Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DIARE AKUT


Disusun Oleh: Siti Farida Audia (NIM: 1032161024)

A. PENGERTIAN
Diare akut ialah buang air besar (defekasi) dengan tinja yang cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air pada tinja lebih banyak dari
pada biasanya > 200 gr atau 200 ml/24 jam. Definisi lain menggunakan
frekuensi, yaitu BAB encer > 3 kali sehari. Buang air besar (BAB) tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darahh.

B. ETIOLOGI
a. Diare akut: Virus (Adevirus, Nnorwalk virus). Parasit, Protozoa
(Giardia lambdia, Entamoeba, Hystolitica). Cacing (, N. Americanus,
T. Triciura, O. Vermicularis, T. Saginata, T. Sollium ). Bakkteri yanng
memproduksi enterotoksin (S aureus, C perfringens, E. Coli, V
cholera) dan menimbulkan infeksi mukosa usus (Shingella, Salmonella
spp, Yersinia).
b. Diare kronik umunya dikelompokan menjadi 6 kategori: diare osmotik,
diare sekretorik, diare karena gangguan motilitas, diare inflamatorik,
malabsrpsi, infeksi kronik.

C. MANIFESTASI KLINIS
a. Diare akut: akan hilang dari 72 jam dari waktu onset, BAB encer, nyeri
perut, demam, nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan
bunyi perut.
b. Diare kronik: terjadi selama 2-3 priode yang lebih panjang, penurunan
BB dan nafsu makan, demam akibat infeksi, dehidrasi tandanya
hipotensi takikardi, denyut lemah.

D. PATOFISIOLOGIS

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas.
Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma
sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi


yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi
akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non
osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal
polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat
infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan


waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan
tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.

Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri
paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus
dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi
dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi
bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit
dalam feses.

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen


meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan
mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu
bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk
dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.

Mekanisme dasar penyebab diare adalah gangguan osmotik (makanan


yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus
meningkat kemudian terjadi diare. Ganguan motiliasi usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik (Ariani, 2016).

Diare juga dapat menyebabkan gangguan sirkulasi sebagai akibat renjatan


syok hipovolemik, perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,
asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segera diatasi pasien akan meninggal (Hasan,
Alatas, 2009).
E. PATHWAY

Infeksi Makanan psikologi

Berkembang diusus
Toksik tak dapat Ansietas
diserap

Hipersekresi air dan


Malabsorbsi karbo,
eletrolit Hiperperistaltik lemak, protein

Isi usus Peningkatan


Penyerapan
tekanan osmotik
makanan disusu
menurun
Pergeseran air dan
Nyeri akut elektrolit ke usus

Kerusakan mukosa usus Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen


meningkat

Mual muntah
Hilang cairan dan Kerusakan integritas
elektrolit berlebihan kulit perinal
Nafsu makan
menurun
Gangguan Asidosis Metabolik
keseimbangan cairan Ketidakseimbanga
dan elektrolit n nutri kurang dari
kebutuhan tubuh
Sesak

Dehidrasi
Gangguan pertukaran
gas

Kekurangan Volume Resiko Syok


Cairan (hipovolemi)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, Ph dan kadar gula
dalam tinja, biakan dan resistensi fases (colok dubur).
2. Pemeriksaan darah lengkap.
3. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernapasan kussmaul).
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
G. KOMPLIKASI

a. Dehidrasi
Dehidrasi meliputi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dehidrasi ringan
terdapat tanda atau lebih dari keadaan umumnya baik, mata terlihat
normal, rasa hausnya normal, minum biasa dan turgor kulit kembali cepat.
Dehidrasi sedang keadaan umumnya terlihat gelisah dan rewel, mata
terlihat cekung, haus dan merasa ingin minum banyak dan turgor kulitnya
kembali lambat. Sedangkan dehidrasi berat keadaan umumnya terlihat
lesu, lunglai atau tidak sadar, mata terlihat cekung, dan turgor kulitnya
kembali sangat lambat > 2 detik. (Depkes RI, 2008).
b. Hipernatremia
Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah.
c. Hipokalemia
Hipokalemia terjadi karena kurangnya kalium (K) selama rehidrasi yang
menyebakan terjadinya hipokalemia ditandai dengan kelemahan otot,
peristaltik usus berkurang, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia (Ngastiyah,
2005 dalam penelitian Andri 2015).
d. Demam
Demam sering ditemui pada kasus diare. Biasanya demam timbul jika
penyebab diare berinvansi ke dalam sel epitel usus (Grace & Jerald, 2010).
Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh.
Bakteri tersebut mengeluarkan toksin lipopolisakarida dan membran sel.
Sel yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksi tersebut
adalah neutrofil dan makrofag dengan cara fagosistosis. Sekresi fagosik
menginduksi timbulnya demam (Ariani, 2016).
H. PENATALAKSANAAN
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Airway
Kaji jalan nafas (airway) lakukan observasi pada gerakan dada, apakah
ada gerakan dada atau tidak, apabila tidak ada gerakan dada walaupun
diberikan bantuan nafas yang artinya terjadi sumbatan pada jalan
nafas.
2. Breathing
Kaji fungsi paru (breathing) lakukan observasi kemampuan
pengembangan paru, ada pengembangan paru spontan atau tidak. Jika
tidak dapat mengembang spontan maka kemungkinan terjadi gangguan
fungsi paru sehingga akan dilakukan tindakan bantuan nafas.
3. Circulation
Lakukan pengkajian denyut nadi dengan cara melakukan palpasi pada
nadi radialis, jika tidak teraba pada arteri karotis. Apabila tetap tidak
teraba maka menunjukan gangguan fungsi jantung.
4. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dengan cara respon suara atau dengan
respon nyeri.
5. Exposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh agar dapat terlihat cedera yang
mungkin ada.
J. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan dari kepala hingga kaki dengan cara inspeksi,
perkusi, auskultasi, dan palpasi.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif.
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan secara umum diantaranya:
Diagnosa 1.
a. Monitor vital sign
b. Monitor intake dan output
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat).
d. Kolaborasi pemasangan iv
e. Kolaborasi pemberian cairan iv
M. DAFTAR PUSTAKA
H. Amin N. (2015). APLIKASI; ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN SIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta. Mediaction
Zein u., Dkk. (2010). DIARE AKUT DISEBABKAN BAKTERI. Fakultas
Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit
Dalam Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai