GASTROENTRITIS
Oleh :
INDRA HIDAYAT
NIM : 2022207209287
GASTROENTERITIS
A. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana seseorang buang air besar dengan konsisteni
lembek atau cairbahkan dapat berupa air saja danfrekuensinya lebih sering (biasanya tiga
kali atau lebih ) dalam satu hari (DEPKES 2016).
Menurut WHO secara klinis diaredidefinisikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya lebih dari 200g atau 200ml/24jm.
Definisi lain memakai kriteria frekuaensiyaitu buang air besar encer tersebut dapat atau
tanpa di sertai lender dan darah. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar
yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer
dapatdi sertai atau tanpa di sertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung dan usus.
B. Etiologi
Fator infeksi diare menurut Ngasityah (2016) :
1. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
2. Infeksi bakteria : vibrio, E.coli ,salmonella campilobaster
3. Infeksi virus :Rostavirus, Calcivirus,Entrovirus ,Adenovirus, Astrovirus
4. Infeksi parasite : cacing, protozoa (entamoba histolica, giardia lambia), jamur
(candida aibicans).
5. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitas,
bronkopneumonia, ensevalitis, meliputi :
Factor malabsorbsi :
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi
lemak, malabsorbsi protein.
Faktor makanan :Makanan basi, beracun dan alergi makanan.
Faktor kebersihan :Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri
tinja, tidak mencuci tangan setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi makanan.
D. Patofisiologi& Pathway
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbs dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan yodium,
potassium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler keadaan tinja, sehingga
mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolikDiare
yang terjadi merupakan proses dari transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri
terhadap elektrolit kedalam usus halus sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak
sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan
kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradanganakan
menurunkankemampuanintestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-
bahan makanan ini terjadi pada sindrom mal absorbs. Meknisme dasar yang
menyebabkan timbulnya diare ada 2 macam yaitu : Gangguan osmotic akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan dalam rongga
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus :
1. Gangguan sekresi akibat ragsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya
timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus
2. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurngnya
kesempatanusus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltic usus menurun akanmengakibatkan bakteri kamuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula.
Dari kedua mekanisme diatas menyebabkan :
1. Kehilangan air dan elektrolit atau (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (aksidosis metabolic hipokalemia).
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah.
Pathway Gastroenteritis
Malabsorbsi KH
Hiperperistalti lemak dan protein
Berkembang di usus
Isi usus
Metabolis osmotik
Penyerapan makan di
usus menurun
Pergeseran air
dan
elektrolit keusus
Diare
Mual mutah
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotic serta untuk
mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.Karakteristik
hasilpemeriksaan feses sebagai berikut : feses berwarna pekat atau putih
kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen empedu (obstruksi empedu). Feses
berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat seperti Fe, diet tinggi buah
merah dan sayur hijau tua seperti bayam. Feses berwarna pucat disebabkan karena
malabsorpsi lemak, diet tinggi susu dan produk susu. Feses berwarna orange atau
hijau disebabkan karena infeksi usus. Feses cair dan berlendir disebabkan karena
diare yang penyebabnya adalah bakteri. Feses seperti tepung berwarna putih
disebabkan karena diare yang penyebabnyaadalah virus. Feses seperti ampas
disebabkan karena diare yang penyebabnya adalah parasit. Feses yang didalamnya
terdapat unsure pus atau mucus disebabkan karena bakteri, darah jika terjadi
peradanganpada usus, terdapat lemak dalam feses jika disebabkan karena malabsorbsi
lemak dalam usus halus.
2. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit (terutama Na, Ca, K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia (hipokronik, kadang-kadang
nikrosiotik) dan dapat terjadi karena malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sumsum
tulang(proses inflamasi kronis) peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar
ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar natrium, kalium, kalsium, bikarbonat.
4. Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.
F. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan.
a. Cairan per oral :pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan
glukosa. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan atau
sedang kadar natrium 50-60 meg/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula).
b. Cairan parenteral :
1) Dehidrasi ringan :1jam pertama 25-50 ml/kgBB/hari.
Kemudian 125 ml/kgBB/oral.
2) Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100 ml/kgBB/hari.
Kemudian 125 ml/kgBB/oral.
3) Dehidrasi berat :
a. Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg, 1 jam
pertama 40 ml/kgBB/jam : 10 tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 15
tetes atau 13 tetes/kgBB/menit), 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam:3
tetes/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 125
ml/kgBB oralit per oral, bila anak mau minum, teruskan dengan 2A
intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahundengan berat badan 10-15 kg, 1 jam
pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kgBB/menit (1 ml : 20 tetes),
7 jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum
dapat diteruskan dengan 2A intravena 2 tetes/kgBB/menit atau 3
tetes/kgBB/menit.
c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan 15-25 kg, 1 jam pertama
20 ml/kgBB/menit (infuse set 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya
105 ml/kgBB oralit per oral.
2. Diatetik (pemberian makanan)
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus pada klien
dengantujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien. Hal-hal
yang perlu diperhatikan :memberikan ASI, memberikan bahan makanan yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin, makanan harus bersih.
3. Obat-obatana.Obat antiserib.
Obat anti spasmolitikc.Obat antibiotic
DO :
Berat badan menurun
Bising usus hiperaktif
Membran mukosa pucat
Diare dengan konsistensi cair
3 DS : Resiko Ketidakseimbangan
Klien mengatakan merasa Ketidakseimbangan Cairan
haus dan lemas Elektrolit
DO :
Akral teraba hangat
Natrium menurun
Kalium menurun
Klorida menurun
H. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia b.d Kehilangan Cairan Aktif (Diare)
2. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d Ketidakseimbangan Cairan
I. Rencana Keperawatan
Terapeutik
-Hitung kebutuhan
cairan
-Berikan posisi modified
trendelenburg
-Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
-Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
-Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
cairan IV issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
-Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
-Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Untuk
b.d tindakan mengetahui
Ketidakmampuan keperawatan Observasi kebutuhan
mengabsorbsi diharapkan masalah Identifikasi status nutrisi yang
nutrien teratasai dg kriteria nutrisi dibutuhkan
hasil : Identifikasi alergi dan oleh tubuh
1. Nafsu intoleransi makanan
makan Identifikasi makanan
membaik yang disukai
2. Porsi makan Identifikasi kebutuhan
yang kalori dan jenis nutrient
dihabiskan Monitor asupan
meningkat makanan
Monitor berat badan
Teraupetik
Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein Berikan
suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi
Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
3. Resiko Setelah dilakukan Manajemen Cairan Untuk
Ketidakseimbang tindakan Observasi mencegah
an Elektrolit b.d keperawatan Monitor status hidrasi terjadinya
Ketidakseimbang diharapkan masalah ( mis, frek nadi, kekurangan
an Cairan teratasai dg kriteria kekuatan nadi, akral, cairan
hasil : pengisian kapiler,
1. Natrium kelembapan mukosa,
meningkat turgor kulit, tekanan
2. Kalium darah)
meningkat Monitor berat badan
3. Klorida harian
meningkat Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium (mis.
Hematokrit, Na, K, Cl,
berat jenis urin , BUN).
Terapeutik
Catat intake output
dan hitung balans
cairan dalam 24 jam
Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhan
Berikan cairan
intravena bila perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia