Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN AN.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE (GEA)

DIRUANG BAKAS RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH KLUNGKUNG

OLEH:

NAMA:NI KADEK YUNIARI

NIM: 223213431

KELAS :A16B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2023
1. Konsep Dasar Penyakit

1. Diare
Didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya yaitu 3
kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah
atau tinja yang berdarah (Saputri, N. et.al. 2019). Diare adalah buang air
besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan konsistensi
cair (Brandt, et al, 2015). Diare ditandai dengan kehilangan tinja bersifat
encer atau berair, gejalanya berupa infeksi di saluran usus akibat bakteri,
virus atau organisme parasit lainnya. Banyak kasus diare disebabkan oleh
Rotavirus dan Escherichia Coli (E. Coli). Kuman jenis ini menyebar pada
air dan makanan yang terkontaminasi atau ditularkan langsung dari orang
ke orang dan paling banyak di lingkungan yang kebersihan dinilai buruk,
kurangnya akses air minum bersih dan sanitasi yang buruk (UNICEF,
2016) Salah satu penyebab utama morbiditas dan mortilitas anak di dunia
disebabkan oleh penyakit diare. Terdapat 1,7 miliar kasus diare dengan
angka kematian anak mengalami diare sebanyak 525.000 setiap tahunnya
(WHO, 2017). Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF) 2020
angka kematian diare tiap tahunnya mengalami peningkatan di dunia
menyebabkan diare sebagai pembunuh utama anak-anak, sebanyak 8
persen kematian anak disebabkan oleh diare tahun 2017 sekitar 1.300
anak-anak meninggal setiap harinya atau sekitar 480.000 setiap tahunnya,
terlepas dari ketersediaan pengobatan (Unicef, 2020). Perkiraan angka
kematian anak-anak akibat diare di Nigeria adalah sekitar 151, 700–
175.000 per tahun (Dairo dalam Omele, 2019).

2. Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, diare dikategorikan menjadi akut dan kronis.
Sedangkan berdasarkan durasi dan jenis gejala, dikategorikan menular
dan tidak menular. Diare akut didefinisikan sebagai episode yang
berlangsung kurang dari 2 minggu. Infeksi paling sering menyebabkan
diare akut. Sebagian besar kasus adalah akibat dari infeksi. Diare kronis
didefinisikan sebagai durasi yang berlangsung lebih dari 4 minggu dan
cenderung tidak menular. Penyebab umum termasuk malabsorpsi,
penyakit radang usus, dan efek samping obat. (Nemeth, et al., 2019).
Selain karena waktunya, diare juga diklasifikasikan berdasarkan
inflamasi dan non inflamasi.

3. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis pada balita yaitu
infeksi yang disebabkab bakteri, virus, atau parasite, adanya gangguan
penyerapan makanan dan malabsorsi, alergi, keracunan bahan kimia atau
racun yang terkadung dalam makanan, imunodefesiensi yaitu kekebalan
tubuh yang menurun serta penyebab lain (Suraatmaja, (2007) dalam
(Hartati & Nurazila, 2018).

a. Faktor Infeksi Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang


merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri
(Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas), infeksi virus (Entenovirus, Adenovirus,
Rotavirus,Astrovirus), infeksi parasit (Entamoeba hystolytica, Giardia
lamblia, Thricomonas hominis) dan jamur (Candida, Abicans). Infeksi
parenteral merupakan infeksi diluar system pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis,
bronkopnemonia, ensefalitis.
b. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi
laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare
yang terpenting pada bayi dan anak. Disamping itu dapat pula terjadi
malabsorsi lemak dan protein.

4. Patofisiologi dan pathway


Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalm rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus, isi rongga usus
yang berlebih ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya
toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya
hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkanbakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.Selain itu diare juga
dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare ( Titik
Lestari,2016).
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar melakukan
absorbsi air yang akan membuat solid dari komponen feses, dengan
adanya gangguan dari gastroenteritis akan menyebabkan absorbsi nutrisi
dan elektrolit oleh usus halus, serta absorbsi air menjadi terganggu.
Selain itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme
hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan dan elektrolit
memberikan manifestasi pada ketidakseimbnagan asam basa dan
gangguan sirkulasi yaitu terjadinya gangguan keseimbangan asam basa
(metabolik asidosis).hal ini terjadi karena kehilangan Na bikarbonat
bersama feses.
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat
adalah dehidrasi. Diare dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan
renjatan syok hipovolemik. Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan
oleh defisiensi sirkulasi akibat disparitas (ketidakseimbangan) antara
volume darah dan ruang vaskular. Faktor yang menyebabkan terjadinya
disparitas pada gastroenteritis adalah karena volume darah berkurang
akibat permeabilitas yang bertambah secara menyeluruh
Pathway

Infeksi Makanan psikologi

Ansietas
Berkembang Toksik tak dapat
diusus diserap

Malabsorbsi
hiperstaltik KH,lemak
Hipersekresi air
&elektrolit

Isi usus Penyerapan Meningkatkan


makanan diusus tekanan osmotik
menurun

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare

Frekuensi BAB Mual muntah


meningkat

Nafsu makan
Hilang cairan dan Gg integritas kulit menurun
elektrolit berlebihan
Deficit nutrisi
Gangguan keseimbangan & Asidosis metabolik
elektrolit
Sesak

dehidrasi
Gangguan pertukaran gas
Hipovolemia Resiko syok

5. Tanda dan Gejala


Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah,
suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
kemudian timbul BAB. Feses makin cair mungkin mengandung darah
atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu. Akibat seringnya defekasi, anus dan area sekitarnya
menjadi lecet karena sifat feses makin lama makin asam, hal ini terjadi
akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah terjadi. Apabila penderita telah banyak mengalami
kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Berat
badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor
kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir terlihat kering
Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi empat
kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat badan
2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%),
dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%), dan
dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%) (Noerrasid,
2016). Menurut Titik Lestari (2016)
Pada anak yang mengalami BAB tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)
tanda tandanya:
1. berak cair 1-2 kali sehari
2. muntah
3. nafsu makan tidak berkurang
4. masih ada keinginan bermain.

6. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum
a. Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b. Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c. Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2. Berat badan Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang
mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat
badan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubun-ubunnya biasanya cekung
b. Mata Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak
matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang
kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami
dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
c. Hidung Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d. Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e. Mulut dan Lidah
1. Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
2. Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
3. Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f. Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g. Thorak
1. Jantung
a. Inspeksi Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b. Auskultasi Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga
meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami
takikardi dan bradikardi.
2. Paru-paru
a. Inspeksi Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare
dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan
dehidrasi berat pernapasannya dalam.
h. Abdomen
1. Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
2. Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi
berat kembali > 2 detik.
3. Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
i. Ektremitas Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)
normal, akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT
kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali >
2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
j. Genitalia Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
7. Pemeriksaan Penunjang :

Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratrium
1. Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum Biasanya
penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L
2. Pemeriksaan urin Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin
yang diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya
ketosis (Suharyono, 2008).
3. Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
4. Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa Biasanya pada pemeriksaan ini
terjadi peningkatan kadar protein leukosit dalam feses atau darah
makroskopik (Longo, 2013). pH menurun disebabkan akumulasi asama
atau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik ( Betz, 2009).

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
a. Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai
mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien
mengalami mual dan muntah.
b. Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar
melalui rektum.
c. Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika
pada pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.

2. Radiologi
a. CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani
kolonoskopi
b. Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas

3. Pemeriksaan lanjutan
a. Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.
b. Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan
sampel feses dan serologi (Emmanuel, 2014).

8. Penatalaksanaan
Menurut Anwar (2020) pengobatan adalah suatu proses yang
menggambarkan pengetahuan, keahlian, serta pertimbangan professional
di setiap tindakan untuk membuat keputusan
Tujuan penatalaksanaan diare terutama :
a. Mencegah dehidrasi
b. Mengobati dehidrasi
c. Mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan
sesudah diare.
d. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
A. Identitas
Meliputi nama lengkap,tempat tinggal,jenis kelmain,tempat tanggal
lahir,umur,asal suku bangsa,nama ortu,alamat ortu,pekerjaan dan
penghasilan ortu,
B. Keluhan utama
Buang air besar sebanyak 10xkali sehari(dehidrasi berat) bila diare
berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten
C. Riwayat penyakit sekarang
1) Mula-mula anak/bayi menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat. Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul
diare.
20
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna
tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan
sifatnya
makin lama makin asam.
4) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi
mulai tampak.
5) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
6) Diuresis, yaitu terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi
dehidrasi.
Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada
dehidrasi
ringan atau sedang. Tidak ada urin dalam waktu enam jam (dehidrasi
berat).

D. Riwayat kesehatan meliputi sebagai berukut:

1) Riwayat riwayat imunisasi terutama anak yang belum imunisasi


campak.
Diare ini lebih sering terjadi dan berakibat berat bdan pada anak-anak
dengan
campak atau yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir, yaitu
akibat
penurunan kekebalan pada pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena
faktor
ini salah satu kemungkinan penyebab diare menurut Axton dalam
(Susilaningrum et al., 2013).
3) Riwayat penyakit yang sering pada anak berumur di bawah 2 tahun
biasanya
batuk, panas, pilek, serta kejang yang terjadi sebelum, selama, atau
setelah
terjadinya diare. Hal ini untuk melihat tanda atau gejala infeksi lain yang
menyebabkan diare, seperti OMA, faringitis, bronko pneumonia,
tonsillitis,
ensefalitis menurut Suharyono dalam (Susilaningrum et al., 2013).

E. Riwayat nutrisi menurut Depkes RI dalam (Susilaningrum et al., 2013)


Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi hal sebagai
berikut,
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi
resiko
diare dan infeksi yang serius.
2) Pemberian susu formula, apakah menggunakan air masak, diberikan
dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah terjadi
pencemaran.
3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus
(minum
biasa), pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus, ingin minum
banyak, sedangkan pada dehidrasi berat anaka akan malah untuk minum
atau
tidak mau minum.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada kasus diare menurut Nuraarif&Kusuma (2015) dan
PPNI (2017) sebagai berikut :
a. Gangguan pertukaran gas
b. Diare
c. Hipovolemi
d. Gangguan integritas kulit
e. Defisit nutrisi
f. Risiko syok
g. Ansietas

3. Intervensi Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang


dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI (2019).
Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit diare adalah sebagai
berikut :
a. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar-kapiler.

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan pertukaran


gas pasien meningkat dengan kriteria hasil :
a) Pola nafas membaik
b) Warna kulit membaik
c) Sianosis membaik
d) Takikardia membaik

2) Intervensi Obsevasi
a) Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya nafas
b) Monitor pola nafas
c) Monitor saturasi oksigen
d) Monitor nilai analisa gas darah
Terapeutik
a) Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat
b. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan eliminasi


fekal pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Konsistensi feses meningkat
b) Frekuensi defekasi/bab meningkat
c) Peristaltik usus meningkat
d) Kontrol pengeluaran feses meningkat
e) Nyeri abdomen menurun

2) Intervensi Observasi
a) Identifiksi penyebab diare
b) Identifikasi riwayat pemberian makan
c) Identifikasi gejala invaginasi
d) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e) Monitor jumlah pengeluaran diare

Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral (oralit)
b) Pasang jalur intravena
c) Berikan cairan intravena
d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap
e) Ambil sample feses untuk kultur, jik perlu.
Edukasi
a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
c. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status


cairan pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Turgor kulit membaik
b) Frekuensi nadi membaik
c) Tekanan darah membaik
d) Membrane mukosa membaik
e) Intake cairan membaik
f) Output urine meningkat

2) Intervensi Obsevasi
a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun,haus,lemah).
b) Monitor intake dan output cairan Terapeutik a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan asupan cairan oral

Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghidari posisi mendadak

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)
b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb untuk anak.
d. Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan integritas
kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil :
a) Kerusakan lapisan kulit menurun
b) Nyeri menurun
c) Kemerahan menurun
d) Tekstur membaik

2)Intervensi Observasi
a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Terapeutik
a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
b) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
c) Gunakan petroleum berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering

Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembab
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
d) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat topical

e. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan


1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status
nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil :
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Diare menurun
c) Frekuensi makan membaik
d) Nafsu makan membaik
e) Bising usus membaik
2) Intervensi Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disuka
d) Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi
e) Monitor asupan makanan
f) Monitor berat badan
g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik
a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein

Edukasi
a) Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh kalori dan jenis nutsisi
yang dibutuhkan jika perlu.

b) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu

f. Risiko Syok

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan tingkat


syok pasien menurun dengan kriteria hasil :

a) Kekuatan nadi meningkat

b) Output urine meningkat

c) Frekuensi nafas membaik

d) Tingkat kesadaran meningkat

e) Tekanan darah sistolik,diastolic membaik


2) Intervensi Observasi

a) Monitor status kardiopulmonal

b) Monitor frekuensi nafas

c) Monitor status oksigenasi

d) Monitor status cairan

e) Monitor tingkat kesdaran dan respon pupil

f) Monitor jumlah,warna,dan berat jenis urine

Terapeutik

a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94% b)


Pasang jalur IV, jika perlu

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

b) Jelaskan penyebab/factor risiko syok

c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral Kolaborasi a) Kolaborasi


pemberian IV, jika perlu

g. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan tingkat


ansietas pasien menurun dengan kriteria hasil :

a) Perilaku gelisah menurun

b) Perilaku tegang menurun

c) Frekuensi pernapasan menurun

d) Pucat menurun

e) Kontak mata membaik


2) Intervensi Obsevasi

a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

b) Monitor tanda-tanda ansietas

Terapeutik

a) Ciptakan suasana terapeutik untuk mengurangi kecemasan

b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

c) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan

d) Gunakan nada suara lemah lembut dengan irama lambat

Edukasi

a) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

b) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi
dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016).

Daftar Pustaka
Ahmad Aniq Noor Mutsaqof, Wiharto S.T M.Kom, Esti Suryani S.Si M.Kom
(2016). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Infeksi Menggunakan Forward
Chaining.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011).


Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta.

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta Selatan.

Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang
rawat nginap di puskesmas puuwatu tahun.
(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)

Rospita, Teuku Tahlil, Mulyadi. (2017). Upaya Pencegahan Diare Pada Keluarga
Dengan Balita Berdasarkan Pendekatan Planned Behavior Theory.

Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi (Monica Ester, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN AN.A


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE (GEA)

DIRUANG BAKAS RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH KLUNGKUNG

OLEH:

NAMA:NI KADEK YUNIARI

NIM: 223213431

KELAS :A16B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2023

LEMBAR PENGESAHAN
Telah diterima dan disetujui ASUHAN KEPERAWATAN dengan judul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA An A dengan DIAGNOSA MEDIS DIARE (GEA) DI RUANG

BAKAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KLUNGKUNG” sebagai salah satu tugas praktik

keperawatan anak pada:

Tanggal : 20-25 Desember 2023

Tempat: Ruang Bakas RSUD KLUNGKUNG

KLUNGKUNG,23 Desember 2023

Oleh:

Mengetahui

Mahasiswa

CI Ruang Bakas

( Ni Komang Ayu Sukrasmini,a.md.Kep) (Ni Kadek Yuniari)

Stikes wira medika bali

Clinical teacher

Ns Sang Ayu Ketut Candrawati S.Kep.,M.Kep

Anda mungkin juga menyukai