2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan orga
aksesori, secara otomatis saluran pencernaan atas dua bagian yaitu
saluran pencernaan atas yang mulai dari mulut sampai usus halus bagian
distal, dan organ aksesori yang terdiri atas hati, kandung empedu, dan
pancreas (Hidayat, 2006).
Menurut Sodikin (2011) anatomi saluran pencernaan adalah
sebagai berikut :
a. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Mulut bi
batasi oleh dua sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus businatorus,
bagian atasnya terdapat palatum yang memisahkannya dari hidung
dan bagian atas faring.
b. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya
dilapisi dengan membrane mukosa, lidah pada neonates relative
pendek dan lebar. Lidah menempati kavum oris dan melekat secara
langsung pada epiglotis dalam faring.
c. Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa
kehidupan yang berbeda-beda. Selpertama adalah gigi primer ( gigi
susu atau desidua), yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi
selama tahun pertama dan tahun kedua kehidupan; selanjutnya set
kedua atau set permanen , menggantikan gigi primer dan mulai
tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.
d. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari kartilago
krikoid sampai bagian kardia lambung. Panjangnya bertambah
selama 3 tahun setelah kelahiran, selanjutnya kecepatan
pertumbuhan lebih lambat mencapai panjang dewasa yaitu 23-30 cm.
e. Lambung
Lambung dewasa ditemukan pada lambung fetus sebelum lahir.
Kapasitas dari lambung antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat
sampai sekitar 75 ml pada kehidupan minggu ke-2, sekitar 10 ml
pada bulan pertama, dan rata-rata pada orang dewasa kapasitasnya
1000 ml.
f. Usus Kecil
Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Usus
kecil memiliki panjang 300-350 cm saat lahir, mengalami
peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan.
Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus kecil yaitu sekitar
7,5-10 cm dengan diameter 1-1,5 cm.
g. Usus Besar
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon assenden, kolon
transversum, kolon denden dan kolon sigmoid. Panjang usus besar
bervariasi, berkisar sekitar ±180cm.
h. Hepar
Hati merupakan glandula paling besar dalam tubuh dan memiliki
berat ±1.300-1.500 gram. Hepar berwarna merah cokelat, sangat
vascular, dan lunak.
i. Pankreas
Pankreas terletak tranversal diperut bagian atas, antara duodenum
dan limpa dalam retroperitonium.
j. Peritonium
Peritonium merupakan membrane serosa yang tipis, licin, dan
lembab yang melapisi rongga peritoneum dan banyak organ perut
seperti cavum abdomen dan pelvis.
3. Fisiologi
Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas rangkaian proses memakan
(ingesti) dan sekresi getah pencernaan ke sistem pencernaan. Getah
pencernaan membantu pencernaan atau digesti makanan, hasil
pencernaan akan diserap ke dalam tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi,
disgesti,dan absorbsi terjadi secara berkesinambungan pada saluran
pencernaan, mulai dari atas yaitu mulut sampai ke rectum. Mastikasi
merupakan proses pengunahan atau pemecahan partikel makanan yang
besatr oleh gigi dan mencampur makanan, kemudian dilembapkan oleh
glandula salivary untuk membentuk bolus (massa berlapis saliva).
Menelan (deglutisi) merupakan suatu respon reflex yang disebabkan oleh
impuls aferen di dalanm nervus trigeminus, glosofaringeus dan vagus.
Defekasi sebagian bersifat reflex dan sebagian lain merupakan aktivitas
volunteer.
4. Etiologi
Penyebab dari diare menurut Suriadi dan Yuliani (2002) dibagi
menjadi beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi Bakteri: enteropathogenic eschericia coli, salmonella,
shigella, yersinis enterocolitica.
2) Infeksi Virus: enterovirus echoviruses, adnovirus, human
retrovirus, seperti agent, rotavirus.
3) Infeksi Jamur: candida enteritis.
4) Infeksi Parasit: giardia clambia, cryptosporidium.
5) Protozoa
b. Bukan Faktor Infeksi
1) Alergi makanan: susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan: antibiotik
5) Penyakit usus: enterocolitis, colitis ulcerative, crohn diseas
6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus
c. Penyakit Infeksi
Otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih.
5. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare ialah:
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya pada
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya juga akan timbul diare
6. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis menurut Suriadi & Yuliani (2006) pada kasus
gastroenteritis akut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Terdapat tanda gejala dehidrasi: turgor kulit turun (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering
c. Demam
d. Mual dan muntah
e. Anoreksia
f. Lemah
g. Pucat
h. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
i. Menurun atau tidak pengeluaran urine
7. Komplikasi
Komplikasi diare menurut FKUI (2007), diantaranya adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi yaitu:
a. Dehidrasi (ringan, sedang berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardigram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan visi mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.
8. Pencegahan
Menurut Sodikin (2011), berbagai kuman penyebab diare
disebarkan melalui jalan orofekal seperti air, makanan dan tangan yang
teremar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab harus difokuskan
pada cara penyebaran ini. Berbagai upaya yang terbukti efektif adalah
sebagai berikut:
a. Pemberian ASI eksklusif (pemberian makana berupa ASI saja pada
bayi umur 4-6 bulan)
b. Menghindari penggunaan susu botol.
c. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI (untuk mengurangi paparan ASI dan
perkembangbiakan bakteri).
d. Penggunaan air bersih untuk minum.
e. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses
bayi sebelum menyiapkan makanan atau saat makan (Xue, 2008
dalam Sodikin, 2011)
f. Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.
9. Pathway
Sekresi cairan dan Pergeseran cairan & elektrolit Gangguan Motilitas Usus
Elektrolit meningkat ke rongga usus
Faktor
Makanan
Pe cairan
intertitiil
Kurang
Hipertermi
volume cairan
12. Penatalaksanaan
Prinsip Pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras,
dan sebagainya). Penatalaksanaan diare menurut FKUI (2002) dan Juffrie
(2003) :
a. Pemberian Cairan
Cara penggantian cairan akan tergantung pada derajat
dehidrasi. Untuk mudahnya, anak dengan dehidrasi ringan yaitu <
5%, bisa dikelola dengan cara oral.
Anak dengan dehidrasi > 5% harus dirawat di rumah sakit.
Terapi rehidrasi oral bisa sering berhasil digunakan pada kelompok
ini, namun terapi IV lebih sering digunakan, terutama jika pasien
sering muntah dan atau diare banyak.
Kalkulasi Pergantian Cairan:
Nilai defisit: Volume (ml) =% dehidrasi x BB (kg) x 1000
Contohnya:
Dehidrasi 5% pada bayi 10 kg, maka nilai defisitnya adalah:
5/100 x 10 x 1000 = 500 ml dalam 24 jam
b. Pemberian Makanan
1) Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg.
Jenis makanan:
a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh).
b) Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat
(nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah
sudah biasa diberi makanan padat.
c) Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau
susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai
dengan kelainan yang ditemukan.
2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 tahun
Jenis makanannya berupa makanan padat atau makan cair/susu
sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
c. Pemberian Obat
1) Obat anti sekresi
a) Asetosal
Dosis yang diberikan 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30
mg.
b) Klorpromazin
c) Dosis yang diberikan 0,5-1 mg/kgBB/hari.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut NANDA (2007-
2008), Wilkinson (2011) adalah:
1) Diare berhubungan dengan inflamasi
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorbsi, masukan nutrisi yang
tidak adekuat.
3) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena
diare (defekasi).
5) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses inflamasi.
6) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya invasif
mikroorganisme, hospitalisasi.
7) Kurang pengetahuan (penyakit diare) berhubungan dengan
keterbatasan informasi
3. Intervensi Keperawatan
Fokus intervensi menurut NANDA (2007-2008 ) dan Wilkinson
(2011):
a. Diagnosa Keperawatan I
Diare berhubungan dengan inflamasi
1) Nursing Outcome Classification (NOC): Diare
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah eliminasai teratasi Kriteria Hasil:
a) Eliminasi BAB normal
b) Tidak mengalami diare
c) Feses berbentuk, BAB sehari kurang dari 3 kali
d) Mampu menjaga daerah rektal dari iritasi
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC): Manajemen Diare
a) Monitor tanda dan gejala diare
b) Monitor vital sign
c) Monitor balance cairan dan elektrolit
d) Identifikasi factor penyebab diare
e) Monitor intake makanan dan cairan yang masuk
f) Ajarkan pada keluarga pasien untuk menggunakan obat diare
sesuai advis
g) Motivasi pasien / keluarga pasien untuk makan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi kalori
h) Laporkan dokter bila ada kenaikan / peristaltik usus
b. Diagnosa Keperawatan II
Ketidakseimbangan nutrisikurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
1) Nursing Outcome Classification NOC: Status Nutrisi
Tujuan: Status nutrisi pasien terpenuhi. Kriteria Hasil:
a) Berat badan normal.
b) Intake makanan adekuat.
c) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (bibir pecah-pecah, rambut
rontok, dan rambut kemerahan).
d) Energi adekuat.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC): Manajemen Nutrisi
a) Kaji status nutrisi dan kemampuan makan pasien.
b) Timbang berat badan secara teratur.
c) Anjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
d) Anjurkan ibu untuk mempertahankan pemberian ASI secara
efektif.
e) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nurisi yang
dibutuhkan pasien.
f) Observasi dan catat respons terhadap pemberian makan untuk
mengkaji toleransi pemberian makan.
g) Berikan kebersihan oral.
h) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase
sakit akut.
i) Anjurkan istirahat sebelum makan.
j) Catat masukan dan perubahan simtomatologi.
d. Diagnosa Keperawatan IV
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
(defekasi).
1) Nursing Outcome Classification (NOC) : Integritas jaringan: kulit
dan membrane mukosa
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit. Kriteria Hasil:
a) Integritas kulit yang baik.
b) Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, kulit tidak
kering).
c) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembahan
kulit.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC) NIC: Manajemen
Tekanan
a) Kaji adanya tanda-tanda kerusakan kulit.
b) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
c) Monitor kulit akan adanya kemerahan.
d) Ganti popok dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap
bersih dan kering.
e) Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
f) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
g) Hindari penggunaan tisu basah yang mengandung alcohol pada
kulit yang terekskoriasi karena akan menyebabkan rasa
menyengat.
e. Diagnosa Keperawatan V
Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses inflamasi.
1) Nursing Outcome Classification (NOC) : Termoregulasi
Tujuan: Suhu tubuh kembali normal. Kriteria Hasil:
a) Suhu tubuh dalam rentang normal.
b) Nadi dan RR dalam rentan normal.
c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC) : Manajemen Demam
a) Monitor suhu setiap 2 jam sekali.
b) Monitor monitor nadi dan respirasi rate secara rutin.
c) Monitor adanya perubahan warna kulit dan keluhan lain.
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan anak minum yang cukup.
e) Beri kompres pada lipat paha dan aksila.
f) Kolaborasi: Beri anti piretik sesuai indikasi.
f. Diagnosa Keperawatan VI
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya invasif mikroorganisme.
1) Nursing Outcome Classification (NOC) : Kontrol Resiko
Tujuan: Tidak terjadi infeksi nosokomial. Kriteria Hasil:
a) Tidak ada demam.
b) Tidak ada edema.
c) Tidak ada kemerahan.
d) Pasien tenang.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC): Pengendalian
infeksiKaji adanya tanda-tanda infeksi.
a) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan saat melakukan
tindakan.
b) Batasi jumlah pengunjung.
c) Anjurkan pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan.
d) Gunakan popok sekali pakai dan pakaikan dengan tepat.
e) Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak kecil dari
menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi.
f) Kolaborasi: Beri antibiotik sesuai dengan indikasi.
B. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
1) Malabsorbsi karbohidrat:
- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.
a. Tanda :
- Cengeng
- Anus dan daerah sekitar lecet
- BB menurun
- Turgor berkurang
- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
- Nadi cupat dan kecil
- Denyut jantung jadi cepat
- TD menurun
- Kesadaran menurun
- Pucat, nafas cepat
- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
- Suhunya tinggi
b. Gejala :
- Tidak nafsu makan
- Lemas
- Dehidrasi
- Gelisah
- Cengeng
- Oliguria
- Anuria
- Rasa haus
D. PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:
Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena
hiperperistaltik. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit.
5) Gangguan sirkulasi darah
E. MANIFESTASI KLINIS
F. KLASIFIKASI
1. Diare Akut
Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis
Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah
pada bayi dan anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
a. Watery Stools/tinja besar
1) Gastroenteropati alergi
- Alergi proten susu sapi
- Alergi protein kedelai
2) a) - Defisiensi disakarida
- Defisiensi laktase sering sekunder
- Defisiensi sukares ismaltase
b) Malabsorbsi gluksoa galaktosa
3) Defek imun primer
4) Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit (Giardk)
5) CSBS (contraminated small bowel syndrome)
- Obstruksi usus terhadpa loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan
segalanya.
6) Presistent poslenteng diare dengan/tanpa intoleransi karbohidrat.
7) Diare sehubungan dengan penyakit endokrin
- Hipoparatiroidisme
- Insufisiensi adrenal
- Diabetes mellitus
8) Diare sehubungan dengan tumor
- Karsinom medula tiroid
- Ganglionueuroma
9) Malabsorpsi as. Empedu-cholerrhoeic diarrhoea
b. Fatty stools/tinja berlemak
1) Insuifisiensi pankreas
- Hipoplasi
- Cystic fibrosis
2) Limfangiektasi usus
3) Kolestasis
- Atresia bilians ekstra/intrahepatik
- Hepatitis neonatal
- Sirosis hepatitis
c. Bloody stools/tinja berdarah
1) V. campylobacter, salmonella, shygella
2) Disentri amuba
3) Inflamatory bowel desease
4) Diare berhubungan dengan lesi anal
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95 mEq/l
), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31
mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga
terjadi intoleransi gula.
1. PH normal kurang dari 6
2. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan
dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi
alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih
rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai
normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan
hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela,
Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3
kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.
H. PENULARAN
I. PENCEGAHAN
1. Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
2. Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.
3. Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih
4. Hindari makanan dan air yang terkontaminasi.
J. KOMPLIKASI
2. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan,
sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan
elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
a. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan
ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal
kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan
laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi
karena cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya,
panas tinggi, hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan
laboratorium kadar ion natrium dalam serum > 150 mEq/l
b. Berdeasarkan derajatnya
Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan
jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela
normal, tugor masih baik, status mental normal.
Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,
frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis,
mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang,
kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.
Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering,
merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan
nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi,
ekstremitas dingin, haus meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi
berumur <6 bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah
dengan intake cairan atau makanan kurang / cairan yang diminum terlalu
banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare
sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.
4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada
demam umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi
kedalam epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi karena dehidrasi.
Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan akan turun
setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin
diikuti kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler.
Sebagai kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan
pernafasan cepat dan dalam.
6. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi
kekurangan K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus,
kerusakan ginjal, dan aritmia jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase
8. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat
penggunaan obat anti motilitas.
9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita
diare dapat menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah,
tanda dan gejala dehidarasi memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam
jumlah cukup banyak.
10. Kejang, terjadi karena :
a. Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama
b. Kejang demam
c. Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti
meningitis, ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
12. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
13. Mutah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang
menyebabkan gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi
sistemik. Mutah dapat disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu
cepat.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
1. Umur
pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan berlebih.
Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi lactase, sindrom
kolon iritatif.
2. Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin
sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah makan
3. Lamanya Diare
diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama
4. Nyeri Abdomen
nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus,
sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun
sindrom mauoun usus iritabel
b. Data Subyektif
1) Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia, badan
panas.
2) Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3) Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau
lingkungan.
4) Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5) Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan
makanan pedas.
c. Data Obyektif
1) Mata cekung
2) Ubun – ubun besar dan cekung
3) Turgor kulit kurang dan kering
4) Lidah, bibir dan mukosa kering
5) Konsistensi feses cair
6) Peningkatann suhu tubuh
7) Penurunan BB
8) Pasien tampak lemah dan lemas
d. Pemeriksaan fisik
kesadaran : compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat terjadiapatis, somnolen,
kadaang sopokomateus.
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign :
pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
TD menurun ( missal 90/40 mmHg )
Nadi sepat sekali (tachikardi )
Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena
adanya infeksi dalam usus
Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena
adanya kompensasi asam basa.
Pemerisaan Fisik
a. Kepala dan Muka
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak
cekung
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
Mata : mata pada umumnya agak cekung
Mulut: mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering, bibir
sianosis.
Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol
Wajah : tampak lebih pucat
b. Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
c. Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d. Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi
Perkusi : tympani ( kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian
usus dan dapat terjadi kejang perut .
Auskultasi : bising usus >30x / menit
e. Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya
f. Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Data Laboratorium
a) Pemeriksaan Tinja
1. makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari
2. mikroskopis : Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal
dalam tinja 55 – 95 mEq/l, kalium normalnya 25 – 26 mEq/l,
HCO3 normalnya 14 – 31 meq/l.
b) PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila
diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH kurang dari 6
2. gula tinja + : 0.5 %
++ : 0.75 %
+++ :1%
++++ :2%
normalnya tidak ada gula dalam tinja
c) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat lagi dengan
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan BE CO2 PH
Alkalosis metabolic +
Alkalosis respiratorik -
Asidosis metabolic -
Asidosis respiratorik +
2. Rekto kolonoskopi
kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih dari 10 hari tidak
berhenti / cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi sangat perlu . Bila diare
berdarah mutlak perlu dilakukan rektokolomoskopi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
C. INTERVENSI
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit
terpenuhi.
NOC : Fluid balance
KH :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
Umur O (ml)
1 – thn 500 – 600
3 – 5 thn 600 – 700
5 – 8 thn 700 – 1000
8 – 14 thn 800 – 1400
14 – 18 thn 1500
EVALUASI
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
1.Mempertahankan urine output sesuai dengan usia (skala 4)
Umur O (ml)
1 – thn 500 – 600
3 – 5 thn 600 – 700
5 – 8 thn 700 – 1000
8 – 14 thn 800 – 1400
14 – 18 thn 1500
Wanita : 37 – 43%
2.Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal (skala 4)
Tekanan darah
1 thn 95/65 mmHg
6 thn 105/65 mmHg
10 – 13 thn 110/65 mmHg
14 – 17 thn 120/75 mmHg
Nadi
Umur Bangun tidur
1 – 2 thn80 – 150 70 – 120
2 thn – 10 thn 70 – 110 60 – 90
10 thn – 18 thn 55 – 90 50 – 90
Suhu tubuh
1 thn 37,7oC
2 – 5 thn37,2oC
6 – 18 thn 37oC
3.Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik (skala 4)
Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi.
1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal) (skala 4)
2. BB ideal sesuai dengan tinggi badan (skala 4)
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (skala 4)
(pasien mengerti jadwal makanan dan jenis makanan)
4. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi (skala 4)
(tanda-tanda malnutrisi dan jenis makanan bibir pecah-pecah
kulit, rambut rontok, BB menurun dan rambut kemerahan)
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan (skala 4)
menelan (pasien mau makan, porsi makan habis)
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti (skala 4)
(BB normal)
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi.
Yogyakarta: Prima Medika.
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama