Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TB PARU

Nama : Aguwitha Regshal M


NIM : C2018004

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
TB PARU

A. PENGERTIAN
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Penyakit ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2016).

Mycobacterium tuberculosis merupakan basil tahan asam berukuran 0,5-3 μm.


Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui droplet udara yang disebut sebagai droplet
nuclei yang dihasilkan oleh penderita TB paru ataupun TB laring pada saat batuk, bersin,
berbicara, ataupun menyanyi. Droplet ini akan tetap berada di udara selama beberapa menit
sampai jam setelah proses ekspektorasi (Amanda, 2018).

B. ETIOLOGI
Etiologi tuberkulosis paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
berbentuk batang yang tahan asam atau sering disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler,
dan bersifat aerob. Basil ini berukuran 0,2-0,5 µm x 2-4 µm, tidak berspora, non motil, serta
bersifat fakultatif. Dinding sel bakteri mengandung glikolipid rantai panjang bersifat mikolik,
kaya akan asam, dan fosfolipoglikan. Kedua komponen ini memproteksi kuman terhadap
serangan sel liposom tubuh dan juga dapat menahan zat pewarna fuchsin setelah pembilasan
asam (pewarna tahan asam) (Jahja, 2018).

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora


sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mikrobakteria tuberculosis yaitu tipe Human dan Tipe Bovin. Basil tipe bovin berada
dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil Tipe Human bias berada di
bercak ludah (droplet) dan diudara yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena
rentan terinfeksi bila menghirupnya. (Wim de Jong)

Setelah organisme terinhalasi dan masuk paru-paru, bakteri dapat bertahan hidup dan
menyebar ke nodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan
TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai berahun-tahun. (Patrick
Davey)
Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase (Wim de Jong) :

1. Fase 1 (fase tuberculosis primer)


Masuk kedalam paru-paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan
tubuh
2. Fase 2
3. Fase 3 (fase laten)
Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur hidup) dan reaktifitasnya jika
terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan bias terdapat di tulang panjang,
vertebra, tuba falopi, otak, kelenjar limfhilus, leher, dan ginjal.
4. Fase 4
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebarkan ke organ yang lain dan
yang kedua keginjal setelah paru

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Kemenkes RI 2014, gejala utama TB Paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk biasanya diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk berdarah, sesak nafas, badan lemas nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan.

Menurut Tabrani Rab (2013), Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe
infeksinya.Pada tipe infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat
berupa gejala pneumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer dapat juga terdapat
dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam bentuk yang lebih berat lagi, yakni
berupa nyeri pleura dan sesak napas. Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh
dengan sendirinya, hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala
penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari, tempratur subfebris, batuk berdahak
lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar
bronkus, sehingga menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah
yang masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga menimbulkan gejala-
gejala seperti meningitis, tuberlosismiliar, peritonitisdengan fenoma papan catur, tuberkulosis
ginjal, sendi, dan tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma.
D. PATHWAYS
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada stadium lanjut adalah hemoptisis berat (pendarahan dari
saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok, terseumbatnya jalan
napas, kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti
otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya (Zulkoni, 2011).

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Masa penyembuhan TB Paru berbeda-beda pada setiap penderita, hal ini bergantung pada
kondisi kesehatan penderita TB serta tingkat keparahan TB yang dialami. Kondisi pasien TB
biasanya akan mulai membaik dan TB berhenti menular setelah mengonsumsi obat TBC
selama 2 minggu. Tetapi untuk memastikan kesembuhan total, pasien TB harus menggunakan
obat TB atau antibiotik yang diberikan dokter selama 6-9 bulan. Pengobatan TB biasanya
memakan waktu cukup lama karena sifat infeksinya yang mudah menular dan cukup serius.
Jika tidak disiplin minum obat, ada peluang besar untuk berbagai efek samping dan komplikasi
TB yang mungkin muncul, misalnya bakteri yang kebal terhadap antibiotik sehingga gejala
malah makin parah dan makin sulit untuk diobati (Quamila, 2018).

Sumber penyebaran tuberkulosis adalah penderita tuberkulosis itu sendiri, maka perlu
pengontrolan secara efektif penderita tuberkulosis untuk mengurangi pasien tuberkulisis. Ada
dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi penderita tuberkulosis saat ini, yaitu terapi
dan imunisasi (Zulkoni, 2011).

Terdapat 5 jenis anibiotik yang dapat digunakan bagi penderita TB. Infeksi tuberkulosis
pulmoner aktif seringkali mengandung 1 miliar atau lebih bakteri, sehingga jika hanya
diberikan satu macam obat, maka akan menyisakan ribuan bakteri yang resisten terhadap obat
tersebut. Oleh karena itu, paling tidak diberikan 2 macam obat yang memiliki mekanisme kerja
yang berlainan (Humaira, 2013).

Widoyono (2011) menyatakan pengobatan TB Paru menggunakan obat anti tuberkulosis


(OAT) dengan metode directly observed treatment shortcourse (DOTS). Dengan beberapa
kategori yaitu :

1. Kategori I (2 HRZE/4 H3R3)


Untuk pasien TBC baru
2. Kategori II (2 HRZES/ HRZE/5 H3R3E3)
Untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan kategori I-nya gagal atau pasien yang
kambuh).
3. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3)
Untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+).
4. Sisipan (HRZE)
Digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir tahap intensif dari
pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan BTA (+). Obat diminum
sekaligus satu jam sebelum makan pagi.

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4
jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paket Kombipak. adalah paket obat lepas yang
terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT (Depkes, 2011).

G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pemeriksaan fisik paru
2. Pemenuhan oksigenasi
3. Fisioterapi dada dan postural drainage
4. Nebulizer
5. Latihan edukasi batuk efektif
6. Pemberian aktivitas ringan yang sesuai dengan usia
7. Pemberian nutrisi yang adekuat
8. Penciptaan lingkungan dengan ventilisasi dan pencahayaan yang cukup

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :

a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali
yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila
didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu
positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan
ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum).
Positif jika diketemukan bakteri taham asam
d. Skin test (PPD, Mantoux)
Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1. indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil negative
2. indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3. indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4. indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5. reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara
antibody dan antigen tuberculin
e. Rontgen dada Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan
kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium
Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan
terjadinya nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD) Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa
kerusakan jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi,
meningkatnya rasio residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi
oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan
kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis)

I. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI


1. Pengkajian (Kholifah dan Widagno, 2016)
a. Data pengenalan keluarga
Data yang dikumpulkan berupa nama kepala keluarga, alamat lengkap, komposisi
keluarga, tipe keluarga, latar belakang , budaya, identitas, agama, status, kelas sosial
dan rekreasi keluarga.
b. Data perkembangan sejarah keluarga
Data yang perlu dikaji antara lain lahan perkembangan keluarga saat ini,diisi
berdasarkan data umur anak pertama dan tahap perkembangan yang belum
terpenuhi.
c. Data lingkungan
Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik tetangga, dan
komunitas. Data komunitas terdiri atas tipe penduduk, tipe hunian rumah,
sanitasi, jalan dan pengangkutan sampah. Karakteristik demografi tetangga dan
komunitas antara lain kelas sosial, etnis, pekerjaan dan bahasa sehari-hari.
Selanjutnya, data yang perlu dikaji adalah mobilitas geografi keluarga yang meliputi
berapa lama keluarga tinggal ditempat itu. Adakah riwayat pindah rumah. Ditanya
juga perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Penggunaan
pelayanan dikomunitas, keikutsertaan keluarga di komunitas.
Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data yang perlu dikaji antara
lain komunikasi antar anggota keluarga. Bagaimana anggota keluarga menjadi
pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan perasaan selama
berkomunikasi. Data selanjutnya yang dikaji adalah struktur kekuatan keluarga yang
meliputi siapa yang membuat keputusan dalam keluarga, seberapa penting
keputusan yang diambil. Kemudian data yang diambil adalah struktur peran nilai-
nilai keluarga.
d. Data fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga yaitu :
1. Fungsi afektif digunakan untuk pengkajian pada kebutuhan keluarga dan
responnya
2. Fungsi sosialisasi digunakan untuk mengetahui bagaimana keluarga
menerapkan disiplin, penghargaan, dan hukuman.
3. Fungsi perawatan kesehatan digunakan untuk mengkaji keyakinan dan nilai
perilaku keluarga untuk kesehatannya.
Tugas kesehatan keluarga meliputi :
 Kemampuan keluarga mengenal masalah yang tepat.
 Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
 Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit.
 Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
 Kemampuan keluarga memodifikasi fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Fungsi ekonomi
5. Fungsi reproduksi
e. Data koping keluarga
Data yang perlu dikaji adalah stressor keluarga
2. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru
b. Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan tuberkulosis
paru.
c. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
perawatan TBC.
3. Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru
2. Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TBC.
3. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
TBC.
4. Intervensi Keperawatan
Dx 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru
Tujuan : Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam, bersihan jalan nafas menjadi
efektif.
Dengan kriteria hasil :
1. Keluarga dapat menjelaskan pengertian Tb paru
2. Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala Tb paru
3. Keluarga dapat menjelaskan perawatan keluaga yang menderita Tb paru
Rencana tindakan :
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang Tb paru
2. Jelaskan pada keluarga tentang pengertian, tanda/gejala, tindakan yang
dilakukan bila salah satu anggota keluarga menderita Tb paru
3. Bimbing keluarga untuk mengulang kembali apa yang dijelaskan oleh perawat
4. Beri pujian atas jawaban yang disampaikan oleh keluarga.
Dx 2 Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TBC.
Tujuan: Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam, keluarga mampu mengenal dan
mencegah penularan penyakit TBC pada anggota keluarganya.
Dengan kriteria hasil :
1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan akibat TBC pada pasien sendiri dan
keluarganya.
2. Klien dan keluarga dapat menyebutkan sumber yang dapat menularkan TBC.
3. Klien dan keluarga dapat menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya
penularan.
Rencana tindakan :
1. Kaji pengetahuan keluarga
2. kaji kemampuan keluaga yang telah dilakukan untuk menghindar penularan
3. diskusikan dengan keluarga tentang akibat penyakit TBC terhadap diri dan
keluarganya
4. diskusikan alternativeyang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penularan
5. evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga
6. berikan pujian terhadap kemampuan ide/sikap yang positif yang
diungkapkan keluarga.
Dx 3 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
TBC.
Tujuan: Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam keluarga mampu mengambil
keputusan untuk berobat secara teratur.
Dengan kriteria hasil :

1. Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala penyakit TBC


2. Keluarga dapat mengidentifikasi cara pengobatandan perawatan.
3. keluarga memutuskan tindakan yang harus dilakukan bila obat habis

Rencana keperawatan :

1. kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit TBC, penyebab, gejala, dan cara
penanganannya
2. berikan penyuluhan pada keluarga mengenal cara mengidentifikasi serangan/
serangan kambuhan
3. anjurkan berobat kembali kepuskesmas/ rumah sakit saat penyakit kambuh
4. Jelaskan bahwa pengobatan TBC merupakan program pemerintah dan gratis
melalui pusksmas tetapi bila ada dari astek tidak apa-apa
5. Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjutnya
dalam pengobatan
6. Berikan pujian terhadap kemampuan ide/sikap yang positif yang diungkapkan
keluarga.
5. Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga
Mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan,
kebingungan, serta ketidakmampuan yang dihadapi keluarga harus menjadikan
perhatian. Oleh karena itu, diharapkan perawat dapat memberikan kekuatan dan
membantu mengembangkan potensi potensi yang ada, sehingga keluarga
mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan masalah.
Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat, maka perawat
harus memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup
hal-hal dibawah ini :
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara memeberikan informasi, mengidentifikasi
kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang
sehat terhadap masalah.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak mendiskusikan konsekuensi
setiap tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara mendemostrasikan cara perawatan, menggunakan alat-alat fasilitas
yang ada dirumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat
dan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan
perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu
keluarga cara mengenalkan fasilitas keluarga yang ada di lingkungan keluarga
dan membantu keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.
6. Tahap Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dilakukan
dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan, baik
kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut :
1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga
mengatasi masalah tersebut
2. Tentukan bagaiman rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.
3. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan
sumber- sumber proses atau hasil. Bergantung kepada evaluasi yang diperlukan
4. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data
yang diinginkan
5. Bandingkan keadaan yang nyata dengan kriteria dan standar untuk evaluasi
6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan.
7. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan alasan
kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat atau kemungkinan ada
faktor linfkungan yang tidak dapat diatasi.
7. Macam-macam evaluasi
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi kualitatif dan evaluasi
kuantitatif.
1. Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan atau
kegiatan yang telah dikerjakan. Evaluasi kuantitatif sering digunakan dalam
kesehatan karena lebih mudah dikerjakan bila dibandingkan dengan evaluasi
kualitatif.
2. Evaluasi kualitatif
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah
satu dari tiga dimensi yang saling terkait
3. Struktur atau sumber evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga
manusia atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan.
Upaya keperawatan yang terkait antara lain:
a. kecakapan atau kualifikasi perawat
b. minat atau dorongan
c. waktu atau tenaga yang diperlukan
d. macam dan banyaknya peralatan yang digunakan
e. dana yang tersedia
4. Proses
Evaluasi proses berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan.
5. Hasil
Evaluasi ini difokuskan kepada bertambahnya kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan tugas tugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/asuhan-keperawatan-tb-paru-56197593dfde7.html

Hubungan Kualitas Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Kesehatan dengan


Kejadian TB Paru BTA (+) Di 10 Desa Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Meuraxa
Kota Banda Aceh Tahun 2019
http://repository.unmuha.ac.id/xmlui/handle/123456789/181

Zainita, Alda Pratami and Rosa Delima Ekwantini, and Maryana, (2019) PENERAPAN
BATUK EFEKTIF DALAM MENGELUARKAN SEKRET PADA PASIEN TUBERKULOSIS DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI KELUARGA. skripsi thesis, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/

Dermawan, Alfais Fauzi (2019) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA


PENDERITA TB PARU DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIENSI PENGETAHUAN
TENTANG PROGRAM PENGOBATAN Di Ruang Asoka RSUD Dr. Harjono Ponorogo. Tugas
Akhir (D3) thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

http://eprints.umpo.ac.id/5024/

Amin Huda. N, Hardi Kusuma. 2015. NANDA NIC-NOC Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction

Anda mungkin juga menyukai