawat- klien.
Rasional: Pasien mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini.
2. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik ralaksasi, keinginan
untuk mengekspresikan perasaan.
Rasional: Jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan pada masa
lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi ketegangan dan kontrol
individu.
3. Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa yang telah
dilakukan untuk mengatasi perasaan ansietas.
Rasional: Menyatakan petunjuk untuk membantu klien dalam mengembangkan
kemampuan koping.
4. Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak memanipulasi serta menentukan apa yang
dibutuhkan klien
Rasional: Menurunkan ansietas dan menyediakan kontrol bagi klien selama situasi krisis.
5. Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
Rasional: Ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu kritis terdapat perasaan kounter-
produktif dan interfiksasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa harapan
6. Identifikasi tingkah laku penanggulangan yang baru bahwa klien menunjukkan dan
memperkuat adaptasi positif.
Rasional: Selama krisis, klien mengembangkan cara baru dalam menghadapi masalah yang
dapat membantu revolusi situasi sekarang dan krisis masa depan.
2. Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b/d depresi mental dan efek pada
keluarga
Tujuan: Koping keluarga kembali efektif
Kriteria Hasil:
1. Klien menunjukkan kemampuan untuk menunjukkan identifikasi sumber-sumber dalam
diri sendiri untuk berhadapan dengan situasi.
2. Klien menunjukkan kemampuan untuk menghadapi situasi dengan caranya sendiri.
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas yang muncul pada keluarga atau orang terdekat.
Rasional: Tingkat ansietas harus dihadapi sebelum pemecahan masalah dapat dimulai.
2. Kaji masalah sebelum sakit/ tingkah laku saat ini yang mengganggu perawatan/ proses
penyembuhan klien.
Rasional: Informasikan mengenai masalah keluarga akan membantu dalam
mengembangkan rencana keperawatan yang sesuai.
3. Kaji tindakan orang terdekat sekarang ini dan bagaimana mereka diterima oleh klien.
Rasional: Orang terdekat mungkin berusaha untuk membantu namun tidak dipersepsikan
sebagai sebagai bantuan oleh klien.
4. Ikut sertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan masalah dan
perawatan klien sesuai kemungkinan.
Rasional: informasi dapat mengurangi perasaab tanpa harapan dan tidak berguna, keikut
sertaan dalam perawatan akan meningkatkan perasaan kontrol dan harga diri.
5. Dorong pencarian bantuan situasi kebutuhan memberikan informasi mengenai orang dan
institusi yang tersedia bagi mereka.
Rasional: Izin untuk mencari bantuan sesuai kebutuhan akan membuat mereka memilih
untuk mengambil keuntungan dari apa yang tersedia.
3. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
Tujuan : Status nutrisi baik
Kriteria Hasil:
1. Nafsu makan klien meningkat.
2. Peningkatan BB baik.
Intervensi :
1. Kaji intake diet, Ukur pemasukan diit, timbang BB tiap minggu.
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik
umum, gejala uremik (mual, muntah, anoreksia, dan ganggguan rasa) dan pembatasan diet
dapat mempengaruhi intake makanan, setiap kebutuhan nutrisi diperhitungan dengan
tepat agar kebutuhan sesuai dengan kondisi pasien, BB ditimbang untuk mengetahui
penambahan dan penuruanan BB secara periodik.
D. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana
tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
E. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/
teratasi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi
pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus - menerus sampai 6
bulan bahkan sampai satu tahun.
Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang terjadi
karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan
karakteristik ibu, dengan gejalagejalanya antara lain adalah trauma terhadap intervensi
medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur,
tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi
atau dirinya sendiri atau keduanya.
B. Saran
Sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan depresi postpartum maka diharapkan
dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini pemberian asuhan keperawatan
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan teori persepsi, antara lain : Perubahan
dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh persepsi individu yang
berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan membawa konsekwensi terhadap
permasalahan keperawatan yang ditegakan pada setiap individu. Meskipun sumber
masalah yang dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki persepsi dan respon
yang berbeda-beda. Misalnya, walaupun kedua pasien mengalami penyakit / masalah yang
sama, akan tetapi permasalahan keperawatan yang dihadapi tidak mesti sama.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Prima Medika : Jakarta
Http://Www.Scribd.Com/Doc/23775250/Depresi-Post-Partum
Http://Klinis.Wordpress.Com/2007/12/29/Depresi-Postpartum/