Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESAREA (SC) DENGAN INDIKASI CEPHALOPELVIC


DISPORPORTION (CPD)

DI SUSUN OLEH :

IBIT BADRA

1830702044

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKA

2021/2021
1. KONSEP MEDIS SECTIO CAESAREA (SC)
A. Definisi

Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan


pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (amru sofian,2012). Sectio
Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatann
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Mochtar, 1998
dalam Siti, dkk 2013)

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Sukarni & wahyu, 2013).

Sectio caesarea merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui


insisi pada dinding perut dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin.
Indikasi medis dilakukannya operasi sectio caesarea ada dua faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor janin meliputi
sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman gawat
janin, janin abnormal, faktor plasenta,kelainan tali pusat dan bayi kembar.
Sedangkan faktor ibu terdiri dari usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan
panggul, penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah
dini (KPD), dan pre eklamsia (Hutabalian,2011).

Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ


reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar
6 minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampaiorgan-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana,
2015).
B. Etiologi
Penyebab SC :

a. Etiologi yang berasal dari ibu


Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/panggul)
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta
tingkat I – II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit (jantung,
DM). Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya).
b. Etiologi yang berasal dari janin
fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).

C. Klasifikasi
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R.
Forte, 2010).
1. Segmen bawah : Insisi melintang
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman
sekalipun dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun rongga
Rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmenn bawah uterus telah
menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric.
2. Segmen bawah : Insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti
insisi melintang, insisi membujur dibuat dengan scalpel dan
dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari cedera pada
bayi.
3. Sectio Caesarea klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan scalpel kedalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan keatas serta kebawah dengan
gunting yang berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang lebar
karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu. Janin serta
plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis. Pada
masa modern ini hamper sudah tidak dipertimbangkan lagi untuk
mengerjakan Sectio Caesarea klasik. Satu-satunya indikasi untuk
prosedur segmen atas adalah kesulitan teknis dalam menyingkapkan
segmenn bawah.

D. Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan
persalinan normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan
tindakan Sectiocaesarea, bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu
pilihan persalinan (Sugeng, 2010).
Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan
bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture
sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-
eklamsi, distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea
(SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan
pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik
akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri
pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa
nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan
ditutup dan menimbulkan luka post operasi, yang bila tidak dirawat dengan
baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis eklampsia dan pre eklampsia menurut Hacker (2001)
adalah :
1. Pre eklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/110 mmHg atau sistolik lebih
dan atau sama dengan pcningkatan 30 mmHg, distolik lebih dan atau
sama dengan peningkatan 15 mmHg, proteinuria kurang dan 5
gram/24jam (+ 1 sampai +2), oedema tangan atau muka.
2. Pre eklampsia berat
Tekanan darah lebih dan 160/110 mmHg, Proteinuria lebih dan 5
gram/24 jam (+ 3 sampai + 4), oedema tangan dan atau muka.
3. Eklampsia
Salah satu gejala di atas disertai kejang.

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998. Dalam buku
Aplikasi Nanda 2015)

G. Penatalaksanaan
Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan
observasi ketat setelah resiko Setiocaesarea. Bangsal persalinan adalah
tempat untuk memulihkan dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau
ketergantungan tinggi harus siap tersedia dirumah sakit yang sama.
Perawatan umum untuk semua ibu meliputi:
a. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit). Pastikan
kondisinya stabil.
b. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan
jumlah lokea.
c. Pertahankan keseimbangan cairan.
d. Pastikan analgesa yang adekuat.
e. Penggunaan analgesa epidural secara kontinu sangat berguna
f. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio
Caesarea, misalnya kondisi medis deperti diabetes.
g. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada
koontraindikasi.
h. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan
keadaan dan jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
i. Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca
melahirkan guna memastikan penyembuhn total, mendiskusikan
kehamilan berikutnya dan memastikan tindak lanjut perawatan untuk
kondisi medisnya. (Fraser, 2012)

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah
komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ
abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada Sectio
Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus dengan
ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasii
(Anggi, 2011).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu
infeksi jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak
factor, seperti infeksi intrauteri, adanya penyakit penyerta yang
berhubungan dengan infeksi misalnya, abses tuboofaria, apendiksitis
akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol, kondisi
imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang
mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk anemia
berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi pada materi
benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap antibiotic. Akibat
infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu pertama
pasca operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga
sampai fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan
bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman
tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat
infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran luka
tersebut. (Valleria, 2012).
I. Pathway
2. KONSEP MEDIS CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)
A. Definisi
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul
ibu. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak
dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar
ataupun kombinasi keduanya. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan
yang menggambarka ketidaksesuaian antara kepala janindan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan
ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul
ibu. Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras
selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan
medis wanita sebelum ia bahkan buruh. Sebuah misdiagnosis of CPD
account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah caesar di Amerika
Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak harus
berdampak masa depan seorang wanita melahirkan keputusan. Banyak
tindakan dapat diambil oleh ibu hamil untuk meningkatkan peluangnya
untuk melahirkan melalui vagina.

B. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi
sebagai berikut :
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka
belakang
d. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : symphyse terbuka
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
a. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul
sempit picak dan lain-lain
b. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit
miring.
4. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio,
atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring fraktura
dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.
Penyebab dari Cephalopelvic Disproportion sendiri antara lain oleh
karena :
1. Kapasitas panggul yang kecil atau ukuran panggul yang sempit
2. Ukuran janin yang terlalu besar atau yang paling sering
menyebabkan CPD
3. Kedua hal di atas yang terjadi pada saat yang bersamaan

C. Patofisiologi
Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os
koksigis. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis.
Tulang – tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat
hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.
Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os
sakrum dengan os ilium.
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasi ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat
bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat
bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat
dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan
pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat
ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian
yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis,
disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea
terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk
oleh pelvis mayor terdapat organ – organ abdominal selain itu pelvis mayor
merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh.
Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian
dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan
ovarium.
Selama kehamilan, serviks (leher rahim atau saluran tempat jalan
keluarnya bayi dari rahim menuju vagina) dalam kondisi tertutup dan
dipenuhi oleh lendir (mukus) untuk melindunginya dari infeksi. Pada tahap
pertama persalinan, kontraksi membuat serviks terbuka secara bertahap.
Serviks mulai melentur sehingga dapat terbuka dan melebar sampai 10 cm.
Tahap ini merupakan tahap yang paling panjang dari persalinan. Dapat
berlangsung selama beberapa jam bahkan hari sebelum menjalani
persalinan.
Pathway CPD

D. Tanda dan Gejala


1. Pada palpasi abdomen, pada primipara kepala anak belum turun setelah
minggu ke-36.
2. Pada primipara ada perut menggantung.
3. Pada anamnesa, multipara persalinan yang dulu-dulu sulit.
4. Ada kelainan letak pada hamil tua.
5. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dan lain-
lain).
6. Persalinan Lebih lama dari biasa.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radrologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto
a. Foto pintu atas panggul
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen
tegak lurus diatas pintu atas panggul
b. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochanter maya samping.
F. Penatalaksanaan
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara
kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat
berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan
percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi,
termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum
persalinan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang
kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan
letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari
42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi
moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasentajanin yang akan menjadi
penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan
selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi
sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan
episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin
dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya
dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan
pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan
dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis.
Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan
tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan
menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong
menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan
diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan
test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru
dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test
of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada
persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada
cara ini.
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per
vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan
percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali
kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl,
setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam
2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini
dilakukan seksio sesarea.
2. Sectio Caesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga
dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi
seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per
vaginum belum dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan
pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi
Dilakukan Pada janin yang meninggal.
G. Komplikasi
Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tampa-bilamana perlu. Pengambiilan tindakan yang tepat, timbulnya
bahaya bagi ibu dan janin
Bahaya Bagi Ibu
1. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil
dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
2. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan
dapat timbul regangan segmen bawah uerus dan pembentukan
lingkaranretrasi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptura
uteri mengancam. Apabila tidak segera diambil tindakan untuk
mengurangi regangan, akan timbul ruptur uteri
3. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir
pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan
tulang panggul. Hal ini meninbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat
terjadinya Iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa
hari post partum akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau fitula vesiko
vaginalis atau fistula rekto vaginalis.

Bahaya Bagi Janin


1. Partus lama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika
ditambah dengan infeksi intrapartum
2. Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat
besar bagi janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih
hidup.
3. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati
rintangan pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh
kepala janin tampa akibat yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan
tetapi apabila batas – batas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada
tentorium serebelli dan pendarahan intrakrahial.
4. Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh
simfiksi pada panggul picak menyababkan perlukaan pada jaringan
diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula meninbulakan fraktur
pada Osparietalis.
H. Prognosis
Prognosis pada CPD tergantung pada berbagai faktor yaitu :
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran Panggul
3. Pergeseran sendi-sendi panggul
4. Besarnya Kepala dan Kemampuan Kepala untuk moulage
5. Presentasi dan Posisi Kepala
6. His Ibu

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu proses untuk mengupulkan informasi
dari pasien, membuat data dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang
respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komperehensif atau menyeluruh,
sistematis, yang logis akan mengarah dan mendukung pada identifikasi
masalah-masalah pasien. Masalah-masalah ini dengan menggunakan data
pengkajian sebagai dasar formulasi yang dinyatakan sebagai diagnosa
keperawatan (Dokumentasi Keperawatan, 2017), yang meliputi sebagai
berikut :
A. Indentitas Ibu
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status pernikahan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
B. Keluhan Utama
Pada umumnya Ibu dengan Post Sectio Caesarea mengeluh nyeri pada
daerah luka bekas operasi.
C. RiwayatKesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data yang
dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakukannya operasi Sectio
Caesarea misalnya letak bayi seperti sungsang dan lintang,
kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih
dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar (multiple pregnancy),
preeklampsia eklampsia berat, ketuban pecah dini yang nantinya
akan membantu membuat rencana tindakan terhadap pasien.
2) Riwayat Kesehatan Dulu
Hal yang perlu dikaji dalam riwayat penyakit dahulu adalah penyakit
yang pernah diderita pasien khusunya, penyakit konis, menular, dan
menahun seperti penyakit hipertensi, jantung, DM, TBC, hepatitis
dan penyakit kelamin. Ada tidaknya riwayat operasi umum/ lainnya
maupun operasi kandungan (sectio caesarea, miomektomi, dan
sebagainya).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga apakah keluarga pasien memiliki riwayat
penyakit kronis, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, serta
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan penyakit kelamin yang
mungkin penyakit tersebut diturunkan pada pasien.
D. Riwayat perkawinan
Hal yang perlu dikaji pada riwayat perkawinan adalah menikah sejak
usia berapa, berapa kali menikah, lama pernikahan, status pernikahan
saat ini.

E. Riwayat obstetric
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan,
persalinan, maupun abortus yang dinyatakan dengan kode GxPxAx
(Gravida, Para, Abortus), berapa kali ibu hamil, penolong persalinan,
cara persalinan, penyembuhan luka persalinan, keadaan bayi saat baru
lahir, berat badan lahir anak jika masih ingat. Riwayat menarche, siklus
haid, ada tidaknya nyeri haid atau gangguan haid lainnya.

F. Riwayat Kontrasepsi
Hal yang dikaji dalam riwayat kontrasepsi untuk mengetahui apakah
ibu pernah ikut program kontrasepsi, jenis yang dipakai sebelumnya,
apakah ada masalah dalam pemakaian kontrasepsi tersebut, dan setelah
masa nifas apakah akan menggunakan kontrasepsi kembali
G. Pola Kesehatan fungsional
1) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
2) Pola Aktifitas
Pada pasien post Sectio Caesarea aktifitas masih terbatas, ambulasi
dilakukan secara bertahap, setelah 6 jam pertama dapat dilakukan
miring kanan dan kiri. Kemudian ibu dapat diposisikan setengah
duduk atau semi fowler. Selanjutnya ibu dianjurkan untuk belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
3) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien nifas biasanya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
4) 2)  Pola Aktifitas
Pada pasien post Sectio Caesarea aktifitas masih terbatas, ambulasi
dilakukan secara bertahap, setelah 6 jam pertama dapat dilakukan
miring kanan dan kiri. Kemudian ibu dapat diposisikan setengah
duduk atau semi fowler. Selanjutnya ibu dianjurkan untuk belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke tiga sampai hari ke lima pasca operasi.
5) Pola Sensori
Pasien merasakan nyeri pada abdomen akibat luka pembedahan
yang dilakukan.

6) Pola Status Mental


Pada pemeriksaan status mental meliputi kondisi emosi, orientasi
pasien, proses berpikir, kemauan atau motivasi, serta persepsi
psaien.

7) Pola Reproduksi dan Sosial


Pada pasien post Sectio Caesarea terjadi disfungsi seksual yaitu
perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang
tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan masa nifas.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan kapasitas panggul sempit
Perkiraan panggul sempit dalam di peroleh dari pemeriksaan umum dan
anamnesa, misalnya pada tuberculosis vertebra poliomyelitis, kifosis. Pada
wanita dengan tinggi badan kurang dari normal ada kemungkinan memiliki
kapasitas panggul sempit namun bukan berarti badan dengan tinggi yang
normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan
terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal,
kemungkinan panggul sempit adalah kecil.

Pengukuran panggul (pelvimetri)


Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk
memperoleh keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri
dalama dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah
panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun
pelvimetri luar tidak memiliki
banyak arti.

Pelvimetri radiologis
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai
tingkat ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini
dapat memberikan pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak
mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal
pintu atas dan diameter antar spina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini
memiliki bahaya pajanan
radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan.

Pelvimetri dengan CT scan


Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat
keakuratan lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun
biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI
dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul
akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan
karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat
ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang sebenarnya, luas bidang
panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi
yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr.

- Pada metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah
rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk
menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak.
- Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang
kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua
jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh
kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina
memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.
I. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA TUJAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
Kurang pengetahuan yang Tujuan: 1. Diskusikan dengan klien
berhubungan dengan Klien dapat memahami dan orang terdekat alasan
kurang nformasi tentang prosedur proses untuk SC.
prosedur perawatan persalinanmelalui SC dan 2. Jelaskan prosedur oprasi
sebelum melahirkan bersedia bekerja sama dan kemungkinan resiko
melalui operasi SC dalam pra bedah yang dapat terjadi(informed
Kriteria hasil: consent).
 Klien memahami 3. Berikan keasikan dalam
prosedur perslinan proses penandatanganan
melalui SC persetujuan tindakan.
 Klien bersedia 4. Dapatkan tanda vital dasar.
bekerja sama dalam 5. Kolaborasi dalam
persiapan pra bedah pemeriksaan Lab (DPL,
elektrolit, golongan darah
dan urine).
Cemas berhubungan Tujuan: 1. Anjurkan klien
dengan ancaman pada Cemas tidak terjadi mengungkapkan
konsep diri Kriteria hasil: perasaannya.
 Klien mengerti, 2. Bantu klien
memahami, dan mengidentifikasi
mampu mekanisme koping yang
mengungkapkan lazim dan mengembangkan
cemas serta mampu strategi koping yang
mengidentifikasi dibutuhkan.
cara untuk 3. Berikan informasi yang
menurunkan akurat tentang keadaan klien
tinggkat atau maupun bayinya.
menghilangkan 4. Anjurkan klien untuk
cemas secara kontak dengan bayi sesegera
mandiri. mungkin.
 Klien mengatakan
bahwa cemas sudah
terkendali dan
berada pada
keadaan yang dapat
di tanggulangi
 Klien terlihat santai
serta dapat tidur
dan beristirahat
dengan cukup.

Harga diri rendah Tujuan: 1. Tentukan respon emosional


situasional berhubungan Perasaan harga diri rendah klien dan pasangangan
dengan merasa gagal dalam situasional tidak efektif terhadap kelahiran SC.
kehidupan. Kriteria hasil: 2. Kaji ulang partisipasi dan
 Klien mampu peran klien / pasangan
mendiskusikan dalam pengalaman
masalah kelahiran.
berhubungan 3. Beritahuan klien tentang
dengan peran dan hampir samanya kelahiran
presepsi terhadap SC dan kelahiran melalui
pengalaman vagina.
kelahiran.
 Klien atau
pesangan dan
mampuu
mengekspresikan
harapan diri yang
positif.
Resiko tinggi terhadap Tujuan: 1. Observasi tanda tanda vital.
cidera berhubungan dengan Resiko tinggi terhadap 2. Observasi balutan teradap
fungi fisiologis dan cidera gangguan dan cidera tidak perdarahan yang berlebihan.
jaringan. terjadi. 3. Perhatikan kateter, jumlah
Kriteia hasil: lokia dan konsistensi
 Klien mampu fundus.
menerapkan 4. Pantau asupan cairan dan
perilaku untuk pengeluaran urine.
mennurunkan 5. Anjurkan latihan kaki /
resiko cidera dan pergelangan kaki dan
perlindungan diri ambulansi dini
agar dapat bebas 6. Anjuran klien sealu
dari komplikasi. merubah posisi tubuh
(duduk, berbaring dalam
posisi datar).
7. Observasi darah luka
operasi (apakah sudah ada
perubahan kearah
penyembuhan atau tanda
tanda infeksi).
8. Observasi daerah
ekstremitas bawah terhadap
tromboplebit.
9. Berikan cairan infus sesuai
program.
J. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencanna intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik (Iyer et al., 1996 dalamm buku Nursalam 2008). Implementasi dapat
dilakukan seluruhnya oleh perawat, ibu sendiri, keluarga atau tenaga kesehatan
yang lain (Saleha, 2009). Menurut asmadi (2008), implementasi tindakan
keperawatan dibedakan menjadi 3 kategori :
1. Independent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama tanpa
petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

2. Interdependent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama


dari tenaga kesehatan lainnya.
3. Dependent, berhubungan dengan pelaksanaan rencanna tindakan
medis/instruksi dari tenaga medis.
K. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan pada waktu kegiatan sedang dilakukan, intermitten dan
terminal. Evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan berjalan atau segera setelah
implementasi meningkatkan kemampuan perawat dan memodifikasi intervensi.
Evaluasi intermitten dilakukan dilakukan pada interval khusus misalnya
seminggu sekali, dilakukan untuk mengetahui kemajuan terhadap pencapaiann
tujuan dan meningkatkan kemampuan perawat untuk memperbaiki setiap
kekurangan dan memodifikasi rencana keperawatan agar sesuai dengan
kebutuhan. Evaluasi terminal, menunjukkan keadaan pasien pada waktu pulang.
Hal tersebut mencakup status pencapaian tujuan dan evaluasi terhadap
kemampuan klien untuk perawatan diri sendiri sehubungan dengan perawatan
lanjutan. (Wilkins & Williams, 2015). Perumusan evaluasi formatif meliputi 4
komponen yang diikenal istilah SOAP, yaitu :
S : Subjektif (data berupa keluhan informan)
O : Objektif (data hasil pemeriksaan)
A : Analisis data (pembanding data dengan teori)
P : Perencanaan
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4.


Jakarta:EGC

Huda, Amin Nurarif, Kusuma Hardhi. 2015. NANDA NIC-NOC. Jokjakarta. Media
Action

Hidayat, A. A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan Maternitas Tehnik Analisa


Data. Jakarta: Salemba Medika.

Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional: Diagnosis Keperawatan, Definisi


dan Klasifikasi. Alih Bahasa Made Sumarwati. Jakarta: EGC

Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono, 2002-2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T


Bina Pustaka Saifuddin, 2002. Buku Maternitas Dasar.
Jakarta:EGC
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III)I ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi keperawatan Indonesia (SIKI): Definisidan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II )I ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai