Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

EKLMPSIA

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan maternitas)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
CIMAHI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
EKLMPSIA
1. Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,
dimana sebelumnya sudah menunjukan gejala-gejala preeclampsia
(Wirjoatmodjo, 2010)
Eklampsia merupkana serangan konvulsi yang mendadak atau
suatu kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh
kehamilan, menyebabkan kejang dan koma.
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan demam pada
wanita hamil dan wanita dalam nifas disertai dengan hipertensi, oedema,
proteinuria (Obstertik Patologi, 2014)
2. Etiologi
Penyebab eklampsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi
pada penderita yang yang meninggal karena eklampsia terdapat peruabahn
yang khas pada berbagai alat. Tetapi kelaianan yang mengenai penyakit ini
adalah smapmus arteriola retensi Na dan air dan coogulasi intravaskuler
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab eklamspsia yaitu :
 Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,
hidraminion, dan molahidatisoda
 Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
 Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderitandengan kematian
ajnin dalam uterus
 Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang-kejang dan koma
3. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, eksklampsia dapt dibagi:
1) Eklampsia gravidarum
a) Kejadian 50% sampai 60%
b) Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2) Eklampsia parturientum
a) Kejadian sekitar 30% sampai 35%
b) Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan
terutama saat mulai inpartu
3) Eklampsia puerperium
a) Kejadian jarang yaitu 10%
b) Terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan
berakhir.
4. Manifestasi Klinis
Pada umumnya kejang di dahului oleh makin memburuknya
preeklampsi dan terjadinya gejala–gejala nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual yang hebat, nyeri di epigastrium dan hiper-
refleksi. Bila keadaan ini tidak segera diobati akan timbul kejang.
Terutama pada persalinan, bahaya ini besar. Konvulsi eklampsi dibagi
dalam 4 tingkat
a) Tingkat Awal (Aura) .
Keadaaan ini berlangsung kira–kira 30 detik, mata penderita terbuka
tanpa melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan
kepala berputar ke kiriataukekanan.
b) Tingkat kejang tonik.
Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat ini
semua otot menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola
mata menonjol, tangan menggenggam, kaki membengkok ke dalam,
pernapasan berhenti,muka menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c) Tingkat Kejang Klonik.
Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan berulang-
ulang dalam tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan
tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan
tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan kontraksi
intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh tubuh. Begitu kuat
kontraksi otot-otot tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar
dari tempat tidur. Seringpula lidah tergigit, dan mulut keluar liur yang
berbusa kadan disertai bercak-bercak darah, wajah tampak
membengkak karena kongesti dan sianosis, pada konjungtiva mata
dijumpai bintik-bintik pendarahan, klien menjadi tidak sadar
d) Tingkat Koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita mulai
sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul
serangan baru dan berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama
serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat
sampai 40 derajat celcius, mungkin karena gangguan serebral.
Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atauanuria
dan kadang-kadang terjadi aspirasi bahkan muntah. Penderita yang
sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit
gelisah.
5. Patofisiologi
Eklampsi dimulai dari iskemia uterus plasenta yang diduga
berhubungan dengan berbagai factor. Satu diantaranya adalah
peningkatan resistensi intra mural pada pembuluh myometrium yang
berikan dengan peninggian tegangan myometrium yang ditimbulkan
oleh janin yang besar pada primipara, anak kembar, atau hidraminion
Pada eklampsi terdapa penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi penimgkatan hematocrit. Perubahan ini menyebabkan
terjaidnya penurunan perfusi ke organ, termasuk keuteru plasental fatal
unit. Vasopasme merupakan dasar dari timbulnya eklamspsia.
Kontriksi vaskuler menyebabkab resistensi aliran darah dan timbulnya
hipertensi atrial. Vasopasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirkulasi prosesor. Eklmpsi yang berat
dapat mengakibatkan keruskan organ tubuh yang lain. gangguan
perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin
Growth Retardation.
6. Pathway
Faktor resiko
· Primigravida dan multigravida
· Riwayat keluarga dengn pre-
eklamsia atau ekalmsia
· Pre-eklampsia pada kehamilan
Peningkatan tekanan sebelumnya, abortus
Faktor Imunologik · Ibu hamil dengan usia <20 tahun
darah
atau >30 tahaun
· Wanita dengan gangguan fungsi
organ atau riwayat kesehaatn
diabetes, penyakit ginjal,
migraine, dan hipertensi
· Kehamilan kembar
· Obesitas

Perfusi k jaringn
mneurun

Aliran darah Kerusakan Ketidak seimbangan


berkurang Edema
glomerulos gas suplai O2

Kemmapuan Peningkaatn
COP menurun Edema paru Kelemahan fisik
filtrasi menurun reabsorpsi Na

Kelebihan
Perfusi Perifer Dispnea Intoleransi
Retensi urin Volume Ciran
Tidak Efektif Aktivitas

Gangguan Pola Nafas Tidak


eliminasi urine Efektif

7. Komplikasi
Komplikasi yag terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha
utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita
eklampsia. Komplikasi dibawah ini biasanya terjadi pada eklampsia
:
1) Solusio plasenta.
Komplikas ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di
rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta
disertai pre-eklampsia.
2) Hipofibrinogenemia
Pada eklampsia, ditemuka 23% hipofibrinogenemia. Maka perlu
dilakukan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3) Hemolisis
Penderita dengan eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karea ikterus. Belum
diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sela
hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat
menerangkan ikterus tersebut.
4) Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
5) Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang
terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.
6) Edema paru-paru
Zuspan (2008) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus
eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.
7) Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk
eklampsia, tapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati juga dapat diketahui dengan pemeriksaan
faal hati, terutama penentuan enzim- enzimnya.
8) Sindroma HEELP
Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet .
9) Kegagalan Ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelialtubulus ginjal tanpa
kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah
anuria sampai gagal ginjal.
10) Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-
kejang, pneumonia aspirasi, dan DIC (dessiminated
intravascular coogulation).
11) Prematuritas, dismaturitas, dan kematian intra-uterin.
8. Penatalaksanaan
1) Penanganan Kejang :
a) Beri obat anti konvulsan
b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas,
sedeka,sedotan, masker O2 & tabung O2
c) Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d) Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e) Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk
mengurangi resiko aspirasi
f) Beri oksigen 4-6 liter / menit
2) Penanganan Umum :
a) Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi
sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg.
b) Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau
lebih)
c) Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi
overload
d) Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan
proteinuric
e) Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f) Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g) Pantau kemungkinan oedema paru
h) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai
aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
i) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung
setiap jam
j) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru.
Jika ada oedema paru hentikan pemberian cairan dan
berikan diuretic
k) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l) Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan
20%, selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr
1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang
sama) pasien akan merasa agar panas sewaktu pemberian
MgSO4
m) Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2%
(1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24
jam pasca persalinan atau kejang terakhir
n) Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi
pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella (+), urin
minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
o) Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan
abnormal.
p) Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan
ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam
larutan 10%) IV perlahan- lahan sampai pernafasan mulai
lagi.

9. Pengkajian
A. Keluhan Utama
Biasanya Pasien akan mengalami nyeri, pusing, mual muntah,
penglihatan kabur, peningkatan tensi, oedema, pusing dan nyeri
B. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Apakah pasien pernah mnegalami hal yang seperti sekarang, apkah
pasien ada riwayat hipertensi, penyakit ginjal anemia, vaskuler esensial
dan DM
C. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Biasanya terdapat oedema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24
jam
2) Palpasi
Untuk mengetahui TFU (tinggi fundus uteri), letak janin, lokasi,
edema
3) Auskultasi
Mendengarkan DJJ (denyut Jantung janin) untuk mnegtahui
adanya fetal distress
4) Perkusi
Untuk mengetahui refkleks patella sebagai syarat pemberian SM
(jika reflek +)
D. Pemeriksaan Diagnostik
1) TTV yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
2) Laboratorium
- Protein Uri dengan kateter atau midstram (biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kulaitatif
- Kadar Hematokrit menurun
- Berat jenis urine meningkat
- Serum kreatinin meningkat
- Urin acid biasanya >7 mg/100 ml
3) Berat Badan
Peningkatan lebih dari 1 kg/minggu
4) Tingkat kesadaran
Penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
5) USG
Untuk mengetahui keadaan Janin
6) NST
Untuk mengetahui kesejahteraan janin
E. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Factor imunologik Pola Napas Tidak
- Dyspnea ↓ Efektif
- Ortopnea Faktir resiko

DO : Peningkatan tekanan
- Penggunaan darah
otot bantu ↓
napas Perfusi kejaringan
- Fase ekspirasi menurun
memanjang ↓
- Pola napas Edema
abonormal ↓
- Pernafasan Edema paru
pursed-lip ↓
- Pernafasan Dyspnea
cuping ↓
hidung Pola Napas Tidak
tekanan Efektif
eksoirasi
menurun
- Tekanan
inspirasi
menurun
DS : Factor imunologik Perfusi Perifer
- Parastesia ↓ Tidak Efektif
- Nyeri Faktir resiko
ekstermitas ↓
Peningkatan tekanan
DO : darah
- Pengisian ↓
kapiler Perfusi kejaringan
>3detik menurun
- Nadi perifer ↓
menurun atau Aliran darah berkurang
tidak teraba ↓
- Akral teraba COP menurun
dingin ↓
- Edema Perfusi Perifer Tidak
- Penyembuha Efektif
n luka lambat
DS : Factor imunologik Hiperlovemia
- Ortopnea ↓
- Dyspnea Faktir resiko
- Paroxyma; ↓
nocturnal Peningkatan tekanan
dyspnea darah
(PND) ↓
Perfusi kejaringan
DO : menurun
- Edema ↓
anasarka dan Kerusakan glomerulus
atsu edema ↓
peifer Kemampuan filtrasi
- Berat badan menurun
meningkat ↓
dalam waktu Peningkatan reabsorbsi
singkat Na
- Distensi vena ↓
jugularis Hiperlovemia
- Intake lebih
banyak dari
output
DS : Factor imunologik Gangguan
- Desakan ↓ Eliminasi Urine
berkemih Faktir resiko
- Urin menetes ↓
- Sering buang Peningkatan tekanan
air kecil darah
- Nokturia ↓
- Enuresis Perfusi kejaringan
menurun
DO : ↓
- Distensi Kerusakan glomerulus
kandung ↓
kemih Kemampuan filtrasi
- Berkemih menurun
tidak tindak ↓
tundas olume Retensi urin
residu urine ↓
meningkat Gangguan Eliminasi
Urine
DS : Factor imunologik Intoleransi
- Mengeluh ↓ Aktivitas
lelah Faktir resiko
- Dyspnea saat ↓
aktivitas Peningkatan tekanan
- Merasa tidak darah
nyaman ↓
setelah Perfusi kejaringan
aktifitas menurun
- Merasa lemah ↓
Ketidak seimbangan
DO : suplai O2
- Frekuensi ↓
jantung Kelemahan fisik
meningkat ↓
>20% dari Intoleransi Aktivitas
kondisi
istirahat
- Gambaran
EKG
menunjukan
aritmia
saat/setelah
aktivitas
- Gambaran
EKG
menunjukan
iskemia
- Sianosis
10. Diagnosa Keperawatan
1) Pola Nafas Tidak Efektif
2) Perfusi Perifer Tidak Efektif
3) Hiperlovemia
4) Gangguan Eliminasi Urine
5) Intoleransi Aktifitas
11. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Pola Nafas Setetelah dilakukan Observasi
Tidak Efektif tindakan keperawatan - Monitor pola
diharapkan pola nafas nafas (frekuensi,
dapat teratasi dengan kedalaman,
Kriteria Hasil : usaha nafas)
- Mendemontras - Monitor bunyi
ikan batuk nafas tambahan
efektif dan (mis. Gurgling,
suara nafas mnegi,
yang bersih wheezing,
tidak ada ronkhi kering)
sianosis dan - Monitor sputum
dyspnea Terapeutik
- Menunjukan - Pertahankan
jalan nafas kepetanan jalan
yang paten nafas dengan
- Tanda-tanda head-titt dan
vital dalam chin-lotf (jaw-
rentang normal thrust jika
curiga trauma
servikal)
- Posisikan semi
fowler atau
fowler
- Berikan minum
hangat
- Lakukan
fisioterapo dada,
jika perlu
- Lakukan
penghisapan
lender kurang
dari 15 detik
- Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari
jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan tehnik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronchodilator
2. Perfusi Perifer Setelah dilakukan Observasi
Tidak Eektif tindakan keperawatan - Periksa sirkulasi
masalah keperawatan perifer (mis nadi
dapat teratasi dengan perifer, edema,
Kriteria Hasil : pengisian
- Tekanan kapiler, warna,
systole dan suhu, angkel
diasytole brachial index)
dalam rentang - Identifikasi
yang factor resiko
diharapkan gangguan
- Tidak ada sirkulasi (mis.
peningkatan Diaberes,
tekanan perokok, orang
intracranial tua, hipertensi,
dan kadar
kolerterol
tinggi)
- Monitor panas,
kemerahan,
nyeri, atau
bengkak
Terapeutik
- Hindari
pemasangan
infus atay
pengambilan
darah diarea
keterbatasan
perfusi
- Hindari
pengukuran
tekanan darah
pada ektermitas
pada
keterbatasan
perfusi
- Hindari
penekanan dan
pemasangan
tourniquet
padaarea cedera
- Lakukan
pencegahan
infeksi
- Akukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan
berhenti
merokok
- Anjurkan
berolahraga
rutin
- Anjurkan
minum obat
pengontrol
tekanan darah
secara teratur
- Anjurkan
program diet
untuk
memperbaiki
sirulasi (mis.
Rendah lemak
jenuh, minyak
ikan, omega 3
- Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang
harus dilaporkan
(mis. Rasa sakit
yang tidak
hilang saat
istirahat, luka
tidak sembuh,
hilangnya rasa)
3. Hiperlovemia Stelah dilakuakn Observasi
tindakan keperaeatan - Periksa tanda
masalah keperawatan dan gejala
dapat teratasi dengan hperlovemia
Kriteria Hasil : (mis ortonea,
- Terbebas dari dyspnea, ede,a,
edema, efusi, JVP/CVP
anaraksa meningkat)
- Bunyi nafas - Identifikasi
bersih, tidak penyebab
ada hiperlovemia
dyspnea/ortopn - Monitor status
eu hemodianmik
- Terbebas dari (mis. Frekuensi
distensi vena jantung, tekanan
jugularis, darah, MAP,
reflek CVP,PAP,
hepatojugular PCWP, CO, CI)
(+) jika tersedia
- Menjelaskan - Monitor intake
indikatir dan output
kelebihan cairan
cairan - Monitor tanda
hemokonsentasi
(mis. Kadar
matrium BUN)
- Monitor efek
samoing diuretic
(mis hipotensi
ortostatik,
hypovolemia)
Tepeutik
- Timbang berat
badan setiap
hari pada waktu
yang sama
- Batasi asupan
cairan dan
garam
- Tinggikan
kepala tempat
tidur 50-40o
Edukasi
- Anjurkan
melapor jika
haluaran urin
<0.5 ml/kg/jam
dalam 6 jam
- Anjurkan jika
BB bertnabh > 1
kg dalam satu
hari
- Ajarkancara
mengukr dan
mencatat asupan
dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara
membatasi
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
dieuretik
- Kolaborasi
penggantian
kehilangan
kalium akibat
dieuretik
- Kolaborasi
pemberian
continuous
renal
replacement
therapy
(CRRT), jika
perlu
4. Gangguan Setelah dilakukan Observasi
Eliminasi peraeatan masalah - Identikiasi tanda
Urine peraeat dapat teratasi dan gejala
dengan retensi atau
Kriteria Hasil : inkontinensia
- Kandung urine
kemih kosong - Identifikasi
secara penuh factor yang
- Tida ada residu menyebabkan
urine >100- retensi atau
200 cc inkontinensia
- Intake cairan urine
dalam rentang - Monitor
normal eliminasi urine
- Bebas dari iSK (mis.
- Tidak ada Freekuensi,
spasme blader konsistensi,
- Balance cairan aroma, volume,
seimbang dan warna
Terapeutik
- Catat waktu-
waktu haluaran
berkemih
- Batasi asupan
cairan , jika
perlu
- Ambil sampel
urine tengah
atau kuktuh
Edukasi
- Ajakrkan tanda
da gejala infeksi
saluran kemih
- Ajarkan
mengukur
asupan cairan
dan haluaran
urine
- Ajarkan
mengambil
specimen urine
midstream
- Anjurkan terapi
modalitas
penguatan otot-
otot
panggul/berkem
ih
- Anjurkan
mengurangi
minum
menjelang tidur
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemeberian obat
supositoria
uretra, jika
perlu
5. Intoleransi Setelah dilakukan Observasi
Aktifitas tindakan keperawatan - Identifikasi
masalah keperaeatan gangguan fungsi
dapt teratasi dengan tubuh yang
Kriteria Hasil : mengakibatkan
- Berpartisipasi kelelahan
dalam aktivitas - Monitor
fisik tanpa kelelahan fisik
disertai dan emosional
peningkatan - Monitor pola
tekanan darah, jam tidur
nadi, dan RR - Monitor lokasi
- Mampu dan ketidak
melakukan nyamanan
aktivitas selama
sehario hari ,elakukan
(ADLs) secara aktifitas
mandiri Terapeutik
- Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah timulus
(mis. Cahaya,
suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak
pasif dan atau
aktif
- Berikan aktifitas
distraksi yang
menyenangkan
fasilitasi duduk
disisi tempat
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
- Anjurkan
melakukan
aktiviats secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkuang
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi
denfan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan

DAFTAR PUSTKA

n.d. 13 11 2020. <https://kupdf.net/download/laporan-pendahuluan-eklampsia-


5c7I6e2b6f5f9I4b750Ic_pdf>.

n.d. 13 11 2020. <https://id.sribd.com/doc/272917436?LAPORAN-PENDAHULUAN-


EKLAMSI>.
Nurarif, Amin Huda and Hardhi Kusuma. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: MediAction,
2015.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Indonesia, 2016.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2018.

Anda mungkin juga menyukai