Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


PENCERNAAN (DIARE)

A. KONSEP DASAR DIARE


1. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja
lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi
(Hendarwanto, 1999)
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair. (Menurut Suradi & Rita (2001),)
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak
normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari
terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan orga
aksesori, secara otomatis saluran pencernaan atas dua bagian yaitu
saluran pencernaan atas yang mulai dari mulut sampai usus halus bagian
distal, dan organ aksesori yang terdiri atas hati, kandung empedu, dan
pancreas (Hidayat, 2006).
Menurut Sodikin (2011) anatomi saluran pencernaan adalah
sebagai berikut :
a. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Mulut bi
batasi oleh dua sisi pipi yang dibentuk oleh muskulus businatorus,
bagian atasnya terdapat palatum yang memisahkannya dari hidung
dan bagian atas faring.
b. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya
dilapisi dengan membrane mukosa, lidah pada neonates relative
pendek dan lebar. Lidah menempati kavum oris dan melekat secara
langsung pada epiglotis dalam faring.
c. Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa
kehidupan yang berbeda-beda. Selpertama adalah gigi primer ( gigi
susu atau desidua), yang bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi
selama tahun pertama dan tahun kedua kehidupan; selanjutnya set
kedua atau set permanen , menggantikan gigi primer dan mulai
tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.
d. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8-10 cm dari kartilago
krikoid sampai bagian kardia lambung. Panjangnya bertambah
selama 3 tahun setelah kelahiran, selanjutnya kecepatan
pertumbuhan lebih lambat mencapai panjang dewasa yaitu 23-30 cm.
e. Lambung
Lambung dewasa ditemukan pada lambung fetus sebelum lahir.
Kapasitas dari lambung antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat
sampai sekitar 75 ml pada kehidupan minggu ke-2, sekitar 10 ml
pada bulan pertama, dan rata-rata pada orang dewasa kapasitasnya
1000 ml.
f. Usus Kecil
Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Usus
kecil memiliki panjang 300-350 cm saat lahir, mengalami
peningkatan sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan.
Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus kecil yaitu sekitar
7,5-10 cm dengan diameter 1-1,5 cm.
g. Usus Besar
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon assenden, kolon
transversum, kolon denden dan kolon sigmoid. Panjang usus besar
bervariasi, berkisar sekitar ±180cm.
h. Hepar
Hati merupakan glandula paling besar dalam tubuh dan memiliki
berat ±1.300-1.500 gram. Hepar berwarna merah cokelat, sangat
vascular, dan lunak.
i. Pankreas
Pankreas terletak tranversal diperut bagian atas, antara duodenum
dan limpa dalam retroperitonium.
j. Peritonium
Peritonium merupakan membrane serosa yang tipis, licin, dan
lembab yang melapisi rongga peritoneum dan banyak organ perut
seperti cavum abdomen dan pelvis.

3. Fisiologi
Fisiologi saluran pencernaan terdiri atas rangkaian proses memakan
(ingesti) dan sekresi getah pencernaan ke sistem pencernaan. Getah
pencernaan membantu pencernaan atau digesti makanan, hasil
pencernaan akan diserap ke dalam tubuh berupa zat gizi. Proses sekresi,
disgesti,dan absorbsi terjadi secara berkesinambungan pada saluran
pencernaan, mulai dari atas yaitu mulut sampai ke rectum. Mastikasi
merupakan proses pengunahan atau pemecahan partikel makanan yang
besatr oleh gigi dan mencampur makanan, kemudian dilembapkan oleh
glandula salivary untuk membentuk bolus (massa berlapis saliva).
Menelan (deglutisi) merupakan suatu respon reflex yang disebabkan oleh
impuls aferen di dalanm nervus trigeminus, glosofaringeus dan vagus.
Defekasi sebagian bersifat reflex dan sebagian lain merupakan aktivitas
volunteer.
4. Etiologi
Penyebab dari diare menurut Suriadi dan Yuliani (2002) dibagi
menjadi beberapa faktor yaitu:
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi Bakteri: enteropathogenic eschericia coli, salmonella,
shigella, yersinis enterocolitica.
2) Infeksi Virus: enterovirus echoviruses, adnovirus, human
retrovirus, seperti agent, rotavirus.
3) Infeksi Jamur: candida enteritis.
4) Infeksi Parasit: giardia clambia, cryptosporidium.
5) Protozoa
b. Bukan Faktor Infeksi
1) Alergi makanan: susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan: antibiotik
5) Penyakit usus: enterocolitis, colitis ulcerative, crohn diseas
6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus
c. Penyakit Infeksi
Otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih.

5. Patofisiologi
Menurut Ngastiyah (2005), mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare ialah:
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya pada
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya juga akan timbul diare

6. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis menurut Suriadi & Yuliani (2006) pada kasus
gastroenteritis akut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Terdapat tanda gejala dehidrasi: turgor kulit turun (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering
c. Demam
d. Mual dan muntah
e. Anoreksia
f. Lemah
g. Pucat
h. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
i. Menurun atau tidak pengeluaran urine

7. Komplikasi
Komplikasi diare menurut FKUI (2007), diantaranya adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi yaitu:
a. Dehidrasi (ringan, sedang berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektrokardigram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase
karena kerusakan visi mukosa usus halus.
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita
juga mengalami kelaparan.

8. Pencegahan
Menurut Sodikin (2011), berbagai kuman penyebab diare
disebarkan melalui jalan orofekal seperti air, makanan dan tangan yang
teremar. Upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab harus difokuskan
pada cara penyebaran ini. Berbagai upaya yang terbukti efektif adalah
sebagai berikut:
a. Pemberian ASI eksklusif (pemberian makana berupa ASI saja pada
bayi umur 4-6 bulan)
b. Menghindari penggunaan susu botol.
c. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan
pendamping ASI (untuk mengurangi paparan ASI dan
perkembangbiakan bakteri).
d. Penggunaan air bersih untuk minum.
e. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang feses
bayi sebelum menyiapkan makanan atau saat makan (Xue, 2008
dalam Sodikin, 2011)
f. Membuang feses (termasuk feses bayi) secara benar.
9. Pathway

Infeksi Malabsorbsi Makanan Faktor


(Virus, Bakteri, Prasit) Makanan Beracun Psikologis

Reaksi Inflamasi Tek Osmotik Meningkat Rangsang Syaraf

Sekresi cairan dan Pergeseran cairan & elektrolit Gangguan Motilitas Usus
Elektrolit meningkat ke rongga usus

Isi Rongga Usus Hipermotilitas Hipomitilitas

Sekresi & elektrolit Bakteri Tumbuh

Keterbatasan Informasi Diare Kurang Pengetahuan

Dehidrasi Kerusakan mukosa Usus Defikasi Sering Output >>

Tubuh kehilangan cairan iritasi kulit absorbsi berkurang


& elektolit

Penurunan vol. Cairan


ekstra sel

Penurunan cairan Intertitil


10.

Faktor
Makanan

Reaksi Inflamasi Rangsang Saraf


Tek Osmotik

Sekresi cairan dan Pergeseran cairan & elektrolit


Gangguan Motilitas Usus
elektrolit ke rongga usus

Isi Rongga Usus Hipermotilitas Hipomotilitas

Sekresi air & elektrolit Bakteri tumbuh

Keterbatasan Informasi Kurang Pengetahuan


DIARE

Dehidrasi Kerusakan Defekasi Output >>


mukosa usus sering
Absorbsi ber <
Tubuh kehilangan cairan
& elektrolit Nyeri akut Iritasi Kulit Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari
kebutuhan Tubuh

Pe vol cairan Resiko kerusakan


integritas kulit
ekstra sel
Resiko Infeksi

Pe cairan
intertitiil

Kurang
Hipertermi
volume cairan

Sumber : Suriadi dan Yuliani R (2001), Ngastiyah (2005)


11. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare akut adalah
penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deplesi elektrolit. Adanya
demam menunjukan infeksi spesies salmonella, Shigella, atau
campylobacter. Pemeriksaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus
dilakukan. Keduanya dimaksudkan untuk menilai tingkat radang rectal,
jika ada, dan mendapatkan feses untuk pemeriksaan” (Sodikin, 2011,
hlm : 123).

12. Penatalaksanaan
Prinsip Pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras,
dan sebagainya). Penatalaksanaan diare menurut FKUI (2002) dan Juffrie
(2003) :
a. Pemberian Cairan
Cara penggantian cairan akan tergantung pada derajat
dehidrasi. Untuk mudahnya, anak dengan dehidrasi ringan yaitu <
5%, bisa dikelola dengan cara oral.
Anak dengan dehidrasi > 5% harus dirawat di rumah sakit.
Terapi rehidrasi oral bisa sering berhasil digunakan pada kelompok
ini, namun terapi IV lebih sering digunakan, terutama jika pasien
sering muntah dan atau diare banyak.
Kalkulasi Pergantian Cairan:
Nilai defisit: Volume (ml) =% dehidrasi x BB (kg) x 1000
Contohnya:
Dehidrasi 5% pada bayi 10 kg, maka nilai defisitnya adalah:
5/100 x 10 x 1000 = 500 ml dalam 24 jam

1) Terapi rehidrasi oral


Oralit merupakan larutan yang mengandung
glukosa/natrium dalam proporsi yang dirancang untuk
merangsang penyerapan glukosa dan natrium. Salah satunya
adalah yang mengandung 2% glukosa, dan Na 60 mmol/L, K 20,
Cl 60 dan HCO3 10. Oralit aman diberikan via sonde nasogastrik.
Orang tua pasien perlu dijelaskan bahwa oralit bukan obat untuk
muntah atau diare melainkan terapi untuk mengatasi atau
mencegah dehidrasi.
Oralit rasanya asin dan banyak anak yang tidak
menyukainya. Gunakan oralit yang telah diberi aroma. Berikan
sesering mungkin. Anak yang dehidrasi biasanya akan minum
cairan apapun. Rehidrasi oral digunakan dalam manajemen anak
dengan gastroenteritis di rumah maupun di rumah sakit.
2) Terapi Parenteral
Pemilihan terapi cairan pengganti akan tergantung pada
gangguan elektrolit yang ada. Biasanya cairan N/2-D5 diberikan
dengan tambahan kalium (20 mmol/L) atau Ringer Laktat akan
mengganti kehilangan dari diare dan atau muntah-muntah. Defisit
harus diberi dalam 8-12 jam dan ulang pemeriksaan elektrolit
pada saat itu.
Dehidrasi hipernatremia harus diatasi pada kurun waktu
lebih panjang dengan pemantauan elektrolit ketat. N2/D5 dan
kalium lebih disukai karena akan memperlambat laju penurunan
natrium dan osmolaritas serum dan melindungi dari edema otak.
Bikarbonat tidak selalu dibutuhkan kecuali jika ada asidosis yang
mengancam jiwa (pH < 7).
Cara memberikan cairan dalam terapi rehidrasi:
(a) Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1
gelas setiap defekasi.
(b) Dehidrasi ringan
Satu jam pertama yaitu 25-50 ml/kgBB per oral (intra
gastrik), selanjutnya 125 ml/kgBB per hari.
(c) Dehidrasi sedang
Satu jam pertama yaitu 50-100 ml/kgBB per oral/intra
gastrik (sonde), selanjutnya 125 ml/kgBB perhari.
(d) Dehidrasi berat
(1) Untuk anak umur 1 bulan-2 tahun dengan berat badan 3-
10 kg. Satu jam pertama yaitu 40 ml/kgBB/jam = 10
tetes/kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes)
atau13 tetes/kgBB/menit (set infus 1ml = 20 tetes). Tujuh
jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (set
infus 1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kgBB/menit (set infus 1
ml = 20 tetes). Enam belas jam berikutnya 125 ml/kgBB
oralit per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan dengan cairan intra vena 2
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
(2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15
kg. Satu jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 10
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). Tujuh jam berikutnya
10 ml/kgBB/jam atau 3 tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes)
atau 4 tetes/kgBB/menit (1ml = 20 tetes). Enam belas jam
berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral atau intragastrik.
Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan cairan intra
vena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
(3) Untuk anak 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg. Satu
jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (1
ml = 15 tetes) atau 7 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
Tujuh jam berikutnya 10 ml/kgBB/jam atau 2 ½
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). Enam belas jam
berikutnya 100 ml/kgBB oralit per oral atau bila anak
tidak mau minum dapat diberikan cairan intravena 1
tetes/kgBB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 1,5
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
(4) Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan berat badan 2-3
kg. Kebutuhan cairan 125 ml + 100 ml +25 ml = 250
ml/kgBB/24 jam. Jenis cairan : cairan = 4 : 1 (4 bagian
glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1,5%). Kecepatan 4 jam
pertama 25 ml/kgBB/jam atau 6 tetes/kgBB/menit (1 ml =
15 tetes), atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes). 20
jam berikutnya 100 ml/kgBB/20 jam atau 2
tetes/kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
(5) Untuk bayi berat badan lahir rendah dengan BB kurang
dari 2 kg. Kebutuhan cairan 250 ml/kgBB/24 jam. Jenis
cairan : cairan = 4 : 1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1,5%). Kecepatan cairan sama dengan bayi baru
lahir.

b. Pemberian Makanan
1) Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg.
Jenis makanan:
a) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh).
b) Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat
(nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena di rumah
sudah biasa diberi makanan padat.
c) Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau
susu dengan asam lemak berantai sedang/tidak jenuh, sesuai
dengan kelainan yang ditemukan.
2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 tahun
Jenis makanannya berupa makanan padat atau makan cair/susu
sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.
c. Pemberian Obat
1) Obat anti sekresi
a) Asetosal
Dosis yang diberikan 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30
mg.
b) Klorpromazin
c) Dosis yang diberikan 0,5-1 mg/kgBB/hari.

2) Obat anti spasmolitik


Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine,
ekstrak beladona, opium, loperamid, dan sebagainya tidak
diperlukan untuk mengatasi diare.
3) Obat pengeras tinja
Obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal,
tabonal, dan sebagainya tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare.
4) Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk
mengatasi diare akut, kecuali bila penyebabnya jelas seperti:
a) Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari.
b) Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari.
Antibiotik lain dapat pula diberikan bila terdapat penyakit
penyerta seperti:
c) Infeksi ringan (OMA, faringitis), diberikan penisilin prokain
50.000 U/kgBB/hari.
d) Infeksi sedang (bronkitis), diberikan penisilin prokain atau
ampisilin 50 mg/kgBB/hari.
e) Infeksi berat (bronkopneumonia), diberikan penisilin prokain
dengan klorampenikol 75 mg/kgBB/hari atau ampisilin 75-
100 mg/kgBB/hari ditambah gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau
derivate sefalosforin 30-50 mg/kgBB/hari.
B. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Doengoes (2000), anamnesa terhadap pasien diare dibagi
menjadi:
a) Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut:
(1) Riwayat Perjalanan Penyakit
Riwayat perjalanan penyakit yang ditemukan adalah
lamanya sakit/diare (biasanya baru berlangsung 1-2 hari),
frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali dalam sehari,
volume feses kurang lebih jumlahnya 250 mg dalam sehari, bau
feses amis/busuk, pasien panas, muntah, dan kejang, berat badan
selama menderita diare cenderung menurun. Untuk mengetahui
berat badan dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropometri
(tinggi badan, berat badan, lingkar kepala).
(2) Data Subyektif
Data subyektif yang didapat yaitu pasien mengeluhkan
Buang Air Besar (BAB) cair, lemas, gelisah, mual muntah,
anoreksia, badan panas, frekuensi BAB cair dalam sehari lebih
dari 3 kali, adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat,
makanan/minuman, atau lingkungan, dan adanya kebiasaan dan
pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan
makanan pedas.
(3) Data Obyektif
Data obyektif yang ditemukan yaitu mata cekung, ubun-
ubun besar dan cekung, turgor kulit kurang dan kering, lidah,
bibir dan mukosa kering, konsistensi feses cair, peningkatan suhu
tubuh, penurunan BB, dan pasien tampak lemah dan lemas.
b) Pemeriksaan fisik
Kesadarannya composmentis, pada dehidrasi berat dapat
terjadi apatis, somnolen, dan kadang soporokomateus. Keadaan
umumnya sedang atau lemah
c) Tanda-tanda vital
Pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan
tekanan darah menurun (misal 90/40 mmHg), nadi cepat sekali
(tachikardi), suhu terjadi peningkatan, respirasi cepat jika terjadi
dehidrasi akut dan berat karena adanya kompensasi asam basa.
d) Pemerisaan head to toe
Pada pemeriksaan head to toe penderita diare ditemukan ubun-
ubun yang besar dan agak cekung, rambut rontok atau merah karena
malnutrisi, mata pada umumnya agak cekung, mukosa kering, bibir
pecah-pecah dan sianosis, lidah kering, tulang pipi biasanya
menonjol, dan wajah tampak lebih pucat, umumnya tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, dan dapat juga menimbulkan aritmia
jantung
Temuan lain dapat dilihat dari pemeriksaan pada abdomen
yaitu umumnya simetris, supel tidak ada lesi, terdapat bunyi tympani
(kembung), umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu
bagian usus dan dapat terjadi kejang perut, dan bising usus lebih dari
30 x/menit. Pada anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah
sekitarnya, kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali
setelah 1-2 detik.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul menurut NANDA (2007-
2008), Wilkinson (2011) adalah:
1) Diare berhubungan dengan inflamasi
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan gangguan absorbsi, masukan nutrisi yang
tidak adekuat.
3) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena
diare (defekasi).
5) Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses inflamasi.
6) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya invasif
mikroorganisme, hospitalisasi.
7) Kurang pengetahuan (penyakit diare) berhubungan dengan
keterbatasan informasi

3. Intervensi Keperawatan
Fokus intervensi menurut NANDA (2007-2008 ) dan Wilkinson
(2011):
a. Diagnosa Keperawatan I
Diare berhubungan dengan inflamasi
1) Nursing Outcome Classification (NOC): Diare
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah eliminasai teratasi Kriteria Hasil:
a) Eliminasi BAB normal
b) Tidak mengalami diare
c) Feses berbentuk, BAB sehari kurang dari 3 kali
d) Mampu menjaga daerah rektal dari iritasi
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC): Manajemen Diare
a) Monitor tanda dan gejala diare
b) Monitor vital sign
c) Monitor balance cairan dan elektrolit
d) Identifikasi factor penyebab diare
e) Monitor intake makanan dan cairan yang masuk
f) Ajarkan pada keluarga pasien untuk menggunakan obat diare
sesuai advis
g) Motivasi pasien / keluarga pasien untuk makan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi kalori
h) Laporkan dokter bila ada kenaikan / peristaltik usus

b. Diagnosa Keperawatan II
Ketidakseimbangan nutrisikurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
1) Nursing Outcome Classification NOC: Status Nutrisi
Tujuan: Status nutrisi pasien terpenuhi. Kriteria Hasil:
a) Berat badan normal.
b) Intake makanan adekuat.
c) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (bibir pecah-pecah, rambut
rontok, dan rambut kemerahan).
d) Energi adekuat.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC): Manajemen Nutrisi
a) Kaji status nutrisi dan kemampuan makan pasien.
b) Timbang berat badan secara teratur.
c) Anjurkan pasien untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
d) Anjurkan ibu untuk mempertahankan pemberian ASI secara
efektif.
e) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan nurisi yang
dibutuhkan pasien.
f) Observasi dan catat respons terhadap pemberian makan untuk
mengkaji toleransi pemberian makan.
g) Berikan kebersihan oral.
h) Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktivitas selama fase
sakit akut.
i) Anjurkan istirahat sebelum makan.
j) Catat masukan dan perubahan simtomatologi.

c. Diagnosa Keperawatan III


Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
1) Nursing Outcome Classification (NOC) : Level Nyeri
Tujuan: Nyeri pada pasien berkurang. Kriteria Hasil:
a) Pesien mengatakan nyeri berkurang.
b) Ekspresi wajah tersenyum.
c) Pasien Tampak tenang dan nyaman.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC) : Manajemen Nyeri
a) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
b) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, dan kualitas/beratnya nyeri.
c) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.
d) Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri.
e) Ajarkan teknik relaksasi non farmakologi yang tepat.
f) Berikan rendam duduk dengan tepat.
g) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
h) Observasi adanya isiorektal dan fistula perianal.
i) Observasi distensi abdomen, peningkatan suhu, dan penurunan
tekanan darah.
j) Kolaborasi: Beri analgetik yang sesuai indikasi.

d. Diagnosa Keperawatan IV
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
(defekasi).
1) Nursing Outcome Classification (NOC) : Integritas jaringan: kulit
dan membrane mukosa
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit. Kriteria Hasil:
a) Integritas kulit yang baik.
b) Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, kulit tidak
kering).
c) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembahan
kulit.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC) NIC: Manajemen
Tekanan
a) Kaji adanya tanda-tanda kerusakan kulit.
b) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
c) Monitor kulit akan adanya kemerahan.
d) Ganti popok dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap
bersih dan kering.
e) Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan.
f) Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
g) Hindari penggunaan tisu basah yang mengandung alcohol pada
kulit yang terekskoriasi karena akan menyebabkan rasa
menyengat.
e. Diagnosa Keperawatan V
Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, proses inflamasi.
1) Nursing Outcome Classification (NOC) : Termoregulasi
Tujuan: Suhu tubuh kembali normal. Kriteria Hasil:
a) Suhu tubuh dalam rentang normal.
b) Nadi dan RR dalam rentan normal.
c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC) : Manajemen Demam
a) Monitor suhu setiap 2 jam sekali.
b) Monitor monitor nadi dan respirasi rate secara rutin.
c) Monitor adanya perubahan warna kulit dan keluhan lain.
d) Anjurkan keluarga untuk memberikan anak minum yang cukup.
e) Beri kompres pada lipat paha dan aksila.
f) Kolaborasi: Beri anti piretik sesuai indikasi.

f. Diagnosa Keperawatan VI
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya invasif mikroorganisme.
1) Nursing Outcome Classification (NOC) : Kontrol Resiko
Tujuan: Tidak terjadi infeksi nosokomial. Kriteria Hasil:
a) Tidak ada demam.
b) Tidak ada edema.
c) Tidak ada kemerahan.
d) Pasien tenang.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC): Pengendalian
infeksiKaji adanya tanda-tanda infeksi.
a) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan saat melakukan
tindakan.
b) Batasi jumlah pengunjung.
c) Anjurkan pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan.
d) Gunakan popok sekali pakai dan pakaikan dengan tepat.
e) Upayakan untuk mempertahankan bayi dan anak kecil dari
menempatkan tangan dan objek dalam area terkontaminasi.
f) Kolaborasi: Beri antibiotik sesuai dengan indikasi.

g. Diagnosa Keperawatan VII


Kurang pengetahuan (penyakit diare) berhubungan dengan
keterbatasan informasi.
1) Nursing Outcome Classification (NOC) : Pengetahuan Proses
Penyakit
Tujuan: Pasien tahu mengenai penyakitnya dan perawatannya.
Kriteria Hasil:
a) Pasien dan keluarga mampu menyebutkan tentang penyakitnya
dan penyebabnya.
b) Pasien dan keluarga mampu menyebutkan cara merawat pasien
diare.
c) Pasien dan keluarga mampu merawat pasien/membuat oralit.
Keterangan skala:
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
2) Nursing Intervention Classification (NIC) : Pendidikan
Kesehatan: Proses Penyakit
a) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan
tindakan terapetik.
b) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan
dukungan pada anak.
c) Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam
perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan.
d) Jelaskan mengenai penyakit diare sesuai indikasi.
e) Jelaskan cara perawatan diare.
f) Ajarkan cara pembuatan oralit.
g) Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan cara membuat
oralit
h) Beri reinforcement positif.
Keterangan skala:
1 = Tidak ada
2 = Sedikit
3 = Sedang
4 = Berat
5 = Penuh
A. PENGERTIAN
- Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali, dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja (Suharyono, 1988: 51).
- Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005: 223).
- Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat, pada bayi volume tinja >
159/kg/24 jam pada umur 3 tahun, volume tinjanya sudah sama dengan volume orang
dewasa, volume lebih dari 200 g/24 jam (Behrman, 1999: 1354).
- Diare adalah kehilangan cairan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali/lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan cair (Suriadi, 1987:
83).
- Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat
(Mansjoer, 2000: 470).
- Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari (WHO, 1980).
- Diare adalah defekasi yang kerap dengan tinja

B. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi

1) Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan


penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
- Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-virus,
rotavirus, astrovirus.
- Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida
albicans).
2) Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat:
- Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
- Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
d. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar.
e. Faktor imunodefisiensi
f. Faktor obat-obatan, antibiotik
g. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

C. TANDA DAN GEJALA

a. Tanda :
- Cengeng
- Anus dan daerah sekitar lecet
- BB menurun
- Turgor berkurang
- Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
- Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
- Nadi cupat dan kecil
- Denyut jantung jadi cepat
- TD menurun
- Kesadaran menurun
- Pucat, nafas cepat
- Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
- Suhunya tinggi

b. Gejala :
- Tidak nafsu makan
- Lemas
- Dehidrasi
- Gelisah
- Cengeng
- Oliguria
- Anuria
- Rasa haus

D. PATOFISIOLOGI
Sebagai akibat diare baik akut/kronis akan terjadi:

1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output lebih banyak daripada
input) merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asambase (asidosis-metabolik)

Asidosis metabolik terjadi karena:


a. Kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosil kelaparan
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun di dalam
tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Pemindahan ion Na dari cairan ekstra seluler
3) Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% pada anak-anak yang menderita diare.


Pada orang dengan gizi cukup (baik, hipoglikemia jarang terjadi, le bih
sering terjadi pada anak sebelumnya pernah menderita lalep).
4) Gangguan gizi

Ketika orang menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan BB dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang sering tidak dicerna dan diabsorbsi baik karena
hiperperistaltik. Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan-
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit.
5) Gangguan sirkulasi darah

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan


sirkulasi darah berupa kegiatan (syok) hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dan
mengakibatkan perdarahan pada otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera ditolong penderita dapat meninggal.

E. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis menurut Ngastiyah, 2005 adalah:


Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair mungkin disertai lendir atau
lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai ak ibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan
sesudah diare, dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Akan terjadi dehidrasi mulai nampak, yaitu berat
badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi),
selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Manifestasi klinis yang terjadi pada klien diare berdasarkan dehidrasi:
a. Diare dengan dehidrasi ringan
- Kehilangan cairan 5% dari berat badan
- Kesadaran baik (samnolen)
- Mata agak cekung
- Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
- Berak cair 1-2 kali per hari
- Lemah dan haus
- Ubun-ubun besar agak cekung
b. Diare dengan dehidrasi sedang
- Kehilangan cairan lebih dari 5-10% dari berat badan
- Keadaan umum gelisah
- Rasa haus
- Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat
- Mata cekung
- Turgor dan tonus otot agak berkurang
- Ubun-ubun besar cekung
- Kekenyalan kulit sedikit berkurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2 detik
c. Diare dengan dehidrasi berat
- Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
- Keadaan umum dan kesadarna umum koma (apatis)
- Denyut nadi cepat nsekali
- Pernafasan kusmaul (cepat sekali)
- Ubun-ubun besar cekung sekali
- Mata cekung sekali
- Turgor/tonus kurang sekali
- Selaput lendir kurang/asidosis

F. KLASIFIKASI

Diare dibagi menjadi 2:


- Diare akut
- Diare kronis

1. Diare Akut

Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
2. Diare Kronis

Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu:


a. Diare osmotik
- Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan dihentikan).
- Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban osmotik utama
yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.
- Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda osmotiknya
bertambah besar (> 160 mOsm/L).
- Dapat disebabkan oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi
berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
- Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat diklasifikasi
dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat mulainya/pola tampilannya.
b. Diare sekretorik
- Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.
- Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.
- Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.
- Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan osmotiknya < 20
mOsm/L.

Klasifikasi diare kronik berdasarkan sifat tinja, berair, berlemak, ber darah
pada bayi dan anak me nurut Arasu dkk, 1979 antara lain:
a. Watery Stools/tinja besar
1) Gastroenteropati alergi
- Alergi proten susu sapi
- Alergi protein kedelai
2) a) - Defisiensi disakarida
- Defisiensi laktase sering sekunder
- Defisiensi sukares ismaltase
b) Malabsorbsi gluksoa galaktosa
3) Defek imun primer
4) Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit (Giardk)
5) CSBS (contraminated small bowel syndrome)
- Obstruksi usus terhadpa loops, mal rotasi, short bowe syndrome, dan
segalanya.
6) Presistent poslenteng diare dengan/tanpa intoleransi karbohidrat.
7) Diare sehubungan dengan penyakit endokrin
- Hipoparatiroidisme
- Insufisiensi adrenal
- Diabetes mellitus
8) Diare sehubungan dengan tumor
- Karsinom medula tiroid
- Ganglionueuroma
9) Malabsorpsi as. Empedu-cholerrhoeic diarrhoea
b. Fatty stools/tinja berlemak
1) Insuifisiensi pankreas
- Hipoplasi
- Cystic fibrosis
2) Limfangiektasi usus
3) Kolestasis
- Atresia bilians ekstra/intrahepatik
- Hepatitis neonatal
- Sirosis hepatitis
c. Bloody stools/tinja berdarah
1) V. campylobacter, salmonella, shygella
2) Disentri amuba
3) Inflamatory bowel desease
4) Diare berhubungan dengan lesi anal

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Tinja
1. Makroskopis
Bentuk tinja dan jumlah tinja dalam sehari kurang lebih 250 mg.
2. Mikroskopis
Na dalam tinja ( normal : 56-105 mEq/l ) Chloride dalam tinja ( normal : 55-95 mEq/l
), kalium dalam tinja ( normal : 25-26 mEq/l ), HCO3, dalam tinja ( normal : 14-31
mEq/l ).
b. PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan label klining test bisa diduga
terjadi intoleransi gula.
1. PH normal kurang dari 6
2. Gula tinja, normalnya tidak terjadi gula dalam tinja.
c. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, lebih cepat dilakukan
dengan pemeriksaan analisa gas darah. Dalam pemeriksaan gas darah nilai jika terjadi
alkaliosis metabolic/asidosis respiratorikmaka nilai CO2 lebih tinggi dari nilai O2,
sedangkan jiaka terjadi asidosis metabolik alkalosis respiratori maka nilai CO2 lebih
rendah dari O2.
d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui fool ginjal
1. Urin normal 20-40 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya dehidrasi
2. Kreatinin normal 0,5-1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan menunjukan adanya
penurunan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Darah lengkap meliputi elektroda serum, kreatinin, menunjukan adanya dehidrasi. Nilai
normal hemoglobin adalah 13-16 g/dl, hematokrit 40-48 vol%. Hemoglobin dan
hematokrit biasanya mengalami penurunan diare akut.
f. Duodeual Intubation
Gunanya untuk mengetahui kuman secara kuantitatif terutama pada diare kronik.
Penyebab yang ditemukan tidak ada yang berupa mikroba tunggal baik itu Shigela,
Crypto Sporodium dan E. Colienteroagregatif.
Hasil pemeriksaan duodeual intubation berupa +++ ( positif 3 ) menunjukan adanya 3
kuman bakteri yang menjadi penyebab diare.

H. PENULARAN

Penyakit diare dapat ditularkan melalui:


1. Menggunakan sumber air yang tercemar
2. BAB sembarang tempat
3. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan kotor
4. Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar
5. Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang mengidap viral
gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut tidak mencuci tangannya secara
teratur setelah menggunakan kamar mandi.
6. Mengkonsumsi ikan mentah/tidak dimasak yang diambil dari air yang terkontaminasi.
7. Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus, misalnya dengan makan, minum
bersama/menggunakan peralatan makan yang sama dengan orang yang terinfeksi virus
diare.

I. PENCEGAHAN
1. Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
2. Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.
3. Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih
4. Hindari makanan dan air yang terkontaminasi.

J. KOMPLIKASI
2. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik). Dehidrasi ( ringan,
sedang, berat, hipotonik, isotonik/hipertonik ). Terjadi karena kehilangan cairan dan
elektrolit yang banyak dalam waktu yang singkat.
a. Berdasarkan kehilangan cairan dan elektrolit atau tonisitas dalam tubuh
 Dehidrasi tonik
Tidak ada perubahan konsistensi elektrolit darah, tonus dan osmolality cairan
ekstra sel yang sisa sama dengan vontanela normal, frekuensi jantung normal
kadar natrium dalam serumant 130-150 mEq/l
 Dehidrasi hipotonik
Tonus dan tugor mau buruk selaput lender tidak kering( lembab). Pemeriksaan
laboratorium kadar ion natrium dalam serum, 131 mEq/l.
 Dehidrasi hipertonik
Caiaran yang keluar lebih banyak mengandung air dari pada garam, terjadi
karena cairan peroral sangat kurang excessive evaporative losses misalnya,
panas tinggi, hiperventilasi, misalnya bronkopenemonia, pemeriksaan
laboratorium kadar ion natrium dalam serum > 150 mEq/l
b. Berdeasarkan derajatnya
 Dehidrasi ringan
Berat badan< 5 %, haus meningkat, membran mukosa sedikit kering, tekanan
jadi normal, hanya ada ekstremitas perfusi, mata sedikit cekung, fontanela
normal, tugor masih baik, status mental normal.
 Dehidrasi sedang
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah, haus meningkat, tugor turun,
frekuensi janting meningkat, membran mukosa kering, merah, kadang sianosis,
mata cekung, tekanan nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin mengurang,
kembalinya kapiler lambat,setatus mental normal sampai lesu.
 Dehidrasi berat
Berat badan turun 5-10%, keadaan umum gelisah sampai apatis,bibir kering,
merah, kadang sianosis, tugor kulit jelek, mata dan fontanela cekung, tekanan
nadi mengecil, dan frekuesi keluar urin tidak ada, nafas frekuesi tachikardi,
ekstremitas dingin, haus meningkat
2. Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun ( khususnya bayi
berumur <6 bulan ). Biasanya terjadi pada diare yang disertai mutah
dengan intake cairan atau makanan kurang / cairan yang diminum terlalu
banyak mengandung Na, pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare
sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
3. Hiponatremia
Terjadi pada penderita diare yang minum sedikit cairan / tidak
mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan
mengalami hiponatremia.

4. Demam
Demam sering terjdi pada infeksi Shigella disertai dan rota virus. Pada
demam umumnya akan timbul jika penyebab diare mengadakan infasi
kedalam epitel usus. Demam juga dapat juga terjadi karena dehidrasi.
Demam yang terjadi akibat dehidrasi umumnya tidak tinggidan akan turun
setelah mengalami hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin
diikuti kejang demam.
5. Asidosis Metabolic
Ditandai dengan bertambahnya asam/hilangnya basa cairan ekstra seluler.
Sebagai kompensasi terjadi asidosis respirasi , yang diatandai dengan
pernafasan cepat dan dalam.
6. Hipokalemia ( sereum K,3,0 mMol/L)
Penggantian K sealama dehidrasi yang tidak cukup, maka akan terjadi
kekurangan K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus,
kerusakan ginjal, dan aritmia jantung
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase
8. Ileus paratukus
Komplikasi yang sering dan fatal terutama pada anak kecil sebagai akibat
penggunaan obat anti motilitas.
9. Intoleransi laktosa
Pada penderita intoleransi laktosa, pemberian susu formula pada penderita
diare dapat menimbulkan volume tinja bertambah, BB tidak bertambah,
tanda dan gejala dehidarasi memburuk dan tinja terdapat reduksi dalam
jumlah cukup banyak.
10. Kejang, terjadi karena :
a. Hipoglikemia, kalau anak dipuasakan terlalu lama
b. Kejang demam
c. Hipernatremia dan hiponatremia
d. Penyakit pada SSP yang tidak ada hubunganya dengan diare seperti
meningitis, ensefalitis/epilepsi.
11. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)
12. Cardiac dysrhythmias akibat hipokalsemi dan hipokalsemi.
13. Mutah
Dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus karena infeksi ileus yang
menyebabkan gangguan fungsi usus yang ber hubungan dengan infeksi
sistemik. Mutah dapat disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu
cepat.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Wawancara
Anamnesa yang perlu diketahui pada pasien diare sebagai berikut :
1. Umur
pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis, laksan berlebih.
Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi, intoleransi lactase, sindrom
kolon iritatif.
2. Frekuensi Diare
biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya dari hari ke hari makin
sering, berbeda dengan diare akibat minum laksan atau akibat salah makan
3. Lamanya Diare
diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik berlansung lama
4. Nyeri Abdomen
nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi bakterial pada usus,
sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah puas pada infeksi maupun
sindrom mauoun usus iritabel
b. Data Subyektif
1) Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia, badan
panas.
2) Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
3) Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau
lingkungan.
4) Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
5) Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka makan
makanan pedas.
c. Data Obyektif
1) Mata cekung
2) Ubun – ubun besar dan cekung
3) Turgor kulit kurang dan kering
4) Lidah, bibir dan mukosa kering
5) Konsistensi feses cair
6) Peningkatann suhu tubuh
7) Penurunan BB
8) Pasien tampak lemah dan lemas
d. Pemeriksaan fisik
kesadaran : compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat terjadiapatis, somnolen,
kadaang sopokomateus.
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign :
 pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
 TD menurun ( missal 90/40 mmHg )
 Nadi sepat sekali (tachikardi )
 Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena
adanya infeksi dalam usus
 Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena
adanya kompensasi asam basa.
Pemerisaan Fisik
a. Kepala dan Muka
Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak
cekung
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
Mata : mata pada umumnya agak cekung
Mulut: mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering, bibir
sianosis.
Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol
Wajah : tampak lebih pucat
b. Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
c. Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d. Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi
Perkusi : tympani ( kembung)
Palpasi : umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian
usus dan dapat terjadi kejang perut .
Auskultasi : bising usus >30x / menit
e. Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya
f. Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Data Laboratorium
a) Pemeriksaan Tinja
1. makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari
2. mikroskopis : Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal
dalam tinja 55 – 95 mEq/l, kalium normalnya 25 – 26 mEq/l,
HCO3 normalnya 14 – 31 meq/l.
b) PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet clini test bila
diduga terjadi intoleransi gula.
1. PH kurang dari 6
2. gula tinja + : 0.5 %
++ : 0.75 %
+++ :1%
++++ :2%
normalnya tidak ada gula dalam tinja
c) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih tepat lagi dengan
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan BE CO2 PH

Nilai normal 48 mEq/l 27 mEq/l 7,4

Alkalosis metabolic +

Alkalosis respiratorik -
Asidosis metabolic -

Asidosis respiratorik +

d. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal


1. urin : normalnya 20 – 40 mg / dl, jika terjadi peningkatan maka
menunjukan terjadi dehidrasi
2. kreatinin : normalnya 0.5 – 1.5 mg/dl
e. Pemeriksaan Darah
Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan adanya dehidrasi,
hemoglobin, hematokrit, dan BUN biasanya mengalami penurunan pada diare akut
f. Duodenal Intubation
untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada diare
kronik.

2. Rekto kolonoskopi
kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih dari 10 hari tidak
berhenti / cenderung menjadi kronik maka rekto sigmoidoskopi sangat perlu . Bila diare
berdarah mutlak perlu dilakukan rektokolomoskopi.

3. Foto sinar X ( Rontgen )


foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare akur peranan
Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare kronik dimana
pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama dengan endoskopi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
C. INTERVENSI
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit
terpenuhi.
NOC : Fluid balance
KH :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
Umur O (ml)
1 – thn 500 – 600
3 – 5 thn 600 – 700
5 – 8 thn 700 – 1000
8 – 14 thn 800 – 1400
14 – 18 thn 1500

- Bj urine normal 20 – 40 mg/dl


- HT normal
- Pada laki-laki : 40 – 48%
- Wanita : 37 – 43%
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
 Tekanan darah
1 thn 95/65 mmHg
6 thn 05/65 mmHg
10 – 13 thn 110/65 mmHg
14 – 17 thn 120/75 mmHg
 Nadi
Umur Bangun tidur
1 – 2 thn 80 – 150 70 – 120
2 thn – 10 thn 70 – 110 60 – 90
10 thn – 18 thn 55 – 90 50 – 90
 Suhu tubuh
1 thn 37,7oC
2 – 5 thn37,2oC
6 – 18 thn 37oC
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik. Membran mukosa
lembato, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Fluid manajement
1. Timbang pokok/pembalut jika diperlukan
2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
3. Monitor status hidrasi (kelemahan membran mukosa, nadi adekuat)
4. Monitor vital sign
5. Monitor cairan/makanan dan hitung intake kalon harian
6. Kolaborasikan pemberian cairan IV
7. Masukkan oral
8. Keluarga untuk membantu pasien maka

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


absorbsi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
NOC : Nutritional status food and fluid intake
KH : 1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal)
2. BB ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (pasien mengerti
jadwal makanan dan jenis makanan)
4. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi (tanda-tanda malnutrisi dan
jenis makanan bibir pecah-pecah kulit, rambut rontok, BB
menurun dan rambut kemerahan)
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan menelan
(pasien mau makan, porsi makan habis)
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti (BB normal)
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Nutrition management
Intervensi : - Kolaborasi dengan gahli gizi untuk menentukan nurisi yang
dibutuhkan pasien.
- Berikan makanan yang terpilih udah dikonsultasikan dengan
ahli gizi.
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kolaborasi.
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
NIC : Nutrition monitoring
Intervensi : - BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan BB pasien.
- Monitor interaksi anak/orang tua selama makan.
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jangan
konjungtiva.

3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri
berkurang
NOC : Control nyeri
KH : - Mengenal faktor penyebab (makanan dan frekuensi BAB)
- Menggunakan metode pencegahan non analget (ditraksi,
relaksasi)
- Mengenali gejala-gejala nyeri (mules, cengeng, gelisah,
eksprewi wajah merintih, memegangi perut)
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC : Pain management
Intervensi : 1. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik dan durasi frekuensi, kualitas/ beratnya nyeri.
2. Observasi, isyarat-isyarat non verbal dari ketidak-nyamanan,
khususnya dalam ketidakmampuan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
3. Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat
mengekspresikan nyeri.
4. Evaluasi tentang keefektifan dan tindakan mengontrol nyeri
yang telah digunakan.
5. Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
6. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan integritas kulit kembali normal.
NOC : Tissue integrty: skind and mucous membranes.
KH : - Integritas kulit yang baik, bisa dipertahankan/kulit elastis,
tidak.
- Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, kulit tidak
kering).
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembahan
kulit dan perawat alami (pemberian baby oil/lotioon, tidak
diberikan bedak)
Keterangan : - Tidak pernah menunjukkan
- Jarang menunjukkan
- Kadang menunjukkan
- Sering menunjukkan
- Selalu menunjukkan
NIC : Pressure management
Intervensi : - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang normal
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Oleskan lotion/minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

5. Dx : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindak akun keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 o
C)
NOC : Thermoregulation
KH : - Suhu tumbuh dalam rentang normal (36,5o C)
- Nadi dan RR dalam rentan normal (nadi: 80-100 x/mnt, R: 15
– 20 x/mnt).
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
NIC : Fever treatment
Intervensi : - Monitor suhu sesering mungkin
- Monitor IWL
- Beri cairan intravena (infus RL 20 tetes/mm)
- Beri anti piretik
- Beri kompres pada lipat paha dan aksila
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan/selama proses
keperawatan diharapkan pengetahuan pasien betambah.
NOC : Knowledge: disease proces
KH : - Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis, program pengobatan.
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
- Pasien dan keluarga ampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
sss5. Selalu menunjukkan
NIC : Teaching: disease process
Intervensi : - Jelaskan patofisiologi, dan penyakit.
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit dengan cari yang benar.
- Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat.
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara
yang tepat.
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang

EVALUASI
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit pada tubuh.
1.Mempertahankan urine output sesuai dengan usia (skala 4)
Umur O (ml)
1 – thn 500 – 600
3 – 5 thn 600 – 700
5 – 8 thn 700 – 1000
8 – 14 thn 800 – 1400
14 – 18 thn 1500

Bj urine normal 20 – 40 mg/dl


HT normal
Pada laki-laki : 40 – 48%

Wanita : 37 – 43%
2.Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal (skala 4)
Tekanan darah
1 thn 95/65 mmHg
6 thn 105/65 mmHg
10 – 13 thn 110/65 mmHg
14 – 17 thn 120/75 mmHg
Nadi
Umur Bangun tidur
1 – 2 thn80 – 150 70 – 120
2 thn – 10 thn 70 – 110 60 – 90
10 thn – 18 thn 55 – 90 50 – 90
Suhu tubuh
1 thn 37,7oC
2 – 5 thn37,2oC
6 – 18 thn 37oC
3.Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik (skala 4)
Membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan absorbsi.
1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan (BB dan TB ideal) (skala 4)
2. BB ideal sesuai dengan tinggi badan (skala 4)
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (skala 4)
(pasien mengerti jadwal makanan dan jenis makanan)
4. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi (skala 4)
(tanda-tanda malnutrisi dan jenis makanan bibir pecah-pecah
kulit, rambut rontok, BB menurun dan rambut kemerahan)
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan (skala 4)
menelan (pasien mau makan, porsi makan habis)
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti (skala 4)
(BB normal)

3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus


1. Mengenal faktor penyebab (makanan dan frekuensi BAB) (skala 4)
2. Menggunakan metode pencegahan non analget (skala 4)
(ditraksi, relaksasi)
3. Mengenali gejala-gejala nyeri (mules, cengeng, gelisah, (skala 4)
eksprewi wajah merintih memegangi perut)

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.


1. Integritas kulit yang baik, bisa dipertahankan/kulit elastis. (skala 4)
2. Tidak ada luka (lesi pada kulit pada kemerahan, (skala 4)
kulit tidak kering).
3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan (skala 4)
kelembahan kulit dan perawat alami (pemberian
baby oil/lotion, tidak diberikan bedak)

5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi


1. Suhu tumbuh dalam rentang normal (36,5o C) (skala 4)
2. Nadi dan RR dalam rentan normal (skala 4)
(nadi: 80-100 x/mnt, R: 15 – 20 x/mnt).
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing. (skala 4)

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi


1. Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman (skala 4)
tentang penyakit, kondisi, prognosis, program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur (skala 4)
yang dijelaskan secara benar.
3. Pasien dan keluarga ampu menjelaskan kembali apa (skala 4)
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

Ket skala : 1. Tidak pernah dilakukan


2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC.

Dona. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.

Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran Edisi 24. Jakarta: Djambatan.

Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.

Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan Klasifikasi.
Yogyakarta: Prima Medika.

Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: PT. Fajar Interpratama

Anda mungkin juga menyukai