Disusun Oleh :
SHEZHA NURHALIZA
A02020057
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut, Sectio Caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam Rahim (Amru Sofian, 2011). Dari 3 definisi Sectio
Caesarea diatas, dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea adalah tindakan pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding perut dan dinding rahim.
B. ETIOLOGI/INDIKASI
Indikasi dilakukannya operasi sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar atau caesarean
section, secara umum adalah bila terdapat masalah pada jalan lahir (passage), his (power), dan/atau
janin (passenger) atau terdapat kontraindikasi persalinan per vaginam. Indikasi ini dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok besar, yaitu indikasi maternal, indikasi fetal, dan keduanya.Melakukan sectio
caesarea (SC) dengan indikasi yang tepat akan mengurangi angka SC yang tidak diperlukan dan
komplikasi terkait, seperti infeksi, gangguan traktus genitourinaria, perdarahan, ileus, sepsis, hingga
komplikasi jangka panjang.
Indikasi Fetal : Gawat janin, malpresentasi,Makrosomia, infeksi, kelainan kongenital atau
muskuloskleletal, kelainan tali pusat ,trombositopenia,asidemia memanjang, riwayat trauma lahir atau
kondisi dimana pencegahan trauma akibat proses persalinan dapat menurunkan morbiditas dan
mortalitas neonatal.
Indikasi Maternal: Kegawatdaruratan obstetri : gawat ibu, atonia uteri, ruptur uteri, riwayat
persalinan, kelainan anatomis : deformitas pelvis, bekas luka pada uterus, abnormalitas pelvis yang
mengganggu kepala bayi masuk pintu atas panggul, massa : massa atau lesi obstruktif pada traktus
genital bawah (kondiloma vulvovaginal, malignansi, leiomyoma uterus bagian bawah), riwayat
miomektomi full-thickness, kanker serviks invasive, kardiovaskular, dehisensi insisi uterus, HIV atau
HSV, persalinan SC terencana.
Indikasi Fetal dan Maternal: plasenta previa, plasenta akreta, solusio plasenta, disproporsi
sefalopelvik, kehamilan post-term, kondisi dimana terdapat kontraindikasi pada persalinan per vagina,
percobaan persalinan per vaginam gagal.
C. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak
dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan
panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak
bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang
lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut,
persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam
24 jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gram
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Dalam proses operasi, dilakukan tindakan
anastesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi. Efek anastesi juga dapat
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada
pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehinggga menyebabkan terputusnya inkontiunitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-
saraf disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rangsangan pada area sensorik sehingga menyebabkan adanya rasa nyeri
Menurut Martowirjo (2018), manifestasi klinis pada klien dengan post Sectio Caesarea antara lain :
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
presentasi janin.
G. Penatalaksanaan
berikut :
1) Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang
2) Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca
3) Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5
pasca operasi.
4) Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
5) Pemberian Obat-Obatan
indikasi.
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen
sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapatdiberikan tramadol atau
7) Obat-obatan lain
8) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
9) Pemeriksaan rutin
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
A. PENGKAJIAN
Nama : Shezha Nurhaliza
Tgl pengkajian : 24 Mei 2022
NIM : A02020057
Ruangan : Ruang Bougenvil RSUD Dr. Soedirman Kebumen
A. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jatimalang,02/02, Klirong, Kebumen
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Irt
Tgl masuk rs : 24 Mei 2020, 08.18 wib
No.rm : 353402
Diagnosa Medik : Premature repture of membranes
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. P
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : Jatimalang, 03/02, klirong, kebumen
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
C. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi sc bagian perut bawah
D. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. A dirawat diruang Bougenvile dengan post portum sc hari pertama. Pasien dilakukan
operasi SC dikarenakan ketuban pecah dini. Pasien mengeluh nyeri pada luka jahitan
operasi sc bagian perut bawah dengan skala: 5. Pasien mengatakan merasa lemas dan
hanya bisa berbaring ditempat tidur . Pemeriksaan TTV, TD: 119/76, RR: 20x/menit, N:
102x/menit, S:35,4ºc, SpO2: 98 %.
E. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit menahun
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menahun
G. Genogram
Keterangan:
: Perempuan : Pasien
: Laki-laki
H. Riwayat Ginekologi
Klien mengatakan hamil 2 kali, melahirkan yang pertama normal dan kehamilan kedua
ini melakirkan dengan operasi sc (G2P1).
I. Riwayat KB
Klien mengatakan menggunakan kb suntik
J. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
N. Pemeriksaan Fisik
Status Obstetrik : G2P2A0
Bayi rawat gabung : ya
Keadaan umum : baik
Kesadaran : baik
BB/TB : 82 Kg/155 cm
TD :119/76 mmHg
S : 35,4 ⁰C
RR : 22 x/menit
N : 102 x/menit
SpO2 : 98%
Dada
Jantung : simetris, benjolan(-), nyeri tekan(-), irama regular,
Paru : simetris, benjolan(-), nyeri tekan(-), vesikuler
Payudara : kencang, tidak ada lesi.
Punting susu : putting menonjol
Pengeluaran ASI : Sudah keluar
Masalah khusus : Tidak ada
Abdomen
Involusi uterus : normal (kembali ke semula)
Fundus uterus : normal
Kontraksi : baik
Posisi : pertengahan pusat-simphisis pubis
Kandung kemih : normal
Fungsi pencernaan : baik
Masalah khusus : tidak ada
O. KEADAAN MENTAL
Adaptasi psikologis : fase taking in (istirahat/ penghargaan)
Penerimaan terhadap bayi : klien merasa sangat senang dengan kelahiran bayinya tetapi
belum bisa rawat gabung dengan bayinya.
P. Kemampuan Menyusui
Asi sudah keluar lancar
Q. Obat- obatan
Inj cefazolin 2x1
Inj Furamin 2x1
Inj Keterolac 3x1
Inj tramadol 2x1
Vitamin C 3X1
R. Program Terapi
Infus RL 20tpm
S. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab 24/05/2022, 18:28
ANALISA DATA
Analisis Data
DO :
- Pasien terlihat hanya
dapat berbaring ditempat
tidur
Diagnosa
Intervensi Keperawatan
IMPLEMENTASI
S:36ºc,SpO2:98%`
- Pasien sedang
22.00 wib - Pemberian obat vit C,inj
istirahat dan bersedia
ketorolac
diberi obat
- Mengganti cairan infus RL
- Pasien sedang
20 tpm
istirahat
P: Intervensi dihentikan
26 Mei II S: Pasien mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan disekitar
2022 tempat tidur
O: Pasien tampak sedang duduk dan sesekali berjalan jalan
disekitaran tempat tidurnya
TTV: Td: 109/80mmhg, N: 85x, S: 36ºc, SpO2 :97%
A: Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
Kriteria hasil :
Indikator A T Saat ini
Nyeri 3(sedang) 5(menurun 4(cukup
) menurun)
Kecemasan 3(sedang) 5(menurun 4(cukup
) menurun)
Kelemahan 3(sedang) 5(menurun 4(cukup
Fisik ) menurun)
P: Intervensi dihentikan