Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN THYPOID FEVER PADA AN.

A DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMIA DI BANGSAL MELATI
RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun oleh :
1. Shezha Nurhaliza(A02020057)
2. Zahrotul Asfia(A02020071)
3. Wahyu Dwi P N(A02020077)
4. Anita Silviah (A02020079)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Typhus abdominalis /demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada
anak usia 12 – 13tahun (70% - 80%), pada usia 30 - 40tahun ( 10%-20% ) dan juga
diatas usia pada anak 12-13 ahun sebanyak (5%-10%). (Mansjoer, Arif. 2010).
Demam typhoid atau Typhusabdominalis adalah suatu penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluranpencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satuminggu, gangguan pada pencernaan dan juga gangguan kesadaran (Price A.
Sylvia & Lorraine M. Wilson,2015).
Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonellaThypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi olehfeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella
( Bruner and Sudart, 2014 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usushalus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypiA,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan juga paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 2015).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala- gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonellatyphosa, salmonella typeA.B.C. penularan
terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Mansoer Orief.M. 2008).
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonellathypi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia /endokardial dan
juga invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan juga dapat menular pada orang lain
melalui makanan /air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
Demam thypoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan juga gangguan kesadaran. Demam thypoid
merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu
/lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan /tanpa gangguan kesadaran.
Hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh terlalu tinggi. Hipertermia biasanya
disebabkan oleh kegagalan sistem regulasi suhu tubuh untuk mendinginkan tubuh. Suhu
tubuh yang terlalu tinggi akan menyebabkan munculnya beragam gangguan, mulai dari
kram otot hingga gangguan pada otak dan sistem saraf.  Suhu tubuh yang normal berada
pada rentang 36–37,50C. Hipertermia didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh di
atas 38,50C. Kondisi ini terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk menyeimbangkan
suhu tubuh. 

B. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan
salmonellaparathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang,
gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalamair, sampah dan debu. Namun
bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15- 20 menit. Akibat
infeksi oleh salmonellathypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. AglutininO (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal
dari tubuh kuman).
2. AglutininH (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigenH (berasal
dari flagel kuman).
3. AglutininVi (envelope) terletak pada kapsul yang dibuat karena rangsangan
antigenVi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutininO dan jugaH yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makinbesar pasien menderita tifoid. (Aru W.
Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 2009. Ed V.Jilid III
C. Patofisiologi
Bakteri Salmonellatyphi bersama makanan atau minuman masuk kedalam
tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH<2)
banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi,
pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H2, inhibitor pompaproton /antasida
dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan
mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan juga
kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di ileum dan
jejunum. Sel-selM, selepitel khusus yang melapisi Peyer’s patch, merupakan tempat
internalisasi Salmonellatyphi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti
aliran kekelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai kejaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear didalam folikel limfe, kelenjarlimfe
mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar
Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI)
D. Pathway

Pathway typoid pada anak

Basil salmonella
tyhosa

Menginfeksi
saluran Demam Hipertemi

Tifus abdominalis

Mual, nafsu
makan Diserap usus Tukak di Nyeri
menurun halus usus

Masuk dalam Perdarahan dan


Nutrisi
peredaran darah perforasi
kurang
dari
kebutu
han Menyebar ke Risiko syok
seluruh tubuh hipovolumia

Cairan Badan lemah, lesu Intoleransi


kurang dari aktivitas
kebutuhan

Skema 2.1

Sumber. Hidayat (2006)


E. Manifestasi Klinik
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40hari dengan rata-rata 10- 14hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeriperut
6. Kembung, mualmuntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeriotot
8. Batuk
9. Epiktaksis
10. Lidah yang berselaput
11. Hepatomegali, splenomegali,meteorismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium / psikosis
14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapatterjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan juga SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Ujiwidal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typhi maka penderita membuatantibody (agglutinin)
4. Kultur
a. Kulturdarah : bisa positif pada minggu pertama
b. Kultururine : bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kulturfeses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga

G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Anti Biotik (Membunuh KUman)
- Klorampenicol
- Amoxicillin
- Kotrimoxason
- Ceftriaxon
- Cefixim

b. Antipiretik (Menurunkan panas) :


- paracatamol

2. keperawatan
a. Observasi dan pengobatan
- Pasien harus tirah baring absolute sampai 7hari bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi perforasi usus.
- Mobilisasi bertahap bila tidak panas,sesuai dengan pulihnya kekuatan
pasien.
- Pasien dengan kesadarannya yang menurun,posisi tubuhnya harus diubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia dan
juga dekubitus.
- Defekasi dan buang airkecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.
3. Diet
a. Diet yang sesuaicukup kalori dan tinggi protein.
b. Pada penderita yang akutdapat diberi bubur saring
c. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2hari lalu nasi tim
d. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama
7hari (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC).

H. Diagnosa
1. Hipertermia adalah suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
a. Penyebab
 Dehidrasi
 Terpapar lingkungan panas
 Proses penyakit
 Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
 Peningkatan laju metabolisme
 Respon trauma
 Aktivitas berlebihan
 Penggunaan inkubator
b. Batasan karakteristik
 Suhu tubuh diatas nilai normal
 Kulit merah
 Kejang
 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa hangat
2. Defisit Nutrisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhanmetabolisme
a. Penyebab
 Ketidakmampuan menelan makanan
 Ketidakmampuan mencerna makanan
 Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
 Peningkatan kebutuhan metabolisme
 Faktor ekonomis
 Faktor psikologis (mis, stres, keenganan untuk makan)
b. Batasan karakteristik
 Berat badan menurun 10% dibawah rentang ideal
 Bising usus hiperaktif
 Membaan mukosa pucat
 Diare
 Nafsu makan menurun
 Kram/ nyeri abdomen
3. intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari – hari
a. Penyebab
 Kelehamahan
 Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
 Tirah baring
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton
b. Batasan karakteristik
 Dipsnea saat/setelah beraktivitas
 Merasa lelah
 Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
 Sianosis
4. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berinteraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
a. Penyebab
 Agen pencedera fisiologis (mis,inflamasi,iskemia,neoplasma)
 Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
 Agen pencedera fisik (mis.
abses,amputasi,terbakar,terpotong,mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma)
b. Batasan karakteristik
 Tampak meringis
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
 Tekanan darah meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
5. Resiko hipovolemia adalah beresiko menglami penurunan volume cairan
intravaskular, interssisial, dan intraseluler
a. Penyebab
 Kehilangan cairan secara aktif
 Gangguan absorbsi cairan
 Usia lanjut
 Kelebihan berta badan
 Kekurangan intake cairan
 Evaporasi
b. Batasan karakterisktik
 Trauma
 Perdarahan
 Luka bakar
 AIDS
 Muntah
 Diare

I. Intervensi
No Diagnosa SIKI
1 Hipertermi b.d proses Manajemen hipertemia (I. 15506)
penyakit
Observasi

1. Identifikasi penyebab hipertermia

2. Monitor suhu tubuh

3. Monitor kadar elektrolit

4. Monitor hal luaran urine

5. Monitor komplikasi akibat

hipertermia Terapeutik

1. Sediakan lingkungan yang dingin

2. Longgarkan atau lepaskan pakaian

3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4. Berikan cairan oral

5. Berikan oksigen

6. Hindari pemberian antipiretik atau

aspirin Edukasi
1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan dan


elektrolit inravena
Manajemen kejang

0bservasi

1. Monitor terjadinya kejang berualang

2. Monitor karakteristik kejang

3. Monitor tanda – tanda vital

Terapeutik

1. Baringkan pasien agar tidak jatuh

2. Longgarkan pakaiaan , terutama dibagian leher

3. Jauhkan benda” bahaya terutama benda kejang

4. Berikan oksigen

Edukasi

1. Anjurkan kelarga menghindari memasukaan


apapun kedalam mulut pada saat kejang

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian antikonvulsan, jika perlu


Kriteria hasil
Meningk Cukup Sedang Cukup Meningkat
at meningkat meningkat
Mengigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi 1 2 3 4 5
Oksigen
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriksi 1 2 3 4 5
Perifer
Kutis memorata 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Dasar kuku 1 2 3 4 5
Sianolik
Hipoksia 1 2 3 4 5
Membur Cukup Sedang Cukup Membaik
uk memburuk membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa 1 2 3 4 5
Darah
Pengisian kapiler 1 2 3 4 4
Ventilasi 1 2 3 4 4
Tekanan darah 1 2 3 4 4

No Diagnosa SIKI
2 Defisit nutrisi b.d Manajemen nutrisi (I. 03119)
faktor psikologis
Observasi

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifiksi alergi dan intoleransi makanan

3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis


nutrien

4. Monitor berat badan

5. Monitor asupan makanan

6. Monitor hasil pemeriksaan laboraturium

Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene sebelum makan

2. Berikan makann tinggi serat untuk


mencegah konstipasi

3. Berikan makanan tinggi kalori dan protein


4. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogamkan
2. Anjurkan duduk, jika mampu
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan pemantauan nutrisi
observasi
1. identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan
gizi(mis. Pengetahuan,ketersediaan makanan,
agama/kepercayaan, budaya, menguyah tidak
adekuat, gangguan menelan, penggunaan obat
obatan/pascaoperasi )
2. identifikasi perubahan berat badan
3. identifikasi kemampuan menelan
4. monitor mual muntah
5. monitor asupan oral
Terapeutik
1. timbang berat badan
2. ukur antropometrik komposisi tubuh ( mis. Indek
masa tubuh, pengukuran pinggang,dan ukuran
lipatan kulit)
3. hitung perubahan berat badan
4. atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
5. dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Kriteria hasil

menuru Cukup Sedang Cukup Meningkat


n menurun meningkat
Kekeuatan otot 1 2 3 4 5
pengunyah
Kekeuatan otot 1 2 3 4 5
penelan
Verbalisasi 1 2 3 4 5
keinginan untuk
meningkatakn
nutrisi
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
makanan yang
sehat
Pengetahuan 1 2 3 4 5
tentang pilihan
minuman yng
sehat
Pengetahun 1 2 3 4 5
tentang standar
asupan nutrisi
yang tepat
Penyiapan dan 1 2 3 4 5
penyimpanan
minuman yang
aman
Sikap terhadap 1 2 3 4 5
makanan/minum
an sesuai dengan
kesehatan
Porsi makan 1 2 3 4 5
yang dihabiskan
Meningk Cukup Sedang Cukup Meningkat
at meningkat meningkat
Perasaan cepat 1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
Membur Cukup Sedang Cukup Membaik
uk memburuk membaik
Berat badan 1 2 3 4 5
Indeks massa 1 2 3 4 5
tubuh
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan 1 2 3 4 5
kulit trisep
Membran 1 2 3 4 5
mukosa

No Diagnosa SIKI
3 Intoleransi aktivitas Manajemen energy
b.d kelemahan Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan
2. Kelelahan
3. Monitor kelelahan fisik dan emosional
4. Monitor pola jam tidur
5. Monitor lokasi dan ketidaknyaman an
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
stimulus
2. Lakukan rentang gerak pasif dan aktif
3. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

Kriteria hasil

menuru Cukup Sedang Cukup Meningkat


n menurun meningkat
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5

Saturasi oksigen 1 2 3 4 5

Kecepatan berjalan 1 2 3 4 5

Jarak berjalan 1 2 3 4 5

Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5
bagian bawah
Mening Cukup Sedang Cukup Meningkat
kat meningk meningkat
at
Keluhan lelah 1 2 3 4 5

Dispnea saat 1 2 3 4 5
berkativitas
Dispnea setelah 1 2 3 4 5
berktivitas
Perasaan lemah 1 2 3 4 5

Sianosis 1 2 3 4 5

Membu Cukup Sedang Cukup Membaik


ruk membur membaik
uk
Warna kulit 1 2 3 4 5

Tekanan darah 1 2 3 4 5

Frekuensi napas 1 2 3 4 5

No Diagnosa SIKI
4 Nyeri akut b.d agen Manajemen nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verba
4. Identifikasi faktor yang memperberat yang
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas nyeri
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfrmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.terapi musik, terapi pijat, teknik
imajinasi terbimbing
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis.suhu ruangan, pencehayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskn strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Kriteria hasil

Mening Cukup Sedang Cukup Meningkat


kat meningk meningkat
at
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5

Meringis 1 2 3 4 5

Sikap protektif 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5

Kesulitan tidur 1 2 3 4 5

Menarik diri 1 2 3 4 5

Berfokus pada diri 1 2 3 4 5


sendiri
Diaforesis 1 2 3 4 5

Perasaan depresi 1 2 3 4 5

Perasaaan takut 1 2 3 4 5
mengalami cedera
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5

Perineum terasa 1 2 3 4 5
tertekan
Uterus teraba 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5

Muntah 1 2 3 4 5

Mual 1 2 3 4 5

Membu Cukup Sedang Cukup Membaik


ruk membur membaik
uk
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5

Pola napas 1 2 3 4 5

Tekanan darah 1 2 3 4 5

Proses berfikir 1 2 3 4 5

Fokus 1 2 3 4 5

Fungsi berkemih 1 2 3 4 5

Perilaku 1 2 3 4 5

Nafsu makan 1 2 3 4 5

Pola tidur 1 2 3 4 5

No Diagnosa SIKI
5 Resiko hipovolemia Manajemen hipovolemia (I. 03116)
b.d kekurangan intake
Observasi
cairan
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia

2. Monitor intake dan output

Terapeutik

1. Hitung kebutuhan cairan


2. Berikan asupan cairan oral
Edukasi

1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonik
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonik
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid

4. Kolaborasi pemberian produk darah


Manajemen hipertemia (I. 15506)
Observasi
1. Identifikasi penyebab
hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor hal luaran urine
5. Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Berikan oksigen
6. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan

dan elektrolit inravena

Kriteria hasil

menuru Cukup Sedang Cukup Meningkat


n menurun meningkat
Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Output urine 1 2 3 4 5
Pengisian vena 1 2 3 4 5
Meningk Cukup Sedang Cukup Meningkat
at meningkat meningkat
Ortopnea 1 2 3 4 5
Dispnea 1 2 3 4 5
Paroxysmal 1 2 3 4 5
nocturnal
Dyspnea
Edema anasarka 1 2 3 4 5
Edema perifer 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5
Distensi vena 1 2 3 4 5
Jugularis
Suara napas 1 2 3 4 5
Tambahan
Kongesti paru 1 2 3 4 5
Perasaan lemah 1 2 3 4 5
Keluhan haus 1 2 3 4 5
Konsentrasi 2 3 4 5
Urine
Membur Cukup Sedang Cukup Membaik
uk memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekana darah 1 2 3 4 5
Tekanan nadi 1 2 3 4 5
Membran 1 2 3 4 5
Mukosa
Jugular venous 1 2 3 4 5
Pressure
Kadar hb 1 2 3 4 5
Kadar ht 1 2 3 4 5
Central venous 1 2 3 4 5
Pressure
Refluks 1 2 3 4 5
hepatojugular
Berat badan 1 2 3 4 5
Hepatomegali 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5
Oligurasi 1 2 3 4 5
Intake cairan 1 2 3 4 5
Status mental 1 2 3 4 5
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
J. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk
selanjutnya adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun tersebut. Dalam
pelakasaan implementasi maka perawat dapat melakukan obesrvasi atau
dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga tentang tindakan yang
akan di lakukan.

K. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan,
evaluasi dilakuakan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data
objektif, analisa, planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh
mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus
dimodifikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Nama Pengkaji : Shezha Nurhaliza
Tanggal Masuk RS : Selasa,21 Juni 2022 pukul 17.00 WIB
Tanggal Pengkajian : Rabu, 22 Juni 2022 pukul 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Melati
Sumber Data : Rekam Medik, Anamnesa Pasien dan Keluarganya

1. RIWAYAT KESEHATAN
A. Identitas Klien
Nama : An. A
Alamat : Bocor ,Kebumen
Tempat tanggal lahir / usia : Kebumen, 08-12-2004/17 tahun 6 bln
Suku : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Diagnosa medis : Thypoid fever
B. Identitas Penanggung jawab
Nama : Ny.W
Alamat : rt01/rw02 Bocor Kebumen
Usia : 44 tahun
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Ibu kandung

C. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 5 hari lalu hingga
menggigil

D. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RSUD Dr.Soedirman pada hari selasa, 21 juni pukul 17.00 WIB
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 4 hari sampai menggigil,batuk
berdahak sejak 1 minggu lalu,pusing , mual dan muntah setelah makan. Hasil
pemeriksaan didapatkan data TD: 105/90 mmHg, RR: 20 x/menit, N: 69x/menit,
Suhu: 38,°C, SpO2: 95%. BB saat ini: 53Kg, Tb:150cm.

E. Riwayat penyakit keluarga


 Ibu
Nama : Ny. W
Umur : 32 tahun
Bangsa : Indonesia
Kesehatan : Ibu klien mengatakan tidak mengetahui adanya riwayat
penyakit menuru , DM, stroke atau penyakit menurun lainnya.

 Ayah

Nama : Tn. T

Umur : 45 tahun

Bangsa : Indonesia

Kesehatan : Sehaat, tidak diketahui adanya riwayat penyakit


menurun, DM, stroke atau penyakit menurun lainnya.

F. Riwayat kelahiran
 Usia kehamilan : 38 minggu
 Persalinan : Spontan
 Menangis : ya
 Berat badan : - , panjang badan :-
 Riwayat kuning: tidak

G. Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya


a. Pernah dirawat : Ya, 2 tahun lalu, Diagnosa: Typhoid
b. Riwayat penyakit mayor pada anggota keluarga lain atau dikomunitas :
tidak
c. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya :
- Pemahaman Keluarga Tentang Sakit dan Rawat Inap
Ibu membawa anaknya ke RS Saat An. A sakit ibu langsung
membawanya ke RS. Orang tua nampak cemas dan khawatir
dengan kondisi anaknya. Ibu pasien yang menemani atau tinggal
dengan pasien pada saat anak dirawat
- Pemahaman Anak Tentang Sakit Dan Rawat Inap
Anak sudah mengerti tentang sakitnya dan perawatan dirumah
sakit. Anak juga tampak kondusif saat diberi tindakan perawatan
dan tampak tenang.
d. Kejadian dan sifat cedera. : -

H. Alergi
Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang, tanaman, atau produk rumah
tangga : tidak ada

I. Genogram

Ket :
: Menikah : Laki-laki

: Pasien : Perempuan

: Garis keturunan : Tinggal satu rumah


J. Riwayat Imunisasi
N Jenis Usia
o
Imunisasi pemberian
1 Hepatitis 3 jam pasca
Lahir,1 bulan, 4 bulan
2 DPT 2, 4, 6, 18
Bulan, 5 tahun,12 tahun
4 Polio 2, 4, 6, 18
(I,II,III,IV, Bulan,5 tahun
V)

5 Campak 19 bulan,6tahun
6 BCG 0 Bulan
7 Vaksin covid 2x
Kekambuhan reaksi :-

K. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan
Berat Badan :53 kg Tinggi Badan/Panjang Badan : 157cm
Standar Indeks Massa Tubuh menurut umur
Umur - - - MEDIAN 1SD 2SD 3SD
Tahun Bulan 3SD 2SD 1SD
17 6 14.7 16.4 18.5 21.2 24.6 29.4 36,3

Pemeriksaan perkembangan dan pertumbuhan


IMT= BB:(TB dalam m)
IMT=53KG: (1,5)2 = 23,5(overweight/kelebihan berat badan)

b. Pemeriksaan pekembangan menurut piaget


Hasil: klien masuk tahap operasional (12 tahun ke atas) klien
memperoleh kemamapuan untuk berfikir secara abstrak dengan
manipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi
konkret. Klien masuk katergori remaja dan klien mampu melakukan
perhitungan maternatis, berfikir kreatif, menggunakan penalaran
abstrak dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu.

L. Kebutuhan cairan
Berat badan An.A = 53 kg
10kg x 100 = 1000
10kg x 50 = 500
33kg x 20 = 660
+
Kebutuhan cairan An.A = 12.600 liter/hari

M. Pola Pengkajian Fungsional Menurut Gordon


1. Pola persepsi kesehatan/penanganan kesehatan
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan kesehatan memang penting dan klien
bila sakit sangat nurut untuk diajak periksa agar lebih cepat proses
penyembuhan dirinya
Saat sakit : ibu klien mengatakan saat ini khawatir dengan kesehatan
anaknya.
2. Pola nutrisi/metabolik
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan klien termasuk anak yang lahap
dalam makan, sudah mulai dicoba nasi utuh kadang-kadang
Saat sakit : ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari warna kuning konsistensi lembek, BAK 4-
5x/hari warna kuning jernih
Saat sakit : klien belum BAB selama di RS dan BAK sebanyak 5 kali
sehari
4. Pola aktivitas/latihan
Sebelum sakit : klien melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Saat sakit : klien mengatakan lemas ketika dibawa berkativitas
5. Pola tidur/istirahat
Sebelum sakit : klien tidur 9 jam sehari dan tidak perna tidur siang
Saat sakit : ibu klien mengatakan anaknya suka terbangun saat tidur malam
6. Pola persepsi kognitif
Sebelum sakit : klien dapat melihat dengan normal dan mendengarkan
dengan jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah, klien bisa
mengecap makanan dengan baik.
Saat sakit : klien dapat melihat dengan normal dan mendengarkan
dengan jelas, dalam pengecapan klien tidak ada masalah
7. Pola konsep diri
Sebelum sakit : tidak terkaji
8. Pola peran/hubungan
Sebelum sakit : klien belum mampu berkomunikasi dengan orang tuanya
Saat sakit : klien lebih nyaman ditemani oleh orang tuanya
9. Pola seksualitas/reproduksi
Klien berjenis laki-laki, dan tidak ada masalah dalam sistem
reproduksi klien
10. Pola koping/toleransi stress
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan klien adalah anak yang periang
Saat sakit : klien lebih banyak tiduran karena mengeluh cepat lelah dan
lemas
11. Pola nilai/kepecayaan
Sebelum sakit: klien mengatakan rutin melakukan sholat 5 waktu
Saat sakit : klien mengatakan saat sakit tidak sholat 5 waktu

N. Pemeriksaan fisik
1. TTV TD: 102/65 mmHg N: 91 x/menit, S: 38,3 oC, RR: 22x/menit, Spo2:
97%
Kesadaran: compos mentis GCS 15 (E4 V5 M6)
2. Antropometri
Lingkar lengan : 18cm, lingkar dada : 130 cm
3. Kepala
a. Inspeksi : bentuk kepala simetris
b. Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak adanya nyeri tekan,
fontanel kepala teraba cekung
4. Mata
a. Inspeksi : mata simetris kanan dan kiri, mata tampak bersih,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, mata
cekung
b. Palpasi : tidak adanya nyeri tekan
5. Hidung
tidak ada benjolan, hidung tampak bersih
6. Mulut
Mukosa bibir kering, lidah agak putih, bibir pucat
7. Telinga
a. Inspeksi : telinga sejajar, bersih, tidak tampak serumen
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan sekitar telinga dan mastoid
8. Leher
a. Inspeksi : leher normal, tidak ada benjolan
b. Palpasi : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada bendungan vena
juguralis, tidak ada pembesaran arteri carotis, tidak ada nyeri tekan
9. Thorax
a. Inspeksi : bentuk dada simetris kanan kiri
b. Palpasi : puting di IC 4
1) Paru-paru
 Inspeksi : RR: 22x/menit
 Palpasi : Ekspansi dada/paru simetris, taktil fremitus
simetris
 Perkusi : Bunyi paru ronki
 Auskultasi : Vesikuler diseluruh lapang paru
2) Jantung
 Inspeksi : tidak tampak adanya ictus cordis
 Palpasi : Ictus cordis teraba di IC 4, 2cm dari mid
clavicular sinistra
 Perkusi : area jantung pekak
 Auskultasi : Irama regular, tidak ada mur mur, tidak ada
bunyi tambahan
10. Abdomen
a. Inspeksi : Kulit perut tampak pucat,
b. Auskultasi : Bising usus 20x/menit
c. Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak adaya pembesaran hati dan
limfe. Turgor kulit <3 detik
d. Perkusi : Timpani diseluruh region abdomen
11. Genetalia
Berjenis kelamin perempuan, organ reproduksi luar normal, meatus uretra
ditengah
12. Ekstremitas dan kulit
a. Inspeksi : Tangan kanan terpasang infus, sama anatomis, kuku putih
pucat, kulit tampak kehitaman dan kering .
b. Palpasi : Akral hangat, CRT lambat > 3 detik, nadi teraba normal
13. Sirkulasi
Tidak ada sianosis, irama nada regular, akral hangat, CRT >3
14. Gastrointestinal
Muntah ketika diberi makan
15. Eliminasi
 Defekasi
 Pengeluaran melalui anus
 Karakteristik feses normal
 Urine
 Pengeluaran spontan
 Tidak ada kelainan
16. Muskuloskeletal
 Tidak ada kelainan tulang
 Gerakan anak terbatas tidak ada
17. Gangguan neurologi tidak ada

O. Skrining nyeri
Tidak ada rasa nyeri

P. Skrining gizi
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 53 kg
Skrining Gizi Anak Usia 1 – 18 tahun ( modifikasi strong-kids)
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah pasien memilik status Tidak (1) Ya (0)
nutrisi kurang atau buruk secara
klinis?
( anak kurus/sangat kurus, mata
cekung, wajah tampak tua,
edema, rambut tipis dan jarang,
otot lengan dan paha tipis, iga
gambang, perut kempes, bokong
tipis, dan kisut)
2 Apakah terdapat penurunan Tidak (0) Ya (1)
berat badan selama 1 bulan
terakhir ?
Atau
Untuk bayi<1 tahun berat badan
tidak naik selama 3 bulan
terakhir?
Jika pasien menjawab tidak tahu,
dianggap jawaban “ya”
3 Apakah terdapat SALAH SATU Tidak (1) Ya (0)
dari kondisi berikut ?
 Diare profuse (>5x/hari)
dan atau muntah
).3x/hari)
 Asupan makan
berkurang selama
1 minggu terakhir
4 Apakah terdapat penyakit dasar Tidak (1) Ya (0)
atau keadaan yang
mengakibatkan pasien beresiko
mengalami malnutrisi (lihat
tabel di bawah) ?
Total skor 3 (tidak berisiko 1
malnutrisi)

Q. Status Fungsional

PENGKAJIAN RISIKO JATUH ANAK ( SKALA HUMPTY DUMPTY)

Nilai
Parameter Kriteria Skor Skor

Dibawah
Umur 3 tahun 4 1

3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
>13tahun 1
Jenis kelamin Laki-laki 2 1

Perempuan 1
Diagnosis Gangguan Neurologis 4
Perubahan dalam oksigenisasi (masalah saluran nafas, 3 3
dehidrasi, anemia, anorexia, sinkop, sakit kepala dll)
2
Kelainan psikis/perilaku
Diagnosis
lain 1
Gangguan
kognitif Tidak sadar terhadap keterbatasan 3 1
Lupa
keterbatasan 2
Mengetahui kemampuan diri 1
Faktor
lingkungan Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi/ anak 4
Pasien menggunakan alat bantu atau box/ mebel 3
Pasien berada di tempat tidur 2
2
Pasien diluar ruang rawat 1
Dalam 24
Respon terhadap jam 3
Dalam 48
operasi/’ obat jam 2
1
penenang/efek >48 jam 1
Anasthesi

Penggunaan obat: sedative (kecuali pasien ICU, yang


Penggunaan obat menggunakan sedasi 3
dan paralisis) hipnotik, barbiturat, fenotialin,
antidepresan, laksatif/
diuretika,
narkotik

Salah satu dari pengobatan diatas 2


Pengobatan 1
lain 1
10
(risiko
jatuh
Total rendah
)
Skor: 7-11- Risiko jatuh rendah; ≥12
Risiko jatuh tinggi
R. Terapi obat
No Nama obat Dosis Rute Indikasi
pemberia
n
1 Paracetamol 500mg/3x Iv bolus Paracetamol adalah obat untuk
meredakan demam dan nyeri,
termasuk nyeri haid atau sakit
gigi
2 Ceftriaxone 1gr/2x Iv bolus Ceftriaxone adalah obat yang
digunakan untuk mengatasi
berbagai infeksi bakteri yang
terjadi pada tubuh. Salah satu
penyakit infeksi bakteri yang
bisa diatasi oleh cefriaxone
adalah gonore
3 Sucralfat 2cth/3x PO Sukralfat atau sucralfate adalah
obat untuk mengatasi tukak
lambung, ulkus duodenum,
atau gastritis kronis
4 Ranitidine 50mg/2x Iv bolus Ranitidin adalah obat yang
digunakan untuk menangani
gejala atau penyakit yang
berkaitan dengan produksi
asam berlebih di dalam
lambung
5 Ambroxol 3x1 PO
Ambroxol adalah obat untuk
meredakan batuk berdahak
akibat beberapa kondisi,
seperti bronkitis atau
emfisema. Pada kondisi batuk
berdahak yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, maka
penggunaan ambroxol bisa
dikombinasikan dengan
antibiotik. Ambroxol
merupakan mukolitik atau
pengencer dahak yang bekerja
memecah serat asam
mukopolisakarida, sehingga
dahak menjadi lebih encer dan
mudah dikeluarkan saat batuk.
Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet dan sirop.
6. Cetirizine 2x10 mg PO
Cetirizine adalah obat untuk
meredakan gejala atau keluhan
akibat reaksi alergi, seperti
gatal pada kulit, tenggorokan,
hidung, bersin-bersin, atau
biduran. Obat ini bisa
ditemukan dalam bentuk
sediaan tablet, sirop, atau obat
tetes oral (drop)
7. Infus aserng 20 tpm IV
Asering Otsu merupakan
cairan infus yang berisi larutan
dextrose dan elektrolit yang
dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan glukosa
dalam tubuh ketika pasien
tidak dapat meminum cairan
yang cukup atau dibutuhkan
tambahan dari luar demi
menjaga keseimbangan cairan
dan elektrolit.
S. Pemeriksaan penunjang

Hari/tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai


normal
Senin 1i9 Juni Hematologi
2022
16.10 WIB Paket Darah
Otomatis
Hemoglobin 12,3 g/dl 10.5 – 12.9
Luekosit 4.6 10^3/ul 6.0 – 17.5
Hematokrit 36 % 35 – 43
Eritrosit 4.7 10^6/uL 3.60 – 5.20
Trombosit 367 10^3/ul 229 – 553
MCH 26 Pg 21 – 33
MCHC 34 g/dl 28 – 32
MCV 77 fL 74 – 106

Diff count
Eosinofil 6.70 % 1–5
Basofil 0.40 % 0–1
Neutrofil 34.50 % 50 – 70
Limfosit 46.70 % 25 – 70
Monosit 11.70 % 1 – 11
Absolut Neutrofil 1.60 10^3/ul 1.80 – 8.00
Count 2.16 10^3/ul 0.9 – 5.2
Absolut Limfosit
Count 0.74
Neutrofil Limfosit
Count

Kimia Klinik
mg/dL 80 – 110
Gula darah sewaktu 76

Widal
S.TYPHI O Positf 1/160 Negatif

ANALISIS DATA
No Data Problem Etiologi
1 DS: Hipertermi Proses penyakit
- Ibu pasien mengatakan
ankanya demam sejak 5 hari
yang lalu
- Ibu pasien mengatakan panas
anaknya naik turun
DO:
- Suhu pasien 38oC
- Akral pasien teraba hangat
2 DS: Intoleransi Kelemahan
- Pasien mengatakan merasa aktivitas
lemas
- Pasien mengatakan pusing
saat berjalan
DO:
- Pasien tampak lemas
- Pucat
- TD : 82/56 mmHg
- N: 130x/menit
- Spo2: 97%

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Hipertermi b.d proses penyakit
b. Intoleransi aktvitas b.d kelemahan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl/jam No Kriteria hasil Intervensi
Dx
22 Juni I Setelah dilakukan tindakan 3x8jam Manajemen hipertermi
2022 diharapkan Hipertermi b.d Proses (L.15506)
penyakit dapat membaik dengan Observasi
kriteria hasil - Identifikasi penyebab
Indikator Awal Akhir hipertermi
Suhu tubuh 2 5 - Monitor suhu tubuh
Kulit merah 3 5 - Monitor komplikasi akibat
Akral 2 5 hipertermi
Pola tidur 3 5 Terapeutik
Keterangan: - Sediakan lingkungan yang
1= memburuk dingin
2= cukup memburuk - Berikan cairan oral
3= sedang Edukasi
4= cukup membaik - Anjurkan tirah baring
5= membaik Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan intravena

II Setelah dilakukan tindakan 3x8jam Manajemen energi (L.05178)


diharapkan masalah intoleransi Observasi
aktivitas b.d kelemahan dapat - Monitor kelelahan fisik
membaik dengan kriteria hasil - Monitor pola dan jam tidur
Indikator Awal Akhir Terapeutik
Kecepatan 2 5 - Fasilitasi duduk disisi
berjalan tempat tidur, jika tidak
Jarak berjalan 2 5 dapat berpindah atau
Keluhan lelah 2 5 berjalan
Tekanan darah 1 4 - Fasilitasi aistirahat dan
Sianosis 2 5 tidur
Keterangan: Edukasi
1= memburuk - Anjurkan tirah baring
2= cukup memburuk - Anjurkan melakukan
3= sedang aktivitas secara bertahap
4= cukup membaik
5= membaik

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

TGL/JAM NO IMPELMENTASI RESPON TTD


DP
Rabu,22 juni I - Mengobservasi keluhan - Ds : pasien mengatakan Kelompok
2022 pasien batuk, mual dan muntah abis 2
08.00 WIB - Monitor KU makan dan demam sudah 4
hari
DO : pasien tanpak pucat
dan lemas , KU cukup

- Pemberian obat sesuai - DO : pasien tampak


program meminum obat
Paracetamol 500mg melalui
IV, ceftriaxone 1gr melalui IV
, ranitidine 50mg melalui IV,
dan mengingatkan untuk
meminum sucralfate dan
ambroxol
09.15 WIB - Pasien sedang istirahat
- Penggantian cairan infus
asering 20 tpm

- Memonitor asupan makan - DS : pasien mengatakan


sudah tidah terlalu mual
untuk makan sekitar 4 – 5
suapan.
11.30 WIB
- Memonitor BAK dan BAB - DS : pasien mengatakan
BAK sekitar 5x sehari
berwarna kurning jernih dan
BAB keras pada saat
dirumah , pada saat dirumah
sakit belum BAB.
12.00 WIB
- Monitor tanda tanda vital - DO : TD : 102/65 mmHg N :
91x/mnt S : 37 % RR : 22
x/mnt SPO2 : 97%

14.30 WIB
- Monitor keadaan pasien
- DS : Pasien mengatakan
demamnya naik turun
16.00 WIB
- Pemberian obat sesuai
program paracetamol 500mg, - DO : Pasien meneria obat
dan menggingatkan ibu pasien dan meminum obat sesuai
untuk memberikan obat yang dosis yang diberikan
diminum sucralfate dan
16.30 WIB ambrpxol.

- Monitor keadaan pasien dan - DS : pasien mengatakan


monitor tanda – tanda viatal masih batuk berdahak ,
perutnya sedikit kembung
dan badan anget
Do : TD : 115/70 mmHg S :
37,2 C N : 75 x/mnt SPO 2 :
22.00 WIB 98 % RR : 20x/mnt
- Mengganti cairan infus - DO : Pasien sedang istirahat
23. 00 WIB asering 20 tpm

- Pemberian obat sesuai progam - DO : pasien menerima obat


Paracetamol 500mg melalui dan meminumnya lalu
IV, ceftriaxone 1gr melalui IV melanjutkan
, ranitidine 50mg melalui IV, tidurnya/istirahatnya
dan mengingatkan untuk
meminum sucralfate dan
ambroxol
Kamis , 23
juni 2022 - Mengobservasi keluhan - DS : Pasien mengatakan
06.00 WIB pasien demam , batuk dan sudah
- Monitor KU tidak mual muntah lagi
DO : pasien tampak batuk
dan lemas, KU cukup , TD :
116/74 mmHg, N : 75 x/mnt
S :37 C RR : 22 x/mnt SPO2
: 98%
08.00 WIB - Memberikan obat sesuai
- DO : pasien menerima dan
dengan program Paracetamol
meminum obat yang
500mg melalui IV,
diberikan
ceftriaxone 1gr melalui IV ,
ranitidine 50mg melalui IV,
dan mengingatkan untuk
meminum sucralfate dan
ambroxol

09.30 WIB
- Memonitor asupan makanan - DS : pasien mengatakan
sudah tidah mual muntah
untuk makan porsi masih
sekitar 4 – 5 suapan.
12.00 WIB
- Menanyakan kondisi pasien - DS : pasien mengatakan
masih lemas dan badannya
anget lagi

- Monitor tanda – tanda vital


- DO : TD : 118/74 mmHg,
N : 79 x/mnt S :37,4 C RR :
20x/mnt SPO2 : 97%
14.40 WIB
- Menganjurkan pasien untuk
kopres dengan air mengalir - DO : ibu pasien menngrti
jika terasa panas apa yang di sarankan

16.00 WIB
- Pemberian obat sesuai
program paracetamol 500mg, - DO : Pasien meneria obat
dan menggingatkan ibu pasien dan meminum obat sesuai
untuk memberikan obat yang dosis yang diberikan
diminum sucralfate, cetirizine
20.30 WIB dan ambrpxol.

- Mengganti infus asering 20


Tpm - DO : pasien sedang istirahat
22.00 WIB
- Mengajurkan pasien untuk
- DS : pasien mengatakan
tirah baring
untuk duduk tidak bisa lama
lama
DO : tanpak lemas
23.00 WIB

- Pemberian obat sesuai progam


Paracetamol 500mg melalui - DS : pasien sedang istirahat
IV, ceftriaxone 1gr melalui IV
, ranitidine 50mg melalui IV,
dan mengingatkan untuk
meminum sucralfate,
cetirizine dan ambroxol
Jumat , 24 - Mengobservasi keluhan - DS: pasien mengatakan
juni 2022 pasien pusing , perut kembung, dan
06.00 WIB - Monitor KU batuk
- KU Cukup
DO : TD : 126/66 mmHg , N
: 95x/mnt , S : 36,6 C ,
SPO2 : 98 % , RR :
22X/mnt
08.00 WIB - Pemberian obat sesuai progam - DO : pasien tampak
Paracetamol 500mg melalui meminum obat
IV, ceftriaxone 1gr melalui IV
, ranitidine 50mg melalui IV,
dan mengingatkan untuk
meminum sucralfate,
cetirizine dan ambroxol.
09.15
- Penggantian cairam infus - DO : pasien sedang sarapan
asering 20 tpm

12.00 WIB
- Memonitor keadaan pasien - DS : pasien mengatakan
- Monitor keadaan KU demamnya masih naik
turun,batuk,mual, pusing dan
lemas. KU cukup
- DO : TD : 100/57 mmHg N :
90x/mnt S : 37 C RR :
20x/mnt SPO2 : 99%
13.00 WIB
- Monitor asupan makan - DS : Pasien mengatakan bila
abis makan rasanya mual
dan baru masuk 3 – 4 suapan
16.00 WIB
- Pemberian obat sesuai - DO : pasien menerima obat
program paracetamol 500mg, dan meminumnya
dan menggingatkan ibu pasien
untuk memberikan obat yang
diminum sucralfate,dan
ambrpxol
20.15 WIB
- Mengganti cairan infus - DO : pasien sedang istirahat
asering 20 tom
23.00 WIB
- Pemberian obat sesuai progam - DO : pasien menerima obat
Paracetamol 500mg melalui dan meminumnya lalu
IV, ceftriaxone 1gr melalui IV melanjutkan
, ranitidine 50mg melalui IV, tidurnya/istirahatnya
dan mengingatkan untuk
meminum sucralfate,
cetirizine dan ambroxol.
EVALUASI KEPERAWATAN
TGL/JAM NO SOAP TTD%
DP NAMA
Rabu, 22 juni I S: Kelompok
2022 - ibu pasien mengatakan anaknya demam sejak 2
5 hari sampe menggigil
- ibu pasien mengatakan pasien mual muntah
setelah makan
O:
- Monitor tanda – tanda vital
TD : 102/65 mmHg
N : 91 x/mnt
RR: 22x/mnt
S : 38,3 C
- KU cukup
A:
- Masalah hipertermia belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
1. membeikan obat paracetamol
2. kompres dengan air anget
3. menganjurkan keluarga pasien untuk
menyuruh anaknya minum dan makan
Rabu ,22 juni II S: Kelompok
2022 - ibu pasien mengatakan anaknya masih 2
tiduran dan blum beraktifitas karena pusing
dan mual
O:
- Klien tampak masih lemas
- Klien dalam beraktivitas masih di bantu
ibunya
A:
- masalah toleransi aktivitas belum teratasi
P:
- lanjutkan intervensi
1. mengidentifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
5. menganjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
Kamis,23 juni I S: Kelompok
2022 - ibu pasien mengatakan suhu badan anaknya 2
naik turun
O:
- Kulit/ tubuh pasien hangat
- Monitor tanda – tanda vital
TD : 102/65 mmHg
N : 91x/mnt
S : 37 C
RR : 22x/mnt
Spo : 97 %
A:
- Masalah hipertermia sedikit teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. membeikan obat paracetamol
2. kompres dengan air anget
3. jaga suhu lingkungan pasien agar pasien
nayam dan tidak mengngaruhi tubuh pasien
Kamis,23 II S: Kelompok
juni2022 - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa 2
beraktifitas secara bertahap tetapi untuk
duduk tidak bisa lama
O:
- Klien tampak masih lemas
- Klien dalam beraktivitas masih di bantu
ibunya
A:
- masalah toleransi aktivitas belum teratasi
P:
- lanjutkan intervensi
1. mengidentifikasi gangguan fungsi
tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan
emosional
3. menganjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
Jumat, 24 juni I S: Kelompok
2022 - klien mengatakan demamnya naik turun 2
O:
- klien tampak sudah tidak pucat lagi
- kulit tubuh sedikit hangat
- monitor tanda tanda vital
TD : 126/66 mmHg
S : 36,6 C
N : 95
RR : 22x/mnt
Spo2 : 98%
A:
- masalah hipertermia belum teratasi
P:
lanjutkan intervensi
- membeikan obat paracetamol
- kompres dengan air anget
- jaga suhu lingkungan pasien agar pasien
nayam dan tidak mengngaruhi tubuh pasien
- pantau asupan makan dan minum
Jumat , 24 juni II S: Kelompok
2022 - klien mengatakan sudah mulai berjalan, 2
sekarang sudah bisa duduk lebih lama dan
masih sedikit lemas
O:
- Lemes berkurang
- Sudah tidak pucat
A:
- Maslah toleransi aktivitas sudah teratasi
P:
- Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai