DI SUSUN OLEH :
IBIT BADRA
1830702044
JURUSAN KEPERAWATAN
2021/2021
1. KONSEP MEDIS SECTIO CAESAREA (SC)
A. Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Sukarni & wahyu, 2013).
C. Klasifikasi
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R.
Forte, 2010).
1. Segmen bawah : Insisi melintang
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman
sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga
Rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmenn bawah uterus telah
menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric.
2. Segmen bawah : Insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti
insisi melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan
dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada
bayi.
3. Sectio Caesarea klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan
gunting yang berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar
karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta
plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada
masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk
mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk
prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam menyingkapkan
segmenn bawah.
D. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan
persalinan normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan
tindakan Sectiocaesarea, bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu
pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan
bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture
sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-
eklamsi, distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea
(SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan
pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik
akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri
pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis eklampsia dan pre eklampsia menurut Hacker (2001)
adalah :
1. Pre eklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg atau sistolik lebih
dan atau sama dengan pcningkatan 30 mmHg, distolik lebih dan atau
sama dengan peningkatan 15 mmHg, proteinuria kurang dan 5
gram/24jam (+ 1 sampai +2), oedema tangan atau muka.
2. Pre eklampsia berat
Tekanan darah lebih dan 160/110 mmHg, Proteinuria lebih dan 5
gram/24 jam (+ 3 sampai + 4), oedema tangan dan atau muka.
3. Eklampsia
Salah satu gejala di atas disertai kejang.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998. Dalam buku
Aplikasi Nanda 2015)
G. Penatalaksanaan
Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan
observasi ketat setelah resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah
tempat untuk memulihkan dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau
ketergantungan tinggi harus siap tersedia dirumah sakit yang sama.
Perawatan umum untuk semua ibu meliputi:
a. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit). Pastikan
kondisinya stabil.
b. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan
jumlah lokea.
c. Pertahankan keseimbangan cairan.
d. Pastikan analgesa yang adekuat.
e. Penggunaan analgesa epidural secara kontinu sangat berguna
f. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio
Caesarea, misalnya kondisi medis deperti diabetes.
g. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada
koontraindikasi.
h. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan
keadaan dan jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
i. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca
melahirkan guna memastikan penyembuhn total, mendiskusikan
kehamilan berikutnya dan memastikan tindak lanjut perawatan untuk
kondisi medisnya. (Fraser, 2012)
H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah
komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ
abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada Sectio
Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus dengan
ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasii
(Anggi, 2011).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu
infeksi jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak
factor, seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang
berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis
akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi
imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang
mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk anemia
berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi pada materi
benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap antibiotic. Akibat
infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu pertama
pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga
sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan
bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman
tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat
infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran luka
tersebut. (Valleria, 2012).
I. Pathway
2. KONSEP MEDIS CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)
A. Definisi
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul
ibu. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak
dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan
yang menggambarka ketidaksesuaian antara kepala janindan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul
ibu. Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras
selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan
medis wanita sebelum ia bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis of CPD
account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah caesar di Amerika
Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak harus
berdampak masa depan seorang wanita melahirkan keputusan. Banyak
tindakan dapat diambil oleh ibu hamil untuk meningkatkan peluangnya
untuk melahirkan melalui vagina.
B. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka
belakang
d. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul
sempit picak dan lain-lain
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring.
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio,
atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring fraktura
dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
Penyebab dari Cephalopelvic Disproportion sendiri antara lain oleh
karena :
1. Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit
2. Ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering
menyebabkan CPD
3. Kedua hal di atas yang terjadi pada saat yang bersamaan
C. Patofisiologi
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os
koksigis. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis.
Tulang – tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat
hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.
Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os
sakrum dengan os ilium.
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasi ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat
bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat
bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan
pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat
ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian
yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis,
disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea
terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk
oleh pelvis mayor terdapat organ – organ abdominal selain itu pelvis mayor
merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh.
Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian
dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan
ovarium.
Selama kehamilan, serviks (leher rahim atau saluran tempat jalan
keluarnya bayi dari rahim menuju vagina) dalam kondisi tertutup dan
dipenuhi oleh lendir (mukus) untuk melindunginya dari infeksi. Pada tahap
pertama persalinan, kontraksi membuat serviks terbuka secara bertahap.
Serviks mulai melentur sehingga dapat terbuka dan melebar sampai 10 cm.
Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang dari persalinan. Dapat
berlangsung selama beberapa jam bahkan hari sebelum menjalani
persalinan.
Pathway CPD
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu proses untuk mengupulkan informasi
dari pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang
respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komperehensif atau menyeluruh,
sistematis, yang logis akan mengarah dan mendukung pada identifikasi
masalah-masalah pasien. Masalah-masalah ini dengan menggunakan data
pengkajian sebagai dasar formulasi yang dinyatakan sebagai diagnosa
keperawatan (Dokumentasi Keperawatan, 2017), yang meliputi sebagai
berikut :
A. Indentitas Ibu
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
B. Keluhan Utama
Pada umumnya Ibu dengan Post Sectio Caesarea mengeluh nyeri pada
daerah luka bekas operasi.
C. RiwayatKesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang
dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakukannya operasi Sectio
Caesarea misalnya letak bayi seperti sungsang dan lintang,
kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih
dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar (multiple pregnancy),
preeklampsia eklampsia berat, ketuban pecah dini yang nantinya
akan membantu membuat rencana tindakan terhadap pasien.
2) Riwayat Kesehatan Dulu
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat penyakit dahulu adalah penyakit
yang pernah diderita pasien khusunya, penyakit konis, menular, dan
menahun seperti penyakit hipertensi, jantung, DM, TBC, hepatitis
dan penyakit kelamin. Ada tidaknya riwayat operasi umum/ lainnya
maupun operasi kandungan (sectio caesarea, miomektomi, dan
sebagainya).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga apakah keluarga pasien memiliki riwayat
penyakit kronis, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, serta
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan penyakit kelamin yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan pada pasien.
D. Riwayat perkawinan
Hal yang perlu dikaji pada riwayat perkawinan adalah menikah sejak
usia berapa, berapa kali menikah, lama pernikahan, status pernikahan
saat ini.
E. Riwayat obstetric
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan,
persalinan, maupun abortus yang dinyatakan dengan kode GxPxAx
(Gravida, Para, Abortus), berapa kali ibu hamil, penolong persalinan,
cara persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru
lahir, berat badan lahir anak jika masih ingat. Riwayat menarche, siklus
haid, ada tidaknya nyeri haid atau gangguan haid lainnya.
F. Riwayat Kontrasepsi
Hal yang dikaji dalam riwayat kontrasepsi untuk mengetahui apakah
ibu pernah ikut program kontrasepsi, jenis yang dipakai sebelumnya,
apakah ada masalah dalam pemakaian kontrasepsi tersebut, dan setelah
masa nifas apakah akan menggunakan kontrasepsi kembali
G. Pola Kesehatan fungsional
1) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
2) Pola Aktifitas
Pada pasien post Sectio Caesarea aktifitas masih terbatas, ambulasi
dilakukan secara bertahap, setelah 6 jam pertama dapat dilakukan
miring kanan dan kiri. Kemudian ibu dapat diposisikan setengah
duduk atau semi fowler. Selanjutnya ibu dianjurkan untuk belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
3) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
4) 2) Pola Aktifitas
Pada pasien post Sectio Caesarea aktifitas masih terbatas, ambulasi
dilakukan secara bertahap, setelah 6 jam pertama dapat dilakukan
miring kanan dan kiri. Kemudian ibu dapat diposisikan setengah
duduk atau semi fowler. Selanjutnya ibu dianjurkan untuk belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
5) Pola Sensori
Pasien merasakan nyeri pada abdomen akibat luka pembedahan
yang dilakukan.
Pelvimetri radiologis
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai
tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini
dapat memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak
mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal
pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini
memiliki bahaya pajanan
radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan.
- Pada metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah
rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk
menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak.
- Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang
kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua
jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh
kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina
memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.
I. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
Kurang pengetahuan yang Tujuan: 1. Diskusikan dengan klien
berhubungan dengan Klien dapat memahami dan orang terdekat alasan
kurang nformasi tentang prosedur proses untuk SC.
prosedur perawatan persalinanmelalui SC dan 2. Jelaskan prosedur oprasi
sebelum melahirkan bersedia bekerja sama dan kemungkinan resiko
melalui operasi SC dalam pra bedah yang dapat terjadi(informed
Kriteria hasil: consent).
Klien memahami 3. Berikan keasikan dalam
prosedur perslinan proses penandatanganan
melalui SC persetujuan tindakan.
Klien bersedia 4. Dapatkan tanda vital dasar.
bekerja sama dalam 5. Kolaborasi dalam
persiapan pra bedah pemeriksaan Lab (DPL,
elektrolit, golongan darah
dan urine).
Cemas berhubungan Tujuan: 1. Anjurkan klien
dengan ancaman pada Cemas tidak terjadi mengungkapkan
konsep diri Kriteria hasil: perasaannya.
Klien mengerti, 2. Bantu klien
memahami, dan mengidentifikasi
mampu mekanisme koping yang
mengungkapkan lazim dan mengembangkan
cemas serta mampu strategi koping yang
mengidentifikasi dibutuhkan.
cara untuk 3. Berikan informasi yang
menurunkan akurat tentang keadaan klien
tinggkat atau maupun bayinya.
menghilangkan 4. Anjurkan klien untuk
cemas secara kontak dengan bayi sesegera
mandiri. mungkin.
Klien mengatakan
bahwa cemas sudah
terkendali dan
berada pada
keadaan yang dapat
di tanggulangi
Klien terlihat santai
serta dapat tidur
dan beristirahat
dengan cukup.
Huda, Amin Nurarif, Kusuma Hardhi. 2015. NANDA NIC-NOC. Jokjakarta. Media
Action
Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press