Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN TERMOREGULASI

Dosen Pembimbing
Ns. Agus Sumarno,S.Kep.,M.Pd

Nama : Nabila Eka Putri


Nim : 2720200062
Ruang : Camelia

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
2022
A. DEFINISI
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produkis
panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan
panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebih sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Selain adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga
didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan
dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry, 2010).

Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau berisiko


untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menerus lebih tinggi. Menurut
American Academy of Pediatric (AAP) suhu normal rectal pada anak berumur
kurang dari 3 tahun sampai 38°C, suhu normal oral 37,5°C. Pada anak berumur lebih
dari 3 tahun suhu oral dan aksila normal mencapai 37,2°C, suhu rectal normal
sampai 37,8°C, sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatric
Nurse) disebut demam bila anak berumur kurang dari 3 bulan suhu rectal melebihi
38°C. Pada anak lebih dari 3 bulan, suhu oral dan aksila lebih dari 38,3°C.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal (NANDA
International 2009- 2011).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di
bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang
dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2011).

Hipotalamus, yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh


sebagaimana thermostat dalam rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan
pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan
hipotalamus posterior mengontrol produksi panas.
Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set
point,implusakan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran
panas termasuk berkeringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah dan hambatan
produksi panas. Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk
meningkatkan pengeluaran panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh
lebih rendah dari set point, mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi
(penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran aliran darah ke kulit dan
ekstremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter
dan getaran (menggigil) pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif dalam
pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai mengigi. Lesi atau trauma
pada hipotalamus atau korda spinalis, yang membawa pesan hipotalamus, dapat
menyebabkan perubahan yang serius pada kontrol suhu. (Potter dan Perry, 2010).

C. ETIOLOGI
Menurut NANDA (2013) etiologi pada gangguan termoregulasi yaitu:
1. Proses infeksi
2. Aktivitas yang berlebihan,
3. Berat badan ekstrem (berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) kurus = <18,5
dan obesitas = >40),
4. Dehidrasi,
5. Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan,
6. Peningkatan kebutuhan oksigen,
7. Perubahan laju metabolism
8. Sepsis
9. Suhu lingkungan ekstrim
10. Usia ekstrem (bayi premature dan lansia)
11. Kerusakan hipotalamus
12. Trauma
D. TANDA DAN GEJALA
Pada Hipertermi:
1. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
2. Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit),
3. Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit),
4. Kulit kemerahan,
5. Kulit terasa hangat,
6. Kejang,
7. Gelisah,
8. Suhu diatas 37,5OC

Sedangkan pada hipotermi:


1. Bradikardi (nadi kurang dari 60x/menit),
2. sianosis,
3. hipoksia,
4. kulit dingin,
5. CRT lambat,
6. menggigil,
7. pengkatan konsumsi oksigen,
8. penurunan ventilasi,
9. takikardi,
10. vasokontriksi perifer,
11. suhu di bawah 36,5oC
(NANDA, 2013).

E. PENATALAKSANAAN
a. Secara Fisik
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermi

Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperdrosis
(keringat berlebih).
6. Lakukan pendinginan eksternal
7. Berikan oksigen, bila perlu

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring

b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas.

Jenis-Jenis Obat Antipiretik


Obat antipiretik tersedia secara oral dan non-oral. Bentuk sediaan obat
antipiretik per oral seperti tablet, kaplet, dan sirup. Ada juga obat antipiretik
yang dalam
bentuk kapsul supositoria, yaitu kapsul yang dimasukkan ke dalam anus. Obat-
obatan yang termasuk ke dalam jenis antipiretik ada beberapa jenis. Anda perlu
mengetahui beberapa jenis obat antipiretik.

Berikut ini adalah beberapa jenis obat antipiretik:


1. Salisilat (seperti aspirin, salisilamid)
2. Para-aminofenol (misalnya asetaminofen, fenasetin)
3. Obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) — ibuprofen, naproxen, dan
ketoprofen.

Kontraindikasi dan dosis obat antipiretik


1. Paracetamol
Obat antipiretik yang mengandung parasetamol tidak boleh digunakan
oleh pasien yang menderita gangguan fungsi hati berat. Pasien juga tidak
bisa menggunakan parasetamol bila memiliki riwayat alergi terhadap obat
yang mengandung parasetamol. Dosis obat antipiretik yang mengandung
parasetamol untuk anak usia 3 bulan—1 tahun adalah 60 mg—120 mg, anak
1-5 tahun dosisnya 120—250 mg, dan anak 6—12 tahun 250— 500 mg.
Pada orang dewasa, dosisnya adalah 0,5—1 gram setiap 4—6 jam (maksimal
4 gram per hari).

2. Ibuprofen
Ibuprofen adalah kandungan obat yang juga memiliki sifat antipiretik.
Penderita hipersensitivitas dan ibu hamil trimester akhir tidak bisa
menggunakan ibuprofen untuk meredakan demam. Selain itu, orang-orang
yang menderita asma, alergi, urtikaria, dan ulkus peptikum juga tidak bisa
menggunakan ibuprofen. Obat antipiretik yang mengandung ibuprofen
memiliki dosis sekitar 200-250 mg sebanyak3-4 kali sehari bagi orang
dewasa. Pada anak usia 1-2 tahun, dosisnya adalah 50 mg sebanyak 3-4 kali
sehari. Antipiretik dengan kandungan ibuprofen adalah 100-125 mg
sebanyak 3-4 kali sehari bagi anak usia 3-7 tahun, dan 200-250 mg untuk
anak 8-12 tahun dengan frekuensi 3-4 kali sehari.

3. Asetasol (asam asetilsalisilat)


Anak dan remaja di bawah umur 16 tahun tidak bisa menggunakan obat
antipiretik yang mengandung asetosal. Obat antipiretik yang mengandung
asetosal juga tidak boleh digunakan pada ibu menyusui, penderita hemofilia,
penderita asma dan sindrom Reye. Dosis antipiretik yang mengandung
asetosal atau asam asetilsalisilat hanya diperuntukkan bagi orang dewasa.
Orang dewasa memerukan dosis asetosol sebanyak 300-900 mg tiap 4-6 jam
tetapi tidak boleh lebih dari 4 g per hari.

4. Asam mefenamat
Obat antipiretik yang mengandung asam mefenamat tidak boleh
digunakan sembarangan karena juga memiliki beberapa kontraindikasi.
Pasien yang mengalami nyeri akibat operasi CABG tidak boleh
menggunakan obat antipiretik yang mengandung asam mefenamat. Obat
antipiretik yang mengandung asam mefenamat membutuhkan dosis
sebanyak 500 mg dengan frekuensi 3 kali sehari. Dosis tersebut sebaiknya
diberikan setelah makan. Jangan menggunakan asam mefenamat lebihdari 7
hari.

c. Penatalaksanaan Kompres
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2014) Penggunaan kompres air
hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit
akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori
kulit melalui proses penguapan. Selain untuk demam indikasi penggunaan
kompres hangat digunakan untuk meredakan nyeri otot atau sendri yang sudah
berlangsung lama (kronik). Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kompres
hangat tidak dianjurkan digunakan pada luka yang baru atau kurang dari 48 jam
karena akan memperburuk kondisi luka akibat penumpukan cairan pada lokasi
yang cedera dan meningkatkan nyeri. Penggunaan kompres dingin tidak
direkomendasikan untuk mengatasi demam karena dapat meningkatkan pusat
pengatur suhu (set point) hipotalamus, mengakibatkan badan menggigil
sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Kompres dingin mengakibatkan
pembuluh mengecil (vasokonstriksi), yang meningkatkan suhu tubuh. Metode
ini paling baik digunakan untuk cedera olahraga seperti terkilir, terbentur, atau
memar. Kompres dingin digunakan dalam 24 hingga 48 jam setelah terjadinya
cedera dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya inflamasi.

Penatalaksanaan Medis
Pada gangguan termoregulasi hipertermi diberikan antipiretik dan
kompres hangat dan pada hipotermi diberikan infus normal salin yang telah
dihangatkan, beri terapi oksigen.

F. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas
2. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
3. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
4. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit


b. Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan aktivitas yang
berlebih

c. Hipotermi berhubungan dengan transfer panas


d. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan penyakit
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
SLKI SIKI
SDKI
1. Hipertermia (D.0130) Termoregulasi Manajemen Hipertermia
Faktor Resiko : Dengan kriteria hasil : Observasi :
 Aktivitas  Menggigil  Identifikasi penyebab
berlebihan menurun hipertermia
 Dehidrasi  Kulit merah  Monitor suhu tubuh
 Pakaian yang menurun  Monitor komplikasi akibat
tidak sesuai  Pucat menurun hipertermia
 Peningkatan laju  Takikardi Terapeutik :
metabolism menurun  Ciptakan lingkungan yang
 Terpapar  Suhu tubuh dan nyaman
lingkungan panas kulit membaik  Lakukan pendingin
 Proses penyakit ekstrenal
 Suhu lingkungan  Ganti linen setiap hari atau
tinggi lebih sering jika mengalami
 Trauma hyperhidrosis
Edukasi :
 Ajarkan pemberian
kompres hangat jika
demam
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit jika
perlu

4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan rencana tindakan.
Tindakan keperawatan meliputi, tindakan keperawatan, observasi keperawatan
pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan medis yang dilakukan oleh perawat
atau tugas limpah,(Suprajitno, 2014). Implementasi yang dilakukan pada kasus
demam typhoiddengan hipertermi adalah manajemen hipertermia yang meliputi
memonitor suhu tubuh. menyediakan lingkungan yang dingin, melonggarkan
atau melepaskan pakaian, membasahi dan mengipasi permukaan tubuh,
memberikan cairan oral, menganjurkan tirah baring, dan memberikan cairan dan
elektrolit intravena. Implementasi kedua yang dapat dilakukan adalah regulasi
temperatur, yang meliputi memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam, memonitor
warna dan suhu kulit, memonitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi ,
meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, serta memberikan
antipiretik.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah membandingkan status keadaan pasien dengan tujuan atau
kriteria hasil yang ditetapkan.Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses
keperawatan untuk dapat menentukan suatu keberhasilan asuhan keperawatan.
Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment,
planning). Adapun evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien dengan
hipertermi yaitu menggigil menurun,kulit merah menurun, takikardi menurun,
takipnea menurun, suhu tubuh membaik (dalam rentang normal 36,5ºC – 37,5ºC),
suhu kulit membaik, tekanan darah membaik (117/77 mmHg).
DAFTAR PUSTAKA

Nanda International.2009-2011.Diagnosa keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta:EGC

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.3.


Jakarta : EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019

Anda mungkin juga menyukai