Anda di halaman 1dari 28

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999)
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. (WHO
(1980))
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau
lebih dengan bentuk encer atau cair. (Menurut Suradi & Rita (2001),)
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung
atau usus.

2. Epidemiologi / Insiden Kasus

Diare ISPA dan penyakit-penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi


merupakan tiga penyebab utama kematian pada golongan umur balita. Berbagai factor
memepengaruhi kejadian diare diantaranya adalah factor lingkungan, gizi, kependudukan,
pendidikan, keadaan social ekonomi dan perilaku masyarakat. (Soegeng Soegijanto,
2002)
Faktor lingkungan yang di maksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan
seperti kebersihan putting susu, kebersihan botol susu dan dot susu, maupun kebersihan
air untuk mengolah susu dan,makanan. Factor gizi misalnya adalah tidak di berikannya
makanan tambahan maskipun anak telah berusia 4-6 bulan, factor pendidikan yang utama
adalah pengetahuan Ibu tentang masalah kesehatan. Factor kependudukan menunjukan
bahwa insidens diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau
kumuh. Sedangkan factor perilaku orang tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan
ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar
atau membuang tinja anak. Kesemua factor yang tersebut di atas terkait dengan factor
ekonomi masing-masing keluarga. (Soegeng Soegijanto, 2002).

3. Penyebab / Faktor Predisposisi


1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C.
albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya.

2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. Bila terlalu sering terserang diare dapat
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
3. Faktor Makanan:
 Makanan dan Minuman Terlalu banyak jus (terutama jus buah yang
mengandung sorbitol dan kandungan fruksosa yang tinggi) atau terlalu banyak
minuman manis dapat membuat perut bayi “kaget” dan menyebabkan diare.
Selain itu Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
 Alergi Makanan Alergi makanan merupakan reaksi sistem imun tubuh terhadap
makanan yang masuk. Alergi makanan pada bayi biasa terjadi pada bayi yang
mulai mengenal makanan pendamping ASI. Protein susu merupakan alergen
(penyebab alergi) yang paling umum dijumpai pada bayi. Selain protein susu,
alergen yang umum dijumpai adalah telur, kedelai, gandum, kacang, ikan, dan
kerang-kerangan. Konsultasikan pada dokter jika anda mencurigai ananda
memiliki alergi makanan. Alergi makanan dapat menyebabkan berbagai reaksi
(salah satunya adalah diare) dalam waktu singkat maupun setelah beberapa jam.
 Intoleransi Makanan Berbeda dengan alergi makanan, intoleransi makanan tidak
dipengaruhi oleh sistem imun. Contoh intoleransi makanan adalah intoleransi
laktosa (sangat jarang ditemukan pada bayi). Bayi yang mengalami intoleransi
laktosa, artinya bayi tersebut tidak cukup memproduksi laktase, suatu enzim yang
dibutuhkan untuk mencerna laktosa (yaitu gula dalam susu sapi dan produk susu
lainnya). Gejala seperti diare, perut kembung, dan banyak gas bisa terjadi bila
laktosa tidak terurai. Gejala biasanya muncul sekitar satu atau dua jam setelah
mengkonsumsi produk susu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

4. Patofisiologi

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan


keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hipokalemia)
2.   Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).
3.   Hipoglikemia
4.   Gangguan sirkulasi darah. (Ngastiyah. 2005)

Pathway

Faktor Penyebab Diare

Infeksi Makanan Psikologis Malabsorbsi

Enteral Parenteral Racun / allergen Aktifitas Saraf Otonom Makanan


(Infeksi di luar (Respon Impuls Kolinegik) tidak di serap
sistem pencernaan)

Tekanan Osmotik

Infeksi saluran Peradangan saluran cerna


cerna Pergeseran air dan
elektrolit ke dlm
lumen
usus

Toksin Hiperperistaltik Isi Usus

Hipersekresi mukosa saluran cerna Frek.Defekasi - Mual /muntah


- Nyeri abdomen
- Cemas
Lambung Usus - Reabsorsi Nutrien

Muntah Diare

Area sekitar anus lecet


(ganguan
intregitas kulit)
Kehilangan cairan & elektrolit gangguan kebutuhan nutrisi

Anak MRS (Hospitalisasi) Terapi Invasif (infuse)


- Protes
- Putus asa
- Pasrah Resiko infeksi

Gangguan peran (bermain)


Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

5. Klasifikasi

a.    Diare akut

Diare akut merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan umur < 5 tahun,
dehidrasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan kira-kira pada 400 anak tiap
tahun di Amerika Serikat ( Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's, 1994).

Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan konsistensi
tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu. Diare
akut lebih banyak disebabkan oleh agent infectius yang mencakup virus, bakteri dan
patogen parasit.

b.   Diare Kronik

Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair
dengan durasi 14 hari atau lebih ( Wholey & Wong's, 1994).

6. Manifestasi Klinis

Mul-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau
lendir darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau – hijauan karena bercampur dengan
cairan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung ( pada bayi , selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering. (Ngastiyah. 2005).

7. Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda vital
 Berat badan dan panjang badan untuk menentukan status gizi
 Antopometri

Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar
 Keadaan umum
Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
 Kepala
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih.
 Mata

Cekung, kering, sangat cekung

 Sistem pencernaan

Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.

 Sistem Pernafasan

Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)

 Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
 Sistem integumen

Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan
pada daerah perianal.

 Sistem perkemihan

Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.

8. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

1.      Laboratorium :
 Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
 Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
 AGD : asidosis metabolic
 Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2.      Radiologi :
Mungkin ditemukan bronchopneumonia
3. Pemeriksaan tinja ; makroskopis dan mikroskopis
4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,
bila memungkinkan.
5. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
7. PH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance).
8. Pemeriksaan darah; darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
Na, K, Ca, dan P serum, pada diare yang disertai kejang.
9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis

1. Kriteria diagnosis Diare Cair Akut

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu buang air besar cair dari
biasanya dan frekuensi lebih dari 3 kali sehari, disertai muntah, nyeri perut dan panas.
Pemeriksaan fisik untuk menentukan derajat dehidrasi. Selain itu pemeriksaan
laboratorium juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.

2. Kriteria Diagnosis Disentri

Diagnosis semata-mata pada terlihatnya darah di dalam tinja. Tinja mungkin juga
mengandung leukosit polimorfonuklear yang terlihat dengan mikroskop dan mungkin
mengandung lendir dalam jumlah banyak. Gambaran yang terakhir ini saja tidak cukup
untuk mendiagnosis disentri. Pada beberapa episod sigelosis, pertama-tama tinja cair
kemudian menjadi berdarah setelah satu atau dua hari.

3. Kriteria Diagnosis Diare Persisten

Diagnosis ditegakkan berdasarkan lamanya diare tersebut terjadi (berakhir dalam


14 hari atau lebih). Selain itu kita juga harus mengenali faktor-faktor risiko yang dapat
menyebabkan diare persisten. Faktor risiko untuk diare persisten yaitu: kurang gizi, baru
dikenalkan dengan susu sapi atau formula, umur muda, melemahnya imunitas, dan diare
yang baru saja terjadi. Pengetahuan beberapa faktor ini membantu mengenali anak-anak
yang lebih mudah mengalami diare persisten dan pada beberapa keadaan membantu
dalam pengobatan.
10. Tindakan Penanganan/ Therapy

a. Penatalaksanaan Umum

 Makan dan Minum Untuk bayi dan balita yang masih diberi ASI, teruskan minum
ASI (Air Susu Ibu). Bagi anak yang sudah tidak minum ASI, makan dan minum
seperti biasa untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
 Garam Oralit Berikan oralit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Perlu
diperhatikan bagi orang tua mengenai cara pemberian oralit yang benar. Caranya
adalah minum segelas oralit sedikit demi sedikit, dua sampai tiga teguk, kemudian
berhenti selama tiga menit. Hal ini harus diulang terus menerus sampai satu gelas
oralit habis. Minum oralit satu gelas sekaligus dapat memicu muntah dan buang air
besar.
 Segera periksakan anak ke dokter bila diare lebih dari 12 jam atau bila bayi anda
tidak mengompol dalam waktu 8 jam, suhu badan lebih dari 39°C, terdapat darah
dalam tinjanya, mulutnya kering atau menangis tanpa air mata, dan luar biasa
mengantuk atau tidak ada respon.
 Dan bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat
mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan dengan menggunakan
antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta
pemakaian probiotik telah banyak diungkap di beberapa penelitian.
 Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan
terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan
menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Tidak Perlu Antibiotika

 Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotika hanya diperlukan pada
sebagian kecil penderita diare misalnya kholera, shigella, karena penyebab terbesar dari
diare pada anak adalah virus (Rotavirus).
 Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena
bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau yang menunjukkan
gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala sepsi.
 Probiotik.Probiotik (Lactic acid bacteria) merupakan bakteri hidup yang mempunyai
efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri
probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah
diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak
terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus
sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Dengan mencermati fenomena tersebut
bakteri probiotik dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik
yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
rasional (antibiotic associated diarrhea).
 Mikroekologi mikrobiota yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat
dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri
probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan mikrobiota
komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon
imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal
mukosa yang adekuat yang dapat menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen
usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA (SIgA).
Intervensi Gangguan Gizi

 Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada
anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24
jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup. Bila tidak maka
hal ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik1. Pemberian
kembali makanan atau minuman ( refeeding ) secara cepat sangatlah penting bagi anak
dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya
berat badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula
serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare.
 Suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya
diare pada anak oleh karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk
replikasi sel usus
 Pemberian susu rendah laktosa, formula medium laktosa atau bebas laktosa diberikan
pada penderita yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan
adalah tipe yang ringan sehingga cukup memberikan formula susu yang biasanya
diminum dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara
dan dalam waktu 2-3 hari akan sembuh terutama pada anak dengan gizi yang baik.
Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan
susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleansi laktosa ringan
dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Penulis lain memberikan
formula bebas laktosa atau formula soya untuk penderita intoleransi laktosa sekunder
oleh karena gastroenteritis, malnutrisi protein-kalori dan lain penyebab dari kerusakan
mukosa usus.
 Pada keadaan ini ASI tetap diberikan;, tidak perlu memberikan susu rendah laktosa /
pengenceran susu pada anak dengan diare, khususnya untuk usia di atas 1 tahun atau
yang sudah makan makanan padat.
 Sebagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya
sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.
Pada situasi yang memerlukan banyak enersi seperti pada fase penyembuhan diare, diet
rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan
diare kronik.

b. Terapi
 Terapi Cairan Yang paling utama penanganan diare adalah pemberian terapi cairan.
Pelaksanaan pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parenteral.
Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat
menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang, bila
diare profus dengan pengeluaran air tinja yang hebat ( > 100 ml/kg/hari ) atau mutah
hebat ( severe vomiting ) dimana penderita tak dapat minum samasekali, atau
kembung yang sangat hebat ( violent meteorism ) sehingga rehidrasi oral tetap akan
terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi panenteral walaupun sebenarnya
rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan
sirkulasi.

 Dehidrasi dengan mengganti defisit. Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang
dapat dilakukan dengan pemberian oralit sesuai dengan defisit yang terjadi:Secara
sederhana, rehidrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

- Penanganan Dehidrasi Ringan :


a.        Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
-       ASI tetap diberikan bagi anak yang masih menyusu
-       Oralit
-       Larutan gula garam
-       Cairan makanan( air tajin,kuah sayur atau air matang)
b.        Lanjutkan pemberian makan
c.        Pergi ke pusat pelayanan kesehatan

- Penanganan Dehidrasi Sedang/Ringan:


a.        Pemberian cairan tambahan seperti penanganan dehidrasi ringan
b.        Pemberian Oralit secara intensif selama periode 3 jam
c.        Ulangi penilaian dan klasifikasikan derajat dehidrasinya.

- Penanganan Dehidrasi Berat :

a. Rujuk segera ke pusat pelayanan kesehatan untuk pengobatan IV / lanjutan

Rehidrasi
Dasar-dasar rehidrasi:
a.       Jumlah cairan yang hilang
 Dehidrasi ringan : 0 – 5 % atau rata-rata 25 ml/kg BB
 Dehidrasi sedang : 5 – 10 % atau rata-rata 75 ml/kg BB
 Dehidrasi berat: 10- 15 % atau rata-rata 125 ml/ kg BB
b.      Tonisitas caiaran
 Isotonis : Kadar Na + : 131 – 150 mEq/L
 Hipertonis : Kadar Na+ : > 150 mEq/L
 Hipotonik : < 131 mEq/L

Medis Dasar pengobatan diare adalah:


a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifatNaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan
kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap
disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajindisebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

2) Cairan parentralDiberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1
ml=15 tts atau 4tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun
dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1ml=20 tetes)

- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg


• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagianglukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.Kecepatan : 4 jam
pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt(1mt=20 tts).
• Untuk bayi berat badan lahir rendahKebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam,
jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagianNaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan dietetikUntuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenismakanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
c. Obat-obatanPrinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolitdan glukosa atau karbohidrat lain.

11. Komplikasi

1. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik ).


2.    Renjatan hipovolemik.
3.   Hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogram ).
4.      Hipoglikemia.
5.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
6.      Kejang,
7.      Malnutrisi energy protein ( akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik ).
(Ngastiyah. 2005)
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan

Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses


keperawatan. Dengan proses keperawatan perawat memakai latar belakang pengetahuan
yang kompetitif untuk mengkaji status kesehatan klien. Mengidentifikasi masalah dan
diagnosa merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
intervensi keperawatan.

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien,
serta merumuskan diagnosis keperawatan.

1. Identitas :

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.

a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer


b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali
baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah,
keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan
meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran

c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Meliputi pengkajian riwayat :
1) Prenatal
2) Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur),
abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat
yang dimakan serta imunisasi.
3) Natal Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang
menolong persalinan, penyulit persalinan.
4) Post natal
Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi
kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
5) Feeding
Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya,
pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-
masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral
atau suplemen lain.
6) Penyakit sebelumnya
Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi,
insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat
inap sebelumnya.
7) Alergi
Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang,
tumbuh-tumbuhan, debu rumah
8) Obat-obat terakhir yang di dapat
Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
9) Imunisasi
Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi
yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma
globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.

10) Tumbuh Kembang


Berat waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 200 gr/minggu,
TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai
tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa
berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.

d. Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya
dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah
belajar bermain dengan teman sebaya.

e. Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.

f. Reaksi Hospitalisasi
1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang
dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
2. Perubahan pola kegiatan rutin
3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
4. Kehilangan otonomi
5. Takut keutuhan tubuh
6. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya
kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya

g. Aktivitas Sehari-Hari
1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
2. Output cairan :
(a) IWL (Insensible Water Loss)
(1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh – 36,8 oC)
(b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya
berupa kencing dan faeces. Yaitu :
(1) Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
(3) Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.

h. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antopometri meliputi berat badan, Tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat
badan.
c) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi
nafas tambahan.
d) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan kelainan denyut nadi cepat dan lemah.
e) Pencernaan
Ditemukan mulai dan munatah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus
meningkat, anoreksia, BAB lebih dari tiga kali dengan konsistensi encer.
f) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.

h) Integumen
Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek.

i) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.

J) Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan.

k) Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.

2. Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa
bersepeda roda tiga.
b. Motorik Halus
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
4. Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya
.

     Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : - (Gangguan Osmotik) - Gangguan
DO : keseimbangan
- Ubun-ubun - Makanan / zat yang tidak cairan dan
cekung. dapat diserap oleh usus. elektrolit.
- Berat badan - Tekanan osmotic dalam
turun. rongga usus meningkat.
- Bising usus - Terjadi pergeseran air dan
meningkat. elektrolit ke dalam rongga
usus.
- Turgor kurang. - Isi rongga usus berlebihan
- Frekuensi buang - Merangsang rongga usus
air besar yang berlebihan.
meningkat.
- Muntah. - Diare.

DS :
 - Klien mengatakan mulut - Gangguan keseimbangan - Gangguan
terasa pahit dan badan asam basa dan elektrolit. pemenuhan
lemas. kebutuhan nutrisi.
DO :
  - Anoreksia. - Lambung / saluran
pencernaan meradang.
  - Muntah. - Nafsu makan berkurang /
tidak ada.
  - Berat badan turun. - Intake nutrisi kurang.

DS :
  - Klien menyatakan nteri - Gangguan absorpsi usus - Potensial
pada bagian daerah anus. kerusakan
DO : integritas jaringan
  - Frekuensi buang air besar - Frekuensi buang air besar kulit sekitar anus.
meningkat. meningkat
-- Lecet di sekitar anus. - Anus dan sekitarnya basah
dan lembab
- Anus dan sekitarnya lecet

           

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkn timbul pada klien dengan anak diare adalah:

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output cairan


yang berlebihan melalui diare sekunder terhadap gangguan osmotic.
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan tidak adequatnya
intake nutrisi sekunder terhadap muntah dan diare.
3.      Potensial kerusakan integritas jaringan kulit sekitar anus berhubungan dengan
iritasi sekunder terhadap frekuensi buang air besar yang meningkat.

3. Intervensi .

Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka intervensi dan aktifitas


keperawatan perlu di tetapkan untuk untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah
masalah keperawatan klien. Tahap ini disebut sebagai perencanaan keperawatan yang
terdiri dari: menentukan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran ( goal ), dan
tujuan (obyektif ), menetapkan kriteria evaluasi, merumuskan intervensi dan aktivitas
keperawatan.

No. Diagnosa Perawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. 1. Gangguan keseimbangan Tupen : a. Mandiri:
cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan -   Pantau tanda - Penurunan
berhubungan dengan output terpenuhi dalam dan gejala sirkulasi
cairan yang berlebihan jangka waktu 1x 24 kekurangan volume cairan
melalui diare sekunder jam. cairan dan menyebabkan
terhadap gangguan elektrolit. kekeringan
osmotic. Tupan : mukosa dan
Ditandai dengan : Keseimbangan pemekatan
DS : - cairan dan urin.
DO : elektrolit terpenuhi - Dehidrasi
   - Ubun-ubun cekung. dalam jangka -  Pantau intake dapat
  - Berat badan turun. waktu 3x24 jam. dan output. meningkatkan
  - Bising usus meningkat. Dengan criteria laju filtrasi
- Turgor kurang. hasil : glomerulus
  - Frekuensi buang air besar - Tanda vital dalam membuat
meningkat. batas normal (N: keluaran tak
  - Muntah. 120-60 x/mnt, S; adekuat untuk
36-37,5 c, RR : <
0
membersihkan
40 x/mnt ) sisa
-   Turgor elastik , metabolisme.
membran mukosa
bibir basah, mata
- Mendeteksi
tidak cowong,
kehilangan
UUB tidak cekung. -   Timbang berat
cairan ,
-   Konsistensi badan setiap hari. penurunan 1
BAB lembek, kg BB sama
frekwensi 1 kali dengan
perhari kehilangan
cairan 1 lt.

- Mengganti
- cairan dan
- Anjurkan elektrolit yang
keluarga untuk hilang secara
memberi minum oral.
banyak pada
kien, 2-3 lt/hr.

b. Kolaborasi : - Koreksi
keseimbang

1.  - Pemeriksaan cairan dan

laboratorium elektrolit,

serum elektrolit BUN untuk

(Na, K,Ca, mengetahui

BUN). faal ginjal


(kompensasi).

- Mengganti
cairan dan
elektrolit
2.  - Cairan secara adekuat
parenteral ( IV dan cepat.
line ) sesuai
dengan umur
- Anti sekresi
untuk
3. menurunkan
c. Obat-obatan : sekresi cairan
- (antisekresin, dan elektrolit
antispasmolitik, agar simbang,
antibiotik) antispasmolitik
untuk proses
absorbsi
normal,
antibiotik
sebagai anti
bakteri
berspektrum
luas untuk
menghambat
endotoksin.

2. 2. Gangguan pemenuhan Tupen : -  Diskusikan dan - Serat tinggi,


kebutuhan nutrisi Kebutuhan nutrisi jelaskan tentang lemak,air
berhubungan dengan tidak terpenuhi dalam pembatasan diet terlalu panas /
adequatnya intake nutrisi jangka waktu 2 (makanan dingin dapat
sekunder terhadap muntah hari berserat tinggi, merangsang
dan diare. Ditandai berlemak dan air mengiritasi
dengan : Tupan : terlalu panas atau lambung dan
DS : Setelah dilakukan  dingin). sluran usus.
         Klien mengatakan tindakan perawatan
mulut terasa pahit dan selama dirumah di - Situasi yang
badan lemas RS kebutuhan -  Ciptakan nyaman, rileks
DO : nutrisi terpenuhi lingkungan yang akan
         Anoreksia Dengan criteria bersih, jauh dari merangsang
hasil : bau  yang tak
         Muntah – Nafsu makan sedap atau nafsu makan.
         Berat badan turun meningkat sampah, sajikan
makanan dalam
keadaan hangat.
-  Berikan jam
istirahat (tidur) - Mengurangi
serta kurangi pemakaian
kegiatan yang energi yang
berlebihan berlebihan.

-  Monitor  intake
dan out put dalam - Mengetahui
24 jam jumlah output
dapat
merencenakan
jumlah
makanan.

-  Kolaborasi
dengan tim
- Mengandung
kesehtaan lain :
zat yang
a.   terapi gizi : Diet
diperlukan ,
TKTP rendah
untuk proses
serat, susu obat-
pertumbuhan.
obatan atau
vitamin ( A).

3. 3. Potensial kerusakan Kerusakan kulit -   Diskusikan dan - Kebersihan


integritas jaringan kulit tidak terjadi, jelaskan mencegah
sekitar anus berhubungan dengan criteria pentingnya perkembang
dengan iritasi sekunder menjaga tempat
terhadap frekuensi buang hasil : tidur. biakan kuman.
air besar yang meningkat. – Tidak terjadi
Ditandai dengan : iritasi : kemerahan, - Demontrasikan
DS : lecet, kebersihan serta libatkan - Mencegah
         Klien menyatakan nteri terjaga keluarga dalam terjadinya
pada bagian daerah anus merawat perianal iritassi kulit
(bila basah dan yang tak
DO : mengganti diharapkan
         Frekuensi buang air pakaian bawah oleh karena
besar meningkat serta alasnya). kelebaban dan
         Lecet di sekitar anus keasaman
feces.
-   Atur posisi tidur
atau duduk
- Melancarkan
dengan selang
vaskularisasi,
waktu 2-3 jam.
mengurangi
penekanan
yang lama
sehingga tak
terjadi iskemi
dan iritasi .

4. Implementasi

Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan adalah
wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menangkut pengumpulan data
objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu
dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan anak diare adalah :

1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai