Oleh:
Kelompok 2 AJ 1
Agnes Ose Tokan
131511123003
Tri Sulistyawati
131511123005
131511123011
Hardiansyah
131511123021
Agus Saputro
131511123029
Fauzan Rifai
131511123071
131511123075
131511123085
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua
hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah
melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita
berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak
berhasil
menyesuaikan
diri
dan
mengalami
gangguan-gangguan
dapat
membantu
memulihkan
kepercayaan
diri
terhadap
lebih
berpengalaman.
Selain
itu
peran
perawat
dalam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Nifas (Puerperium)
Massa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berahirketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S, dkk,
2002).
Masa nifas dimulai dari beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPEIGO, 2002)
Masa Nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai hingga alat alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi menjadi tiga
periode yaitu:
a. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan.
b. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat alat genital.
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu, bulan, atau tahun (Bahiyatun, 2009)
B. Adaptasi Psikologis Ibu
Menurut Bahiyatun (2009), Periode post partum menyebabkan
stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi
perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya
masa transisi kemasa menjadi orang tua pada masa post partum, yaitu:
a.
b.
c.
d.
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatirannya akan
tubuhnya.
b. Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan
melahirkan.
c. Tidur tanpa ganguan sangat penting untuk mencegah gangguan tidur.
d. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu
biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses
pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.
2. Taking hold
a. Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan
tanggung jawab terhadap bayi.
b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh (misalnya eliminasi).
c. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi,
misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan merasa
tidak mahir dalam melakukan hal tersebut, sehingga cenderung
menerima nasihat dari bidan karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuandan kritikan yang bersifat pribadi.
3. Letting go
a. Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap
waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan
sosial.
c. Pada periode ini biasanya terjadi depresi postpartum.
d. Honey moon adalah fase intim dimana telah terjadi kontak yang lama
antara ayah, ibu, dan bayi sebagai keluarga baru
menyesuaikan
diri
dan
mengalami
gangguan-gangguan
bersalin
3-5
hari
bersalin
setelah Antara 3-6 bulan setelah
mulainya/onset
Durasi
persalinan
melahirkan
Beberapa hari sampai Beberapa bulan sampai
minggu
Stressor
beberapa
tahun,
tidak diterapi
Ada,
terutama
berhubungan
Pengaruh
kurangnya support
Tidak ada, dapat terjadi Berhubungan erat
sosiokultural
pada
segala
lapisan
Riwayat
sosiokultural
gangguan Tidak berhubungan
mood
Riwayat
gangguan mood
Labilitas mood
Ada
Berhubungan erat
Kadang-kadang
Gangguan tidur
Kadang-kadang
Pemikiran
bunuh Tidak
diri
Pemikiran
Sering
Jarang
ada
hubungan
Sering ada, tapi biasanya
adalah mood depresi
Hampir selalu ada
Kadang-kadang
menyakiti bayi
Perasaan bersalah, Tidak ada atau kecil
Sering
perasaan
berlebihan
tidak
bila
ada
dan
adekuat
Miller LJ, How a baby blues and postpartum depression differ. Womens
Psychiatric Health.1995:13
Kondisi yang paling parah dari depresi pasca melahirkan adalah
postpartum psychosis. Ibu yang mengalami postpartum psychosis, bisa
sampai memiliki keinginan untuk bunuh diri dan berisiko menyakiti
bayinya. Kondisi ini memerlukan perawatan di rumah sakit.Obat
antipsikotik dan litium dengan kombinasi antidepresan merupakan pilihan
terapi. Ibu menyususi yang menderita postpartum psychosis sebaiknya
tidak mengkonsumsi obat-obatan.
perannya sebagai ibu. Berikut adalah gejala perilaku, fisik, dan emosiaonal
pada baby blues, postpartum depression, dan postpartum psychosis.
Baby Blues
1. Gejala Perilaku
sering menangis
hiperaktif/sering berlebihan
terlalu sensitive
mudah tersinggung
tidak peduli terhadap bayi
2. Gejala Fisik
kurang tidur
hilang tenaga
hilang nafsu makan/makin nafsu makan
mudah lelah setelah bangun tidur
3. Gejala Emosional
Postpartum Depression
1. Gejala Perilaku
mudah panic
kurang mampu merawat diri sendiri
enggan melakukan aktivitas yang menyenangkan
motivasi menurun
enggan bersosialisasi
tidak peduli pada bayi/ terlalu peduli terhadap perkembangan bayi
sulit mengendalikan perasaan
sulit mengambil keputusan
2. Gejala Fisik
mudah lelah
gangguan tidur
selera makan menurun
sakit kepala
sakit dada
jantung berdebar-debar
mual/muntah
3. Gejala Emosional
mudah tersinggung
perasaan sedih
hilang harapan
merasa tidak berdaya
mood yang berubah-ubah
perasaan tidak layak sebagai ibu
hilang minat
pemikiran bunuh diri
ingin menyakiti orang lain termasuk bayi, diri sendiri, dan suami
perasan bersalah
Postpartum Psychosis
1. Gejala Perilaku
2. Gejala Fisik
menolak makan
tidak mampu menghentikan aktivitas/diulang-ulang
kebingunan akan kelebihan energy
3. Gejala Emosional
sangat bingung
hilang ingatan
tidak koheren
halusinasi
G. Manifestasi klinis
I. Pemeriksaan Diagnostik
Sampai saat ini masih belum ada alat tes khusus yang dapat
mendiagnosa secara langsung post partum blues. Tetapi ada dua skrining
untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan
pelayanan pasca persalinan yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat
dipergunakan beberapa kuesioner sebagai alat bantu.
Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) di dikembangkan
di Universitas Endinburgh
EPDS
ini
dianggap
menjadi
alat
yang
efesien
untuk
ahli
obstetri
memegang
peranan
penting
untuk
suami,
keluarga
dan
juga
teman
dekatnya.
b.
c.
d.
ibu
meminta
suami
untuk
membantu
dalam
Terapi bicara :
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja
sosial untuk mengubah apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh
penderita akibat menderita depresi.
b. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum
mengkonsumsi obat anti depresi, sebaiknya didiskusikan benar
obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh
ibu hamil atau ibu menyusui.
J. Pencegahan postpartum blues
Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu,
memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor
ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu.Hampir
semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak
menghindari
Postpartum
Blues.
Selain
itu
juga
dapat
faktor
resiko
lainnya
dan
membantu
melakukan
pengawasan.
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko
Postpartum Blues yaitu :
a.
b.
c.
Olahraga
Olahraga
postpartum.
e.
Beritahukan perasaan
g.
h.
Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam
mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya
Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda
tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan
dapat dihindari.
i.
j.
Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan
membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar.
Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta perubahan
kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian Data Dasar
1.
2.
takut Bergerak
Riwayat kehamilan: umur kehamilan, serta riwayat penyakit
menyertai
3.
4.
pada
pasien
dalam
beradaptasi
menjadi
orang
tua
baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1.
2.
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri
dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan perasaan
yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali
menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa
merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau
takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan
perineum.
3.
Interaksi Orang tua Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi
perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan
kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.
Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai
akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada
perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda tanda
yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu
melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan
4.
5.
dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya,
ibunya dengan keluarga lain, dan anak anak lain. Perawat dapat membantu
meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan
konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu
merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit.
ke-5 pascapartum.
Seksualitas
B. Diagnosa Keperawatan
1) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan stress kelahiran,
konsep dari negative,dan sistem pendukung yang tidak adekuat.
2) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan postpartum blues, merasa
takut atau gagal, ketidakmampuan bereaksi terhadap cinta atau perawatan
bayi
3) Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri, ansietas, perubahan
hormon, perubahan siklus tidur dan terjaga yang sering, depresi.
4) Risiko gangguan perlekatan orang tua/bayi/anak berhubungan dengan
pemisahan orang tua dan bayi atau anak, ketidakmampuan orang tua untuk
memenuhi kebutuhan personalnya.
D. Intervensi Keperawatan
1) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan stress kelahiran,
konsep dari negative,dan sistem pendukung yang tidak adekuat.
Tujuan : pasien mampu menunjukkan koping yang efektif setelah
dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil
ekspresi perasaan
pilihan
Intervensi Mandiri
a. Tetapkan hubungan teraupetik perawat ibu
Rasional : ibu mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini.
b. Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya teknik relaksasi,
keinginan
untuk mengatasi
Kriteria Hasil :
(1)Mengungkapkan penerimaan diri
(2)Komunikasi terbuka
(3)Menerima komentar positif dari individu lain
(4)Berfungsi dalam peran yang bermakna
Intervensi:
(1)Kaji persepsi terhadap diri sendiri.
Rasional : untuk menentukan apakah persepsi ibu mengenai diri sendiri
adalah negatif atau positif.
(2)Kaji hubungan ibu/pasangan/keluarga.
Rasional
untuk
menentukan
kebutuhan
intervensi.
Kebutuhan
Rasional : jika keluarga memahami bahwa kondisi ibu adalah masalah yang
sedang dihadapi, mungkin keluarga lebih mampu memberi dukungan.
Tindakan kolaborasi
(1) Rujuk ke kelompok pendukung atau konseling jika diperlukan
Rasional : ibu/keluarga mungkin tidak mampu mengatasi perasaan tanpa
bantuan dari luar. Yakinkan tindakan tersebut dapat diterima dan
diinginkan.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, ansietas, perubahan
hormon,perubahan siklus tidur dan terjaga yang sering, depresi.
Tujuan : pasien mampu memperbaiki perubahan kualitas dan kuantitas tidur
setelah dilakukan tindakan perawatan.
Kriteria hasil :
(1) Melaporkan bebas daari gejala deprivasi tidur
(2) Klien mengungkapkan kenyamanan dan kepuasaan tidurnya
Intervensi
(1) Kaji pola tidur normal
Rasional : jumlah tidur yang dibutuhkan seseorang bervariasi bergantung
pada gaya hidup, kesehatan, dan usia. Pola tidur normal ibu menjadi dasar
untuk merencanakan waktu tidur yang adekuat.
(2) Kaji pengaruh status kesehatan dan/ program pengobatan ibu saat ini
terhadap pola tidur
Rasional : pola tidur selama kehamilan dipengaruhi oleh ansietas akibat
kehamilan dan peran sebagai ibu di masa depan. Pemahaman tentang
faktor fisiologis, emosi, dan/ spiritual yang menggangu tidur penting
dalam pengembangan rencana guna meningkatkan tidur dan istirahat.
(3) Dorong untuk melaporkan perubahan alam perasaan yang mengganggu
pola tidur
Rasional : gangguan tidur adalah tanda umum depresi, ketika ibu tidak
mampu tidur, kondisi ini meningkatkan keletihan, ketidakmampuan untuk
merawat diri sendiri atau bayi, dan mengurangi kemampuan ibu untuk
mengatasi stress, merawat bayi, dan melakukan tanggung jawab tambahan.
Penyuluhan klien/keluarga
untuk memenuhi
kebutuhan personalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achman, L., & Gold, M. (2002). Out of Pocket Health Care Expenses for
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Gondo, Harry Kurniawan (2010) Skrining Edinburgh Postnatal Depresion Scale
(EPDS) Pada Postpartum Blues Surabaya : Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma
Irawati. 2010. Perbedaan Intensitas Nyeri Kala 1 Persalinan Normal Sebelum dan
Sesudah di Berikan Teknik Relaksasi Nafas Dalam di Puskesmas
Iskandar. 2004. Depresi Pasca Kehamilan (Post partum blues).
http://www.mitrakeluarga.net/depresikehamilan.html, diakses tanggal 26
April 2016
Jhonson. L Sharon, 2004. Renal Complica tions in Normal Pregnancy at
Comprehensive Clinical Nephrology. United States of America : Elsevier
Saunders
Medicare HMO Beneficiaries: Estimates by Health Status, 1999 2001. the
Price, Sylvia A, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Pusdiknakes WHO JHPIEGO, 2002, Buku Asuhan Antenatal, MNH:
JakartaVarney,
Saifudin, Abdul Bari Dkk.(2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Srondol Semarang (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta; C.V Andi Offset