Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Masa nifas (postpartum/ puerperium) yaitu masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra hamil, berkisar sekitar 6-8 minggu (Sujiyatini, dkk. 2010).
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya
sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan
pendampingan melalui asuhan kebidanan maka menutup kemungkinan
akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati, 2009).

B. Tahapan
Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga
kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaab yang
kurang maksimal dapat menyebabkan berbagai masalah (Sulistyaawati,
2009). Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Puerperium dini
Puerpurium dini merupakan masa kepulihan ketika ibu diperbolehkan
berdiri dan berjalan. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan suatu kepulihan menyeluruh alat-
alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
2. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
C. Proses Adaptasi Psikologi Masa Nifas
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak
dia hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata
sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis,
lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil (Suherni, dkk. 2009).
Pada masa nifas, wanita banyak mengalami perubahan selain fisik
yaitu antara lain wanita meningkat emosinya. Pada masa ini wanita
mengalami transisi menjadi orang tua. Menurut Sulistyawati (2009), fase
yang dilalui oleh ibu postpartum adalah :
1. Taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari ke 1-2 setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman proses persalinan sering
berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk
mencegah gejala kurang tidur seperti mudah tersinggung. Hal ini
membuat ibu cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya.
Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika
ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau
apresiasi atas hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan
anaknya. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
perawatan yang dilakukan pasien tehadap dirinya dan bayinya hanya
Karena kuranngnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan
bidan.
2. Taking hold
Yaitu meniru dan role play. Cirinya :
a. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 postpartum.
b. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang
sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
c. Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya.
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayinya.
e. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan merasa tidak mahir
dalam melakukan hal-hal tersebut.

Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai dalam merawat diri
dan bayinya sehingga timbul percaya diri.

3. Letting go
a. Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh
terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
b. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat bergantung, yang
menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan
berhubungan sosial.
c. Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpsrtum.
d.
D. Gangguan Psikologi Masa Nifas
Secara psikologi, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan
gejala-gejala psikiatrik. Wanita banyak mengalami perubahan emosi
selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Penting sekali sebagai bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian
psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakan seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini (Ambarwati, 2010).
Gangguan psikologi masa nifas meliputi :
1. Postpartum Blues
Postpartum blues dapat terjadi begitu selesai proses kelahiran dan
biasanya akan hilang setelah beberapa hari sampai seminggu setelah
melahirkan. Seseorang yang baru melahirkan dapat terkena perubahan
mood secara tiba-tiba/ tak terduga, merasa sedih, menangis tak henti
tanpa sebab, kehilangan nafsu makan, tak tenang, gundah dan kesepian.
Tidak ada perawatan khusus untuk postpartum blues jika tidak ada
gejala yang signifikan. Empati dan dukungan keluarga serta staf
kesehatan diperlukan. Jika gejala tetap ada lebih dari dua minggu
diperlukan bantuan professional.
Namun apabila postpartum blues ini tidak kunjung reda, keadaan
ini dapat berkembang menjadi depresi pasca melahirkan atau
postpartum depression, itulah kenapa akan membantu bila kita tidak
menganggapnya sebagai kejadian yang tidak penting. Bentuk paling
hebat dari depresi postpartum yang tidak tetangani dengan baik akan
mengakibatkan postpartum psikosis (Marshall, 2004).
2. Postpartum depression
Sekitar 10% wanita setelah melahirkan mengalami post natal
depression atau postpartum depression. Gejala dari postpartum depresi
ini yaitu merasa letih, mudah putus asa, depresi, serangan panik, tidak
tertarik untuk melakukan hubungan seksual, sulit tidur walaupun sangat
lelah, tegang, pikiran obsesif dan tidak terkontrol, mempunyai rasa
bersalah yang berlebihan terhadap sesuatu.
Penyebab kelainan ini juga belum diketahui secara pasti, tetaapi
seorang wanita akan lebih mungkin mengalami depresi postpartum jika
secara social dan emosional ia terisolasi atau mengalami peristiwa
kehidupan yang penuh dengan setres terhadap kondisi jiwanya ,
terutama selama masa-masa kehamilan dan menjelang persalinan.
Postpartum depression ini dapat terjadi kapanpun di dalam jangka
waktu satu tahun setelah melahirkan. Postpartum depression ini
memerlukan perawatan dokter melalui konsultasi, group support dan
pengobatan.
3. Postpartum psikosis
Gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik
atau fungsional/ emosional dan menunjukan gangguan kemampuan
berpikir , bereaksi secara emosional meningkat , berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan. Psikosis
merupakan gangguan kepribadian yang menyebabkan ketidakmampuan
menilai realita dengan fantasi dirinya.
Postpsrtum psikosis merupakan keadaan dimana wanita mengalami
tekanan jiwa yang sangat hebat yang bias menetap sampai setahun.
Gangguan kejiwaan ini juga bias selalu kambuh setiap pasca
melahirkan.
Postpartum psikosis merupakan gangguan mental berat pasca
melahirkan yang memiliki gejala-gejala yang mirip dengan postpstum
depression ditambah penderita sering berkhayal, berhalusinasi dan
bingung hingga muncul pikiran ingin melukai bayinya dan dirinya
sendiri, tanpa menyadari bahwa pikiran-pikiran itu tidak masuk akal.
Jadi resiko untuk bunuh diri atau membunuh bayinya lebih besar dari
pada postpartum depression.

E. Penanganan Post Partum Blues


Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase-fase sebagai berikut :
1. Fase Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak
mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada
fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Penanganan gangguan mental post partum pada prinsipnya tidak
berbeda dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen
lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi.
Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka
membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa
gembira mendapat pertolongan yang praktis.
Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu
untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau
mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep
mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan,
dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog
atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk
mempersiapkan para wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan
mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan yang tepat bila
terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling
bila memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas
obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya
dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat tentang proses
kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin
timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan
para ibu yang mengalami post-partum blues . Pengobatan medis, konseling
emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual
tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat
tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan
di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara
bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.

F. Pencegahan Postpartum Blues


Menurut para ahli, stres dalam keluarga dan kepribadian si ibu,
memengaruhi terjadinya depresi ini. Stres di keluarga bisa akibat faktor
ekonomi yang buruk atau kurangnya dukungan kepada sang ibu. Hampir
semua wanita, setelah melahirkan akan mengalami stres yang tak menentu,
seperti sedih dan takut. Perasaan emosional inilah yang memengaruhi
kepekaan seorang ibu pasca melahirkan. Hingga saat ini, memang belum
ada jalan keluar yang mujarab untuk menghindari post partum blues. Yang
bisa dilakukan, hanyalah berusaha melindungi diri dan mengurangi resiko
tersebut dari dalam diri.
Sikap proaktif untuk mengetahui penyebab dan resikonya, serta
meneliti faktor-faktor apa saja yang bisa memicu juga dapat dijadikan
alternative untuk menghindari post partum blues. Selain itu juga dapat
mengkonsultasikan pada dokter atau orang yang profesional, agar dapat
meminimalisir faktor resiko lainnya dan membantu melakukan
pengawasan.
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko
post partum blues yaitu :
1. Pelajari diri sendiri. Pelajari dan mencari informasi mengenai
Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila
terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2. Tidur dan makan yang cukup. Diet nutrisi cukup penting untuk
kesehatan lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang
cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
3. Olah raga. Olah raga adalah kunci untuk mengurangi post partum.
Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari,
sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi
berlebihan dalam diri Anda.
4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan Jika
memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli
rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah
hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera
dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
5. Beritahukan perasaan. Jangan takut untuk berbicara dan
mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan butuhkan demi
kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak
nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang
terdekat.
6. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan. Dukungan dari keluarga
atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat diperlukan.
Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang
bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa
mereka akan selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
7. Persiapkan diri dengan baik. Persiapan sebelum melahirkan sangat
diperlukan.
8. Senam Hamil. Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam
mengetahui berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya
Anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin. Jika Anda
tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat melahirkan akan
dapat dihindari.
9. Lakukan pekerjaan rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga sedikitnya
dapat membantu Anda melupakan golakan perasaan yang terjadi selama
periode postpartum. Kondisi Anda yang belum stabil, bisa Anda
curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah
dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah
tangga Anda telah melakukan segalanya.
10. Dukungan emosional. Dukungan emosi dari lingkungan dan juga
keluarga, akan membantu Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang
menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan serta
perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
11. Dukungan kelompok post partum blues. Dukungan terbaik datang dari
orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan
Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum Blues
yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian
menghadapi persoalan ini.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak
dia hamil. Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata
sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis,
lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang
merupakan manifestasi dari emosi yang labil.
Pada masa nifas, wanita banyak mengalami perubahan selain fisik
yaitu antara lain wanita meningkat emosinya. Pada masa ini wanita
mengalami transisi menjadi orang tua. Fase yang dilalui oleh ibu
postpartum adalah taking in, taking hold, dan letting go.
Gangguan psikologi yang dapat terjadi pada msa nifas diantarnya
post partum blues, depresi postpartum, dan yang paling berat adalah
postpartum psikosis.
B. Saran
Untuk mencegah gangguan psikologis pada masa nifas dapat dilakukan:
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko
post partum blues yaitu :
1. Pelajari diri sendiri. Pelajari dan mencari informasi mengenai
Postpartum Blues, sehingga Anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila
terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
2. Tidur dan makan yang cukup. Diet nutrisi cukup penting untuk
kesehatan lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan tidur yang
cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
3. Olahraga. Olahraga adalah kunci untuk mengurangi post partum.
Lakukan peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari,
sehingga membuat Anda merasa lebih baik dan menguasai emosi
berlebihan dalam diri Anda.
4. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan Jika
memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli
rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah
hidup secara sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera
dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Arfian, Soffin. 2012. Baby Blues. Solo:Metagraf.

Marshall, Fiona. 2004. Mengatasi Depresi Pasca Melahirkan. Jakarta:Arcan.


Ozturket, et al. 2017. Evaluation to Adaptation of Motherhood in Postpartum

Period. International Journal of Health and Leif Sciences Volume 3, Issue 2,

Page 65-76.

Suherni. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Sujiyatini dkk. 2010. Catatan Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta: Nuha medika.

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:

Andi.

Anda mungkin juga menyukai