Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASKEP DEPRESI POST PARTUM

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 8

1. ICE ELISBETH AP
2. CHRISTO LETLORA
3. YOLANDA INAURI

FAKULTAS KEDOKTERAN PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CENDERAWASIH T.A. 2021/2022
BAB  I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi Postpartum adalah kejadian yang sangat menakutkan sangat nyata dan
sering yang mempengaruhi hingga 18 % dari ibu baru melahirkan menurut CDC,
Gejala termasuk perubahan dalam tidur dan atau pola makan, lekas marah, perubahan
suasana hati,perasaan putus asa dan tidak berharga, menangis dan sulit berkosentrasi.
berbeda dengan baby blues yang biasanya berlangsung hanya beberapah minggu
depresi pasca melahirkan berlangsung lebih lama dan bisa lebih parah selain itu
kekurangan energi, menarik diri dari keluarga, dan teman teman,kecemasan dijelaskan
dan penyakit fisik tertentu seperti sakit kepala dan jantung berdebar -debar juga
merupakan gejala depresi. wanita yang mengalami depresi post partum mungkin juga
menemukan bahwa mereka tidak tertarik pada bayi baru atau memiliki kelakuan
irrasional atau merugikan dirinya sendiri .
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan,
baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan
kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental
yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi.
Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok
mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi
ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri.
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan
dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-
orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu
menjadi depresi. Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak
kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang
baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor
biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan,
penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau
interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga).
Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-
melahirkan. Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena
kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam
menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi
Postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan
kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat
dianggap pemicu depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan
menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi postpartum, walau demikian
gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan
keluarga yang tepat. Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat
mendiagnosa secara langsung depresi postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan
beberapa simtom yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi
postpartum bila memenuhi kriteria gejala yang ada. Angka kejadian depresi
postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi antara 26-85% (Iskandar, 2007),
sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi postpartum antara 50-70% dari wanita
pasca persalinan (Hidayat, 2007).
B.   Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui depresi yang terjadi pada ibu postpartum dan untuk mengetahui
cara penerapan asuhan keperawatan pada ibu dengan depresi postpartum.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi depresi postpartum
- Untuk mengetahui cara penanggulangan depresi postpartum.
- Mampu menjelaskan mengenai konsep proses keperawatan.
- Mampu menjelaskan :
•  Definisi proses keperawatan
•  Implikasi proses keperawatan
•  Teori yang mendasari proses keperawatan
•  Standar praktek keperawatan professional
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan
dan berlangsung 30 hari atau lebih, perasaan sedih setelah melahirkan depresi post
partum mungkin terjadi sebagai suatu respon anti klimaks setelah menjalani proses
kelahiran dan kemungkinan berhubungan dengan perubahan hormonal seperti tingkat
estrogen dan progesteron dalam tubuh. yang menurun pada beberapah wanita depresi
post partum ini berlanjut lebih 1 atau 2 hari segera setelah periode post partum. selain
rasa sedih,wanita mungkin melaporkan merasa lelah yang berlebihan, ketidakmampuan
berhenti menangis,peningkatan kecemasan mengenai kondisi kesehatanya serta
anaknya, perasaan tidak aman ( tidak bersedia di tinggal sendiri atau tidak dapat
membuat keputusan ) dan gejala psikomatis ( mual, muntah dan diare ) Depresi yang
berlanjut lebih dari beberapah hari, bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan
yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut
(Gangguan Psikologis pada Ibu Postpartum; Postpartum Blues. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 3 118-125.)gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
1. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja.
Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir
tanpa alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu
beberapa hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa
menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. (Jurnal Keperawatan Maternitas,
3(2), 118-125.)
2. Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang membedakan
ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu sampai
setahun setelah melahirkan
3. Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki
keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung
secara keseluruhan. Machmudah, M. (2015). Gangguan Psikologis pada Ibu
Postpartum; Postpartum Blues. mencerminkan masalah yang lebih serius
seubungan dengan depresi yang berlanjut. wanita sering mempunyai banyak
masalah yang berkaitan, misalnya riwayat depresi masa kanak- kanak yang
bermasalah stress dirumah atau pekerjaan, harga diri rendah, atau kurang
mendapat dukungan yang efektif dari orang terdekat
B. ETIOLOGI
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan
terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. (Pitt
2020) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. Faktor konstitusional.
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak
pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu
hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia
akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2.  Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan.
Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah
melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3. Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam
menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan
anak. (Machmudah, M. (2015). Gangguan Psikologis pada Ibu Postpartum;
Postpartum Blues. Jurnal Keperawatan Maternitas, 3(2), 118-125
4.   Faktor sosial dan karateristik ibu
pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu –
ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.
5. Keadaan normal
6. Dukungan sosial
7. Emotional relathionship
8. Komunikasi dan kedekatan
9. Struktur keluarga
10. Antropologi
C. TANDA DAN GEJALA
a. Perasaan sedih yang menyeluruh
b. Ketidakmampuan berhenti menangis
c. Peningkatan kecemasan (mengenai kesehatan diri sendiri dan bayinya)
d. Rasa tidak aman
e. Kelelahan yang berlebihan
f. Sulit tidur bahkan setelah bayi lahir
g. Tidak menyukai atau takut menyentuh bayinya
h. Sedikit perhatian terhadap penampilan diri
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi yaitu:
1. Berkurangnya energi
2. Penurunan efek
3. Hilang minat
gejala depresi post partum yang dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan
spesifik antara lain:
1.   Trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2.    Kelelahan dan perubahan mood
3.    Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4.    Tidak mau berhubungan dengan orang lain
tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Kruckman menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi
oleh faktor:
1. Biologis
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar
hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu
cepat atau terlalu lambat.
2.  Karakteristik ibu, yang meliputi :
           Faktor umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu.
Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi
seorang ibu.
     Faktor pengalaman
Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel dan
Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih
banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang
ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama
sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu (penelitian yang
dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial
menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis
setelah kelahiran bayi pertama.
     Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik
peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja
atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu
rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka.
        Faktor selama proses persalinan.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan
selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan
pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul
dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi
pascasalin.
          Faktor dukungan social
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin,
beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat
terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau
adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem
saraf pusat.
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor 5HTIA
dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi depresi dan
memberikan respon pada semua golongan anti depresan.
Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya
pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik).
Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah
neurotransmiter lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin
dan dopamin. Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa
neurotransmiter aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh
karena itu teori biokimia depresi dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik.
2. Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas
norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik.
3. Menurunnya aktivitas dopamin.
4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin.
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi akibat
kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung oleh bukti-bukti klinis yang
menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat golongan SSRI
(Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari
neurotransmiter atau pemberian obat MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang
menghambat katabolisme neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.
Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan
bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik
yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata.
Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi
depresi timbul karena dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil.
Hipotesis yang belakangan ini dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE
(Selective Serotonin Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin
dan bukan menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih
cepat dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki
gejala-gejala depresi.
Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan
pengembangan obat-obat anti depresan.
E.PATHWAY
POST PARTUM
FAKTOR FAKTOR
PENYEBAB DEPRESI POST
PERUBAHAN BIOLOGIS PERUBAHAN PSIKOLOGIS
SISTEM REPRODUKSI FASE TAKING IN KARAKTERISTIK IBU KARAKTERISTIK SOSIAL
PERUBAHAN HORMON ESTROGEN FASE TAKING HOLD - SUPPORT SISTEM
ORMON - USIA
DAN PROGESTERON ME KELUARGA
ROKLAKTIN
FASE LETTING GO - PERSIAPAN MENTAL
MENYUSUI )ME POST PARTUM BLUES -LINGKUNGAN
INVOLUSI : UTERUS,SERVIKS,
.  PERINEUM - PENGALAMAN IBU
DEPRESI POST PPPARTUM TIDAK MAMPU MENJALANKAN
PENURUNAN STIMULUS
AMAE PERAN SEBAGAI ORANG TUA
NYERI PHYSOSIS POST PARTUM
ENGKAK/KERAS
KOPING INDIVIDU
RESIKO BUNUH
KECEMASAN TIDAK EFEKTIF
DIRI

0
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada yang pasti untuk menyakinkan diagnosis depresi postpartum, hanya
dibuat berdasarkan penilaian secara klinik.

Identifikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami
depresi postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani
dengan baik jika efek depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang
paling utama adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya depresi postpartum di
masyarakat sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi ini. Skrining awal
terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui saat ibu membawa bayinya pada
tempat pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi sehingga pencegahan terjadinya
depresi postpartum dan depresi secara umum dapat dihindari.

G. KOMPLIKASI
1.    Gangguan jiwa dapat meliputi munculnya gejala:
-   Waham
-   Halusinasi
-    kerusakan psikoafektif
2.             Risiko bunuh diri/mencederai diri
3.             Risiko mencederai anak
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila terlihat
sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1.             Beristirahat dengan baik
2.             Berolahraga yang ringan
3.             Berbagi cerita dengan orang lain
4.             Bersikap fleksible
5.             Bergabung dengan orang-oarang baru
6.             Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga med

0
7. Dapat riwayat kesehatan selama priode antepartum untuk mengidentifikasi resiko potensial
terjadi depresi postpartum
8. Atur konseling selama periode antepartum pada klien yang beresiko
9. Bantuan klien untuk mengatur mekanisme dukungan yang baik selama periode antepartum
jika dia ditanyakan beresiko terhadap depresi post partum
10. Dapatkan riwayat kesehatan post partum yang akurat termasuk demografi, informasi
mengenai dukungan dan bantuan dirumah
11. Kaji proses hubungan ibu dan anak
12. Tawarkan dukungan, dorongan dan bantuan kepada klien untuk memahami bahwa
perasaan depresi dalam beberapa hari setelah melahirkan adalah normal
13. Peningkatan klien bahwa jika depresinya berlanjut lebih dari beberapa hari dia harus
berkonsultasi
14. Atur konseling selanjutnya jika klien yang memperlihatkan tanda depresi
Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi :
1.             Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu 
istirahat anda
2.             Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang
berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi
3.             Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks
disarankan  musik-musik yang menenangkan
4.             Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi
depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh
5.             Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah
6.             Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat
berpengaruh bagi keadaan

1
BAB  III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1.        PENGKAJIAN
Pengenalan gejala mood merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perawat
perinatal. Rencana keperawatan harus merefleksikan respons perilaku yang diharapkan
dari gangguan tertentu. Rencan individu didasarkan pada karakteristik wanita dan
keadaannya yang spesifik. Suami atau pasangan wanita tersebut juga dapat mengalami
gangguan emosional akibat perilaku wanita tersebut.
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada
pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya meliputi ;
a.    Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan
lain-lain
b.    Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
c.    Riwayat Kesehatan
1)   Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan, sedih –
murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan
perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri
2)   Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien
3)   Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien
d.    Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri
(Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu
rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran

2
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan
sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran
sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah
direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman
melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
e.    Citra Diri Ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan
dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan
kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk
memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan
seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
f.     Interaksi Orang Tua-Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif
dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku
maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru
mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka
membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan
dan perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini,
terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir
dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.

g.     Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif

3
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social
yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang
adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-
tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang
dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian
menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat
merasa tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak
sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari
kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan
kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak
seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang
menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang
disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan
untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk
menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
h.    Struktur dan Fungsi Keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai
ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga
lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang
akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota
keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut
sebelum keluar dari rumah sakit
i.      Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan,
insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai
diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan
untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu
jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta

4
mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan
bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya.
j. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas /istirahat
biasanya aktivitas dan istirahat klien terganggu
b. sirkulasi
biasanya nadi meningkat ( tachikardia) TD kadang meningkat
c. Eliminasi
Biasanya klien sering BAK ,kadang terjadi diare
d. Makanan /cairan
Biasanya terjadi anoreksia,mual,muntah ,haus membran
mukosa kering
e. Neurosensori
biasanya klien mengeluh sakit kepala
f. pernapasan
biasanya pernapasan cepat dan dangkal
g. Nyeri dan ketidaknyamanan
Biasanya terjadi nyeri /ketidaknyamanan pada daerah
abdomen dan kepala
h. Integriras Ego
biasanya klien ansientas , gelisah
i. Seksualitas
biasanya seksualitas terganggu dan penurunan libido
j. TTV
Biasanya nadi meningkat,pernapasan meningkat ,
TD meningkat

2.        DIAGNOSA KEPERAWATAN

5
1.Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran,konsep diri negatif
sistem pendukung yang tidak adekuat
2. Kecemasan b/d stress psikologi
3. Harga diri rendah situasional b/d depresi post partum
4. Gangguan pola tidur b/d depresi berat
5. Resiko kekerasan terhada diri sendiri dan orang lain b/d status
emosional post partum
6. Resiko bunuh diri b/d depresi postpartum penurunan harga diri
kurang dukungan sosial dan stress

3. Perencanaan

No DIAGNOSA TUJUAN Intervensi Rasional


1. K koping individu tidak NOC : - kaji tanda -untuk mendeteksi
efektif b/d stress Anxiety control (1402) depresi kondisi depresi
K kelahiran,konsep diri sehingga
negatif,system Indikasi: intervensi dini
pendukung yang tidak -kontrol intensitas dapat dilakukan
adekuat : cemas

- Eliminasi tanda - Ajukan - untuk membantu

cemas pertanyaan membedakan


Menyangkut postpartum blues
Bbatasan karakteristik : - menggunakan Mood ibu dari
Gangguan tidur - strategi koping efektif depresi,postpartum
-Penyalahgunaan bahan ibu tidak dapat
kimia diandalkan untuk
- penurunan penggunaan - Menggunakan melaporkan
dukungan sosial Teknik relaksasi perubahan

6
--- kosentrasi yang buruk untuk menekan perasaan atau alam
kelelahan,ketidakmampu kecemasan perasaan secara
an memenuhi harapan sukarela bahkan
peran jika mereka
- perubahan dalam pola mengetahui
komunikasi
- pantau adanya
- ketidakmampuan - Keletihan adalah
keletihan
memenuhi kebutuhan faktor resiko
perubahan
dasar utama depresi
dalam
postpartum yang
perawatan diri
dapat
dan penurunan
menyebabkan
aktivitas
ketidakmampuan
atau pengabaian
dalam perawatan
diri sendiri
- jelaskan pada
pasangan atau
keluarga tanda
- untuk
dan gejala yang
memastikan
harus
penanganan dini
dilaporkan
depresi post
partum
-ajarkan
penggunaan
relaksasi dan
strategi kopping
lain

- untuk
menggurangi
stress dan

7
- dorong meningkatkan
periode istirahat kemampuan
dan berikan mengatasi situasi
waktu tidur saat ini
tanpa gangguan
- Latihan dan
gangguan tidur
adalah faktor
resiko depresi
serta dapat
memperburuk
gejala dan ide
bunuh diri

2 Kecemasan b/d stress NOC : NIC :


psikologi Anxiety Control Counseling
(1402 ) (5240)
Indikasi : Aktivitas :
Batasan karakteristik
perilaku - Kontrol - Beri dorongan

8
-Penurunan Intensitas cemas Kepada pasien untuk
produksivitas menggungkapkan
-Eliminasi tanda cemas Pikiran dan
- gelisah Perasaan untuk
- insomnia - menggunakan meminilisir
-Resah strategi koping efektif kecemasan

Afektif - menggunakan teknik


relaksasi untuk - Bantu pasien untuk
- Kesedihan yang menekan kecemasan memfokuskan pada
mendalam : takut, situasi saat ini sebagai
gugup,mudah alat untuk
tersinggung , Nyeri hebat mengedintifikasi
ketakutan, Distress, mekanisme koping
khawatir,cemas yang dibutuhkan
untuk mengurangi
Fisiologi : kecemasan
Goyah, peningkatan
respirasi, (simpatis ) ,
Peningkatan keringat - Sediakan pengh
Wajah tegang,Anoreksia, alihan melalui
(simpatis ),kelelahan,mua TV,radio,permainan
l,gugup, mual, pusing serta terapi okupasi
untuk mengurangi
kecemasan dan
memperluas focus
Kognitif :
- Binggung
- kerusakan perhatian - Sediakan penguatan
- ketakutan terhadap hal yang positif ketika

9
yang tidak jelas pasien meneruskan
- sulit berkonsentrasi aktivitas sehari -hari
dan lainnya meskipun
mengalami
kecemasan

3. Harga diri rendah NOC :


Situasional b/d depresi Ibu dan / pasangan - Kaji persepsi -Untuk menentukan
post partum merasa (keluarga ) terhadap diri sendiri Apakah persepsi ibu
atau takut gagal mengenai diri sendiri
ketidakmampampuan - Menyebutkan adalah negatif /positif
bereaksi terhadap cinta Berapah kekuatan Harga diri rendah dan
atau perawatan untuk personal marah pada diri
bayi sendiri
adalahpenyebab
Batasan karakteristik : depresi ibu yang
- Mengungkapkan mengalami depresi
perasaan malu dan postpartum sering
bersalah menyalahkan
Diri sendiri karena
- komentar negatif mengalami depresi
mengenai kemampuan dan merasa telah
mengecewakan bayi
- kurang kontak mata dan pasangan /

10
keluarga
- menolak untuk
berpartisipasi dalam - Kebutuhan
perencanaan asuhan pasangan /keluarga
harus dipenuhi
sehingga mereka
- Menggungkapkan rasa dapat memberi
tidak berdaya atau tidak dukungan dan
tidak berguna semangat kepada ibu
- Kaji hubungan
- Kurangnya
ibu /pasangan
dukungan dari
keluarga
- kesulitan dalam
keluaraga dapat
pengambilan keputusan
meningkatkan
depresi dan semakin
- kesulitan dalam
menyalahkan diri
pengambilan keputusan
sendiri
- Rasa percaya harus
terbina sehingga ibu
akan bersedia
- jelaskan pada
mendiskusikan
pasangan / keluarga
perasaan terhadap
pentingnya perhatian
diri sendiri, bayi
dan dukungan mereka
Keluarga .terbuka
dalam menerima
informasi yang
diberikan dan
termotivasi
- gunakan pendekatan
carimg dan tidak
menghakimi
- Membantu ibu

11
memperoleh
gambaran yang lebih
- Bantu positif dan realistis
mengedintifikasi tentang diri sendiri
Kekuatan personal dan kemampuannya
dan dorong kekuatan sebagai ibu
yang telah diketahui

- bantu
mengedentifikasi
kekuatan personal
dan dorong kekuatan
yang telah diketahui

4. Gangguan pola tidur NOC : - Kaji efek obat yang di - Beberapah


b/d depresi berat programkan terhadap Obat anti depresan
- jumlah jam tidur pola tidur ibu Mendorong tidur
Batasan dalam batas normal sedangkan obat obat
Karakteristik : lain menimbulkan
-pola tidur kualitas stimulasi. obat yang
- Perubahan pola tidur dalam batas normal menimbulkan
normal stimulasi paling baik
- perasaan segan di minum pada pagi
- penurunan sesudah tidur hari sedangkan obat
Kemampuan yang mendorong
berfungsi tidur sebaiknya
dikonsumsi pada
- ketidakpuasan tidur
malam hari
- menyatakan sering

12
terjaga
- menyatakn tidak - gangguan tidur
mengalami kesulitan - Dorong untuk adalah tanda umum
tidur melaporkan perubahan depresi
alam perasaan yang
mengganggu pola tidur

- Dorong ibu untuk


meminta pasangan / - Untuk memberi

keluarga untuk merawat tidur yang cukup

bayi jika istirahat / tidur atau periode istirahat

dibutuhkan tanpa gangguan

- Kaji riwayat post


partum sebelumnya atau -Untuk menentukan
NOC :
ketidakmampuan untuk apakah rencan
5. -Interaksi sosial merawat bayi protektif untuk bayi
diperlukan, ibu yang
Resiko kekerasan
-tanda tanda akan mengalami depresi
Terhadap diri sendiri
melakukan kekerasan post partum saat
dan orang lain b/d
seperti inggin marah, kelahiran
status emosional post
jengkel, inggin sebelumnya beresiko
partum
merusak, memukul dll tinggi mengalami
depresi pada
Batasan karakteristik
- Mengenal kelahiran

- putus asa penanganan klien sebelumnya

-penolakan dengan perilaku


kekerasan - untuk mendeteksi
- cemas
perubahan yang

13
- panik - pantau interaksi ibu memerlukan
-mudah marah - penanganan klien atau bayi intervensi
- permusuhan dengan perilaku ketidakmampuan
kekerasan untuk merawat atau
mengabaikan bayi
- Bantuan dapat mendorong
Yang adaptif pada perasaan bersalah
klien yang dapat
Dengan perilaku menimbulkn pikiran
kekerasan bunuh diri atau
kebutuhan menyakiti
bayi
- untuk mencegah
- cara yang dipilih
kekurangan nutrisi
untuk membantu
- Pantau adanya tanda pada bayi karena ibu
merubah perilaku
nutrisi atau hidrasi tidak kurang berminat
klien
adekuat pada bayi menyusui bayinya
Tingkat
kemarahan
- untuk melindunggi
bayi dari bahaya
meringgankan ibu
- dorong pasangan atau
dari stressor
keluarga untuk terlibat
merawat bayi dan
dalam perawatan bayi
memfasilitasi
pelekatan orang tua
atau bayi serta
pertumbuhan dan
perkembangan bayi

14
- anak yang beresiko
mengalami cedera
- Segera hubungi layanan harus segera
sosial atau anggota dipindahkan dari
keluarga ketika bayi atau rumah guna
anak beresiko cedera melindunggi
keslamatan mereka

6. Resiko bunuh diri b/d NOC


depresi postpartum - Adanya keluarga untuk - Untuk membantu
Penurunan harga diri -bebas dari tanda dan memantau tanda ide mencegah upaya
kurang dukungan gejala depresi bunuh diri bunuh diri Anggota
sosial dan stress keluarga adalah
menggungkapkan individu yang palinh
Batasan Ide bunuh diri ketika mungkin mengenali
Karakteristik : muncul niat awal ibu untuk
bunuh diri
- adanya faktor resiko
Menahan diri dari

15
upaya melakukan
bunuh diri - Latihan fisik
-Dorong peningkatan Terbukti
Tidak ada upaya fisik Mengurangi
bunuh diri Depresi pada
banyak kasus
meliputi depresi post
partum

- Bina hubungan saling


-untuk menciptakan
percaya
lingkungan
teraupetik yang
membuat ibu merasa
aman ibu yang
merasa aman lebih
cenderung
mengungkapkan
pikiran dan
preasaanya

16
2.Implemntasi
Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang telah ditetapkan
untuk mengatasi masalah yang ditemukan
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan perawatan dalam memecahkan
masalah yang ditemukan dalam kebutuhan klien dengan cara menilai tujuan yang
ditetapkan

17
BAB  IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi,
terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus - menerus
sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang
terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan
karakteristik ibu, dengan gejala–gejalanya antara lain adalah trauma terhadap intervensi
medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan nafsu makan, gangguan
tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak mencintai bayinya, ingin
menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan masalah
yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang (ibu yang
mengalami depresi).
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:
1.    Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa
mempengaruhi status kesehatannya.

18
2.    Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan
bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu
database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama
berinteraksi dan sumber yang lain.
3.    Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan
catatan kesehatan klien.

B.   Saran
Sehubungan dengan rumitnya kondisi pasien dengan depresi postpartum maka
diharapkan dalam pelaksanaan perawatan dalam hal ini pemberian asuhan keperawatan
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan teori persepsi, antara lain :
-       Perubahan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat dipengaruhi oleh persepsi
individu yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini akan membawa
konsekwensi terhadap permasalahan keperawatan yang ditegakan pada setiap individu.
Meskipun sumber masalah yang dihadapinya sama, akan tetapi setiap individu memiliki
persepsi dan respon yang berbeda-beda. Misalnya, walaupun kedua pasien mengalami
penyakit / masalah yang sama, akan tetapi permasalahan keperawatan yang dihadapi
tidak mesti sama.
-       Untuk memahami arti persepsi, maka seseorang harus mengadakan pendekatan
melalui karakteristik individu yang mempersepsikan dalam situasi yang memunyai
makna bagi kita. Makna di sini mengandung arti penjabaran dari persepsi, ingatan, dan
tindakan. Dengan demikian persepsi memiliki arti penting dalam kehidupan, dimana kira
bisa mengumpulkan data dari informasi tentang diri sendiri, kebutuhan manusia, dan
lingkungan sekitar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Budi Santosa. Panduan Diagnosa Keperawatan – Nanda 2005-2006. Prima Medika :


Jakarta

Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:


Mosby Yearbook,Inc.

Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis,


Missouri: Mosby Yearbook,Inc.

Http://Www.Scribd.Com/Doc/23775250/Depresi-Post-Partum

Machmudah, M. (2015). Gangguan Psikologis pada Ibu Postpartum; Postpartum


Blues. Jurnal Keperawatan Maternitas, 3(2), 118-125.

SOLEHATI, Tetti; SRIATI, Aat; KOSASIH, Cecep Eli. Intervensi untuk Mengurangi
Depresi Postpartum. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 2020, 8.2: 177-184.

NILAM SARI JAYA MADANI, N. I. L. A. M. ASUHAN KEPERAWATAN PADA


IBU POST PARTUM DALAM PENURUNAN TINGKAT DEPRESI. Diss.
Universitas Kusuma Husada Surakarta, 2021.

KUSUMA, Ratu. Karakteristik Ibu Yangmengalami Depresi Postpartum. Jurnal


Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 2019, 19.1: 99-103.

ASTUTININGRUM, Diah. Gambaran Tingkat Depresi Pada Ibu Postpartum di


Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 2007, 3.2: 116-13

20
21

Anda mungkin juga menyukai