Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DIARE


PADA PASIEN GASTROENTERITIS

Oleh :
Akh. Nur Hidayat
P17210191015

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
1. KONSEP DIARE
Diare menurut Mansjoer (2000) adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari
dengan atau tanpa daerah atau tinja yang terjadi secara mendadak berlangsung kurang
dari tujuh hari yang sebelumnya sehat. Sedangkan menurut Suruadi (2001) Diare adalah
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali
atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005)
Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang
berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekasi yang
meningkat.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200
ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari
3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
2. ETIOLOGI
Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005).
a. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan yang menyebabkan utama diare
Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella campilo baster.
Infeksi virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
Infeksi parasit : cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoba histolica,
giardia lambia), jamur (candida aibicans).
b. Infeksi parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Ensefalitis, meliputi :
- Faktor Malabsosi : karbohidrat, lemak, protein
- Faktor Makanan : basi, racun, alergi.
- Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas.
3. TANDA DAN GEJALA
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
A. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer
B. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
C. Kram abdominal.
D. Demam
E. Mual dan muntah
F. Anoreksia.
G. Lemah.
H. Pucat
I. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
J. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.
4. PATOFISIOLOGI
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan
absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan
bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan
dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami
iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan
motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada 3 macam yaitu:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare.
5. PATHWAY

FAKTOR MAKANAN
(makanan basi, beracun,
Alergi makanan)

Penyerapan sari-sari
makanan dalam Saluran
pencernaan tidak adekuat

Peradangan isi usus

Gastroenteritis

Gangguan sekresi
Sekresi air dalam elektrolit dalam
usus meningkat

Merangsang usus mengeluarkan


isinya

DIARE

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
A. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
B. Pemeriksaan intubasi duodenum.
C. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin
D. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan dengan cara
pengeluaran diet dan pemberian cairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air
gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan
air kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak
mengandung gula akan memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini
dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air
bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama klien
feses semakin cair, muntah, kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi, BB menurun, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput
kadir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4x dengan
konsisten encer
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat inflamasi
c) Riwayat penyakit keluarga
c. Pola aktivitas dan isitirahat
Akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa
tidak nyaman dan Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan
adanya nyeri akibat disentri abdomen
d. Pemeriksaan fisik
a) Subjektif
Kelemahan, Diare lunak s/d cair, Anoreksia mual dan muntah, Tidak
toleran terhadap diit, Perut mulas s/d nyeri (nyeri pada kuadran kanan
bawah, abdomen tengah bawah), Haus, kencing menurun, Nadi
mekeningkat, tekanan darah turun, respirasi rate turun cepat dan dalam
(kompensasi ascidosis).
b) Objektif
Lemah, gelisah, Penurunan lemak / masa otot, penurunan tonus,
Penurunan turgor, pucat, mata cekung, Nyeri tekan abdomen, Urine
kurang dari normal, Hipertermi, Hipoksia / Cyanosis,Mukosa
kering,Peristaltik usus lebih dari normal.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Darah
Ht meningkat, leukosit menurun
2. Feses
Bakteri atau parasit
3. Elektrolit
Natrium dan Kalium menurun
4. Urinalisa
Urin pekat, BJ meningkat
5. Analisa gas darah
Antidosis metabolik (bila sudah kekurangan cairan)
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk klien
gastroenteritis sebagai berikut :
1) Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis
2) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
turgor kulit menurun
3) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit ditandai
dengan mengeluh tidak nyaman
3. Intervensi Keperawatan
a. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis
Tujuan atau luaran utama : Eliminasi Fekal (L.04033)
Mencapai BAB normal Kriteria hasil : penurunan frekuensi BAB
sampai kurang 3x. Feses mempunyai bentuk dengan kriteria hasil :
a) Kontrol pengeluaran feses meningkat
b) Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
c) Nyeri abdomen menurun
d) Konsistensi feses membaik
Interveni Keperaawatan utama : Manajemen diare (1.03101)
Observasi
1. Identifikasi penyebab diare
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan
3. Monitor jumlah pengeluaran diare
Terpeutik
4. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
5. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
6. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. Loperamide, difenoksilat)

b. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan


turgor kulit menurun
Tujuan atau luaran utama : Status Cairan (L.03028)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka status cairan membaik,
dengan kriteria hasil:
a) Kekuatan nadi meningkat
b) Turgor kulit meningkat
c) Output urin meningkat
d) Perasaan lemah menurun
e) Keluhan haus menurun
f) Kadar Ht membaik
g) Berat badan membaik
Intervensi Keperawatan utama : Manajemen Hipovolemia (1.03116)
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
3. identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terpeutik
4. Berikan posisi modifield trendelenburg
Edukasi
8. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit ditandai dengan
mengeluh tidak nyaman
Tujuan atau luaran utama : Status Kenyamanan (L.08066)
a) Keluhan tidak nyaman menurun
b) Gelisah menurun
c) Pola Eliminasi membaik
Intervensi Keperawatan utama : Manajemen Nyeri (1.08238)
Observasi
1. Identifikasi Skala nyeri
Terapeutik
2. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
3. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
4. Jelaskan startegi meredakan nyeri
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan realita dari rencana tindakan keperawatan yang telah
penulis susun. Pembahasan pada tahap ini meliputi pelaksanaan rencana tindakan
perawatan yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan
intervensi masing- masing.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang telah digunakan
untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang telah penulis susun,
apakah tujuan dapat tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai dengan meninjau
respon pasien dan kriteria hasil yag telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Biddulph dan Stace. 1999. Kesehatan Anak untuk Perawat, Petugas Penyuluhan
Kesehatan dan Bidan di Desa . Dialih bahasakan oleh Harsono, Achmad. J dan
Wijaya. S. Yogyakarta: Gajah Mada Univesity Press.
Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan (2 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Ngastiyah. 2005. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.

PPNI, (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

Purwanto, Hadi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta : Kemenkes

Suriadi. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai