Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE NIFAS
Topik : Postpartum Blus
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Profesi Bidan
“Stase Nifas”

OLEH:
FIRDA NUR SHAFARIA
2260351014

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan laporan pendahuluan, Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah kebidanan “Stase Nifas ”
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, sehingga laporan ini selesai sesuai dengan waktunya. Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun khususnya dari dosen mata kuliah kebidanan
sangat penyusun harapkan, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi
penyusun untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa kebidanan yang ingin
menambah wawasan ilmu. Penyusun juga mengharapkan laporan ini dapat
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gangguan emosional atau gangguan suasana hati pada ibu
postpartum yang terjadi dalam enam bulan setelah melahirkan dikenal juga
dengan istilah depresi postpartum (Bobak et al, 2004). Perubahan ini
dihasilkan dari kegagalan proses adaptasi psikologis pascapersalinan
(Cunningham, 2006). Gejalanya dapat terjadi dalam dua minggu pertama
setelah bayi lahir, dan merupakan masalah serius yang bisa bertahan
hingga satu tahun setelah kelahiran (Kalpan & Sadock 2007). Depresi
postpartum hampir sama dengan babyblues syndrome. Perbedaannya
terletak pada intensitas serta durasi dari gejela gejala yang muncul. Gejala
yang timbul adalah perasaan sedih dan menangis tanpa sebab, tidak
bergairah, sulit berkonsentrasi, adanya perasaan bersalah dan merasa tidak
berharga, menjadi tidak tertarik dengan bayinya atau bahkan terlalu
khawatir terhadap keadaan bayinya (Nirwana, 2011).
Masalah psikologis berupa depresi postpartum ini merupakan hal
yang lazim terjadi di dunia. Pada tingkat global, lebih dari 300 juta orang
menderita depresi (WHO, 2018). Berdasarkan data dari Badan Kesehatan
Dunia prevalensi depresi postpartum secara global berkisar antara 0,5%
hingga 60,8% WHO (2017). Sedangkan di Negara berkembang 10 -50%
ibu yang menjalani masa perinatal telah terdeteksi mengalami depresi
(WHO, 2018).
Di Indonesia, masalah psikologis pada ibu postpartum belum
mendapat perhatian khusus. Angka kejadian postpartum blues di Indonesia
antara 50%–70 dan angka kejadian depresi postpartum tercatat sebanyak
22,4% (WHO, 2018). Hasil penelitian Kusuma (2017), di Yogyakarta
menunjukkan bahwa dari 68 orang ibu postpartum terdapat 44 orang
(64,7%) mengalami depresi postpartum. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Ayu & Siti (2008) didapatkan hasil sebanyak 20,5% ibu
mengalami depresi postpartum. Pada penelitian Fatmawati (2015)
ditemukan 50% ibu yang ditemui menunjukkan gejala awal dari depresi
postpartum berupa perasaan sedih dan mengeluh kelelahan dan kewalahan
dalam mengurus bayinya.

B. Tujuan
Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk mengetahui dasar teori mengenai
gangguan psikologis pada ibu dengan postpartum blus

C. Manfaat
1. memberikan pengetahuan dan pengalaman yang kelak berguna
dalam melaksanakan tugas.
2. Untuk mengetahui gangguan psikologi postpartum blus
3. Sebagai tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. POSTPARTUM BLUS
1.1 Definisi

Post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau


depresi sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan. Gale &
Harlow, (2003). Post partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu
mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan
suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya
dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta
dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang
melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang
dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut
maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada
hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari
atau dua minggu pasca persalinan.

Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan


mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak
terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya
dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat
membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis
pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam
masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anak,
karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa membuat
bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel,
pencemas, pemurung dan mudah sakit.

Baby blues syndrome atau postpartum blues menurut Saleha


(2009), merupakan suatu gangguan psikologis sementara yang ditandai
dengan memuncaknya emosi pada minggu pertama setelah melahirkan
Suasana hati yang paling utama adalah kebahagiaan, namun emosi
penderita menjadi stabil. Baby blues syndrome atau stress pasca
melahirkan merupakan suatu kondisi umum yang sering di alami oleh
seorang wanita yang baru melahirkan dan biasanya terjadi pada 50% ibu
baru. Baby blues sendiri merupakan suatu perasaan gembira oleh
kehadiran sang buah hati, namun disertai oleh perasaan cemas, kaget dan
sedih sehingga dapat menimbulkan kelelahan secara psikis pada sang ibu
tersebut.

Hampir sebagian besar ibu yang baru melahirkan mengalami baby


blues. Sebuah kondisi depresi pasca persalinan, yang jika tidak ditangani.
akan berdampak pada perkembangan anak. Baby blues syndrome atau
postpartum syndrome adalah kondisi yang dialami oleh hampir 50%
perempuan yang baru melahirkan. Kondisi ini dapat terjadi sejak hari
pertama setelah persalinan dan cenderung akan memburuk pada hari ketiga
sampai kelima setelah persalinan. Baby blues cenderung menyerap dalam
rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Conectique, 2011)

1.2 Waktu dan Durasi Baby Blues Syndrome

Baby blues syndrome dapat terjadi segera setelah kelahiran, tapi akan
segera menghilang dalam beberapa hari sampai satu minggu. Apabila
gejala tersebut berlangsung lebih dari satu minggu itu sudah termasuk
dalam depresi postpartum (Aprilia, 2010). Kondisi ini merupakan periode
emosional stres yang terjadi antara hari ke 3 dan ke-10 setelah persalinan
yang terjadi sekitar 80% pada ibu postpartum (Bahiyatun, 2009).
1.3 Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat
ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap
terjadinya postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan
sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami
menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman
memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah
tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah)
selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul permasalahan,
misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan
istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang
tua dan mertua, problem dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

1.4 Dampak Postpartum blus


Jika kondisi baby blues syndrome tidak disikapi dengan benar, bisa
berdampak pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga
yang lain juga bisa merasakan dampak dari baby blues syndrome tersebut.
Jika baby blues syndrome dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca
melahirkan, yaitu berlangsung lebih dan hari ke-7 pascapersalinan. Depresi
setelah melahirkan rata-rata berlangsung tiga sainpai enam bulan. bahkan
terkadang sampai delapan bulan. Pada keadaan lanjut dapat mengancam
keselamatan diri dan anaknya (Kasdu, 2008).
a. Pada ibu
1. Menyalahkan kehamilannya
2. Sering menangis
3. Mudah tersinggung
4. Sering terganggu dalam waktu istirahat atau insomnia berat
5. Hilang percaya diri mengurus bayi, merasa takut dirinya tidak bisa
memberikan asi bahkan takut apabila bayinya meninggal
6. Muncul kecemasan terus menerus ketika bayi menangis
7. Muncul perasaan malas untuk mengurus bayi
8. Mengisolasi diri dari lingkungan masyarakat
9. Frustasi hingga berupaya untuk bunuh diri

1.5 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan
sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-
6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya
Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak
mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah
tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan,
tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak
mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak
mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan ,
insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara
beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung
beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum
depression.
1.6 Patofisiologi
Riwayat seperti kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem
dengan orang tua atau mertua, kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya
perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor ari etiologi serta factor
psikolog lainnya merupakan penyebab utama. Penurunan kadar estrogen
setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional
pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi. Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan
mengalami perubahan pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan
mengalami kenaikan dalam resons psikologisnya, sensitive dan lebih
membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di sekitarnya yang di
anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues ini
mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu,
tek jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir
pada bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan

1.7 Pemeriksaan Penunjang


Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan
acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat
dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh
Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas
yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi
selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan
labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain
yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10
(sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan
jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan
gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu.
1.8 Pencegahan postpartum blus
Tindakan atau meminimalisasikan baby blues syndrome menurut Pandji 2010),
adalah sebagai berikut
1. Mempersiapkan jauh-jauh hari kelahiran yang schat, ibu yang hamil dan
suaminya harus benar-benar di persiapkan dari segi kesehatan janin pada
saat kehamilan, mental, finansial dan sosial.
2. Adanya pembagian tugas antara suami dan istri pada saat proses
kehamilan berlangsung.
3. Tanamkan pada benak ibu hamil bahwa anak adalah anugrah ilahi yang
akan membawa berkah dan menambah jalinan cinta kasih di tengah-
tengah keluarga.
4. Bersama-sama istri merajut suatu kepercayaan dan keyakinan dengan
adanya anak karir kita akan terus berjalan.
5. Merencanakan mempekerjakan pembantu untuk membantu mengurus
dan merawat bayi dan pekerjaan rumah tangga pasca ibu melahirkan.

Pencegahan baby blues syndrome menurut Conectique (2011), juga dapat


dilakukan dengan beberapa cara yaitu
1. Mintalah bantuan orang lain, misalnya kerabat atau teman untuk
membantu anda mengurus si kecil.
2. Ibu yang baru saja melahirkan sangat butuh istirahat dan tidur yang
cukup. Lebih banyak istirahat di minggu-minggu dan bulan-bulan
pertama setelah melahirkan, bias mencegah depresi dan memulihkan
tenaga yang seolah terkuras habis.
3. Konsumsilah makanan yang bernutrisi agar kondisi tubuh cepat pulih,
sehat dan segar.
4. Cobalah berbagi rasa dengan suami atau orang terdekat lainnya.
Dukungan dari mereka bias membantu anda mengurangi depresi
Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu,
memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor
ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir
semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu,
seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi
kepekaan seorang ibu pasca melahirkan. Hingga saat ini, memang belum
ada jalan keluar yang mujarab untuk menghindari Postpartum Blues. Yang
bisa dilakukan, hanyalah berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko
tersebut dari dalam diri. Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan
resikonya, serta meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat
dijadikan alternative untuk menghindari Postpartum Blues. Selain itu juga
dapat mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar
dapat meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan
pengawasan.
BAB III
SOAP

FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN
PERIODE POST NATAL

No RM : 096040 tanggal pengkajian : 30-10-2023


Tanggal masuk: 29/10-2023 jam pengkajian : 19:40
Jam masuk : 07.51 pengkaji : firda

I. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. An
Umur : 30 th Umur : 36 Tahun
Suku/Kebangsaan : Sunda/WNI Suku/Kebangsaan :Sunda/WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA/SMK Pendidikan : SMA/SMK
Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : jl. Cicadas girang rt 02: rw 05
Telp :08575907***

B. Status Kesehatan
1. Datang pada tanggal : 29-oktober 2023 Pukul : 07:51 WIB
2. Keluhan – keluhan : mulas
3. Riwayat menstruasi :
a. Haid pertama : Umur 12 Tahun
b. Siklus : 28-32 Hari
c. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut
d. Dismenorrhoe : Ya, dihari ke 1 dan 2
e. Teratur/tidak : Teratur
f. Lamanya : 5-6 hari

g. Sifat darah : Kemerahan pada hari ke 1-3, Kecoklatan pada hari


ke 4-6
h. Keputihan : Ya, Tak berbau dan Tak gatal

4. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :


No Tgl/ Tempat Jenis Usia Penolo Penyulit Nifa Anak
Tahun pertolo persalina ng s
Kehami P/ J TB/BB Umu
ngan n
Persalinan lan persalina K r
n

1. 2017 RSBK SC Aterm dokter CPD Nor P 49/3300 6 th


mal

5. Riwayat Kehamilan ini :


a. Keluhan yang dirasakan ( bila ada jelaskan ) : tak
Rasa Lelah : tak
Mual dan muntah yang lama : tak
Nyeri perut : tak
Panas, menggigil : tak
Sakit kepala berat/ terus menerus : tak
Penglihatan kabur : tak
Rasa nyeri/ panas waktu BAK : tak

Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya : tak


Pengeluaran cairan pervaginam : tak
Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tak
Oedem : tak

b. Imunisasi TT : ibu mengatakan sudah imunisasi TT 3x


c. Kontrasepsi yang pernah digunakan : kb suntik 3 bln
d. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita :
Jantung : tidak
Ginjal : tidak
Asma/TBC : tidak
Hepatitis : tidak
D . M. : tidak
Hipertensi : tidak
Epilepsi : tidak
Lain – lain : tidak
e. Riwayat penyakit keluarga.
Jantung : tidak
Hipertensi : tidak
D. M : tidak
f. Riwayat Persalinan sekarang.
a. Tempat melahirkan: RSUD Bandung Kiwari
Ditolong oleh : Dokter Obgyn
b. Ibu

 Jenis persalinan : SC
 Komplikasi / kelainan dalam persalinan : CPD, letak oblig
 Plasenta : lengkap , cotyledon lengkap – sc
 Tali pusat : panjang : 40-45 Cm.
 Perdarahan : Selama Operasi : 300 ml
 Tindakan lain : Terpasang Infus cairan RL
 Catatan waktu sc : 2 jam
c. Bayi.
 Lahir tgl : 29 oktober 2023 Pukul : 15:04 WIB
 BB : 3470 gr PB : 49 cm
 Jk : Perempuan
 Nilai APGAR : 1’ 8 5’ 9
 Masa Gestasi : 37-38 Minggu

g. Riwayat nifas saat ini


1. Pola sehari hari
No Pola Sehari – hari Saat hamil Saat nifas
1 Pola Nutrisi
a. Makan
frekuensi : 3x sehari 3x sehari
Jenis makanan : 1 porsi Nasi, Lauk 1 porsi Nasi, Lauk
Pauk, sayur Pauk, buah
Makanan pantangan : Tidak Ada Tidak Ada
b. Minum
Jenis minum : Air Putih, , Air teh, Air Putih, jus
susu bumil
Frekuensi : ±6-8 gelas sehari ± 7-8 gelas sehari
2. Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi : ±6-9xsehari ±5-6x sehari
Warna : Kuning jernih Kuning Jernih
b. BAB
Frekuensi : 1-2x - hari 1-2x - hari
Konsistensi : Lunak lunak
Warna : Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan
3. Pola istirahat dan tidur
Siang : ±2 jam sehari ±1-2 jam sehari
Malam : ±6-7 jam sehari ±5-6 jam sehari

4. Personal Hygiene
Mandi : Rutin 2x sehari 1x sehari
Gosok gigi : Rutin 2x sehari Rutin 2x sehari
Keramas : 2 hari sekali 2 hari sekali
Perawatan payudara : Tidak pernah Saat mandi
melakukan
Perawatan Vulva : Setiap BAK Setiap BAK
(membersihkan vulva (membersihkan
dari arah depan ke vulva dari arah
belakang) depan ke belakang)
5. Pola aktivitas Melakukan pekerjaan Masih Rawat inap
Rumah seperti di Rs , aktivitas
mencuci & menjemur mobilisasi ke ruang
pakaian (hanya bayi untuk melihat
pakaian pribadi dan kondisi bayinya
suami), menyapu
lantai, menyetrika
baju (haya baju
pribadi dan suami),
mengepel lantai.

2. Konsumsi zat besi : Ya


3. Obat”an / jamu : tidak
4. Riwayat ambulasi :
a. Sejak kapan : sejak 2 jam setelah OP
b. Seberapa sering : sering namun pelan pelan (miring
kiri/kanan)
c. Pusing/tidak : tidak
d. Mandiri/ bantuan : mandiri
5. Pengeluaran lochea :
a. Warna : merah kehitaman
b. Konsistensi : kental
6. Proses menyusui :
a. Kapan : belum keluar asi
b. Frekuensi : -
c. Mengelami kesulitana/tidak : ya karena sakit luka jahitan
7. Tanda bahaya postpartum
a. Mudah lelah : tidak
b. Demam : tidak
c. Nyeri, terasa panas waktu BAK : tidak
d. Sembelit : tidak
e. Sakit kepala terus menerus : tidak
f. Nyari abdomen : tidak
g. Cairan vagina berbau busuk : tidak
h. Payudara sangat sakit disentuk, bengkak, putting lecet :
tidak
i. Kesulitan menyusui : ya
j. Kesedihan ; yak arena sangat sakit luka jahitan
k. Merasa kurang mampu merawat bayinya : ya
8. Deteksi mental health EPDS :
Skor : 18
II. DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda- tanda vital :
TD : 124/73mmHg P :100x/m , R :20 x/m , S : 36.5
Tinggi Badan : 159 Cm.
Berat sekarang: 65Kg Berat badan sebelum hamil : 50Kg
2. Kepala
Rambut : Rambut Merata, Tak ada benjolan, Tak ada Nyeri Tekan
Muka : Tak ada oedema, Tak ada Nyeri Tekan
Mata : Konjungtiva : Pucat Sklera mata : Putih
Telinga : Tak ada kelainan, Tak ada benjolan, Tak ada pengeluaran
Hidung : Tak ada polip, Tak ada pernafasan cuping hidung
Mulut & gigi : Bibir pucat, tak ada caries
3. Leher
JVP : Tak dikaji
Kelenjar getah bening : Tak ada pembengkakan
Kelenjar tiroid : Tak ada nyeri tekan
4. Dada dan Payudara.
a. Dada
Jantung : Bunyi Reguler
Paru : Bunyi Vesikuler
b. Payudara.
Bentuk : Simetris kanan dan kiri
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Sudah Ada
Rasa Nyeri : Tak Ada
Benjolan : Tak ada
Striae : Tak Ada
5. Abdomen
b. Uterus
TFU / Involusi uteri : 1 Jari dibawah Pusat
Diastasis Recti : Tak dikaji
Kontraksi uterus : Keras
Kandung kencing : kosong
c. Bising Usus ( frekuensi ) : 12 x/m
6. Punggung dan Pinggang.
Posisi tulang belakang : Normal
Pinggang nyeri : Ada
7. Ekstremitas Atas dan Bawah
a.Atas.
Kebersihan : Bersih Lila : 25 cm
Kekuatan Otot : Tak dikaji
b. Bawah
Oedem : Tak Ada
8. Genetalia
a.Vulva / Vagina
Oedem : Tak Ada
Keadaan ; Bersih
Pengeluaran pervaginam ( Lochea ) : Rubra
b. Kelenjar Bartholini
Pembengkakan : Tidak dikaji
Rasa nyeri : Tidak dikaji
9. Anus
Haemoroid : Tak Ada
B. Data Penunjang
Laboratorium
Hb : 12,5

III. ANALISA
1. Diagnosa : P2A0 Postpartum 1 hari
2. Masalah : post partum blus
Nyeri Luka Operasi

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu Ibu dan Keluarga bahwa ibu bisa belajar miring kanan dan
miring kiri tetapi tidak perlu dipaksakan
2. Observasi KU dan TTV Ibu
3. Mengedukasi ibu dan keluarga mengenaik nutrisi masa nifas, dengan
banyak makan makanan yang banyak mengandung protein dan zat besi
4. Mengedukasi Ibu tanda bahaya masa nifas, seperti demam tinggi, nyeri
atau gatal di bekas luka operasi, pusing atau nyeri kepala yang hebat
5. Memberi motivasi kepada ibu bahwa dirinya adalah ibu yang mampu
merawat bayinya.
6. Memberi penkes kepada ibu mengenai cara pearwatan luka post OP,
teknik menyusui, dan mobilisasi post OP
7. Memberi anjuran kepada suami ibu untuk bida membantu ibu dalam
merawat bayinya serta memberi dukungan penuh kepada ibu .
8. Menganjurkan ibu untuk mendengarkan murotal di selang waktu.
9. Memberi semangat kepada ibu bahwa ibu mampu menyusui bayinya dan
merawat bayinya.
10. Berkolaborasi dengan dotker untuk pemberian :
a. Asam Mefenamat 3x500 gram
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari hasil observasi, penulis telah


melakukan analisis data dengan mengggunakan prinsip manajemen asuhan
kebidanan menurut Varney dan untuk catatan perkembangan dengan
menggunakan SOAP.
Setelah dilaksanakan auhan kebidanan pada Ny. A dengan Post partum
blus dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut :
A. Pengumpulan Data
Pada kasus Ny. A ibu mengeluh masih terasa lemas , dan merasa sedih
serta nyeri luka operasi. Dari hasil pemeriksaan ditemukan KU : baik, TD :
124/73mmHg, P :100x/m, R :20 x/m, S : 36.5 dan saat menanyakan kondisi
ibu kepada suami mengatakan “ semenjak bayi rawat gabung dengan ibu , iibu
belum menyusui bayinya karena sakit dengan luka operasi dan membiarkan
bayi menangis begitu saja”.
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data ibu mengeluh mengalami
perasaan sedih dan emosi yang meningkat, merasa tertekan, lebih sensitif,
merasa sakit, mudah sakit, cemas dan merasa tidak mampu merawat bayi dan
dirinya yang menandakan ibu mengalami post partum blues hal ini sesuai
dengan pendapat (Bick, MacArthur, Knowles & Winter (2008)).

B. Interpretasi Data
Pada kasus Ny. A ibu mengeluh masih terasa lemas , dan merasa sedih
serta nyeri luka operasi. Dari hasil pemeriksaan ditemukan KU : baik, TD :
124/73mmHg, P :100x/m, R :20 x/m, S : 36.5 dan saat menanyakan kondisi
ibu kepada suami mengatakan “ semenjak bayi rawat gabung dengan ibu , iibu
belum menyusui bayinya karena sakit dengan luka operasi dan membiarkan
bayi menangis begitu saja”.
Dalam tinjauan pustaka dikemukakan gejala atau tanda post partum
blus, Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap
seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari
setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering
tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan,
tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung
(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah
(Bick, MacArthur, Knowles & Winter (2008)).
Demikian penerapan tinjauan pustaka dan kasus pada Ny. A secara
garis besar tampak adanya persamaan antara teori dengan diagnosis yang
ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selajutnya.
C. Mengidentifikai Masalah
Kondisi Ny. A ibu mengeluh masih terasa lemas , dan merasa sedih tak
karuan serta nyeri luka operasi. Dari hasil pemeriksaan ditemukan KU : baik,
TD : 124/73mmHg, P :100x/m, R :20 x/m, S : 36.5
D. Mengidentifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Pasien
Tindakan segera dan kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang
memerlukan penanganan tepat sehingga memerlukan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang ahli di bidangnya, dalam kasus ini, tidak ada indikasi
untuk dilakukannya tindakan segera. Akan tetapi, kolaborasi dengan bidan
yang bertugas di ruang nifas.
E. Melakukan Perencanaan
Melakukan perencanaan dengan pengembangan masalah dan diagnosis
yang telah di identifikasikan dengan pemberian awal asam mefenamat untuk
mengurangi rasa nyeri pada luka operasi
Pada kasus Ny. A dilakukan perencanaan asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa dan potensial yang dilakukan di Rumah Sakit berdasarkan langkah-
langkah sebelumnya yaitu menjelaskan kepada keluarga hasil pemeriksaan,
dan persetujuan kepada ibu untuk mengikuti penkes yang dilakukan oleh
bidan.
F. Pelaksanaan
Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny.A dengan masalah post
partum blues menurut Tonasih (2019) antara lain dengan menganjurkan ibu
untuk melepaskan emosi, tidak perlu ditahan-tahan ingin menangis, marah,
lebih baik diekspresikan, istirahat yang cukup, membrikan motivasi kepada
ibu, meminta bantuan kepada suami untuk mengurus bayi. Memberitahu ibu
bahwa dirinya adalah ibu yang baik, dimana seorang ibu yang baik akan
memberikan kebutuhan anak seperti menyusui, merawat bayi, menenangkan
bayi ketika menangis dan menyayangi bayi, Mengajarkan ibu cara menyusui
yang baik dan benar serta menjelaskan kepada ibu maka akan membuat
hubungan ibu dan anak akan terjalin, Melakukan bounding attachment antara
ibu dengan bayinya, menganjurkan ibu untuk terapi mendengarkan murotal
al-quran dan melakukan perawatan bayi. menganjurkan ibu untuk mengisi
lembar Edinburgh post natal depression (EPDS).

G. Evaluasi
Hasil evaluasi setelah asuhan kebidanan yang dilaksanankan setelah
ibu mengikuti penkes ibu mengatakan merasa tenang dan sudah mengetahui
cara mengurus bayi dan mengalihkan rasa sakit .
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada Ny. A dengan postpartum blus dilakukan dengan
teknik pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian
dan analisa data dasar, pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan
pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap, mulai dari anamnesis riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan keterangan tambahan yang bersangkutan atau yang
berhubungan dengan kondisi klien.
1. Diagnosa Ny. A dengan postpartum blus ditegakkan berdasarkan hasil data
subjektif dan skor EPDS
2. Pada Ny. D diperlukan tindakan dan kolaborasi apabila terjadi masalah,
pada kasus ini berkolaborasi dan ditindak lanjuti oleh bidan dan perawat.
3. Intervensi yang dilakukan pada Ny. A ini yaitu pemberian asam
mefenamat, penkes (cara merawat bayi, perawatan luka OP, kesiapan
mental untuk ibu, dan teknik menyusui )
4. Implementasi yang di berikan pada Ny. A dalam pelaksanaan tindakan
asuhan kebidanan kami tidak menemukan hambatan yang berarti, karena
seluruh tindakan yang dilakukan sudah berorientasi pada kebutuhan
pasien.
5. Evaluasi pada Ny. A dengan postpartum blus dilakukan penkes bersama
dengan ibu nifas yang lainnya setelah dilakukan pendidikan kesehatan ibu
mampu melakukan perawatan bayi, ibu sudah tidak merasa cemas dan
merasa lebih tenang, nafsu makan ibu sudah membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Atus. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Baby Blues.
Bandung: Alfabeta.
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Bobak I.M, Lowdermilk, D.L., & Perry, S.E. (2005). Buku ajar keperawatan
maternitas. Edisi 4. Alih bahasa: Maria & Peter. Jakarta: EGC.
Elder, R., Evans, K., Nizette, D. (2009). Psychiatric and Mental Health Nursing.
2nd edition. Victoria Avenue : Mosby Elsevier Australia.
Hatfield, Nancy T. (2013). Introductory Maternity and Pediatric Nursing.
Philadelphia : Lipincott Williams & Wilkins
Kasdu, D. (2008). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Sehat
Mansur, H. (2009). Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Pandji, Anoraga. (2010). Pencegahan Baby Blues. Jakarta: Asdi Mahasatyta.
Puspawardani. (2011). Faktor-faktor Penyebab Depresi Pasca Melahirkan pada
Kelahiran Anak Pertama [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai