Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN EKLAMSIA DI RUANG KEBIDANAN

RSUD PROF.DR.M.A HANAFIAH


BATUSANGKAR

OLEH :

ILMA FITRIANTI
NIM : 2014901091

CI RUANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

( ……………………………….. ) ( ……………………………………… )

UNIVERSITAS FORT DE KOCK


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Pre eklamsia dan eklampsia merupakan penyulit dalam proses persalinan yang
kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian pre eklampsia merupakan faktor
utama penyebab timbulnya eklampsia yang dapat mengancam hidup ibu bersalin. Tingginya angka
kematian bulin sebagai akibat perkembangan dari pre eklampsia yang tidak terkontrol memberikan
kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya angka kematian.
Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus pre eklampsia
atau eklampsia ( Manuaba, 2018 ). Dari kasus tersebut
6 % terjadi pada semua persalinan, 12 % terjadi pada primi gravida. Masih tingginya angka
kejadian ini dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan tingkat
kesehatan masyarakat secara umum.
Dengan besarnya pengaruh pre eklampsia terhadap tingginya tingkat kematian bulin,
maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan menanganikasus-kasus pre
eklampsia. Perawatan pada bulin dengan preeklamsia merupakan salah satu usaha nyata yang
dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre
eklampsia tersebut.

1.2 Tujuan

1) Mengetahui definisi dari eklampsia


2) Mengetahui etiologi eklampsia
3) Mengetahui bagaimana manifestasi klinis eklampsia
4) Mengetahui komplikasi yang bisa timbul dari eklampsia
5) Mengetahui penatalaksanaan serta pemeriksaan penunjang yang digunakan
6) Memahami pathway dari eklampsia
7) Memahami asuhan keperawatan eklampsia
1.3 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari eklampsia ?


2. Bagaimana etiologinya ?
3. Bagaimana manifestasi klinisnya ?
4. Apa  komplikasi yang  bisa timbul ?
5. Bagaimana  penatalaksanaan serta pemeriksaan penunjang yang digunakan ?
6. Bagaimana  pathway dari eklampsia ?
7. Bagaimana  asuhan keperawatan ntuk eklampsia ?

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1  Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa
nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk
menjadi kejang (helen varney;2017)
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang
dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma,
(kamus istilah medis : 163,2017)
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita
hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2017)

2.2 Epidemiologi
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan merupakan salah satu
keadaan paling berbahaya dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika Serikat
kematian akibat eklampsia mempunyai kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir,
dengan persentase 10 % – 15 %. Antara tahun 2011 – 2017 kira-kira 6% dari seluruh
kematian ibu di Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya mencapai 207
kematian. Kenyataan ini mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre eklamsia berat harus
selalu dianggap sebagai keadaan yang mengancam jiwa ibu hamil. Eklampsia di Indonesia
masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi.
Dari berbagai pengumuman, diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5%
sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2%-48,9%. Sebaliknya, kematian ibu
dan bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan anak di negara-negara
yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal.
Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas. Berlawanan
dengan yang sering diduga, eklampsia tidak menyebabkan hipertensi menahun. Ditemukan
bahwa pada penderita yang mengalami eklampsia pada kehamilan pertama, frekuensi
hipertensi 15 tahun kemudian/lebih, tidak lebih tinggi daripada mereka yang hamil tanpa
eklampsia.
2.3 Klasifikasi Eklamsia
2.3.1 Eklampsia di bagi menjadi 3 golongan :
1). Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering
terjadi),
a. kejadian 15% sampai 60 %
b. serangan terjadi dalam keadaan hamil
2). Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan
a. Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
b. Saat sedang inpartu
c. Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan
3). Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan
a. Kejadian jarang
b. Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

2.4 Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari eklampsia belum diketahui. Ada beberapa teori
mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering
dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
2. Peran faktor imunologis
3. Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsi.
4. Peran faktor genetik /familial

5. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada


anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
6. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
2.5 Manifestasi Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma.
Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1.      Tingkat awal atau aura ( invasi )
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat ( pandangan kosong ),
kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
2.      Stadium kejang tonik
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit,
berlangsung kira – kira 20 – 30 detik
3.      Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka
dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan
kongesti dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti dan
penderita tidak sadar, menarik nafas, seperti mendengkur.
4.      Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.

2.6 Patofisiologi

   2.7 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan
bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
1. Terhadap janin dan bayi.
a. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah
sehingga terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat
terlepas.
b. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.

c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel
darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus.
2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
b. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita
eklampsia.
c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu.
Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.
d. Edema paru – paru
e. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama
penentuan enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan
enzim hati, dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma
HELLP dapat timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari
setelah melahirkan.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat
timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -  
kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
i. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
b. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Ultrasonografi
b. Elektrokardiograf

2.8 Diagnosa Banding


2.8.1 Diagnosa banding dari pre eklamsi ringan :
1)    Hipertensi kronik : adanya hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang ditemukan
pada kehamilan ≤ 20 minggu atau hipertensi yang menetap setelah 5 minggu pasca
persalinan.
2)  Transient hipertention : timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan
darahnya normal dan tidak menpunyai gejala lain. Gejala ini akan hilang setelah 10 hari
pasca persalinan.
3)    Pemeriksaan penunjang : urine rutin / lengkap
2.8.2 Diagnosa banding dari pre eklamsi berat :
1)    Hipertensi kronik dan kehamilan
2)    Kehamilan dengan sindrom nefrotik
3)    Kehamilan dengan payah jantung
4)    Pemeriksaan penunjang Lab :
- Hb, Hct, AT
- urine lengkap
- asam urat darah
- fungsi hati
- fungsi ginjal
2.8.3 Diagnosa banding dari kehamilan yang disertai kejang- kejang :
1) Febrile convulsion ( panas + )
2) Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
3) Tetanus( kejang tonik atau kaku kuduk )
4) Miningitis atau ensefalitis ( fungsi lumbal )
5) Tumor otak
2.9 Penatalaksanaan umum
2.9.1 Penanganan Kejang :
a. Beri obat anti konvulsan
b.Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O 2 dan
tabung O2 )
c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
f. Beri oksigen 4-6 liter / menit
2.9.2 Penanganan Umum :
a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic
diantara 90-100 mmHg.
b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
g. Pantau kemungkinan oedema paru
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin.
i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru
hentikan pemberian cairan dan berikan diuretic
k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti
dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama)
pasien akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO 4
m. Dosis pemeliharaan : MgSO 4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam
kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks
Patella (+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir
o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium
glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
lagi.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1    Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1.      Data subyektif :
a.       Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi
gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

2.      Data Obyektif :

a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam


b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks
+)
e. Pemeriksaan penunjang :

i. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
ii. Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit
menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7
mg/100 ml
iii. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
iv. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
v. USG ; untuk mengetahui keadaan janin
vi. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.
3.2  Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
3.2.1 Diagnosa Pre Op :
1.         Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan.
3.2.2 Diagnosa Post Op :
1.         Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang
2.         Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
3.         Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3.3  Rencana Tindakan Keperawatan
3.3.1 Intervensi Pre Op :
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Cemas berhubungan Tujuan : Setelah 1.  Beritahu klien 1. Klien dapat
dengan prosedur invasif dilakukan tindakan tentang prosedur mengetahui prosedur
saat operasi SC akan keperawatan selama pembedahan pembedahan
dilakukan 3 x 24 jam 2. Beri kesempatan 2. Dapat meringankan
diharapkan masalah pada klien untuk beban pikiran klien
keperawatan dapat mengungkapkan 3. Lingkungan yang
teratasi rasa cemasnya tenang dan nyaman
Kriteria Hasil : 3. Ciptakan suasana dapat mengurangi rasa
a. Klien tidak cemas tenang dan cemas klien
lagi nyaman
b. Klien terlihat
tenang
c. Klien terlihat
rileks

3.3.2 Intervensi Post Op :


Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Resiko cidera Tujuan: Setelah 1. Monitor tekanan 1. Tekanan diastole >
berhubungan dengan dilakukan tindakan darah tiap 4 jam 110 mmHg dan sistole
kejang berulang keperawatan selama 3 2. Kaji tingkat 160 atau lebih
x 24 jam diharapkan kesadaran pasien merupkan indikasi
masalah keperawatan 3.   Kaji adanya dari PIH
dapat teratasi tanda-tanda 2. Penurunan kesadaran
Kriteria Hasil : eklampsia sebagai indikasi
a. Kesadaran Compos (hiperaktif, reflek penurunan aliran
Metis , GCS : 15 ( 4- patella dalam, darah otak
5-6 ) penurunan nadi, 3. Gejala tersebut
b.  Tanda – tanda vital dan respirasi, nyeri merupakan
dalam batas normal epigastrium dan manifestasi dari
TD: 120/80 mmHg oliguria ) perubahan pada otak,
Suhu: 36 – 37 C 4. Kolaborasi dengan ginjal, jantung dan
Nadi: 60 – 80 x/mnt tim medis dalam paru yang mendahului
RR: 16 – 20 x/menit pemberian anti status kejang
hipertensi dan SM 4. Anti hipertensi untuk
menurunkan tekanan
darah dan SM untuk
mencegah terjadinya
kejang

Nyeri akut berhubungan Tujuan: Setelah 1. Kaji skala nyeri 1. Setiap skala nyeri
dengan agen cidera fisik dilakukan tindakan 2. Ajarkan teknik memiliki managemen
keperawatan selama 3 relaksasi yang berbeda
x 24 jam diharapkan 3. Ajarkan teknik 2. Relaksasi dapat
masalah keperawatan nafas dalam mengalihkan persepsi
dapat teratasi 4. Berikan posisi yang nyeri
Kriteria hasil : nyaman 3. Tekhnik nafas dalam
5. Kolaborasi dapat mengurangi rasa
a. Klien tidak pemberian nyeri
meringis analgetik 4. Posisi yang nyaman
b. Skala nyeri 2 – 3
( 1 – 10 ) dapat mengurangi
c. Pasien sensasi nyeri
melaoporkan rasa 5. Terapi analgetik dapat
nyeri hilang atau membantu melokalisir
berkurang nyeri

Resiko infeksi Tujuan: Setelah 1. Monitor tanda – 1. Mengetahui keadaan


berhubungan dengan dilakukan tindakan tanda vital umum klien
prosedur invasif keperawatan selama 3 2. Kaji keadaan luka 2. Untuk mengetahui
x 24 jam diharapkan (kontinuitas dari tanda-tanda infeksi
masalah keperawatan kulit) terhadap 3. Meminimalkan
dapat teratasi adanya: edema, terjadinya kontaminasi
Kriteria Hasil : rubor, kalor, dolor, 4. Leukosit yang
a.  Menunjukkan fungsi laesa meningkat artinya
regenerasi jaringan 3. Anjurkan pasien sudah terjadi proses
dan mencapai untuk tidak infeksi
penyembuhan tepat memegang bagian 5. Obat antibiotik dapat
waktu yang luka membantu membunuh
b.   Pada area luka 4. Kolaborasi kuman
tampak bersih dan pemeriksaan
tidak kotor darah : leukosit
c.   Luka tidak 5. Kolaborasi
menunjukkan tanda- pemberian obat -
tanda infeksi obatan antibiotika
sesuai indikasi

BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49).
Eklampsia di bagi menjadi 3 golongan : Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi
sebelum persalinan, kejadian 150 % sampai 60 %, serangan terjadi dalam keadaan hamil. Eklampsia
intrapartum ialah eklampsia saat persalinan, Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %, Saat sedang inpartu,
Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan dan Eklampsia postpartum ialah eklampsia
setelah persalinan, Kejadian jarang, Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

4.2  Saran
Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini penulis telah menyelesaikan semaksimal mungkin
dengan hasil sesuai yang ada di hadapan para pembaca yang budiman. Namun penulis sadar akan kata
pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak” yang mana tidak ada manusia yang sempurna dan penulis
menyadari akan hal itu. Sehingga penulis memohon maaf yang sebesar – besarnya apabila terjadi
kesalahan baik dalam penyusunan maupun penulisan serta isi yang terkandung didalamnya. Oleh
karena itu, penulis mohon saran yang bersifat membangun sehingga dapat terjadi perbaikan dalam
penyusunan asuhan keperawatan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E, Doengoes, 2017, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC


Corwin Elizabeh.J.2017 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim penerbit PSIK
UNPAD, Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif dkk, 2018, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2017, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC
Price, Silvia A, 2016. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Faktor Risiko Kejadian Pre-Eklampsia di RSUD Arifin Achmad
Factors Associated With Pre-Eclampsia Incidence In General Hospital Ar
Achmad

Rika Andriyani

Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru
ABSTRAK
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi. Penyebab kematian ibu di Indonesia yaitu
perdarahan (60-70 %), eklampsia (10-20 %), persalinan macet (5 %) dan infeksi (8 %). Pre-eklampsia
merupakan awal terjadinya eklampsia. Pre- eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan pre-eklampsia bisa terjadi karena beberapa faktor
resiko antara lain primigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih satu. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-eklampsia di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau Tahun 2010-2011. Disain penelitian adalah Studi Kasus Kontrol. Kasus pada penelitian ini
seluruh wanita yang mengalami pre-eklampsia pada tahun 2010-2011. Kontrol pada penelitian ini seluruh
wanita yang tidak mengalami pre- eklampsia pada tahun 2010-2011. Hasil penelitian didapatkan bahwa ibu
yang memiliki riwayat pre-eklampsia 5 kali (CI 95% 2.3-10.8) lebih beresiko menyebabkan terjadinya pre-
eklampsia, ibu yang bekerja 3.5 kali (CI 95% 2.4-5.2) lebih beresiko menyebabkan terjadinya pre-eklampsia,
ibu yang berumur <20 atau > 35 tahun 3,2 kali (CI 95% 2.2-4.8) lebih beresiko menyebabkan terjadi pre-
eklampsia, Ibu primigravida 3.2 kali (CI 95% 2.1-4.7) lebih beresiko menyebabkan terjadinya pre- eklampsia,
ibu dengan pendidikan SLTP 2,3 kali (CI 95% 1.6-3.3) lebih beresiko menyebabkan terjadinya pre-eklampsia
dibandingkan dengan pendidikan SLTA keatas. Kesimpulan yaitu variabel independen yang memiliki
hubungan sebab akibat dengan kejadian pre-eklampsia adalah riwayat pre-eklampsia, pekerjaan, umur,
status gravida dan pendidikan. Saran ditujukan bagi tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan
secara komprehensif, dalam melakukan pengkajian serta pemeriksaan fisik, dan bagi ibu untuk dapat
melakukan pemeriksaan ANC secara intensif, serta meningkatkan frekuensi pemeriksaan selama
kehamilan.
Kata Kunci: Pre-eklampsia, riwayat pre-eklampsia, umur, status gravida, pekerjaan, dan pendidikan

ABSTRACT
Indonesia's maternal mortality rate is still high. Causes of maternal mortality in Indonesia namely
hemorrhage (60- 70%), eclampsia (10-20%), obstructed labor (5%) and infections (8%). Pre-eclampsia is the
onset of eclampsia. Pre- eclampsia is a disease with signs of hypertension, edema, and proteinuria caused
by pregnancy pre-eclampsia can occur due to multiple risk factors such as primigravida, large fetus,
pregnancy with a single fetus. This study aimed to determine the factors associated with the incidence of
pre-eclampsia at Arifin Achmad Hospital Riau Province Year 2010-2011. Case study research design is
control. Cases in this study all women who developed pre-eclampsia in the year 2010-2011. Controls in this
study all women who did not develop pre-eclampsia in the year 2010-2011. The result showed that mothers
with a history of pre-eclampsia 5 times (95% CI 2.3-10.8) greater risk of pre-eclampsia causes, working
mothers 3.5 times (95% CI 2.4-5.2) greater risk of pre-eclampsia causes, maternal age <20 or> 35 years 3.2
times (95% CI 2.2-4.8) greater risk of pre-eclampsia has occurred, Mrs. primigravida 3.2 times (95% CI 2.1-
4.7) greater risk of pre-eclampsia leads to mother junior secondary education 2.3 times (95% CI 1.6-3.3)
greater risk of pre-eclampsia causes compared with high school education or more. The conclusion that the
independent variables that have a causal relationship with the incidence of pre-eclampsia is a history of
pre-eclampsia, occupation, age, gravida status and education. Suggestions intended for health
professionals to perform a comprehensive examination, the assessment and physical examination, and for
the mother to be able to conduct an intensive examination of the ANC, as well as increasing the frequency
of examinations during pregnancy.
Keywords: Pre-eclampsia, a history of pre-eclampsia, age, gravida status, employment, and education

PENDAHULUAN
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan
frekuensi kejadian pre-eklampsia sekitar 3-10
tanda- tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
% (Triatmodjo, 2007). Di negara maju, pre-
yang timbul karena kehamilan. Frekuensi pre-
eklampsia merupakan penyebab utama
eklampsia untuk tiap negara berbeda-beda
kematian maternal, dan di Inggris kebanyakan
karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
kematian ini berhubungan dengan asuhan
(Wiknjosastro, 2005). Di Amerika serikat
suboptimal, terutama oleh pemberi asuhan
dilaporkan bahwa kejadian pre-eklampsia
intrapartum (Kaunitz et al., 1985; DoH, 1996
yaitu 23,6 kasus per 1000 kelahiran,
dalam Chapman, 2006).
sedangkan di Indonesia

Alamat Korespodensi: Jl. Mustafa Sari No. 5 Pekanbaru, Riau, HP: 085265824677, email: a_my_yusal@yahoo.co.id
Di Indonesia kejadian pre-eklampsia tersebut pre-eklampsia menjadi salah satu
juga berbeda-beda disetiap daerah. Penelitian penyumbang terbesar untuk angka kematian
Priyatini (2002) dalam Roeshadi (2006) ibu setelah perdarahan (34.7 %).
menemukan bahwa di RSCM Jakarta, kasus Pada studi pendahuluan yang
pre-eklampsia adalah 9,17 % dari ibu yang dilakukan peneliti di RSUD Arifin Achmad
melahirkan. Penelitian serupa juga dilakukan dijumpai kasus pre- eklampsia pada tahun 2009
Wati (2009) di RSU dr.Pirngadi Medan pada sebanyak 200 kasus dari 1215 kehamilan (16,5
tahun 2002-2003, kasus pre-eklampsia %), tahun 2010 meningkat
dilaporkan adalah 5,94 %. sebanyak 248 kasus dari 1182 kehamilan (20,9
Etiologi pre-eklampsia belum %) dan pada tahun 2011 juga mengalami
diketahui secara pasti, namun ada 3 hal yang peningkatan kejadian pre-eklampsia yaitu
menjadi dasar terjadinya penyakit ini, yaitu sebanyak 261 kasus dari 1107 kehamilan (23,5
maladaptasi sindrom, Imunologi, dan %). Mengingat hal tersebut dan belum adanya
malnutrisi. Beberapa faktor risiko tertentu penelitian mengenai faktor yang berhubungan
yang berkaitan dengan perkembangan dengan pre-eklampsia di RSUD Arifin Achmad
penyakit ini yaitu primigravida, multigravida, Pekanbaru, maka penelitian ini bertujuan untuk
janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
satu, dan morbid obesitas. 85% pre-eklampsia dengan kejadian pre-eklampsia di RSUD Arifin
terjadi pada kehamilan pertama. Pre- Achmad Provinsi Riau.
eklampsia terjadi pada 14% sampai 20%
kehamilan dengan janin lebih dari satu, dan METODE
30% pasien mengalami anomali rahim yang
Desain penelitian yang digunakan
berat. (Bobak, 2005)
adalah studi kasus kontrol (case control study).
Pre-eklampsia juga menjadi salah satu
Kasus adalah wanita yang mengalami pre-
penyebab kematian ibu di Provinsi Riau.
eklampsia pada tahun 2010-2011 di RSUD
Berdasarkan data Provinsi Riau Tahun 2010,
Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2010-
adalah 173 kasus dan kematian akibat pre-
2011 . Kontrol adalah wanita yang tidak
eklampsia sebesar 12,1 %. Dengan angka
mengalami pre-eklampsia pada tahun 2010-
2011. Sampel dari penelitian ini adalah dengan: α 5%, β 10%, OR = 2, didapatkan
sebagian dari populasi yaitu sebagian dari ibu 301 kasus
hamil yang berkunjung di Poliklinik dan 301 kontrol.
Kebidanan dan tercatat di rekam medis RSUD Prosedur pengambilan sampel mulai
Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2010- dilakukan bulan Mei 2012 sampai tahun 2010
2011. perhitungan besar sampel dengan yaitu 760 kasus diambil secara systematic
menggunakan rumus untuk desain kasus random sampling. Kasus dan kontrol
kontrol yaitu didapatkan dari catatan rekam medik RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru. Jenis data yang
dikumpulkan adalah data sekunder yaitu kasus
dan bukan kasus kejadian Pre-eklampsia yang
sama-sama diambil dari sumber data yaitu
rekam medis di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru tahun 2010-2011 dengan
menggunakan daftar cheklist.
Pengolahan data dilakukan dalam
tahap-tahap editing, coding, processing,
cleaning dan tabulating. Analisis data
dilakukan yaitu analisis univariat, analisis
bivariat dengan uji chi square dan analisis
multivariat dengan multiple logistic
regression.

HASIL
Analisis Univariat
Berdasarkan analisis univariat,
didapatkan variabel yang beresiko yaitu: ada
riwayat pre- eklampsia sebanyak 45 (7,5
%), Primigravida
sebanyak 288 (47,8 %), umur <20 dan >35 th
sebanyak
244 (40,5 %), pendidikan SLTP kebawah
sebanyak
322 (53,5 %), dan bekerja sebanyak 222 (36,9
%). Masih terdapat variabel yang homogen,
yaitu variabe l yang < 15 % yaitu ada riwayat
keturunan sebanyak 83 orang (13,8 %), ada
riwayat pre-eklampsia sebanyak 45 orang (7,5
%) homogen. (Lihat tabel 1)
Analisis Bivariat
Variabel yang berhubungan signifikan
dengan kejadian pre-eklampsia adalah variabel
riwayat pre- eklampsia , status gravida, umur,
pendidikan dan pekerjaan, sedangkan variabel
yang tidak berhubungan adalah riwayat
keturunan (Lihat Tabel 1)
Analisis Multivariat perubahan OR > 10 %) maka pemodelan
Seleksi bivariat dilakukan untuk multivariat akhir memperlihatkan bahwa
mengetahui variabel mana yang dapat masuk variabel riwayat pre-eklampsia memiliki nilai
kedalam pemodelan multivariat. Variabel OR terbesar dalam hal ini riwayat pre-
yang dijadikan kandidat multivariat adalah eklampsia merupakan variabel yang paling
riwayat pre-eklampsia, status gravida, umur, besar pengaruhnya terhadap kejadian pre-
pendidikan dan pekerjaan. Setelah eklampsia. Selanjutnya variabel yang
mengeluarkan satu per satu variabel yang mempunyai hubungan terhadap pre-eklampsia
mempunyai p value terbesar, dan berturut-turut adalah pekerjaan, umur,
pemeriksaan confounding (apabila ada pendidikan, status gravida.(lihat tabel 2)
Tabel 1
Hasil Analisis
Bivariat
Faktor Ibu Persalinan Jumlah ( PValue) OR/
Kasus Kontrol
N % N % N % (CI 95%)
Riwayat Keturunan**
Ada riwayat 47 15.6 36 12.0 83 13.8 0.237 1.362
Tidak ada riwayat 254 84.4 265 88.0 519 86.2 (0.854-2.173)
Total 301 100 301 100 602 100
Riwayat Pre-
eklampsia**
Pernah 34 11.3 11 3.7 45 7.5 0,001* 3.357
Tidak Pernah 267 88.7 290 96.3 557 92.5 (1.667-6.760)
Total 301 100 301 100 602 100
Status gravida**
Primi gravida 168 55.8 120 39.9 288 47.8 0.001* 1.905
Multi Gravida 133 44.2 181 60.1 314 52.2 (1.378-2.634)
Total 301 100 301 100 602 100
Umur**
<20 dan > 35 Tahun 167 55.5 77 25.6 244 40.5 0.001* 3.626
20-35 134 44.5 224 74.4 358 59.5 (2.569-5.117)
Total 301 100 223 100 602 100
Pendidikan**
SLTP Kebawah 193 64.1 129 42.9 322 53.5 0.001* 2.383
SLTA Keatas 108 35.9 172 57.1 280 46.5 (1.716-3.308)
Total 301 100 301 100 602 100
Pekerjaan** 3.590
Bekerja 154 51.2 68 22.6 222 36.9 0.001* (2.524-5.105)
Tidak Bekerja 147 48.8 233 77.4 380 63.1
Total 301 100 301 100 602 100
*Signifikan pada α 0,05
* *Semua variabel menjadi kandidat untuk analisis multivariat

Variabel P OR 95%
Tabel 2 CI. For value EXP
Pemodelan (B)
Multivariat Akhir Lower
Upper
Riwayat Pre-
eklampsia 0.001 4.967 2.266 10.888
Status gravida 0.001 3.161 2.145 (C.I 95 %: 1.306-9.113) terjadi pre-eklampsia
Umur 0.001 3.233 2.191 untuk kehamilan berikutnya.
Pendidikan 0.001 2.260 1.557 Berdasarkan hasil penelitian maka
Pekerjaan 0.001 3.514 2.374 5.200
perlu direkomendasikan kepada ibu hamil
yang memiliki riwayat pre-eklampsia
PEMBAHASAN sebelumnya, untuk melakukan pemerikasaan
Riwayat Pre-Eklampsia ANC secara intensif, dan meningkatkan
Ibu yang pada kehamilan sebelumnya frekuensi pemeriksaan selama kehamilan.
pernah mengalami pre-eklampsia lebih Pekerjaan
beresiko 5 kali mengalami pre-eklampsia Hasil penelitian mendapatkan bahwa
dibandingkan dengan ibu yang tidak ibu yang bekerja lebih beresiko 4 kali
mempunyai riwayat pre-eklampsia. Hasil mengalami pre-eklampsia dibandingkan
penelitian ini ditunjang oleh teori yang dengan ibu yang tidak bekerja. Aktifitas
mengatakan bahwa 20 % akan terjadi pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi
kekambuhan bagi wanita yang sebelumnya kerja otot dan peredaran darah. Begitu juga
pernah mengalami pre-eklampsia pada bila terjadi pada seorang ibu hamil, dimana
kehamilan terdahulunya (Brown et al, 1998 peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi
dalam Chapman 2006). Hal yang sama perubahan seiring dengan bertambahnya usia
ditemukan oleh Suryadi (2005) yaitu bahwa kehamilan akibat adanya tekanan dari
ibu yang mempunyai riwayat pre-eklampsia, pembesaran rahim. Semakin bertambahnya
3.4 kali lebih beresiko usia kehamilan akan berdampak pada
konsekuensi kerja jantung yang semakin
bertambah dalam rangka memenuhi kebutuhan
selama proses kehamilan. Hasil penelitian ini
menunjukkan hubungan yang siqnifikan antara
pekerjaan dengan pre-eklampsia. Hasil
penelitian ini memiliki korelasi dengan
penelitian yang dilakukan oleh Amirah tahun
2008-2010 di RSU Adam Malik Medan
dengan desain retrospektif,
menemukan sebanyak 88,0% ibu Pre- alat reproduksi untuk bekerja sesuai dengan
eklampsia adalah ibu pekerja. fungsinya selain itu pada usia < 20 tahun juga
Hal ini perlu direkomendasikan agar merupakan usia dimana belum siapnya mental
ibu hamil yang bekerja, disamping melakukan seorang wanita untuk menjalani kehamilan,
kontrol yang ketat selama kehamilan juga dimana pada usia tersebut masih merupakan
perlu mendapatkan pendidikan kesehatan/ KIE usia sekolah. Usia > 35 tahun merupakan umur
tentang prilaku sehat dalam perawatan pre- yang resiko tinggi terhadap kehamilan dan
eklampsia (Kewaspadaan dini) persalinan. Risiko yang mungkin terjadi jika
hamil pada usia terlalu tua ini antara lain
Umur
adalah terjadinya keguguran, preeklamsia,
Ibu yang berumur <20 atau > 35 tahun
eklamsia, timbulnya kesulitan pada persalinan,
3 kali lebih menyebabkan terjadi pre-
perdarahan, BBLR dan cacat bawaan. Hasil
eklampsia dibandingkan dengan umur 20 –
yang sama ditemukan Jamli tahun 2007
30 tahun. Informasi ini menunjukkan bahwa
menemukan pre-eklampsia terjadi pada
umur mempunyai pengaruh terhadap
kelompok umur ibu beresiko tinggi (< 20 tahun
kehamilan dan persalinan ibu, umur < 20
dan > 35 tahun) yaitu sebanyak 83,3% .
merupakan umur dimana masih belum siapnya
Berdasarkan hasil penelitian perlu
direkomendasikan, Badan pemberdayaan garam serta air. Teori iskemia sering terjadi
perempuan untuk melakukan kerjasama pada primigravida oleh karena itu pre-
dengan Dinas kesehatan setempat dalam upaya eklampsia terjadi pada primigravida.
kesehatan reproduksi remaja. Hal yang dapat (Manuaba, 1998).
dilakukan melalui kerjasama Badan Berdasarkan penelitianperlu
pemberdayaan perempuan dan dinas kesehatan direkomendasikan bagi ibu primigravida untuk
adalah memberikan konseling pada remaja melakukan pemeriksaan ANC dan
tentang kesehatan reproduksi yang sehat mendapatkan konseling pra hamil, hamil dan
dengan menyarankan agar menikah pada usia pasca hamil. Pemeriksaan ANC tersebut
reproduksi yang sehat, yakni usia diatas 20 sebaiknya harus dilakukan secara teratur dan
tahun. komprehensif, untuk itu diharapkan kepada
Status Gravida tenaga kesehatan terutama bidan untuk
Berdasarkan analisis multivariat melakukan pengkajian, pemeriksaan ANC
didapatkan bahwa ibu primigravida lebih secara benar dan memberikan konseling bagi
beresiko 3 kali mengalami pre-eklampsia calon ibu dan ibu primigravida tentang pre-
dibandingkan dengan ibu yang multigravida. eklampsia.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang Pendidikan
menyatakan hubungan primigravida dengan Ibu yang berpendidikan SLTP
pre-eklampsia, yaitu pada pemeriksaan darah kebawah lebih beresiko 2 kali mengalami
selama kehamilan terdapat peningkatan pre-eklampsia dibandingkan dengan ibu yang
angiotensin, renni, dan aldosteron sebagai pendidikan SLTP keatas. Semakin banyak
kompensasi sehingga peredaran darah dan pendidikan yang didapat seseorang, maka
metabolism dapat berlangsung. Pada pre- kedewasaannya semakin matang, mereka
eklampsia dan eklampsia terjadi penurunan dengan mudah untuk menerima dan
angiotensin, renin, dan aldosteron tetapi memahami suatu informasi yang positif.
dijumpai edema, hipertensi dan protein urin. Kaitannya dengan masalah kesehatan, dari
Teori lain yang juga menjelaskan hubungan buku safe motherhood menyebutkan bahwa
primigravida dengan pre- eklampsia adalah wanita yang mempunyai pendidikan lebih
teori iskemia implantasi plasenta yaitu, bahwa tinggi cenderung lebih memperhatikan
trofoblast akan diserap kedalam sirkulasi yang kesehatan dirinya. Tingkat pendidikan sangat
dapat meningkatkan sensitivitas terhadap mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
angiotensin, rennin, dan aldosteron sehingga bertindak dan mencari penyebab serta solusi
terjadinya spasme pembuluh darah arteriole dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan
dan tertahannya tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional.
Oleh karena itu orang yang berpendidikan
akan lebih mudah menerima gagasan baru.
(Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian
menunjang teori tersebut bahwa pendidikan
SLTP kebawah berisiko 2,2 kali mengalami
pre-eklampsia.
Pendidikan formal tidak dapat
diintervensi, karena itu perlu langkah lain
yang dapat dilakukan, melalui pendekatan
pendidikan non formal misalnya melalui
kegiatan pelatihan, dengan memberdayakan
kelompok-kelompok arisan tentunya dengan
melibatkan kerjasama dengan POGI dan
Organisasi IBI. Meningkatkan pelayanan
konseling kepada ibu- ibu hamil terutama
yang berpendidikan SLTP kebawah tentang
pre-eklampsia dan bagaimana prilaku sehat
dalam perawatan pre-eklampsia.

KESIMPULAN
Variabel yang berhubungan sebab
akibat dengan kejadian Pre-eklampsia adalah
Riwayat pre- eklampsia, 5 kali (CI 95%
2.266-10.888), Bekerja, 4
kali (CI 95% 2.374-5.200) mempengaruhi
terjadinya pre-eklampsia dibandingkan
dengan tidak bekerja, Primigravida, 3 kali (CI
95% 2.191-4.769) mempengaruhi terjadinya
pre-eklampsia dibandingkan dengan
multigravida, Umur <20 dan >35, 3 kali
(CI
95% 2.145-4.659) mempengaruhi terjadinya
pre- eklampsia dibandingkan dengan umur
20-35 tahun, Ibu hamil yang berpendidikan
SLTP kebawah 2 kali (CI 95% 1.557-3.281)
mempengaruhi terjadinya pre-
eklampsia dibandingkan dengan ibu hamil yang berpendidikan SLTA keatas. Variabel yang tidak
berhubungan sebab akibat dengan kejadian pre- eklampsia adalah riwayat keturunan.

SARAN
Kepada ibu hamil yang memiliki faktor risiko terhadap kejadian Pre-eklampsia untuk
dapat melakukan pemeriksaan ANC secara intensif dengan tujuan agar ibu hamil yang mempunyai
salah satu faktor risiko terhadap kejadian Pre-eklampsia dapat dikontrol secara ketat oleh pemberi
pelayanan kebidanan, serta meningkatkan frekuensi pemeriksaan selama kehamilan. Kepada
tenaga kesehatan kepada tenaga kesehatan untuk melakukan pemeriksaan secara komprehensif,
dalam melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik secara benar. Dapat memberikan konseling kepada
ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan yang berkaitan dengan pre-eklampsia, pola
istirahat yang teratur, prilaku sehat dalam perawatan pre-eklampsia juga memberikan konseling
kepada remaja untuk menikah pada usia reproduksi sehat yaitu umur > 20 tahun.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terimakasih ditujukan kepada pembimbing 1 yaitu DR. Dr. Toha Muhaimin, Msc,
pembimbing II, dr, Sri Suryaningsih, M.Sc dan Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
Provinsi Riau

DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : EGC
Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Edisi I. Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Binkesmas (2009). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2005. Jakarta.

24
Dinas Kesehatan Propinsi Riau, (2010). Profil Kesehatan Propinsi Riau Tahun 2009. Pekanbaru.
Lapau B. (2010). Panduan karya ilmiah magister. Program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru.
Jamli. (2007). Hubungan Beberapa Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadiaan Preeklampsia (studi
Kasus di Rumah Sakit Bersalin Sayang Ibu Kecamatan Balikpapan Barat Kota Balikpapan
Tahun 2006)
Rochjati P, dkk .(2007), Pemantauan Kematian Ibu dan Kematian Bayi Baru Lahir Melalui Sistim
Rujukan Terencana di kabupaten Nganjuk, Probolinggo, dan Trenggalek, Jawa Timur.
Buletin Penelitian Kesehatan Badan Pelatihan dan Penegmbangan Vol. 35 No. 3.
Roeshadi R. (2006). Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu pada
Penderita Pre Eklampsia dan Eklampsia.USU.Medan
Sudinaya I.P.(2003). Insiden Preeklamsia-Eklamsia di Rumah Sakit UmumTarakan, Kalimantan
Timur-Tahun 2000, Cermin Dunia Kedokteran, 139, 13-15.

Suhariadi, D. (2005). Strategi Penurunan Kejadian Pre-eklampsia Melalui Pendekatan Studi Kasus
Kelola dan Metode Multiple Utility Assasment (MCUA) di Kota Medan.
Trijatmo Rachimhadhi. (2007). pereklamsia dan Eklamsia, dalam: buku Ilmu Kebidanan, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
Utama, S.(2007). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pre Eklampsia Berat Pada
Ibu Hamil Di RSD Raden Mattaher Jambi. Jurnal Ilm

25
26

Anda mungkin juga menyukai