1. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999)
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. (WHO
(1980))
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau
lebih dengan bentuk encer atau cair. (Menurut Suradi & Rita (2001),)
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung
atau usus.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat
pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. Bila terlalu sering terserang diare dapat
menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.
3. Faktor Makanan:
Makanan dan Minuman Terlalu banyak jus (terutama jus buah yang
mengandung sorbitol dan kandungan fruksosa yang tinggi) atau terlalu banyak
minuman manis dapat membuat perut bayi “kaget” dan menyebabkan diare.
Selain itu Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
Alergi Makanan Alergi makanan merupakan reaksi sistem imun tubuh terhadap
makanan yang masuk. Alergi makanan pada bayi biasa terjadi pada bayi yang
mulai mengenal makanan pendamping ASI. Protein susu merupakan alergen
(penyebab alergi) yang paling umum dijumpai pada bayi. Selain protein susu,
alergen yang umum dijumpai adalah telur, kedelai, gandum, kacang, ikan, dan
kerang-kerangan. Konsultasikan pada dokter jika anda mencurigai ananda
memiliki alergi makanan. Alergi makanan dapat menyebabkan berbagai reaksi
(salah satunya adalah diare) dalam waktu singkat maupun setelah beberapa jam.
Intoleransi Makanan Berbeda dengan alergi makanan, intoleransi makanan tidak
dipengaruhi oleh sistem imun. Contoh intoleransi makanan adalah intoleransi
laktosa (sangat jarang ditemukan pada bayi). Bayi yang mengalami intoleransi
laktosa, artinya bayi tersebut tidak cukup memproduksi laktase, suatu enzim yang
dibutuhkan untuk mencerna laktosa (yaitu gula dalam susu sapi dan produk susu
lainnya). Gejala seperti diare, perut kembung, dan banyak gas bisa terjadi bila
laktosa tidak terurai. Gejala biasanya muncul sekitar satu atau dua jam setelah
mengkonsumsi produk susu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).
4. Patofisiologi
Pathway
Tekanan Osmotik
Muntah Diare
5. Klasifikasi
Diare akut merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan umur < 5 tahun,
dehidrasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan kira-kira pada 400 anak tiap
tahun di Amerika Serikat ( Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's, 1994).
Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan konsistensi
tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu. Diare
akut lebih banyak disebabkan oleh agent infectius yang mencakup virus, bakteri dan
patogen parasit.
b. Diare Kronik
Kondisi dimana terjadi peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan konsistensi cair
dengan durasi 14 hari atau lebih ( Wholey & Wong's, 1994).
6. Manifestasi Klinis
Mul-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau
lendir darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau – hijauan karena bercampur dengan
cairan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja
makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa
yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau
sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata
dan ubun-ubun besar menjadi cekung ( pada bayi , selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering. (Ngastiyah. 2005).
7. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Berat badan dan panjang badan untuk menentukan status gizi
Antopometri
Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar
Keadaan umum
Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
Kepala
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih.
Mata
Sistem pencernaan
Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
Sistem Pernafasan
Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
Sistem integumen
Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan
pada daerah perianal.
Sistem perkemihan
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari
sebelum sakit.
1. Laboratorium :
Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2. Radiologi :
Mungkin ditemukan bronchopneumonia
3. Pemeriksaan tinja ; makroskopis dan mikroskopis
4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,
bila memungkinkan.
5. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
6. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
7. PH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance).
8. Pemeriksaan darah; darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
Na, K, Ca, dan P serum, pada diare yang disertai kejang.
9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis yaitu buang air besar cair dari
biasanya dan frekuensi lebih dari 3 kali sehari, disertai muntah, nyeri perut dan panas.
Pemeriksaan fisik untuk menentukan derajat dehidrasi. Selain itu pemeriksaan
laboratorium juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Diagnosis semata-mata pada terlihatnya darah di dalam tinja. Tinja mungkin juga
mengandung leukosit polimorfonuklear yang terlihat dengan mikroskop dan mungkin
mengandung lendir dalam jumlah banyak. Gambaran yang terakhir ini saja tidak cukup
untuk mendiagnosis disentri. Pada beberapa episod sigelosis, pertama-tama tinja cair
kemudian menjadi berdarah setelah satu atau dua hari.
a. Penatalaksanaan Umum
Makan dan Minum Untuk bayi dan balita yang masih diberi ASI, teruskan minum
ASI (Air Susu Ibu). Bagi anak yang sudah tidak minum ASI, makan dan minum
seperti biasa untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Garam Oralit Berikan oralit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Perlu
diperhatikan bagi orang tua mengenai cara pemberian oralit yang benar. Caranya
adalah minum segelas oralit sedikit demi sedikit, dua sampai tiga teguk, kemudian
berhenti selama tiga menit. Hal ini harus diulang terus menerus sampai satu gelas
oralit habis. Minum oralit satu gelas sekaligus dapat memicu muntah dan buang air
besar.
Segera periksakan anak ke dokter bila diare lebih dari 12 jam atau bila bayi anda
tidak mengompol dalam waktu 8 jam, suhu badan lebih dari 39°C, terdapat darah
dalam tinjanya, mulutnya kering atau menangis tanpa air mata, dan luar biasa
mengantuk atau tidak ada respon.
Dan bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat
mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan dengan menggunakan
antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta
pemakaian probiotik telah banyak diungkap di beberapa penelitian.
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan
terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan
menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Tidak Perlu Antibiotika
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotika hanya diperlukan pada
sebagian kecil penderita diare misalnya kholera, shigella, karena penyebab terbesar dari
diare pada anak adalah virus (Rotavirus).
Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena
bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau yang menunjukkan
gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau gejala sepsi.
Probiotik.Probiotik (Lactic acid bacteria) merupakan bakteri hidup yang mempunyai
efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri
probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah
diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus, sehingga tidak
terdapat tempat lagi untuk bakteri patogen untuk melekatkan diri pada sel epitel usus
sehingga kolonisasi bakteri patogen tidak terjadi. Dengan mencermati fenomena tersebut
bakteri probiotik dapat dipakai sebagai cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik
yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, pseudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
rasional (antibiotic associated diarrhea).
Mikroekologi mikrobiota yang rusak oleh karena pemakaian antibotika dapat
dinormalisir kembali dengan pemberian bakteri probiotik. Mekanisme kerja bakteri
probiotik dalam meregulasi kekacauan atau gangguan keseimbangan mikrobiota
komensal melalui 2 model kerja rekolonisasi bakteri probiotik dan peningkatan respon
imun dari sistem imun mukosa untuk menjamin terutama sistem imun humoral lokal
mukosa yang adekuat yang dapat menetralisasi bakteri patogen yang berada dalam lumen
usus yang fungsi ini dilakukan oleh secretory IgA (SIgA).
Intervensi Gangguan Gizi
Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama pada
anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24
jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup. Bila tidak maka
hal ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik1. Pemberian
kembali makanan atau minuman ( refeeding ) secara cepat sangatlah penting bagi anak
dengan gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya
berat badan lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula
serta makanan pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare.
Suplemen nukleotida pada susu formula secara signifikan mengurangi lama dan beratnya
diare pada anak oleh karena nucleotide adalah bahan yang sangat diperlukan untuk
replikasi sel usus
Pemberian susu rendah laktosa, formula medium laktosa atau bebas laktosa diberikan
pada penderita yang menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa.
Intoleransi laktosa berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan
adalah tipe yang ringan sehingga cukup memberikan formula susu yang biasanya
diminum dengan pengenceran oleh karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara
dan dalam waktu 2-3 hari akan sembuh terutama pada anak dengan gizi yang baik.
Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan berkepanjangan tetap diperlukan
susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama. Untuk intoleansi laktosa ringan
dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa. Penulis lain memberikan
formula bebas laktosa atau formula soya untuk penderita intoleransi laktosa sekunder
oleh karena gastroenteritis, malnutrisi protein-kalori dan lain penyebab dari kerusakan
mukosa usus.
Pada keadaan ini ASI tetap diberikan;, tidak perlu memberikan susu rendah laktosa /
pengenceran susu pada anak dengan diare, khususnya untuk usia di atas 1 tahun atau
yang sudah makan makanan padat.
Sebagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya
sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.
Pada situasi yang memerlukan banyak enersi seperti pada fase penyembuhan diare, diet
rendah lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan
diare kronik.
b. Terapi
Terapi Cairan Yang paling utama penanganan diare adalah pemberian terapi cairan.
Pelaksanaan pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parenteral.
Pemberian secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat
menggunakan pipa nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang, bila
diare profus dengan pengeluaran air tinja yang hebat ( > 100 ml/kg/hari ) atau mutah
hebat ( severe vomiting ) dimana penderita tak dapat minum samasekali, atau
kembung yang sangat hebat ( violent meteorism ) sehingga rehidrasi oral tetap akan
terjadi defisit maka dapat dilakukan rehidrasi panenteral walaupun sebenarnya
rehidrasi parenteral dilakukan hanya untuk dehidrasi berat dengan gangguan
sirkulasi.
Dehidrasi dengan mengganti defisit. Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang
dapat dilakukan dengan pemberian oralit sesuai dengan defisit yang terjadi:Secara
sederhana, rehidrasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Rehidrasi
Dasar-dasar rehidrasi:
a. Jumlah cairan yang hilang
Dehidrasi ringan : 0 – 5 % atau rata-rata 25 ml/kg BB
Dehidrasi sedang : 5 – 10 % atau rata-rata 75 ml/kg BB
Dehidrasi berat: 10- 15 % atau rata-rata 125 ml/ kg BB
b. Tonisitas caiaran
Isotonis : Kadar Na + : 131 – 150 mEq/L
Hipertonis : Kadar Na+ : > 150 mEq/L
Hipotonik : < 131 mEq/L
2) Cairan parentralDiberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
• 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1
ml=15 tts atau 13tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1
ml=15 tts atau 4tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun
dengan berat badan 10-15 kg
• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1ml=20 tetes)
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1ml=20 tetes).
• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1ml=20 tetes).
• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
b. Pengobatan dietetikUntuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat
badan kurang dari 7 kg, jenismakanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
c. Obat-obatanPrinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolitdan glukosa atau karbohidrat lain.
11. Komplikasi
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien,
serta merumuskan diagnosis keperawatan.
1. Identitas :
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal
masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
d. Riwayat Psikososial
Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya
dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah
belajar bermain dengan teman sebaya.
e. Riwayat Spiritual
Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.
f. Reaksi Hospitalisasi
1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang
dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
2. Perubahan pola kegiatan rutin
3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
4. Kehilangan otonomi
5. Takut keutuhan tubuh
6. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya
kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya
g. Aktivitas Sehari-Hari
1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
2. Output cairan :
(a) IWL (Insensible Water Loss)
(1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh – 36,8 oC)
(b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya
berupa kencing dan faeces. Yaitu :
(1) Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
(2) Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
(3) Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.
h. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan : mengalami peningkatan
Nadi : cepat dan lemah
Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
Tekanan darah : menurun
b) Antropometri
Pemeriksaan antopometri meliputi berat badan, Tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat
badan.
c) Pernafasan
Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi
nafas tambahan.
d) Cardiovasculer
Biasanya tidak ditemukan kelainan denyut nadi cepat dan lemah.
e) Pencernaan
Ditemukan mulai dan munatah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus
meningkat, anoreksia, BAB lebih dari tiga kali dengan konsistensi encer.
f) Perkemihan
Volume diuresis menurun.
g) Muskuloskeletal
Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
h) Integumen
Lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek.
i) Endokrin
Tidak ditemukan adanya kelaianan.
J) Penginderaan
Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan.
k) Reproduksi
Tidak mengalami kelainan.
2. Neorologis
Dapat terjadi penurunan kesadaran.
3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Motorik Kasar
Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa
bersepeda roda tiga.
b. Motorik Halus
Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
4. Personal Sosial
Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya
.
DS :
- Klien mengatakan mulut - Gangguan keseimbangan - Gangguan
terasa pahit dan badan asam basa dan elektrolit. pemenuhan
lemas. kebutuhan nutrisi.
DO :
- Anoreksia. - Lambung / saluran
pencernaan meradang.
- Muntah. - Nafsu makan berkurang /
tidak ada.
- Berat badan turun. - Intake nutrisi kurang.
DS :
- Klien menyatakan nteri - Gangguan absorpsi usus - Potensial
pada bagian daerah anus. kerusakan
DO : integritas jaringan
- Frekuensi buang air besar - Frekuensi buang air besar kulit sekitar anus.
meningkat. meningkat
-- Lecet di sekitar anus. - Anus dan sekitarnya basah
dan lembab
- Anus dan sekitarnya lecet
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkn timbul pada klien dengan anak diare adalah:
3. Intervensi .
- Mengganti
- cairan dan
- Anjurkan elektrolit yang
keluarga untuk hilang secara
memberi minum oral.
banyak pada
kien, 2-3 lt/hr.
b. Kolaborasi : - Koreksi
keseimbang
laboratorium elektrolit,
- Mengganti
cairan dan
elektrolit
2. - Cairan secara adekuat
parenteral ( IV dan cepat.
line ) sesuai
dengan umur
- Anti sekresi
untuk
3. menurunkan
c. Obat-obatan : sekresi cairan
- (antisekresin, dan elektrolit
antispasmolitik, agar simbang,
antibiotik) antispasmolitik
untuk proses
absorbsi
normal,
antibiotik
sebagai anti
bakteri
berspektrum
luas untuk
menghambat
endotoksin.
- Monitor intake
dan out put dalam - Mengetahui
24 jam jumlah output
dapat
merencenakan
jumlah
makanan.
- Kolaborasi
dengan tim
- Mengandung
kesehtaan lain :
zat yang
a. terapi gizi : Diet
diperlukan ,
TKTP rendah
untuk proses
serat, susu obat-
pertumbuhan.
obatan atau
vitamin ( A).
4. Implementasi
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan adalah
wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menangkut pengumpulan data
objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu
dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau
belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.