OLEH:
NIM: 223213431
KELAS :A16B
2023
1. Konsep Dasar Penyakit
1. Diare
Didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasanya yaitu 3
kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah
atau tinja yang berdarah (Saputri, N. et.al. 2019). Diare adalah buang air
besar sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari dengan konsistensi
cair (Brandt, et al, 2015). Diare ditandai dengan kehilangan tinja bersifat
encer atau berair, gejalanya berupa infeksi di saluran usus akibat bakteri,
virus atau organisme parasit lainnya. Banyak kasus diare disebabkan oleh
Rotavirus dan Escherichia Coli (E. Coli). Kuman jenis ini menyebar pada
air dan makanan yang terkontaminasi atau ditularkan langsung dari orang
ke orang dan paling banyak di lingkungan yang kebersihan dinilai buruk,
kurangnya akses air minum bersih dan sanitasi yang buruk (UNICEF,
2016) Salah satu penyebab utama morbiditas dan mortilitas anak di dunia
disebabkan oleh penyakit diare. Terdapat 1,7 miliar kasus diare dengan
angka kematian anak mengalami diare sebanyak 525.000 setiap tahunnya
(WHO, 2017). Menurut United Nations Children's Fund (UNICEF) 2020
angka kematian diare tiap tahunnya mengalami peningkatan di dunia
menyebabkan diare sebagai pembunuh utama anak-anak, sebanyak 8
persen kematian anak disebabkan oleh diare tahun 2017 sekitar 1.300
anak-anak meninggal setiap harinya atau sekitar 480.000 setiap tahunnya,
terlepas dari ketersediaan pengobatan (Unicef, 2020). Perkiraan angka
kematian anak-anak akibat diare di Nigeria adalah sekitar 151, 700–
175.000 per tahun (Dairo dalam Omele, 2019).
2. Klasifikasi
Berdasarkan waktunya, diare dikategorikan menjadi akut dan kronis.
Sedangkan berdasarkan durasi dan jenis gejala, dikategorikan menular
dan tidak menular. Diare akut didefinisikan sebagai episode yang
berlangsung kurang dari 2 minggu. Infeksi paling sering menyebabkan
diare akut. Sebagian besar kasus adalah akibat dari infeksi. Diare kronis
didefinisikan sebagai durasi yang berlangsung lebih dari 4 minggu dan
cenderung tidak menular. Penyebab umum termasuk malabsorpsi,
penyakit radang usus, dan efek samping obat. (Nemeth, et al., 2019).
Selain karena waktunya, diare juga diklasifikasikan berdasarkan
inflamasi dan non inflamasi.
3. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis pada balita yaitu
infeksi yang disebabkab bakteri, virus, atau parasite, adanya gangguan
penyerapan makanan dan malabsorsi, alergi, keracunan bahan kimia atau
racun yang terkadung dalam makanan, imunodefesiensi yaitu kekebalan
tubuh yang menurun serta penyebab lain (Suraatmaja, (2007) dalam
(Hartati & Nurazila, 2018).
Ansietas
Berkembang Toksik tak dapat
diusus diserap
Malabsorbsi
hiperstaltik KH,lemak
Hipersekresi air
&elektrolit
Diare
Nafsu makan
Hilang cairan dan Gg integritas kulit menurun
elektrolit berlebihan
Deficit nutrisi
Gangguan keseimbangan & Asidosis metabolik
elektrolit
Sesak
dehidrasi
Gangguan pertukaran gas
Hipovolemia Resiko syok
6. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b. Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c. Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2. Berat badan Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang
mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat
badan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubun-ubunnya biasanya cekung
b. Mata Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak
matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang
kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami
dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
c. Hidung Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d. Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e. Mulut dan Lidah
1. Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
2. Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
3. Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f. Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g. Thorak
1. Jantung
a. Inspeksi Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b. Auskultasi Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga
meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami
takikardi dan bradikardi.
2. Paru-paru
a. Inspeksi Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare
dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan
dehidrasi berat pernapasannya dalam.
h. Abdomen
1. Inspeksi Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
2. Palpasi Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada
pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi
berat kembali > 2 detik.
3. Auskultasi Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya
meningkat
i. Ektremitas Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)
normal, akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT
kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali >
2 detik, akral teraba dingin, sianosis.
j. Genitalia Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di
lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
7. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratrium
1. Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum Biasanya
penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5 mEq/L
2. Pemeriksaan urin Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin
yang diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya
ketosis (Suharyono, 2008).
3. Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
4. Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa Biasanya pada pemeriksaan ini
terjadi peningkatan kadar protein leukosit dalam feses atau darah
makroskopik (Longo, 2013). pH menurun disebabkan akumulasi asama
atau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik ( Betz, 2009).
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
a. Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai
mengalami penyakit seliak atau Giardia. Dilakukan jika pasien
mengalami mual dan muntah.
b. Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar
melalui rektum.
c. Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika
pada pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker.
2. Radiologi
a. CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani
kolonoskopi
b. Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami
penyakit bilier atau prankeas
3. Pemeriksaan lanjutan
a. Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasa akan
mengidentifikasi penyebab sekretorik dan osmotik dari diare.
b. Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan
sampel feses dan serologi (Emmanuel, 2014).
8. Penatalaksanaan
Menurut Anwar (2020) pengobatan adalah suatu proses yang
menggambarkan pengetahuan, keahlian, serta pertimbangan professional
di setiap tindakan untuk membuat keputusan
Tujuan penatalaksanaan diare terutama :
a. Mencegah dehidrasi
b. Mengobati dehidrasi
c. Mencegah gangguan nutrisi dengan memberikan makan selama dan
sesudah diare.
d. Memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada kasus diare menurut Nuraarif&Kusuma (2015) dan
PPNI (2017) sebagai berikut :
a. Gangguan pertukaran gas
b. Diare
c. Hipovolemi
d. Gangguan integritas kulit
e. Defisit nutrisi
f. Risiko syok
g. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
2) Intervensi Obsevasi
a) Monitor frekuensi,irama,dan kedalaman upaya nafas
b) Monitor pola nafas
c) Monitor saturasi oksigen
d) Monitor nilai analisa gas darah
Terapeutik
a) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat
b. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )
2) Intervensi Observasi
a) Identifiksi penyebab diare
b) Identifikasi riwayat pemberian makan
c) Identifikasi gejala invaginasi
d) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e) Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral (oralit)
b) Pasang jalur intravena
c) Berikan cairan intravena
d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap
e) Ambil sample feses untuk kultur, jik perlu.
Edukasi
a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
c. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif
2) Intervensi Obsevasi
a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun,haus,lemah).
b) Monitor intake dan output cairan Terapeutik a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghidari posisi mendadak
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)
b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb untuk anak.
d. Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan integritas
kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil :
a) Kerusakan lapisan kulit menurun
b) Nyeri menurun
c) Kemerahan menurun
d) Tekstur membaik
2)Intervensi Observasi
a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
a) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
b) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
c) Gunakan petroleum berbahan petroleum atau minyak pada kulit kering
Edukasi
a) Anjurkan menggunakan pelembab
b) Anjurkan minum air yang cukup
c) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
d) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat topical
Terapeutik
a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Edukasi
a) Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh kalori dan jenis nutsisi
yang dibutuhkan jika perlu.
f. Risiko Syok
Terapeutik
Edukasi
d) Pucat menurun
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi
dan tanda gejala yang spesifik ( Olfah & Ghofur, 2016).
Daftar Pustaka
Ahmad Aniq Noor Mutsaqof, Wiharto S.T M.Kom, Esti Suryani S.Si M.Kom
(2016). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Infeksi Menggunakan Forward
Chaining.
Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang
rawat nginap di puskesmas puuwatu tahun.
(https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-SINAGA)
Rospita, Teuku Tahlil, Mulyadi. (2017). Upaya Pencegahan Diare Pada Keluarga
Dengan Balita Berdasarkan Pendekatan Planned Behavior Theory.
Syaifuddin. (2016). Anatomi Fisiologi (Monica Ester, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
OLEH:
NIM: 223213431
KELAS :A16B
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diterima dan disetujui ASUHAN KEPERAWATAN dengan judul “ASUHAN
BAKAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KLUNGKUNG” sebagai salah satu tugas praktik
Oleh:
Mengetahui
Mahasiswa
CI Ruang Bakas
Clinical teacher