Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN PRE OP

OLEH :

FITRI RUZANI
NIM : 2014901089

UNIVERSITAS FORT DE KOCK


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2021
BAB 1

1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknologi dan prosedur dalam pelayanan kesehatan terus berkembang dari waktu ke
waktu seiring dengan makin berkembangnya kompleksitas masalah kesehatan yang
terjadi di masyarakat.  Berbagai prosedur tindakan menjadi semakin rumit, termasuk
berbagai prosedur pembedahan berikut dengan persiapan dan perawatan paska operasi.
Peralatan yang digunakan pun terus berkembang, semisal pemanfaatan teknologi
pembedahan menggunakan laser, peralatan bedah mikro, peralatan bypass yang semakin
canggih, dan peralatan-peralatan monitoring pasien yang semakin sensitif. Bentuk-
bentuk operasi pun kini semakin berkembang baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.
Hal ini nampak dari adanya peningkatan jumlah prosedur transplantasi organ multipel,
implantasi berbagai peralatan mekanis maupun elektris, serta penggunaan teknologi
robotik dalam kamar operasi (Smeltzer, 2010).
Tindakan pembedahan, baik itu elektif maupun darurat, merupakan peristiwa yang
kompleks dan memicu stress baik bagi klien maupun keluarga.  Oleh karenanya
perawatan perioperatif memerlukan kinerja yang sinergis dan profesional dari perawat
spesialis, terapis fisik, farmasis, dan dietitian untuk memastikan klien dan keluarga dapat
melalui keseluruhan proses operasi dengan baik (Daniels, 2012).
Selama periode perioperatif, peran perawat bersifat inklusif di seluruh aspek
perawatan klien dan keluarga. Perawat mengkaji, memberikan intervensi, dan
mengevaluasi status klien dan keluarga dalam hal fisiologis, psikososial, dan spiritual.
Selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu perawat berada di samping bed klien dan
berupaya memenuhi berbagai kebutuhan klien dan keluarga baik itu yang diungkapkan
maupun tidak, dan mencakup keseluruhan sistem tubuh. Perawat juga berkolaborasi
dengan klien, keluarga, dan tim kesehatan lain. Keseluruhan aktivitas perawat ditujukan
untuk menempatkan klien dan keluarga dalam kondisi terbaik/optimal di setiap fase
operasi, mulai dari persiapan, selama tindakan, dan pada masa pemulihan (Daniels,
2012).
Hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengembangan sistem informasi di
rumah sakit dan instalasi pelayanan kesehatan memberikan pengaruh positif bagi
pengembangan ruang lingkup praktik keperawatan dengan  mengintegrasikan teknologi

2
guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat (Kathleen, 2012). Hal ini
sangat penting mengingat medical error dalam fase perioperatif dapat berakibat pada
cedera serius, dan  tentu saja mendapatkan perhatian yang besar dari media massa.
Berbagai kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan informasi antara lain
kesalahan lokasi operasi, kesalahan peresepan, serta tidak terstandarisasinya penggunaan
istilah dalam pendokumentasian (IIEE, 2008).
Dengan semakin berkembangnya masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat yang
juga diikuti dengan perkembangan area pelayanan perioperatif (teknologi, prosedur,
peraturan, dan akreditasi institusi), tuntutan terhadap kualitas asuhan keperawatan pun
semakin meningkat. Menyikapi hal ini, Asosiasi Perawat Perioperatif (AORN) pun
berinisiatif menyusun sebuah sistem kinerja yang akan menjadi standar praktik bagi
perawat dalam menerapkan keseluruhan aspek dari proses keperawatan, sekaligus
menjamin efektivitas dan efisiensi dari kinerja perawat (Petersen, 2011).

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian tindakan preoperatif ?
b. Apa tujuan dari preoperatif ?
c. Apa tindakan preoperatif ?
d. Bagaimana konsep asuhan keperawatan preoperatif ?

1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian tindakan preoperatif.
b. Mengetahui tujuan preoperatif.
c. Mengetahui tindakan preoperatit.
d. Mengetahui konsep asuhan keperawatan preoperatif.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pre operatif adalah tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak
pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke
meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Semua pemeriksaan (anamnesa,
pem. Fisik, Lab, Radiologi, dll) dilakukan sebelum penderita dilakukan operasi.
Perawatan  pre operasi prosedur  pembedahan  muskuloskeletal biasanya direncanakan
dan diberikan waktu untuk mempersiapkan keadaan jasmani klien dan psikososial. Pre
operatif  dilakukan minimal satu hari sebelum operasi. Pre operatif sangat berperan untuk
keselamatan pasien(Rothrock, 2012).
Fase praoperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir
ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu
tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik atau di
rumah, menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang
diberikan dan pembedahan (Brunner & Suddarth, 2015).

2.2 Tujuan Fase Pre Operatif


Tujuan dari fase pre operatif adalah :
1. Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien atau tim bedah yang lain.
2. Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien preoperatif.
3. Memahami dan mengetahui daerah dan prosedur pembedahan.
4. Mengetahui akibat pembedahan dan pembiusan yang dilakukan terhadap pasien.
5. Mengobservasi kesulitan yang timbul.
6. Mengevaluasi pengadaan, pemeliharaan alat serta tindakan secara berkesinambungan.
(Brunner & Suddarth, 2015).

2.3 Tindakan Pre Operatif


Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat
dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan
tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun
pemeriksaan penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu
tindakan pembedahan berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap
persiapan (Rothrock, 2012).

4
1. Persiapan Klien di Unit Perawatan
a. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan,
yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai
persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi menurut
Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya
dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada
kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan di
antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar

5
kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 –
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat- obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, dan nefritis akut, maka operasi harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada kasus- kasus yang
mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien
yang membutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan
lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.
Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan
sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien
diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan
daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)
dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut

6
dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan
lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca
operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan.

Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:

a) Latihan Nafas Dalam


Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga
pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru
dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan
tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut : Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. Letakkan

7
tangan di atas perut, hirup udara sebanyak-banyaknya dengan
menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas
beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut. Lakukan hal ini berulang
kali (15 kali). Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di
tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah
operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat
dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari- jari
tangan dan letakkan melintang di atas incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali).
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan
tidak hanya batuk dengan mengandalkan kekuatan tenggorokan saja
karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan
ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi
sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien
bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan
handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati
sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.

c) Latihan Gerak Sendi


Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut

8
luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru karena
justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan
lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus.
Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya
dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi
ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).
Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara
pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot
maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi
pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik
akan mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya,
berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan.
Demikian juga faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan
merupakan faktor resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting
untuk mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan
pembedahan/operasi.
b. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter
bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan
pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan
radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien,
dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien
sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter
bedah memutuskan bahwa pasien harus operasi maka dokter anestesi berperan
untuk menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu
dokter anestesi juga memerlukan berbagai macam pemeriksaan laboratorium
terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan

9
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan
hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien
sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien,
namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi antara lain :
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto
tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan) , MRI (Magnetic Resonance Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT,
ureum, kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsum
tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa
infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan
dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi)
dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).

c. Pemeriksaan Status Anestesi


Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi kepentingan
pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan
untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA
(American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat

10
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan,
peredaran darah dan sistem saraf.
d. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien,
hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan
tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus
menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh
karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan
surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan
anestesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak
dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam
kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang
berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah
dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera setelah
mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti:
kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan,
kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi
aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap
pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya
apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien
maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga
setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.

e. Persiapan Mental/Psikis

11
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Masalah mental yang biasa muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan.
Maka perawat harus mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi klien. Perawat
perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam
menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa
digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah ketakutan dan
kecemasan preoperasi, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan
pasien, faktor pendukung/support system.
Untuk mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan
hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain : Pengalaman operasi
sebelumnya, Persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan tindakan operasi,
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun
penunjang, Pengetahuan pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi
dan petugas kamar operasi., Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur
(pre, intra, post operasi), Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus
dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan
nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi
yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan
beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan
hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa
hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien.
Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan
dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan
meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental menurut Taylor (2016),


dapat dilakukan dengan berbagai cara:

12
1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien
sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi,
hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan
tempat kamar operasi, dll.
Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan
pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga
yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait
dengan operasi yang akan dialami pasien.
2) Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana
dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan
mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil
darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah
yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,
kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan
mempersiapkan mental pasien dengan baik.
3) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang
segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.
4) Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti
valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan
kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar
operasi, petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga
membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada
pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien sampai ke
batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang
terletak di depan kamar operasi.

f. Obat-Obatan Premedikasi

13
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-
obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu
istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah
valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebelum pasien
dioperasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya
diberikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. (
Sjamsuhidayat dan Dejong, 2013 ).
2. Jenis – jenis Tindakan Keperawatan Preoperatif
Kegiatan keperawatan yang dapat dilakukan sesuai peran perawat perioperatif
antara lain mengidentifikasi factor – factor yang mempengaruhi resiko pelaksanaan
operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan memfasilitasi persiapan fisik
dan psikologis selama masa pra pembedahan (Taylor, 2013 ). Menurut Chitty Kay.
K(2012), Peran perawat dalam perawatan klien adalah pemberi pelayanan, pendidik,
konselor, manager, peneliti, dan kolaborator. Adapun implementasi (tindakan)
keperawatan yang diselenggarakan dapat berupa melakukan tindakan,
mendelegasikan tindakan, melakukan pengajaran, memberikan konseling, melakukan
pencatatan dan pelaporan serta tetap menjalankan pengkajian berkelanjutan.
Pengkajian terhadap kondisi fisik, psikologis, sosiokultural dan dimensi spiritual
pada klien penting karena pembedahan merupakan stressor utama psikologis,
mempengaruhi pola koping, support system dan kebutuhan sosiokultural. Penurunan
rasa cemas dan takut merupakan hal yang sangat penting selama masa pre operatif
karena stress emosional ditambah dengan stress fisik meningkatkan resiko
pembedahan (Taylor, 2012 ).
Adapun tindakan keperawatan preoperatif yang dapat dilakukan sesuai peran
perawat perioperatif antara lain :
a. Membina hubungan terpeutik, memberi kesempatan pada klien untuk menyatakan
rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi
b. Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan perhatian
c. Menjawab atau menerangkan tentang berbagai prosedur operasi
d. Meningkatkan pemenuhan nutrisi dan hidrasi
e. Mengajarkan batuk dan nafas dalam
f. Mengajarkan manajemen nyeri setelah pembedahan
g. Mengajarkan latihan lengan dan ambulasi

14
h. Menerangkan alat – alat yang akan digunakan oleh klien selama operasi.

Sehari sebelum operasi :

a. Memberikan dukungan emosional, menjawab pertanyaan dan memberikan


dukungan spiritual bila diperlukan
b. Melakukan pembatasan diet pre operasi
c. Menyiapkan kebutuhan eliminasi selama dan setelah pembedahan
d. Mencukur dan menyiapkan daerah operasi

Hari pembedahan :

a. Mengecek bahwa bahan dan obat – obatan telah lengkap


b. Mengecek tanda – tanda vital
c. Mengecek inform consent
d. Melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi
e. Melepaskan protese dan kosmetik
f. Melakukan perawatan mulut
g. Mengosongkan blas dan bowel
h. Mempersiapkan catatan yang diperlukan selama pre operasi
i. Memberikan obat –obatan yang perlu diberikan ( sesuai order dokter )
Sedangkan tindakan preoperasi menurut Kozier dan Erb ( 2009 ), diantaranya:
1) Menjelaskan perlunya dilakukan pemeriksaan preoperasi ( misalnya laboratorium,
sinar –X, dan elektrokardiogram )
2) Mendiskusikan persiapan usus bila diperlukan.
3) Mendiskusikan persiapan kulit termasuk daerah yang akan dilakukan operasi dan
mandi ( shower preoperasi ).
4) Mendiskusikan pengobatan preoperasi bila diprogramkan.
5) Menjelaskan terapi individu yang diprogramkan oleh dokter seperti terapi
intravena, pemasangan kateter urin, atau selang nasogastrik, penggunaan
spirometer, atau stoking anti emboli.
6) Menjelaskan kunjungan ahli anestesi
7) Menjelaskan perlunya pembatasan makanan atau minuman oral minimal 8 jam
sebelum pembedahan.
8) Menyediakan table waktu yang umum untuk periode preoperasi termasuk periode
pembedahan.

15
9) Mendiskusikan perlunya melepas perhiasan, menghapus make up dan melepas
semua prosthesis ( misalnya kaca mata,gigi palsu, wig ) segera sebelum
pembedahan.
10) Menginformasikan kepada klien mengenai area operasi serta beritahu lokasi ruang
tunggu bagi individu pendukung.
11) Mengajarkan latihan nafas dalam dan batuk, latihan tungkai, cara mengubah posisi
dan gerak.
12) Melengkapi daftar tilik preoperasi. Adapun tindakan keperawatan yang perlu
diberikan pada pasien preoperatif menurut Potter & Perry ( 2015 ), pada hari
pembedahan diantaranya:
a. Memeriksa isi rekam medis dan melengkapi pencatatan, seperti pemeriksaan
penunjang dan inform consent
b. Melakukan pengukuran tanda – tanda vital
c. Melakukan pembersihan pasien
d. Melakukan pemeriksaan rambut dan kosmetik
e. Melakukan pemeriksaan prostese
f. Mempersiapkan usus dan kandung kemih
g. Melakukan pemasangan stoking anti emboli atau alat kompresi sekuensial
h. Meningkatkan martabat pasien dengan memberikan privasi terhadap klien
i. Melakukan prosedur khusus seperti pemasangan NGT
j. Menyimpan barang – barang berharga pasien
k. Memberikan obat preoperatif

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Pre Operatif

16
1) Pengkajian
Persiapan praoperasi
a) Persiapan Fisik, mencakup :
 Status kesehatan fisik umum
Pemeriksan kesehatan fisik secara umum ada 5 tahapan yaitu:
- Identitas pasien
Pada identitas pasien, hal-hal yang harus dicatat meliputi nama pasien,
umur, jenis kelamin, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, status, keluhan
penyakit dan siapa yang akan bertanggung jawab pada biaya
pengoperasian pasien nantinya.
- Riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu
Selain mencatat identitas pasien, data tentang riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu pasien juga perlu diketahui. Hal itu bertujuan untuk
memudahkan dalam proses meningkatkan koping pasien.
- Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat tentang kesehatan keluarga juga penting, karena bisa saja
penyakit yang diderita pasien menjadi salah satu faktor penyebab akibat
penyakit keturunan yang diderita keluarganya.
- Pemeriksaan fisik lengkap
Pada pemeriksaan fisik lengkap data yang harus dicatat meliputi :
 Vital sign
 Analisi darah
 Endoskopi
 Pemeriksaan feses dan urine
 Status Cardiovaskuler
 Biopsi jaringan
 Fungsi ginjal dan hepar
 Fungsi endoskrin
 Fungsi imunologi
- Kondisi fisiologis pasien
Kondisi pasien juga menentukan apakah pasien layak untuk dioperasi atau
tidak. Pasien diharapkan mempunyai stamina yang baik dimana pasien
dianjurkan istirahat dan tidur yang cukup bertujuan agar pasien tidak

17
mengalami stress fisik dan selain itu tubuh pasien akan menjadi lebih
rileks.
- Status nutrisi
Hal- hal yang dapat dicatat pada status nutrisi yaitu :
 Mengukur tinggi dan berat badan pasien
 Mengukur kadar protein darah (albumin dan globulin)
 Mengukur lingkar lengan atas
Pengukuran tersebut dilakukan sebelum pembedahan untuk
mengoreksi apakah pasien mengalami defisiensi nutrisi atau tidak.Jika
pasien mengalami defisiensi nutrisi segera beri asupan nutrisi yang
cukup.Hal itu bertujuan agar protein yang cukup nantinya dapat
memperbaiki jaringan.
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit pasien harus dalam keadaan yang normal, dimana yang
perlu diperhatikan yaitu intake cairan yang masuk ke tubuh pasien harus sama
dengan output cairan yang dikeluarkan pasien. Cara mengukur intake dan
output tubuh pasien adalah sebagai berikut :
 Intake
Pengukuran intake dapat diukur dengan mencatat berapa banyak cairan
(cc) yang masuk melalui oral maupun intravena.
 Output
Cairan yang dikeluarkan bisa melaui urine, keringat dan uap air pada
pernafasan
- Pengosongan lambung dan colon
Intervensi keperawatan yang diberikan diantaranya pasien dipuasakan
yaitu berkisar antara 7- 8 jam dan puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB.
Hal itu bertujuan untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke
paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga
menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Jika pada pasien yang
membutuhan pengoperasian segera maka dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (Naso Gastric Tube).

18
- Personal hygiene

Sebelum melakukan pembedahan ada baiknya memperhatikan personal


hygine pasien yaitu dengan cara memandikan pasien dan membersihkan
bagian tubuh yang akan diopersi. Hal itu bertujuan agar kuman atau bakteri
yang melekat pada tubuh menjadi berkurang atau bahkan mati dan itu
merupakan salah satu cara menjaga kesterilan sehingga mengurangi resiko
terinfeksi terhadap daerah yang dioperasi.

- Pencukuran daerah operasi


Pencukuran pada daerah operasi bertujuan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang akan dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat persembunyian kuman dan
juga dapat menghambat proses penyembunhan dan perawatan luka.Sering kali
pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman.
- Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter.Selain itu pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi
juga diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan.
Kondisi fisiologis akan mempengaruhi proses pembedahan.
b) Persiapan Mental, diperlukan karena:
Persiapan mental tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan
operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labih dapat mempengaruhi
terhadap kondisi fisiknya dimana tindakan pembedahan merupakan ancaman
potensial maupun actual yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis
dan psikologis. Adapun penyebab kecemasan pasien menghadapi pembedahan
yaitu:
 Takut terhadap nyeri yang akan dialami
 Takut terhadap keganasan
 Takut menghadapi ruang operasi dan alat bedah
 Takut operasi gagal dan cacat
 Takut meninggal di meja operasi.
Hal-hal yang perlu digali untuk mengantisipasi masalah kecemasan pasien
antara lain:

19
 Pengalaman operasi pasien
 Pengertian pasien tentang tujuan operasi
Peran perawat membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan
yang akan di alami pasien sebelum melakukan operasi, memberikan
informasi pada pasien tentang waktu operasi dan hal-hal yang akan dialami
pasien selama proses operasi. Dengan mengetahui berbagai informasi
selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi
operasi.
- Pengetahuan pasien tentang kondisi kamar operasi
Peran perawat memberikan informasi tentang kondisi kamar operasi
dengan menunjukkan kamar yang akan dijadikan ruangan untuk pembedahan
pasien.
- Pengetahuan pasien tentang prosedur perioperative
Peran perawat memberikan kesempatan pasien dan keluarga untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada.Dan memberi kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien diantar ke
kamar operasi.
- Pengertian yang salah/keliru tentang pembedahan
Peran perawat mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan
pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan
kecemasan pada pasien.
- Faktor pendukung/support system.
c) Pendidikan Praopertif
Pada persiapan ini pasien diberikan pendidikan berupa pendidikan
tentang langkah-langkah prosedur dan harus mencakup sensasi yang akan
pasien alami seperti memberitahu pasien hanya medikasi praoperatif yang
akan membuatnya rileks sebelum operasi tidaklah seefektif bila menyebutkan
juga bahwa medikasi tersebut dapat mengakibatkan kepala terasa melayang
dan mengantuk. Terdapat 3 cara medikasi praoperatif yaitu :
- Latihan napas dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien
lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur.
Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi

20
darah setelah anastesi umum. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
- Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan
lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
- Letakkan tangan diatas perut
- Hirup udara sebanyak – banyaknya dengan menggunakan hidung dalam
kondisi mulut tertutp rapat
- Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan – lahan, udara
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
- Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
- Lakukan latihan dua kali sehari praoperatif
- Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan ansietas general. Karena akan mengalami
pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi terantesi. Sehingga ketika
sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan
terasa banyak lendir kental di tenggorokan.Latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien stelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret
tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
 Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan
letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk
 Kemudian pasien naafs dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
 Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak
hanya batuk menggunakan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka
pada tenggorokan.
 Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap
incise
 Ulangi lagi sesuai kebutuhan
 Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan
dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk
menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi
guncangan tubuh saat batuk.
 Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif
 Kontrol dan medikasi nyeri

21
 Kontrol kognitif
 Informasi lain

d) Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari tindakan pembedahan.Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter tidak memungkinkan bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Adapun yang meliputi pemeriksaan penunjang antara
lain :
 Hasil pemeriksaan Radiologi :
- Thorax foto, foto abdomen
- USG
- CT scan
- BNO-IVP
- Colon in loop
- EKG, ECHO
 Hasil pemeriksaan Laboratorium
Berupa pemeriksaan darah yaitu :
- Hemoglobin
- Angka leukosit
- Limfosit
- Jumlah trombosit
- Protein total (albumin dan globulin)
- Elektrolit (kalium, natrium, chlorida)
- BUN
- LED
- Ureum kreatinin
 Biopsi
Tindakan operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum dioperasi
 Pemeriksaan kadar gula darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalam rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan

22
dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8
pagi)
 Informed Consent
Informed consent merupakan suatu pernyataan tertulis yang dibuat
secara sadar dan sukarela dari pasien diperlukan sebelum surat
pembedahan dilakukan. Dan disini tanggung jawab perawat adalah
memastikan informed consent telah didapat sukarela dari pasien oleh
dokter. Hal-hal yang harus dilakukan oleh ahli bedah dan perawat sebelum
pasien menandatangani formulir consent adalah :
- Ahli bedah harus memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana
tentang apa yang akan diperlukan dalam pembedahan.
- Ahli bedah juga harus menginformasikan pasien tentang alternatif-
alternatif yang ada.
- Menjelaskan kemungkinan resiko saat dan sesudah pembedahan
- Menjelaskan perubahan bentuk tubuh yang akan terjadi
- Menjelaskan pembedahan dapat menimbulkan kecacatan fisik
- Menjelaskan bahwa pembedahan juga dapat menimbulkan
ketidakmampuan dan pengangkatan bagian tubuh
- Menjelaskan komplikasi yang akan muncul akibat pembedahan
- Menjelaskan juga tentang apa yang akan diperkirakan terjadi pada
periode pascaoperatif awal dan lanjut

Adapun kriteria informed consent dikatakan sah apabila :

- Pasien secara pribadi menandatangani consent tersebut jika telah


mencapai usia legal dan mampu secara mental
- Pasien dibawah umur , atau tidak sadar atau tidak kompeten, izin harus
didapat dari anggota keluarga yang bertanggung jawab atau wali yang
sah.
 Pemeriksaan status anastesi
Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilkukan untuk
keselamatan pasien selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi
kepentingan pembedahn, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien.

23
2) Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tahap preoperatif menurut Brunner
(2012) mencakup:
a. Ansietas berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan hasil akhir
dari pembedahan.
b. Defisit pengetahuan mengenai prisedur dan protokol praoperatif dan harapan
pascaoperatif.
3) Intervensi

N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN (SIKI)


O KEPERAWATAN (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Tingkat Ansietas 1. Reduksi ansietas (I.09314)
(L.09093)
Ansietas (D.0080) Definisi :
Definisi : Definisi : kondisi
Meminimalkan kondisi individu dan
emosional dan
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap
pengalaman subjektif
pengalaman subjektif objek yang tidak jelas dan spesifik
terhadap objek yang
individu terhadap tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
objek yang tidak jelas akibat antisispasi memungkingkan individu
dan spesifikakibat bahaya yang melakukan tindakan untuk
antisipasi bahaya yang memungkinkan menghadapi ancaman.
memungkinkan individu melakukan
individu lakukan tindakan untuk Tindakan :
tindakan untuk menghadai ancaman.
Observasi :
mengahadapi ancaman.
Kriteria hasil :
1. Identifikasi sangat singkat
Penyebab : 1. Verbalisasi ansietas berubah (mis.
kebingungan Kondisi, waktu, stresor)
1. Krisis menunurun
situasional 2. Monitor tanda-tanda ansietas
Verbalisasi
2. Kebutuhan (verbal dan nonverbal)
khawatir Terapeutik :
tidak terpenuhi
3. Krisis akibat kondisi 1. Ciptakan suasana terapeutik
maturasional yang dihadapi utuk menumbuhkan
4. Ancaman kepercayaan
menurun.
terhadap 2. Pahami situasi yang
konsep diri membuat ansietas
5. Ancaman Edukasi :
terhadap
kematian 1. Jelaskan prosedur, termasuk
6. Kekhawatiran sensasi yang mungkin
mengalami dialami

24
kegagalan 2. Anjurkan mengungkapkan
7. Disfungsi perasaan dan persepsi
sistem keluarga 3. Latih teknik relaksasi
8. Hubungan Kolaborasi :
orang tua-anak
- Kolaborasi pemberian obat
tidak
antiansietas, jika perlu
memuaskan
9. Faktor
keturunan 2. Terapi relaksasi (I.09326)
(temperamen Definisi : menggunakan teknik
mudah peregangan untuk mengurangi tanda
teragitasi sejal dan gejala ketidaknyamanan seperti
lahir) nyeri, ketegangan otot, atau
10. Penyalahgunaa kecemasan.
n zat
Tindakan :
11. Terpapar
bahaya Observasi
lingkungan
- Monitor respon terhadap
(mis. relaksasi
toksin,volutan, Teraputik
dan lain-lain)
- Gunakan pakaian longgar
12. Kurang
Edukasi
terpapar
informasi - Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi
Gejala dan Tanda yang tersedia (Mis. Musik,
Mayor meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
Subjektif :
1. Merasa bingung Kolaborasi
2. Merasa Tidak tersedia.
khawatir
dengan akibat
dari kondisi 3. Biblioterapi
yang dihadapi
3. Sulit Definisi : Menggunakan literatur
berkonsentrasi untuk mengekspresikan perasaan,
Objektif
menyelesaikan masalah secara aktif,
1. Tampak gelisah
meningkatkan kemampuan koping
Objektif :
atau pengetahuan.
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang Tindakan :

25
3. Sulit tidur Observasi

Gejala dan Tanda - Identifikasi kemampuan


Minor emosional, kognitif,
Subjektif : perkembangan dan
1. Mengeluh situasional
pusing Teraputik
2. Anoreksia
3. Palpitasi - Pilih literatur (cerita, puisi,
4. Merasa tidak
esai, artikel, buku atau
berdaya
Objektif : novel) berdasarkan
kemampuan membaca, atau
1. Frekuensi napas
meningkat sesuai situasi/perasaan yang
2. Frekuensi nadi dialami.
meningkat
Edukasi
3. Tekanan darah
meningkat - Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Diaphoresis
biblioterapi
5. Tremor
6. Muka tampak - Anjurkan membaca ulang
pucat Kolaborasi
7. Suara bergetar
8. Kontak mata - konsultasikan dengan pustakawan
buruk untuk penelusuran buku/literatur
9. Sering
yang tepat.
berkemih
Berorientasi
pada masa lalu

4. Dukungan Emosional
Definisi : Memfasilitasi penerimaan
kondisi emosional selama masa
stress

Tindakan :

Observasi

- Identifikasi hal yang


memicu emosi

26
Teraputik

- Fasilitasi mengungkapkan
perasaan cemas, marah, atau
sedih.
Edukasi

- Anjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami (mis.
Ansietas, marah dan sedih)
Kolaborasi

- Rujuk untuk konseling, jika


perlu
4) Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien
(Potter&Perry, 2009)
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan pengertian :

S : adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara


subjektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat


menggunakan pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan.

A : adalah merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon


subjektif dan objektif klien yang dibandingkan dengan criteria dan standar yang telah
ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien.

P : adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan


analisis.

BAB III

PENUTUP

27
3.1 Kesimpulan

Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat


dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan
untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Tahap pertama dari perawatan perioperatif
yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Semua pemeriksaan
(anamnesa, pem. Fisik, Lab, Radiologi, dll) dilakukan sebelum penderita dilakukan operasi.
Seorang perawat memiliki tugas memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat
dilaksanakannya operasi pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan-kebutuhannya.

3.2 Saran

Menurut pendapat kami sebagai seorang perawat hendaknya mempersiapkan pasien


secara fisik maupun psikologis saat akan dilakukan operasi sesuai dengan konsep asuhan
keperawatan, seperti memberikan rasa nyaman, memberikan informasi terhadap tindakan
yang akan dilakukan dan membina hubungan baik dengan pasien serta keluarga pasien.

DAFTAR PUSTAKA

28
Anonim. 2010. Keperawatan Perioperatif. Available at :

http://tutorialkuliah..com/2009/01/keperawatan-perioperatif_22.html (Diakses tanggal 5

maret 2018)

Anonim. 2010. Perioperatif. Available at : http://torazone.com/2490503/ (Diakses tanggal : 5

Maret 2018)

Baradero, Dayrit, Siswadi. (2016). Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth . (2015). ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF . Jakarta: EGC

Rothrock . (2012). Perawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Sjamsuhidayat dan Dejong . (2014). Konsep Preoperatif. Retriefed from :

http://tutorialkuliah.org/2013/01/perioperatif_22.html? Diakses tanggal 5 maret 2018

29

Anda mungkin juga menyukai