Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“ LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CASAREA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Anak

NAMA

AHMAD WAHYUDI S (19.001)

UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA PRODI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Jl. Islamic Raya Kelapa Dua Tangerang 15810

Telepon/fax: 021-5462852,website: www.akperisvill.ac.id

Email: info@akperisvill.ac.id, akperislamicvillage@yahoo.co.id

Tahun Akademik 2021


1.1 Sectio caesarea (SC)
1.1.1 Definisi Sectio caesarea
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding dep
an perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 5
00 gram (Sarwono, 2009). Menurut Mochtar (2011) sectio caesarea adalah suatu cara melahir
kan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina atau
disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Tindakan operasi sectio c
aesarea dilakukan untuk mencegah kematian janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau
komplikasi yang akan terjadi apabila ibu melahirkan secara pervaginam (Sukowati et al, 201
0).
1.1.2 Indikasi Menurut Oxorn (2010)
Indikasi sectio caesarea terbagi menjadi :
1. Panggul sempit dan dystocia mekanis; Disproporsi fetopelik, panggul sempit atau jumlah
janin terlampau besar, malposisi dan malpresentasi, disfungsi uterus, dystocia jaringan lu
nak, neoplasma dan persalinan tidak maju.
2. Pembedahan sebelumnya pada uterus; sectio caesarea, histerektomi, miomektomi ekstens
if dan jahitan luka pada sebagian kasus dengan jahitan cervical atau perbaikan ostium cer
vicis yang inkompeten dikerjakan sectio caesarea.
3. Perdarahan; disebabkan plasenta previa atau abruptio pasenta.
4. Toxemia gravidarum; mencakup preeklamsi dan eklamsi, hipertensi esensial dan nephriti
s kronis.
5. Indikasi fetal; gawat janin, cacat, insufisiensi plasenta, prolapses funiculus umbilicalis, di
abetes maternal, inkompatibilitas rhesus, post moterm caesarean dan infeksi virus herpes
pada traktus genitalis.
1.2 Etiologi
sectio caesarea yang berasal dari ibu yaitu ada sejarah kehamilan dan persalinan yang bu
ruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta t
ingkat I-II, komplikasi kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan pe
rjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu terdapat beberapa eti
ologi yang menjadi indikasi medis dilaksanakannya seksio sesaria antara lain :CPD (Chepalo Pel
vik Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah Dini), Faktor Hambatan Jala
n Lahir. b. Etiologi yang berasal dari janin Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi keduduka
n janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forceps e
kstraksi (Nurarif & Kusuma, 2015).
1.3 Patofisiologi Sectio caesarea
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tida
k dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan
panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak
bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang l
ebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persal
inan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 j
am, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea.
1.4 Manifestasi Klinis Sectio Caesaria
Memerlukan perawatan yang lebih komprehensif yaitu perawatan post operatif dan post pa
rtum, manifestasi klinis Sectio Caesarea menurut Dongoes 2010 yaitu : 1. Nyeri akibat ada luka pe
mbedahan 2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen 3. Fundus uterus terletak di umbilicus 4. Ali
ran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan 5. Kehilangan darah selama prosedur pe
mbedahan kira-kira 750 – 1000 6. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan 7. Biasanya te
rpasang kateter urinarius 8. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah 9. Akibat nyer
i terbatas untuk melakukan pergerakan 10. Bonding attachment pada anak yang baru lahir
1.5 Penatalaksanaan sectio caesarea
1. Pemberian cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cair
an per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, d
ehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS
10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah p
emberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit s
udah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat dimul
ai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil
tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi, penderita dapat didudu
kkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya, Kemudian p
osisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya se
lama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berj
alan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4. Kateterisasi Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada pe
nderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasan
g 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-be
da sesuai indikasi.
6. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan Obat yang dapat di berikan
melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang d
apat 14 diberikan tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg dib
erikan setiap 6 jam bila perlu.
7. Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit C.
8. Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti. 9) Pemeriksaan rutin Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeri
ksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan. 10) Perawatan Payudara Pemberian A
SI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pe
mbalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasan
ya mengurangi rasa nyeri.

1.6 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengu
mpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masa
lah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik secara bio, pisiko, sosial dan spiritual (Der
mawan 2012). Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan, pengkajian me
rupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. kemampuan menidentifikasi masal
ah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan oleh karena
itu pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan perwatan pa
da klien dapat diidentifikasi.
1. Identitas klien 30 Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, st
atus perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, tanggal MRS, diagnosa me
dis.
2. Keluhan Utama Pada uumumnya pasien post sectio caesar mengeluh nyeri pada daerah luka
bekas operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika pasien bergerak.
3. Riwayat kesehatan Pada pengkajian riwayat kesehatan, data yang dikaji adalah riwayat keseha
tan dahulu, riwayat kesehatan sekarang dan riwayat kesehatan keluarga. Dalam mengkaji riwa
yat kesehatan dahulu hal yang perlu dikaji adalah penyakit yang pernah diderita pasien khusus
nya penyakit kronis, menular, dan menahun seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TB
C, hepatitis dan penyakit kelamin. Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data
yang dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakuakannya operasi sectio caesarea seperti ke
lainan letak bayi (letak sungsang dan letak lintang), faktor plasenta (plasenta previa, solution
plasenta, plasenta accrete, vasa previa), kelainan tali pusat (prolapses tali pusat, telilit tali pusa
t), bayi kembar (multiple pregnancy), pre eklampsia, dan ketuban pecah dini yang nantinya ak
an membantu membuat rencana tindakan terhadap pasien. Riwayat kesehatan keluarga berisi t
entang pengkajian apakah keluarga pasien memiliki riwayat penyakit kronis, menular, dan me
nahun seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin 31 y
ang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia dan giant baby, seperti
diabetes dan hipertensi yang sering terjadi pada beberapa keturunan.
4. Riwayat perkawinan Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usi
a berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini.
5. Riwayat obsterti Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu bersalin, cara bersalin, j
umlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan nifas yang lalu.
6. Riwayat persalinan sekarang Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, je
nis kelamin anak, keadaan anak.
7. Riwayat KB Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah klien pernah ikut pr
ogram KB, jenis kontrasepsi, apakah terdapat keluhan dan maalah dalam penggunaan kontras
epsi tersebut, dan setelah masa nifas ini akan menggunakan alat kontrasepsi apa.
8. Pola-pola fungsi kesehatan 32 Setiap pola fungsi kesehatan pasien terbentuk atas interaksi ant
ara pasien dan lingkungan kemudian menjadi suatu rangkaian perilaku membantu perawat unt
uk mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memilah-milah data. Pengkajian pola fungsi kese
hatan terdiri dari pola nutrisi dan metabolisme biasanya terjadi peningkatan nafsu makan kare
na adanya kebutuhan untuk menyusui bayinya. Pola aktifitas biasanya pada pasien post sectio
caesarea mobilisasi dilakuakn secara bertahap meliputi miring kanan dan kiri pada 6-8 jam pe
rtama, kemudian latihan duduk dan latihan berjalan. Pada hari ketiga optimalnya pasien sudah
dapat dipulangkan. Pra eliminasi biasanya terjadi konstipasi karena pasien post sectio caesare
a takut untuk melakukan BAB. Pola istirahat dan tidur biasasnya terjadi perubahan yang diseb
abkan oleh kehadiran sang bayi dan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat luka pembedahan. Pol
a reproduksi biasanya terjadi disfungsi seksual yang diakibatkan oleh proses persalinan dan m
asa nifas.
9. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari uj
ung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari suatu penyakit.
(Dermawan,2012). Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kulit kepala, apakah ada
lesi atau benjolan, dan kesan wajah, biasanya terdapat chloasma gravidarum pada ibu post par
tum. Pada pemeriksaan mata meliputi kelengkapan dan kesimetrisan mata,kelompok mata, ko
njungtiva, cornea, ketajaman pengelihatan. Pada ibu post 33 sectio caesarea biasanya terdapat
konjungtiva yang anemis diakibatkan oleh kondisi anemia atau dikarenakan proses persalinan
yang mengalami perdarahan. Pada pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi sept
um nasi, pernafasan cuping hidung, kondisi lubang hidung, apakah ada secret, sumbatan jalan
nafas, apakah ada perdarahan atau tidak, apakah ada polip dan purulent. Pada pemeriksaan teli
nga meliputi bentuk, ukuran, ketegangan lubang telinga, kebersihan dan ketajaman pendengar
an. Pada pemeriksaan leher meliputi posisi trakea, kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis. P
ada ibu post partum biasanya terjadi pemebesaran kelenjar tiroid yang disebabkan proses men
eran yang salah. Pada pemeriksaan mulut dan orofaring meliputi keadaan bibir, keadaan gigi,
lidah, palatum, orofaring, ukuran tonsil, warna tonsil. Pada pemeriksaan thorak meliputi inspe
ksi (bentuk dada, penggunaan otot bantu nafas, pola nafas), palpasi (penilaian voval fremitus),
perkusi (melakukan perkusi pada semua lapang paru mulai dari atas klavikula kebawah pada s
etiap spasiem intercostalis), auskultasi (bunyi nafas, suara nafas, suara tambahan). Pada pemer
iksaan payudara pada ibu yang mengalami bendungan ASI meliputi bentuk simetris, kedua pa
yudara tegang, ada nyeri tekan, kedua puting susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak k
emerahan, ASI belum keluar atau ASI hanya keluar sedikit. Pada pemeriksaan jantung melipu
ti inspeksi dan palpasi (amati ada atau tidak pulsasi, amati peningkatan kerja jantung atau pem
besaran, amati ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukur
anjantung), auskultasi (bunyi jantung). 34 Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (lihat
luka bekas operasi apakah ada tanda-tanda infksi dan tanda perdarahan, apakah terdapat striae
dan linea), auskultasi (peristaltic usus normal 5-35 kali permenit), palpasi (kontraksi uterus ba
ik atau tidak). Pada pemeriksaan genetalia eksterna meliputi inspeksi (apakah ada hematoma,
oedema,tanda-tanda infeksi,periksa lokhea meliputi warna, jumlah, dan konsistensinya). Pada
pemeriksaan kandung kemih diperiksa apakah kandung kemih ibu penuh atau tidak, jika penu
h minta ibu untuk berkemih, jika ibu tidak mampu lakukan kateterisasi. Pada pemeriksaan anu
s diperiksa apakah ada hemoroid atau tidak. Pada pemeriksaan integument meliputi warna, tur
gor, kerataan warna, kelembaban, temperatur kulit, tekstur, hiperpigmentasi. Pada pemeriksaa
n ekstermitas meliputi ada atau tidaknya varises, oedema, reflek patella, reflek Babinski, nyeri
tekan atau panas pada betis, pemeriksaan human sign. Pada pemeriksaan status mental melipu
ti kondisi emosi, orientasi klien, proses berpikir, kemauan atau motivasi serta persepsi klien.
1.7 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang mengenai respon pasien terha
dap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual ma
upun potensial. Tujuan dari diagnose keperawatan adalah untuk mengidentifikasi respon pasien i
ndividu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016). Di
agnosa keperawatan yang terkait pada ibu post seksio sesaria yaituRisiko Infeksi menurut (Tim P
okja SDKI DPP PPNI, 2017).

Masalah keperawatan Faktor risiko Kondisi klinis terkait

Risiko Infeksi Definisi : 1.Efek prosedur invasif 1.Ketuban pecah sebelum wakt
Berisiko mengalami peningkatan t 2.Ketidakadekuatan pertahanan unya
erserang organisme patogenik tubuh primer : (ketuban pecah 2. Prosedur invasif
sebelum waktunya) 3. Peningkatan leukosit
3.Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder : penurunan he
moglobin
1.8 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dengan risiko infeksi menggunakan pendekatan menurut(Nurarif dan Kus
uma, 2015). Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawat
an perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, serta mencegah masalah keperawatan ibu
Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnose keper
awatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi, serta merumuskan interve
nsi dan aktivitas keperawatan.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko Infeksi Definisi 1. Immune status 1) Memonitor tanda dan gejala


: Berisiko mengalami 2. Knowledge : infection control infeksi sistemik dan lokal
peningkatan terserang 3. Risk control Adapun kriteria hasil 2) Memonitor kondisi luka atau
organisme patogenik yang diharapkan adalah sebagai berikut insisi bedah
: 3)Memonitor kulit dan membra
1. Ibu bebas dari tandatanda gejala infe n mukosa terhadap kemerahan,
ksi panas dan drainase 4)Bersihka
2. Menunjukkan kemampuan mencegah n lingkungan setelah dipakai pa
timbulnya infeksi sien lain
3. Jumlah leukosit dalam batas norma 5) Mencuci tangan sebelum da
4. Ibu menunjukkan perilaku hidup seh n sesudah melakukan tindakan
at keperawatan
6) Menggunakan baju atau saru
ng tangan sebagi alat pelindung
7) Tingkatkan intake nutrisi
8) Melakukan perawatan luka p
ada area insisi
9)Mengajarkan pasien dan kelu
arga tentang tanda dan gejala i
nfeksi
10)Mengajarkan pasien menghi
ndari infeksi
11) Mendelegasikan pemberian
antibiotic sesuai resep.

1.9 Implementasi Keperawatan


Menurut Kozier (2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana perawat melaksan
akan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NI
C, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan keper
awatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan intervensi.
1.10 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut Kozier (2010) adalah fase kelima atau terakhir dalam proses kepe
rawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi fo
rmatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.Sedangkan evaluasi sumatif
dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, asses
ment, planing), Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan i
bu yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data yang b
erdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada ibu dan yang dirasakan
ibu setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) adalah interpretasi dari data subjektif dan objek
tif untuk menentukan tindak lanjut dan penentuan apakah implementasi akan dilanjutkan atau sud
ah terlaksana dengan baik, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, d
ihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan s
ebelumnya(Achjar, 2010). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang ibu hadapi yan
g telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada pasien post sectiocaesarea dengan risiko infeksi ada
lah sebagai berikut:
1. bubebas dari tanda-tanda gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Ibu menunjukkan perilaku hidup sehat.

Anda mungkin juga menyukai