Dosen Pembimbing
Ns. Agus Sumarno,S.Kep.,M.Pd
B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di
bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang
dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas. (Kozier, et al., 2011).
C. ETIOLOGI
Menurut NANDA (2013) etiologi pada gangguan termoregulasi yaitu:
1. Proses infeksi
2. Aktivitas yang berlebihan,
3. Berat badan ekstrem (berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) kurus = <18,5
dan obesitas = >40),
4. Dehidrasi,
5. Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan,
6. Peningkatan kebutuhan oksigen,
7. Perubahan laju metabolism
8. Sepsis
9. Suhu lingkungan ekstrim
10. Usia ekstrem (bayi premature dan lansia)
11. Kerusakan hipotalamus
12. Trauma
D. TANDA DAN GEJALA
Pada Hipertermi:
1. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),
2. Takipnea (nafas lebih dari 24 x/menit),
3. Takikardi (nadi lebih dari 100x/menit),
4. Kulit kemerahan,
5. Kulit terasa hangat,
6. Kejang,
7. Gelisah,
8. Suhu diatas 37,5OC
E. PENATALAKSANAAN
a. Secara Fisik
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperdrosis
(keringat berlebih).
6. Lakukan pendinginan eksternal
7. Berikan oksigen, bila perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas.
2. Ibuprofen
Ibuprofen adalah kandungan obat yang juga memiliki sifat antipiretik.
Penderita hipersensitivitas dan ibu hamil trimester akhir tidak bisa
menggunakan ibuprofen untuk meredakan demam. Selain itu, orang-orang
yang menderita asma, alergi, urtikaria, dan ulkus peptikum juga tidak bisa
menggunakan ibuprofen. Obat antipiretik yang mengandung ibuprofen
memiliki dosis sekitar 200-250 mg sebanyak3-4 kali sehari bagi orang
dewasa. Pada anak usia 1-2 tahun, dosisnya adalah 50 mg sebanyak 3-4 kali
sehari. Antipiretik dengan kandungan ibuprofen adalah 100-125 mg
sebanyak 3-4 kali sehari bagi anak usia 3-7 tahun, dan 200-250 mg untuk
anak 8-12 tahun dengan frekuensi 3-4 kali sehari.
4. Asam mefenamat
Obat antipiretik yang mengandung asam mefenamat tidak boleh
digunakan sembarangan karena juga memiliki beberapa kontraindikasi.
Pasien yang mengalami nyeri akibat operasi CABG tidak boleh
menggunakan obat antipiretik yang mengandung asam mefenamat. Obat
antipiretik yang mengandung asam mefenamat membutuhkan dosis
sebanyak 500 mg dengan frekuensi 3 kali sehari. Dosis tersebut sebaiknya
diberikan setelah makan. Jangan menggunakan asam mefenamat lebihdari 7
hari.
c. Penatalaksanaan Kompres
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2014) Penggunaan kompres air
hangat di lipat ketiak dan lipat selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit
akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori
kulit melalui proses penguapan. Selain untuk demam indikasi penggunaan
kompres hangat digunakan untuk meredakan nyeri otot atau sendri yang sudah
berlangsung lama (kronik). Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa kompres
hangat tidak dianjurkan digunakan pada luka yang baru atau kurang dari 48 jam
karena akan memperburuk kondisi luka akibat penumpukan cairan pada lokasi
yang cedera dan meningkatkan nyeri. Penggunaan kompres dingin tidak
direkomendasikan untuk mengatasi demam karena dapat meningkatkan pusat
pengatur suhu (set point) hipotalamus, mengakibatkan badan menggigil
sehingga terjadi kenaikan suhu tubuh. Kompres dingin mengakibatkan
pembuluh mengecil (vasokonstriksi), yang meningkatkan suhu tubuh. Metode
ini paling baik digunakan untuk cedera olahraga seperti terkilir, terbentur, atau
memar. Kompres dingin digunakan dalam 24 hingga 48 jam setelah terjadinya
cedera dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya inflamasi.
Penatalaksanaan Medis
Pada gangguan termoregulasi hipertermi diberikan antipiretik dan
kompres hangat dan pada hipotermi diberikan infus normal salin yang telah
dihangatkan, beri terapi oksigen.
F. MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas
2. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat
masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain
yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
3. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien).
4. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik
atau tidak).
2. Diagnosa Keperawatan
4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan rencana tindakan.
Tindakan keperawatan meliputi, tindakan keperawatan, observasi keperawatan
pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan medis yang dilakukan oleh perawat
atau tugas limpah,(Suprajitno, 2014). Implementasi yang dilakukan pada kasus
demam typhoiddengan hipertermi adalah manajemen hipertermia yang meliputi
memonitor suhu tubuh. menyediakan lingkungan yang dingin, melonggarkan
atau melepaskan pakaian, membasahi dan mengipasi permukaan tubuh,
memberikan cairan oral, menganjurkan tirah baring, dan memberikan cairan dan
elektrolit intravena. Implementasi kedua yang dapat dilakukan adalah regulasi
temperatur, yang meliputi memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam, memonitor
warna dan suhu kulit, memonitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi ,
meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat, serta memberikan
antipiretik.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah membandingkan status keadaan pasien dengan tujuan atau
kriteria hasil yang ditetapkan.Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses
keperawatan untuk dapat menentukan suatu keberhasilan asuhan keperawatan.
Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment,
planning). Adapun evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien dengan
hipertermi yaitu menggigil menurun,kulit merah menurun, takikardi menurun,
takipnea menurun, suhu tubuh membaik (dalam rentang normal 36,5ºC – 37,5ºC),
suhu kulit membaik, tekanan darah membaik (117/77 mmHg).
DAFTAR PUSTAKA