Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENGATASI KECEMASAN TERHADAP VAKSINASI COVID-19

Oleh Kelompok 2:
ANDAR GUSWIRA LINCE ALDILA
FITRI RUZANI NELI APRIENTY
FITRIANI NOVITA DELVI
GHEA INDAH RIA OKTAVIANTI
IFTITATHURRAHMATH VIVI SISKA
IRINA YOGA PRILZA
LINA SARIANI YUYUN SAFURA

Pembimbing Akademik CI Lapangan

(Ns. Del Fatmawati, M.Kep) (Ns. Widya Francisca, M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
MENGATASI KECEMASAN TERHADAP VAKSINASI COVID-19

Topik : Mengatasi Kecemasan Terhadap Vaksinasi Covid-19


Sasaran : Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Emas
Hari/Tanggal : Sabtu, 27 November 2021
Waktu : 09.00 WIB s/d Selesai
Tempat : Aula Puskesmas Tanjung Emas

I. Latar Belakang
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui enyebab penyakit yang dapat menimbulkan gejala
berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19
antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO China Country Office
melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologi nya di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China
mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal
30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11 Maret
2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke
berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020,
WHO melaporkan 167.971.644 kasus konfirmasi dengan 3.486.747 kematian
di seluruh dunia. Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret
2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah
Indonesia. Sampai dengan tanggal 25 Mei 2021 Kementerian Kesehatan
melaporkan 1.786.187 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 49.627 kasus
meninggal.
Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah menjangkau
seluruh wilayah provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah
kematian semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di
Indonesia. Sehingga perlu segera dilakukan intervensi tidak hanya dari sisi
penerapan protokol kesehatan namun juga diperlukan intervensi lain yang
efektif melalui upaya pemberian vaksinasi.
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen yang bila diberikan
kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit tertentu. Vaksin bukanlah obat namun vaksin mendorong
pembentukan kekebalan spesifik pada penyakit Covid-19 agar terhindar dari
tertular atau kemungkinan sakit berat.
Tujuan pemberian vaksin adalah untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian, dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
Vaksin akan membuat tubuh seseorang mengenali bakteri/virus penyebab
penyakit tertentu, sehingga bila terpapar bakteri/virus tersebut akan menjadi
lebih kebal.
Pemerintah Indonesia resmi memulai pelaksanaan vaksinasi COVID-
19 pada tanggal 13 januari 2021 dengan vaksinasi pertama dilakukan pada
Presiden RI Joko Widodo, serta sejumlah perwakilan dari berbagai latar
belakang seperti tenaga kesehatan, pemuka agama, guru dan lain-lain.
Namun program vaksinasi pemerintah ini menuai pro dan kontra,
berdasarkan hasil survei menunjukan bahwa ada 54,9% masyarakat yang
bersedia di vaksin dan sekitar 43% yang menolak untuk di vaksin, namun ini
belum sesuai dengan target capaian pemerintah dimana untuk mencapai herd
immunity minimal 70% masyarakat yang di vaksin. Sebagian besar
masyarakat yang menolak vaksinasi mengungkapkan adanya kecemasan
terhadap vaksin yang akan diberikan. Sehingga berdasarkan uraian diatas
perlu adanya pemberian penyuluhan dalam hal mengatasi kecemasan terhadap
vaksinasi COVID-19.

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang cara mengatasi kecemasan
terhadap vaksinasi COVID-19 diharapkan peserta dapat mengetahui apa itu
vaksinasi dan bagaimana cara mengatasi kecemasan terhadap vaksinasi COVID-
19.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan para peserta
penyuluhan dapat:
a. Dapat mengetahui / memahami tentang COVID-19
b. Dapat mengetahui / memahami tentang Vaksinasi
c. Dapat Mengetahui / Memahami Konsep dasar Kecemasan
d. Dapat mengetahui / memahami cara mengatasi kecemasan terhadap
vaksinasi COVID-19

III. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
IV. Materi
Terlampir

V. Media
1. Power Point
2. Leaflet

VI. Setting Tempat

Keterangan :
: Moderator
: Penyaji
: Peserta
: Fasilitator
: Oberver

VII. Pembagian Tugas


Moderator : Neli Aprienty
Penyaji : Lince Aldila
Observer : Fitriani, Vivi Siska, Novita Delvi, Yoga Prilza, Andar
Guswira, Lina Sariani
Fasilitator : Ghea Indah, Iftitathurrahmath, Ria Oktavianti, Fitri
Ruzani, Yuyun Safura, Irina
VIII. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan:
a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari c. Memperhatikan
penyuluhan
d. Menyebutkan materi yang akan d. Memperhatikan
diberikan
e. Menyampaikan kontrak waktu e. Memperhatikan
2 35 menit Pelaksanaan :
a. Menjelaskan dan menguraikan a. Mendengarkan
materi tentang:
1) COVID-19
2) Vaksinasi
3) Konsep dasar Kecemasan.
4) Cara mengatasi kecemasan
terhadap vaksinasi COVID-19
b. Memberi kesempatan kepada b. Bertanya
peserta untuk bertanya
3 5 menit Terminasi:
a. Melakukan evaluasi a. Menjawab
b. Menyimpulkan materi yang telah b. Memperhatikan
disampaikan
c. Membagikan leaflet kepada semua c. Menjawab salam
peserta mengucapkan salam penutup

IX. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Tim penyuluh datang sebelum waktu yang ditetapkan untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan penkes.
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan penyuluhan berjalan sesuai rencana.
b. Masyarakat antusias mendengarkan materi penkes dan menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji.
c. Penyuluhan dimulai tepat waktu.
3. Evaluasi hasil
a. Masyarakat dapat memahami tentang Covid-19, vaksinasi, konsep
dasar kecemasan dan cara mengatasi kecemasan terhadap vaksinasi
COVID-19.
b. Masyarakat dapat mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji.
c. 75% pertanyaan yang diajukan dapat dijawab dengan benar.
Pertanyaan yang akan diajukan berupa :
1) Apa yang dimaksud COVID-19?
2) Apa yang dimaksud vaksinasi?
3) Bagaimana konsep dasar kecemasan?
4) Bagaimana cara mengatasi kecemasan terhadap vaksinasi Covid-
19?

X. REFERENSI
Dinkes Provinsi Bali. 2020. Kenali lebih jauh Vaksinasi Covid-19. Bali:
Bidang Promosi Kesehatan
Kemenkes. 2020. Pedoman pencegahan dan pengendalian Coronavirus
Desease (COVID-19). Jakarta Pusat Promosi Kesehatan
Kemenkes. 2020. Buku Vaksin Covid. Jakarta Pusat Promosi Kesehatan.
Kemenkes. 2020. Seputar Pelaksanaan Vaksinasi Promosi Kesehatan.
Mental Healt Amerika. Dealing With COVID-19 Vaccine Anxiety
www.mhanational.org
Silmi Z. 2021. Reaksi Kecemasan Terkait Vaksinasi.
(https://kawalcovid19.id/content/1902/kipi-atau-reaksi-kecemasan-
terkait vaksinasi) diakses pada tanggal 22 Mei 2021.
Zain E. 2021. Mengatasi Cemas terkait Vaksinasi Covid-19.
(http://lp2m.unmul.ac.id/webadmin/public/upload/files/d3fe2f934771b1
76b3 0501922cb27824.pdf) diakses pada taggal 22 Mei 2021
LAMPIRAN MATERI VIRUS CORONA

A. COVID-19
1. Definisi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS
V-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi
COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk
dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.

2. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,
berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada
Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),
glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus,
betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya
COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
HCOV-229E (alphacoronavirus), HCOV-OC43 (betacoronavirus),
HCOVNL63 (alphacoronavirus) HCOV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-
CoV (betacoronavirus), dan MERS-CoV (belacoronavirus). Coronavirus yang
menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus,
umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan berdiameter 60
140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam
subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS
pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International
Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab
COVID-19 sebagai SARS-CoV-2. Belum dipastikan berapa lama virus
penyebab COVID-19 bertahan di atas permukaan, tetapi perilaku virus ini
menyerupai jenis-jenis coronavirus lainnya. Lamanya coronavirus bertahan
mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang berbeda (seperti jenis permukaan,
suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian (Doremalen et al, 2020)
menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada
permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan
kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-COV-2
sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan
dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol,
disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksiasetat, dan khloroform
(kecuali khlorheksidin).

3. Penularan
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun,
hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14
hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di
hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang
tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai dengan
48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari
setelah onset gejala. Sebuah studi Du Z et. al, (2020) melaporkan bahwa
12,6% menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui
periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui
droplet atau kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan,
bahwa terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik),
meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih ada kemungkinan
kecil untuk terjadi penularan.
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan
bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet
merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet
terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan
seseorang yang memiliki gejala pemapasan (misalnya, batuk atau bersin)
sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau
konjungtiva (mata).
Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang
terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu,
penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan
orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau
termometer). Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat
dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan
suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi,
suction terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum
intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator,
ventilasi tekanan positif non-invasif, trake os tomi, dan resusitasi
kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi
melalui udara.
4. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun
dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam,
rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri
dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit.
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi,
40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit
sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan
5% kasus akan mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan
dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi
organ, termasuk gagal ginjal atau gagal jantung akut hingga berakibat
kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan kondisi medis yang
sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan
paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan.

B. VAKSINASI
1. Definisi
Vaksin adalah produk biologi yang mengandung antigen yang bila
diberikan kepada seseorang akan secara aktif menimbulkan kekebalan spesifik
terhadap penyakit tertentu.
Vaksin bukanlah obat. Vaksin mendorong pembentukan kekebalan
spesifik pada penyakit Covid-19 agar terhindar dari tertular atau kemungkinan
sakit berat.
2. Tujuan Pemberian
Tujuan pemberian vaksin adalah untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian, dan kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
Vaksin juga akan membuat tubuh seseorang mengenali bakteri/virus
penyebab penyakit tertentu, sehingga bila terpapar bakteri/virus tersebut akan
menjadi lebih imun.
Vaksin yang sudah dipakai di masyarakat sudah dijamin keamanannya
dan umumnya tidak menimbulkan reaksi simpang yang berat.

3. Macam-Macam Vaksin
a. Inactivated Vaccine
Teknologi inactivated vaccine yakni pengembangan jenis vaksin
covid-19 ini berasal dari virus yang dilemahkan kendati bukan metode
baru, teknologi pengembangan vaksin ini masih banyak digunakan oleh
para ahli. Vaksin covid-19 ini mengandung seluruh virus corona. Meski
mengandung seluruh virus penyebab penyakit covid namun virus itu telah
di modifikasi secara kimiawi untuk di nonaktifkan. Cara kerja vaksin
jenis ini adalah menggunakan bahan kimia yang disebut
betapropiolactone untuk menonaktifkan virus covid dalam vaksin mereka.
Bahan kimia tersebut kemudian akan mengubah materi genetic dari virus.
Vaksin dari virus yang dinonaktifkan ini tidak dapat menyebabkan covid-
19, karena virus tersebut sudah tidak bisa menggandakan dirinya.
b. Messenger mRNA
Vaksin ini adalah jenis vaksin covid-19 yang dikembangkan oleh
perusahaan Pfizer asal Amerika Serikat. BioNtch dari jerman. Jenis
vaksin ini juga yang dipergunakan dalam pengembangan vaksin covid-19
miliknya. Vaksin vfizer dan moderna telah banyak dipergunakan
sejumlah Negara, seperti Amerika Serikat, serta beberapa Negara lain di
eropa dan timur tengah. Teknologi vaksin mRNA memang bukan hal
baru. Sebab, teknologi ini juga telah digunakan para ilmuan dalam
mengembangkan vaksin untuk penyakit menular dan kanker selama
beberapa tahun ini. Vaksin ini tidak mengandung bagian apapun dari
virus SARS-CoV namun sebaliknya, vaksin ini membawa separuh
messenger RNA, materi genetic yang disintesis secara kimiawi. Materi
RNA berisi informasi yang diperlukan sel kita sendiri untuk membuat
protein spike SARS-CoV2
c. Vaksin Vektor Virus
Jenis vaksin covid-19 ini sama seperti vaksin mRNA. Meski
pengembangannya berbasis virus, namun jenis vaksin tersebut tidak
mengandung virus SARS-CoV2 penyebab covid-19. Para ilmuwan vaksin
menggunakan virus yang tidak berbahaya untuk mengirimkan gen yang
memungkinkan sel kita membuat protein spike. Vaksin-vaksin virus
corona menggunakan metode ini antara lain seperti vaksin AstraZeneca
yang dikembangkan bersama universitas Oxford, Sputnik, V dari Rusia,
dan vaksin jonson. Ketiga jenis vaksin ini dikembangkan dengan
menggunakan jenis virus, adenovirus yang berbeda, sebagai system
pengiriman atau vector. Adenovirus dapat menyebabkan flu biasa, dan
ada banyak jenis adenovirus yang dapat menginfeksi spesies berbeda.

4. Manfaat dan Efek Samping Vaksinasi


Sebagaimana manfaat dari vaksin lainnya, Vaksin COVID-19
bermanfaat untuk memberi perlindungan tubuh agar tidak jatuh sakit akibat
COVID-19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi kekebalan spesifik
dalam tubuh dengan pemberian vaksin. Secara umum, efek samping yang
timbul dapat beragam, pada umumnya ringan dan bersifat sementara, dan
tidak selalu ada, serta bergantung pada kondisi tubuh. Efek simpang ringan
seperti demam dan nyeri otot atau ruam-ruam pada bekas suntikan adalah hal
yang wajar namun tetap perlu dimonitor. Melalui tahapan pengembangan dan
pengujian vaksin yang lengkap, efek samping yang berat dapat terlebih dahulu
terdeteksi sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut. Manfaat vaksin jauh lebih
besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak divaksin.
(Kemenkes, 2020)

C. KONSEP DASAR KECEMASAN


1. Definisi
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu), Kecemasan merupakan perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (Herdman &
Kamitsuru, 2018).
Kecemasan adalah reaksi yang salah satu menampilkan di bawah
tekanan emosional atau fisik. Dalam kehidupan sehari-hari kecemasan sering
menggambarkan situasi yang dinyatakan dengan istilah ketakutan,
keprihatinan dan kegelisahan. (Ozen G, 2018 dalam Fikri, 2018). Kecemasan
juga merupakan keadaan emosional negative yang ditandai dengan adanya.
firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat,
kesulitan bernapas.

2. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart, 2016 mengidentifikasi empat tingkat ansietas dengan
penjelasan efeknya, yaitu :
a. Ansietas Ringan
Terjadi pada saat ada ketegangan dalam hidup sehari-hari. Selama ini
seseorang waspada dan lapang persepsi meningkat. Kemampuan
seseorang untuk melihat, mendengar, dan menangkap lebih dari
sebelumnya. Jenis ansietas ini dapat memotivasi belajar, menghasilkan
pertumbuhan, dan meningkatkan kreativitas.
b. Ansietas sedang
Terjadi ketika seseorang hanya berfokus pada hal yang penting saja dan
lapang persepsi menyempit. Sehingga kurang dalam melihat, mendengar
dan menangkap. Seseorang memblokir area tertentu tetapi masih mampu
mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Ansietas berat.
Terjadi ditandai dengan penurunan yang signifikan di lapang persepsi.
Ansietas jenis ini cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak
berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi
ansietas dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk fokus pada area lain.
d. Panik
Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror. Pada sebagian orang yang
mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan
arahan. Gejala panik yang sering muncul adalah peningkatan aktivitas
motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyempit dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak dapat bertahan tanpa batas waktu, karena tidak
kompatibel dengan kehidupan. Kondisi panik yang berkepanjangan akan
mengakibatkan kelelahan dan kematian, tetapi panik dapat diobati dengan
aman dan efektif.

3. Gejala Kecemasan
Menurut Mahmuda, 2019, kecemasan dapat diekspresikan secara langsung
melalui perubahan fisiologis dan perilaku.
a. Gejala kecemasan fisiologis, diantaranya adalah kardiovaskuler (jantung
berdebar dan rasa ingin pingsan), pernafasan (sesak nafas, tekanan pada
dada, dan sensasi tercekik), neuromuskular (insomnia, mondar-mandir,
dan wajah tegang), gastrointestinal (nafsu makan hilang, mual, dan diare),
saluran perkemi han (tidak dapat menahan kencing), dan kulit
(berkeringat, wajah memerah, dan rasa panas dingin pada kulit).
b. Gejala kecemasan perilaku yang meliputi kognitif dan afektif. Perilaku
kognitif diantaranya adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk,
pelupa, salah memberikan penilaian, hambatan berpikir, kehilangan
objektivitas, bingung, takut, dan mimpi buruk. Perilaku afektif
diantaranya adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,
ngeri, khawatir, rasa bersalah, dan malu.

4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Menurut World Health Organization, terdapat lima penyebab spesifik
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Event Following
Immunization (AEFIs), yaitu KIPI terkait produk vaksin, KIPI terkait cacat
mutu/kerusakan vaksin, KIPI terkait kekeliruan prosedur imunisasi, KIPI
terkait kejadian koinsiden, dan KIPI terkait reaksi kecemasan.
Berdasarkan definisi WHO, reaksi kecemasan terkait imunisasi atau
Immunization Anxiety-Related Reaction (IARR) adalah berbagai tanda serta
gejala yang mungkin timbul dikarenakan oleh kecemasan, bukan akibat dari
produk vaksin, cacat atau kerusakan vaksin, atau kesalahan dalam program
serta prosedur vaksinasi. Gejala reaksi kecemasan yang dapat muncul terkait
vaksinasi antara lain:
a. Gejala reaksi stress akut: peningkatan detak jantung, hiperventilasi (nafas
cepat dan dalam), mulut kering, berkeringat, kesemutan
b. Gejala reaksi vasovagal: penurunan laju jantung, penurunan tekanan
darah, hiperventilasi, masalah penglihatan, sinkop (pingsan sekejap
dengan durasi kurang dari 20 detik), pusing ringan
c. Gejala reaksi disosiatif neurologis dengan atau tanpa kejang: kelemahan
otot bahkan kelumpuhan, gerakan abnormal anggota badan, gangguan
cara berjalan dan bicara, serta kejang non epileptik
Munculnya reaksi kecemasan terkait vaksinasi tidak lepas dari beberapa faktor
pemicu:
a. Faktor Internal – Usia remaja dan jenis kelamin perempuan lebih rentan
mengalami reaksi kecemasan, tipe kepribadian tertentu, riwayat
kecemasan atau gangguan jiwa, riwayat fobia jarum suntik, riwayat
konsumsi NAPZA atau obat yang mempengaruhi kondisi kejiwaan.
b. Faktor Eksternal – Banyaknya informasi yang salah dan menyesatkan
yang menyebar melalui media sosial, pengalaman negatif terkait
vaksinasi, kurangnya kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan, dan
kurangnya pengetahuan dari tenaga kesehatan mengenai kemungkinan
terjadinya reaksi kecemasan terkait vaksinasi serta cara penanganannya.

D. CARA MENGATASI KECEMASAN


Sambil menunggu, melihat, dan menjalani, penting untuk mengelola stres
dan cemas yang dirasakan khususnya terhadap vaksinasi covid-19 seperti:
1. Menyiapkan Kesehatan mental sebelum vaksinasi
2. Melakukan riset sendiri, karena kecemasan seringkali muncul akibat
ketidaktahuan sehingga pertimbangkan apa yang membuat cemas kemudian
pelajari.
3. Berusaha untuk up to date mengenai perkembangan vaksin, kebijakan
kebijakan baru, alur distribusi dan hati-hati untuk tidak mengkonsumsi semua
berita dari sosial media.
4. Cari informasi dari sumber yang terpercaya, isu medis bisa merujuk pada
website Kementerian Kesehatan, Satgas Covid-19, WHO, UNICEF, CDC atau
lembaga-lembaga kesehatan kredibel lainnya
5. Mempertimbangkan antara manfaat dan resiko
6. Mempersiapkan diri satu hari sebelum vaksinasi dengan tidur dan makan
cukup.
7. Jangan ragu untuk melaporkan keluhan jika ada gejala yang muncul setelah
vaksinasi, tetap tenang dan jangan panik, serahkan kepada profesional
Mempersiapkan diri bagi pasien penyakit kronis seperti hipertensi atau
diabetes dengan tetap minum obat sesuai jadwal. Menurut rekomendasi
perkumpulan dokter ahli saraf Indonesia (PERDOSSI), disarankan untuk tidak
meminum obat analgetik (paracetamol, ibuprofen dan cafein) dan obat-obatan
golongan NSAID (kalium diclofenac, ibuprofen, naproksen, dll) selama 24 jam
sebelum dan sesudah vaksin agar respon tubuh terhadap vaksinasi tidak turun.

Anda mungkin juga menyukai