Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

P DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


NYERI AKUT POST PARTUM SC DI RUANG BOUGENVIL
RSUD DR.SOEDIRMAN KEBUMEN

Disusun untuk memenuhi tugas PKK Maternitas


Dosen Pengampu : Diah Astutiningrum,M.Kep.Ns

Disusun Oleh :
SHEZHA NURHALIZA
A02020057

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA TIGA FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PERSALINAN DENGAN SECTIO CAESAREA


Persalinan section caesarea atau operasi sesar merupakan persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh, serta berat janin diatas 500 gram (Mansjoer (2010) mendefinisikan Sectio Caesarea
adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut, Sectio Caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam Rahim (Amru Sofian, 2011). Dari 3 definisi Sectio
Caesarea diatas, dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea adalah tindakan pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding perut dan dinding rahim.

B. ETIOLOGI/INDIKASI
Indikasi dilakukannya operasi sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean
section, secara umum adalah bila terdapat masalah pada jalan lahir (passage), his (power), dan/atau
janin (passenger) atau terdapat kontraindikasi persalinan per vaginam. Indikasi ini dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok besar, yaitu indikasi maternal, indikasi fetal, dan keduanya.Melakukan sectio
caesarea (SC) dengan indikasi yang tepat akan mengurangi angka SC yang tidak diperlukan dan
komplikasi terkait, seperti infeksi, gangguan traktus genitourinaria, perdarahan, ileus, sepsis, hingga
komplikasi jangka panjang.
Indikasi Fetal : Gawat janin, malpresentasi,Makrosomia, infeksi, kelainan kongenital atau
muskuloskleletal, kelainan tali pusat ,trombositopenia,asidemia memanjang, riwayat trauma lahir atau
kondisi dimana pencegahan trauma akibat proses persalinan dapat menurunkan morbiditas dan
mortalitas neonatal.
Indikasi Maternal: Kegawatdaruratan obstetri : gawat ibu, atonia uteri, ruptur uteri, riwayat
persalinan, kelainan anatomis : deformitas pelvis, bekas luka pada uterus, abnormalitas pelvis yang
mengganggu kepala bayi masuk pintu atas panggul, massa : massa atau lesi obstruktif pada traktus
genital bawah (kondiloma vulvovaginal, malignansi, leiomyoma uterus bagian bawah), riwayat
miomektomi full-thickness, kanker serviks invasive, kardiovaskular, dehisensi insisi uterus, HIV atau
HSV, persalinan SC terencana.
Indikasi Fetal dan Maternal: plasenta previa, plasenta akreta, solusio plasenta, disproporsi
sefalopelvik, kehamilan post-term, kondisi dimana terdapat kontraindikasi pada persalinan per vagina,
percobaan persalinan per vaginam gagal.

C. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak

dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan

panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak
bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang

lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,

persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam

24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu

tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).

Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram

dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Dalam proses operasi, dilakukan tindakan

anastesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi. Efek anastesi juga dapat

menimbulkan otot relaksasi dan menyebabkan konstipasi.Kurangnya informasi mengenai proses

pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada

pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding

abdomen sehinggga menyebabkan terputusnya inkontiunitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-

saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin

yang akan menimbulkan rangsangan pada area sensorik sehingga menyebabkan adanya rasa nyeri

sehingga timbullah masalah keperawatan nyeri (Nanda Nic Noc, 2015).

D. TANDA DAN GEJALA

Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien dengan post Sectio Caesarea antara lain :

1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

2) Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.

3) Abdomen lunak dan tidakada distensi.

4) Bising usus tidak ada.

5) Ketidaknyamanan untukmenghadapi situasi baru

6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.

7) Aliran lokhia sedangdan bebas bekuan, berlebihan dan banyak


E. PATWAYS

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada

ibu Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :

1) Hitung darah lengkap

2) Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb.

3) Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.

4) Pelvimetri : menentukan CPD.

5) Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II.


6) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan, dan

presentasi janin.

7) Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin.

8) Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin

9) terhadapgerakan/stres dari polakontraksi uterus/polaabnormal.

10) Penetuan elektronik selanjutnya :memastikan status janin/aktivitas uterus.

G. Penatalaksanaan

Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea adalah sebagai

berikut :

1) Pemberian Cairan

Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan

per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi

hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang

biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian

dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan

transfusi darah sesuai kebutuhan.

2) Diet

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu

dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman

dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca

operasi, berupa air putih dan air teh.

3) Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat

dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat


dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari

kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta

untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang

dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama

berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,

belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5

pasca operasi.

4) Katerisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada

penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter

biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan

keadaan penderita.

5) Pemberian Obat-Obatan

Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai

indikasi.

6) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan

Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen

sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapatdiberikan tramadol atau

paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6

jam bila perlu.

7) Obat-obatan lain

Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan

caboransia seperti neurobian I vit C.

8) Perawatan luka

Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.

9) Pemeriksaan rutin

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan

darah, nadi,dan pernafasan.

10) Perawatan Payudara

Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak

menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara

tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.


KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Nama : Shezha Nurhaliza
Tgl pengkajian : 24 Mei 2022
NIM : A02020057
Ruangan : Ruang Bougenvil RSUD Dr. Soedirman Kebumen

A. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jatimalang,02/02, Klirong, Kebumen
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Irt
Tgl masuk rs : 24 Mei 2020, 08.18 wib
No.rm : 353402
Diagnosa Medik : Premature repture of membranes
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : Jatimalang, 03/02, klirong, kebumen
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta

C. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi sc bagian perut bawah
D. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. A dirawat diruang Bougenvile dengan post portum sc hari pertama. Pasien dilakukan
operasi SC dikarenakan ketuban pecah dini. Pasien mengeluh nyeri pada luka jahitan
operasi sc bagian perut bawah dengan skala: 5. Pasien mengatakan merasa lemas dan
hanya bisa berbaring ditempat tidur . Pemeriksaan TTV, TD: 119/76, RR: 20x/menit, N:
102x/menit, S:35,4ºc, SpO2: 98 %.
E. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit menahun
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menahun

G. Genogram

Keterangan:

: Perempuan : Pasien

: Laki-laki

H. Riwayat Ginekologi
Klien mengatakan hamil 2 kali, melahirkan yang pertama normal dan kehamilan kedua
ini melakirkan dengan operasi sc (G2P1).
I. Riwayat KB
Klien mengatakan menggunakan kb suntik
J. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu

No Tahun Tipe Penolong JK Bb lahir Keadaan Masalah


persalinan bayi kehamilan
1. 2017 Spontan Bidan 1 3.100 gr Sehat Tidak ada

2. 2022 SC Dokter 2 3.500 gr Sehat Ketuban


pecah dini
K. Riwayat Kehamilan Saat ini
1. Berapa kali periksa saat hamil : 8x
2. Masalah Kehamilan : mual diawal kehamilan
L. Riwayat Persalinan
1. Jenis persalinan : SC
Tgl/jam : 24 Mei 2022, 10.40 wib
2. Jenis kelamin bayi : P, BB/PB : 3.500gr/50cm
3. Pendarahan : -
4. Masalah dalam persalinan : Ketuban pecah dini

M. Pola Fungsional Menurut Gordon


1. Pola presepsi-Management kesehatan
Klien paham akan pentingnya menjaga kesehatan.
2. Pola nutrisi-Metabolik
Klien mengatakan nafsu makan baik, makan sehari 3-4 kali, minum 8 gelas setiap harinya
dan tidak mual muntah.
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1-2 kali dalam sehari, BAK 4-5 dalam sehari.
4. Pola latihan-Aktivitas
Klien mengtakan tidak merasakan sesak nafas, nyeri dada dll saat setelah beraktivitas.
5. Pola kognitif preseptual
Klien megatakan saat ini tidak merasakan pusing, kesemutan, gangguan penglihatan dan
lain-lain.
6. Pola istirahat tidur
Klien mengatakan kini waktu tidur berkurang karena mengurus bayinya.
7. Pola konsep diri-presepsi diri
Klien mengatakan tidak megalami gangguan citra diri, ia menerima kondisinya baik sebelum
atau sesudah melahirkan.
8. Pola peran dan hubungan
Klien mengatakan dapat menyesuaikan hubungannya dengan keluarganya.
9. Pola reproduksi seksual
Klien mengatakan .
10. Pola pertahanan diri (Coping-Toleransi Stres)
Keluarga klien perlu memberikan dukungan dan semangat pada klien untuk meningkatkan
kesembuhan dan dalam merawat bayinya.
11. Pola keyakinan dan nilai
Klien dan keluarga akan selalu optimis dan berdoa agar cepat sembuh total dan bayinya
tumbuh dengan sehat.

N. Pemeriksaan Fisik
Status Obstetrik : G2P2A0
Bayi rawat gabung : ya
Keadaan umum : baik
Kesadaran : baik
BB/TB : 82 Kg/155 cm
TD :119/76 mmHg
S : 35,4 ⁰C
RR : 22 x/menit
N : 102 x/menit
SpO2 : 98%

Pemeriksaan Fisik Head to Toe


Kepala leher
Kepala : bulat, tidak aja benjolan dan kelainan
Mata : penglihatan baik
Hidung : lubang hidung simetris, penciuman baik
Mulut : tampak bersih
Telinga : simetris, pendengaran baik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Masalah khusus : tidak ada

Dada
Jantung : simetris, benjolan(-), nyeri tekan(-), irama regular,
Paru : simetris, benjolan(-), nyeri tekan(-), vesikuler
Payudara : kencang, tidak ada lesi.
Punting susu : putting menonjol
Pengeluaran ASI : Sudah keluar
Masalah khusus : Tidak ada

Abdomen
Involusi uterus : normal (kembali ke semula)
Fundus uterus : normal
Kontraksi : baik
Posisi : pertengahan pusat-simphisis pubis
Kandung kemih : normal
Fungsi pencernaan : baik
Masalah khusus : tidak ada

Perineum dan Genital


Vagina : bersih
Intregritas kulit : lembab
Perineum : tidak ada repture
Tanda REEDA
R: kemerahan : tidak ada
E: bengkak : tidak ada
E: echimosis : tidak ada
D: discharge : tidak ada
A: approximate : tidak ada
Lokhea
Jumlah : 1/3 pembalut
Warna : merah kehitaman (lokhea rubra)
Bau : bau tidak sedap
Hemoroid : tidak ada
Ekstremitas
Ekstremitas atas : edema : tidak ada
Ekstremitas bawah : Edema : tidak ada
Varises : tidak ada
Tanda Homan : tidak ada
Masalah khusus : tidak ada

O. KEADAAN MENTAL
Adaptasi psikologis : fase taking in (istirahat/ penghargaan)
Penerimaan terhadap bayi : klien merasa sangat senang dengan kelahiran bayinya tetapi
belum bisa rawat gabung dengan bayinya.
P. Kemampuan Menyusui
Asi sudah keluar lancar
Q. Obat- obatan
Inj cefazolin 2x1
Inj Furamin 2x1
Inj Keterolac 3x1
Inj tramadol 2x1
Vitamin C 3X1
R. Program Terapi
Infus RL 20tpm
S. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab 24/05/2022, 18:28

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Hemostatis
PT 10.9 Detik 9.3 - 11.4
PT CONTROL 10.7 Detik
APTT 27.3 Detik 24.5 - 32.8
APTT CONTROL 24.3 Detik
PAKET DARAH
OTOMATIS
Hemoglobin L 11.0 g/dL 11.7 – 15.5
Leukosit H 13.2 10ˆ3/ul 3.6 – 11.0
Hematokrit L 33 % 35 - 47
Eritrosit 4.5 10ˆ6/uL 3.80 – 5.20
Trombosit 225 10ˆ3/ul 150 – 440
MCH L 25 pg 26- 34
MCHC 33 g/dL 32 – 36
MCV L 74 fL 80 - 100
DIFF COUNT
Eosinofil L 0.00 % 2-4
Basofil 0.10 % 0-1
Netrofil H 88.30 % 50 – 70
Limfosit L 5.10 % 22 – 40
Monosit 6.50 % 2–8
Absolut Neutrofil H 11.69 10ˆ3ul 1.80 – 8.00
Count
Absolut Limfosit Count L 0.68 10ˆ3ul 0.9 – 5.2
Neutrofil Limfosit 17.19
Rasio
Golongan Darah O
KIMIA KLINIK
GDS 85 mg/dl 80 – 110
Ureum L 9 mg/dL 10 – 50
Creatinin 1.04 mg/dL 0.6 – 1.1
SGOT 12 U/L <31
SGPT 8 U/L <32
Globulin 2.9 g/dL 1.3 – 3.2
Total Protein L 6.45 g/dL 6.6 – 8.7
Albumin L 3.2 g/dL 3.4 – 4.8
SERO IMUNOLOGI
HBsAg Rapid Non reaktif Non Reaktif
URIN
Protein Urine Negatif Negatif

ANALISA DATA

Analisis Data

Tgl/jam Data Problem Etiologi


24 Mei DS : Nyeri akut Agen Pencidera
2022 - Pasien mengatakan nyeri pada Fisik
11.00 luka jahitan operasi sc
P : luka operasi sc
Q : tertusuk tusuk
R : luka perut bagian bawah
S:5
T : hilang timbul
DO :
- Wajah pasien terlihat meringis
saat nyeri timbul
TTV: TD : 119/76, RR : 22 x/mnt
N : 102x/mnt , S: 35,4ºC ,
SpO2 :98%

24 Mei DS : Gangguan Mobilitas Nyeri


2022 - Pasien mengatakan lemas dan Fisik
11.00 hanya dapat berbaring ditempat
tidur

DO :
- Pasien terlihat hanya
dapat berbaring ditempat
tidur

Diagnosa

1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik


2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri

Intervensi Keperawatan

Tgl/jam No. SLKI SIKI Ttd &


Dx Nama
24 Mei 1 Setelah dilakukan asuhan Managemen nyeri Shezha
2022 keperawatan selama 3x24 diharapkan Observasi:
11.30 masalah tingkat nyeri dapat menurun 1. Identifikasi
dengan lokasi,karakteristik,dura
Kriteria hasil : si,frekuensi,kualitas,
Indikator A T intensitas nyeri
Keluhan 2(cukup 5(menurun 2. Identifikasi skala nyeri
nyeri menurun) ) 3. Identifikasi factor yang
Meringis 2(cukup 5(menurun memperberat dan
menurun) ) memperingan nyeri
Gelisah 2(cukup 5(menurun 4. Identifikasi pengaruh
menurun) ) nyeri pada kualitas
hidup
5. Monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasan nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan
tidur
3. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesic
24 Mei 2 Setelah dilakukan asuhan Dukungan Ambulasi Shezha
2022 keperawatan selama 3x24 masalah Observasi
11.30 gangguan mobilitas fisik membaik 1. Identifikasi adanya
dengan nyeri atau keluhan fisik
Kriteria hasil : lainnya
Indikator A T 2. Identifikasi toleransi
Nyeri 3(sedang) 5(menurun) fisik melakukan
Kecemasa 3(sedang) 5(menurun) ambulasi
n 3. Monitor kondisi umum
Kelemaha 3(sedang) 5(menurun) selama melakukan
n Fisik ambulasi
Terapeutik
1. Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik,jika
perlu
2. Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan(mis. duduk,
berjalan, miring
kanan/kiri)

IMPLEMENTASI

Tgl/jam No.Dx Implementasi Respon pasien Ttd


24 Mei - Monitor TTV - Td : 106/81 N: 103x
2022 RR: 20x, S: 36,6ºc,
11.30 wib - Kaji keluhan Umum SpO2: 98%
- Pasien mengeluh
nyeri pada luka
jahitan post op sc
- Ajarkan teknik
13.00 wib
nonfarmakologis meredakan - Pasien tampak
rasa nyeri (distraksi mengerti apa yang
relaksasi/nafas dalam) diajarkan
- Pemberian obat vit c, inj
cefazolin, inj ketorolac - Pasien sedang
- Pemberian obat vit c, inj istrirahat dan bersedia
cefazoline, injeksi diberi obat
15.00wib
ketorolac, tramadol
- Pasien bersedia diberi
16.00 wib obat
- Mengganti cairan infus

22.00 wib - Pasien sedang


- Fasilitasi istirahat dan tidur
istirahat

25 Mei - Monitor TTV - Td: 121/80 mmhg , N


2022 73x , S; 36,1ºC sPo2 :
08.00 wib 98%
- Pemberian obat vit c, inj - Pasien bersedia diberi
cefazoline, inj ketorolac,inj obat dan ganti balut
furamin
- Klien mengatakan
- Mengganti balutan masih sulit bergerak
- Monitor keluhan umum dan nyeri sudah
sedikit berkurang S: 3
10.00 wib - Mengganti cairan infus dan - Pasien sedang
di drip tramadol istirahat
- Pasien tampak
- Jelaskan prosedur ambulasi
mengerti apa yang
- Ajarkan ambulasi sederhana
dijelaskan
yang harus dilakukan
seperti duduk, miring - Pasien mau
kanan/kiri, berjalan melakukan apa yang
diajarkan
16.00 wib
- Pemberian obat vit c, inj - Pasien bersedia diberi
ketorolac, inj furamin obat
17.00 wib
- Td : 110/78 , N: 82x
- Monitor TTV

S:36ºc,SpO2:98%`
- Pasien sedang
22.00 wib - Pemberian obat vit C,inj
istirahat dan bersedia
ketorolac
diberi obat
- Mengganti cairan infus RL
- Pasien sedang
20 tpm
istirahat

- Fasilitasi istirahat dan tidur


26 mei - Mengganti balutan luka post - Pasien bersedia
2022 sc diganti balut
08.00 - Monitor keluhan umum - Pasien mengatakan
sudah bisa duduk dan
berjalan disekitar
tempat tidur dan nyeri
pada luka post sc
sudah tidak terlalu
sakit.
- Monitor TTV
09.00 wib
- Td: 109/80mmhg, N:
85x, S: 36ºc,
- Pemberian obat vit C, Inj
SpO2 :97%
ketorolac, inj furamin
- Pasien bersedia diberi
- `Mengganti cairan infus RL
obat
20tpm
- Pasien sedang duduk
ditempat tidur
EVALUASI

Tgl/jam No.dx Evaluasi Ttd


26 mei I S: Pasien mengatakan nyeri pada luka post op sc sudak berkurang
2022 P: Luka post op sc
Q: Tertusuk – tusuk
R: Luka pada perut bagian bawah
S: 3
T: Hilang timbul
O : Pasien tampak lebih nyaman dan relaks dari sebelumnya walau
masih nyeri
A: Nyeri akut b.d agen pemcedera fisiologis

Indikator A T Saat ini


Keluhan 2(cukup 5(menurun) 3 (sedang)
nyeri menurun
)
Meringis 2(cukup 5(menurun) 5(menurun
menurun )
)
Gelisah 2(cukup 5(menurun) 3(sedang)
menurun
)

P: Intervensi dihentikan
26 Mei II S: Pasien mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan disekitar
2022 tempat tidur
O: Pasien tampak sedang duduk dan sesekali berjalan jalan
disekitaran tempat tidurnya
TTV: Td: 109/80mmhg, N: 85x, S: 36ºc, SpO2 :97%
A: Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
Kriteria hasil :
Indikator A T Saat ini
Nyeri 3(sedang) 5(menurun 4(cukup
) menurun)
Kecemasan 3(sedang) 5(menurun 4(cukup
) menurun)
Kelemahan 3(sedang) 5(menurun 4(cukup
Fisik ) menurun)

P: Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai