Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN MASALAH GANGGUAN REPRODUKSI :
AMENORE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Maternitas
Di Jl.Bendungan Sutami 13, Karangkates, Sumberpucung, Malang

Oleh:
Nama : Anita Mahayu Sekarsari
NIM : P17210193035

PRODI D-III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Masalah Gangguan
Reproduksi : Amenore Periode 23 Agustus 2021 s/d 28 Agustus 2021 Tahun Ajaran
2020/2021

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal 28 Bulan Agustus Tahun 2021

Malang, 28 Agustus 2021

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

Fitriana Kurniasari,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
………………………….. ............………….....…………………….
KONSEP DASAR
A. Definisi
Amenore adalah kondisi dimana seorang wanita tidak mengalami menstruasi
meskipun berdasarkan periode menstruasi seharusnya wanita tersebut mengalami
menstruasi.
Amenore adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-
turut (Suparman & Suparman, 2017). Amenore terbagi menjadi amenore fisiologik
dan patologik. Amenore fisiologik yaitu terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa
kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause. Amenore patologik yaitu amenore
yang terjadi karena sebab tertentu di luar amenore fisiologik. Amenore dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1) Amenore primer : Ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual sekunder
normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual sekunder, tidak
mendapatkan menstruasi. Amenore primer umumnya mempunyai sebab-sebab
yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan
kongenital dan kelainan-kelainan genetik.
2) Amenore sekunder : Ketika wanita yang pernah mendapatkan menstruasi, tetapi
kemudian berhenti atau tidak mendapatkan menstruasi selama 3 siklus menstruasi
atau selama 6 bulan pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi.
Diagnosa yang terjadi pada amenore sekunder termasuk diantaranya vaginal
agenesis, sindroma insensitifitas androgen, sinroma Turner. Diagnosa yang lain
tergantung pada pemeriksaan yang lain.
B. Etiologi
Penyebab amenore primer :
a. Pubertas terlambat
b. Kegagalan dan fungsi indung telur
c. Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)
d. Gangguan pada susunan saraf pusat
e. Himen imperforate yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi
dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal.
f. Kelainan kromosom
g. Abnormalitas organ genital wanita (tidak adanya uterus, vagina, septum vagina,
stenosis servikal)
Penyebab amenore sekunder :
a. Obesitas
b. Penyakit kronis yang diderita dalam jangka waktu yang lama
c. Wanita yang pernah mengalami kelainan penyakit polikistik ovarium mempunyai
resiko tinggi terhadap penyakit amenore.
d. Stres emosional
e. Olahraga berlebihan
f. Kontrasepsi
g. Kehamilan
h. Menyusui
i. Obat-obatan
j. Ketidakseimbangan hormon
k. Masalah di jaringan rahim
l. Ketidakcukupan ovarium primer
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Faktor yang mempengaruhi amenore adalah vagina tidak tumbuh dan
berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang
tumbuh. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih kompleks pada rahim atau
rahim tidak tumbuh dengan sempurna. Kelainan ini disebut ogenesis genitalis
bersifat permanen artinya wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid
selama-lamanya.
b. Hormonal
Alat reproduksi wanita dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks.
Kelenjar tyroid dapat memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung telur
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, dan kelenjar adrenal
menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon sangat penting untuk
tumbuh kembang mental dan fisik.
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya siklus haid,
Kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang
sangat rendah sehingga datangnya haid akan terganggu.
2. Faktor Eksternal
a. Status Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas sangat
penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu
membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang
mengandung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu
untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan.
b. Gaya Hidup
Gaya hidup terutama perilaku makan dengan porsi yang cukup dan sesuai
jadwal serta mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dapat
menyebabkan kondisi tubuh terasa fit dan terhindar dari kekurangan gizi
sehingga siklus menstruasi berjalan normal.
D. Patofisiologi
Disfungsi hipofise. Terjadi gangguan pada hipofise anterior, gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat
menjadi terganggu.
Kelainan kompartemen IV (lingkungan). Gangguan pada pasien ini
disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan
terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat
pelepasan gonadrotropin.
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenore primer maupun sekuder.
Amenore primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (gonadal disgenesis).
Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan
kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenore dimana
dibutuhkan kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan
untuk pembentukan hormone steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak
tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone
yang memicu terjadinya amenore. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan
endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan
GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih
cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang
dapat menekan pembentukan GnRH.
E. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
c. Nyeri kepala
d. Badan lemah
2. Tanda dan gejala tergantung dari penyebabnya :
a. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan
rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
b. Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan
pembesaran perut.
c. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya
adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
d. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan
lengan serta tungkai yang lurus.
3. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
a. Sakit kepala
b. Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui)
c. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
e. Vagina yang kering
f. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada amenore primer, apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim,
perlekatan dalam rahim) melalui pemeriksaan :
a. USG
b. Histerosalpingografi
c. Histeroskopi
d. Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder
maka diperlukan pemeriksan kadar hormon FSH dan LH.
a. Setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenore sekunder, maka
dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar
hormon prolaktin dalam tubuh.
b. Selain itu, kadar hormon prolaktin dalam tubuh juga perlu diperiksa. Apabila
kadar hormon TSH dan prolaktin normal, maka Estrogen/Progesterone Challenge
Test adalah pilihan untuk melihat kerja hormon estrogen terhadap lapisan
endometrium alam rahim. Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.
G. Penatalaksanaan Medis
Dapat dilakukan secara non-farmakologi dan farmakologi treatment.
Modalitas terapi untuk amenore digunakan untuk mengembalikan siklus normal
menstruasi. Tujuan pengobatan termasuk menjaga kekuatan tulang, mencegah
keropos tulang, pemulihan ovulasi dan meningkatkan kesuburan. Pendekatan umum
untuk keberhasilan terapi amenore tergantung pada identifikasi yang tepat dari
penyebab dasar pada gangguan mentruasi. Pada pasien amenore sekunder dengan
hipoestrogen maka pemberian kalsium dan vitamin D penting untuk menghindari
dampak negatif pada kesehatan tulang.
a. Terapi Non-farmakologi
Terapi non-farmakologi untuk amenore bervariasi tergantung pada penyebab
yang mendasari. Pada wanita usia muda yang melakukan kegiatan olahraga
berlebihan kemungkinan dapat menjadi penyebab dasar amenore, maka
treatmentnya adalah pengurangan terhadap exercise yang berlebihan.
b. Terapi Farmakologi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenore yang dialami,
apabila penyebabnya adalah obesitas maka diet dan olahraga adalah terapinya,
belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga
dapat membantu. Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami
Amenore Primer. Amenore primer maupun sekunder dengan hipoestrogen maka
perlu diberikan estrogen (dengan progestin). Hal ini dapat diberikan dalam bentuk
kontrasepsi oral (OC). Tujuan terapi estrogen ada dua yaitu untuk mengurangi
risiko osteoporosis dan meningkatkan kualitas hidup. Jika hiperprolaktinemia
diidentifikasi sebagai penyebab amenore, penggunaan bromocriptine atau
cabergoline, agonis dopamin, menghasilkan penurunan konsentrasi prolaktin dan
kembalinya menstruasi.
H. Pathway

Kegagalan fungsi Penyakit, stress, obat-


Kelainan genetik
hipotalamus-hipofisis obatan, dll

Hipogonadotropin Testikular
feminization Siklus menstruasi
terganggu
FSH dan LH menurun
Tidak punya uterus
Tidak terjadi siklus
Ovarium tidak menstruasi
Tidak dapat
terangsang
mengalami menstruasi
Amenore sekunder
Esterogen dan
Amenore primer
progesteron tidak
dihasilkan
Tanda seks sekunder
tidak terjadi Defisit Ansietas
Siklus menstruasi
Pengetahuan
tidak terjadi
Gangguan Citra
Tubuh Risiko Disfungsi
Seksual
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) Data Subjektif
a. Identitas pasien dan penanggungjawab. Meliputi nama, usia, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan alamat.
b. Keluhan utama. Keluhan utama yang sering terjadi pada gangguan
menstruasi amenore adalah siklus haid yang lama dan tidak teratur.
c. Riwayat penyakit sekarang. Mulai dari kronologi awal munculnya keluhan
hingga saat proses pengkajian.
d. Riwayat penyakit lalu. Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien, baik
yang serupa dengan kondisi sekarang (amenore) atau penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga. Riwayat penyakit yang pernah diderita
anggota keluarga, baik yang serupa dengan kondisi sekarang (amenore)
atau penyakit lainnya.
f. Riwayat menstruasi. Meliputi kapan terjadinya menarche, siklus haid
sebelum dan sesudah adanya keluhan, jumlah darah yang keluar, lamanya
terjadi haid, keteraturan dan adanya dismenorea atau tidak, kemudian catat
jika ada masalah khusus lainnya.
g. Riwayat perkawinan. Meliputi status perkawinan dan lama perkawinan.
h. Riwayat KB. Catat apabila pasien pernah melakukan KB dan sebutkan apa
jenis KB yang dilakukan.
i. Pola aktivitas sehari-hari. Mulai dari pola makan-minum, pola istirahat,
pola eliminasi, pola kebersihan diri, dll.
j. Riwayat psikososial, jika ada.
2) Data Objektif
a. Keadaan umum pasien, GCS, dan kesadaran pasien.
b. Tanda-tanda vital. Meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu
tubuh pasien, kemudian catat juga jika terjadi kenaikan atau penurunan
berat badan pasien.
c. Pemeriksaan kepala dan leher. Meliputi rambut, mata, hidung, muka,
mulut, telinga, dan leher. Pada leher, periksa apakah terjadi pelebaran
vena jugularis dan kelenjar tiroid.
d. Dada dan thorax. Catat jika ada kelainan bentuk tulang
e. Payudara. Mulai dari bentuk, kondisi puting, keluarnya cairan, dan adanya
massa tidak normal atau tidak.
f. Abdomen. Raba adanya massa tidak normal atau tidak.
g. Genetalia. Periksa kebersihan genetalia, adanya varises atau peradangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul berdasarkan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) yaitu :
1) Aktual
a. Ansietas b.d perubahan status kesehatan (amenore) d.d merasa khawatir
dengan kondisinya saat ini, tampak gelisah, tampak tegang, tampak pucat
(D.0080).
b. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit b.d kurang terpapar informasi
d.d klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya,
klien banyak bertanya kepada perawat tentang penyakitnya, klien tampak
bingung (D.0111).
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh karena penyakit d.d
klien merasa khawatir terhadap penyakitnya, klien merasa khawatir
terhadap reaksi keluarga ataupun orang lain terhadap dirinya, terjadi
perubahan pada fungsi organ tubuh (D.0083).
2) Resiko
a. Risiko disfungsi seksual d.d gangguan pada sistem reproduksi (amenore)
(D.0072).
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang sesuai menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
adalah :
Diagnosa Kriteria Hasil
No. Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SLKI)
1. Ansietas b.d Tujuan : setelah - Reduksi Ansietas
perubahan status dilakukan asuhan (I.09314)
kesehatan (amenore) keperawatan selama
d.d merasa khawatir 2x24 jam masalah Observasi :
dengan kondisinya ansietas dapat teratasi 1. Identifikasi saat tingkat
saat ini, tampak dengan ansietas berubah (mis :
gelisah, tampak Kriteria Hasil : Tingkat kondisi, waktu, stresor)
tegang, tampak pucat Ansietas (L.09093) 2. Monitor tanda-tanda
(D.0080). 1. Verbalisasi ansietas (verbal dan
kebingungan (skala nonverbal)
5 ; menurun)
2. Verbalisasi khawatir Terapeutik :
akibat kondisi yang 1. Ciptakan suasana
dihadapi (skala 5 ; terapeutik untuk
menurun) menumbuhkan
3. Perilaku gelisah kepercayaan
(skala 5 ; menurun) 2. Temani pasien untuk
4. Perilaku tegang mengurangi kecemasan,
(skala 5 ; menurun) jika memungkinkan
5. Pucat (skala 5 ; 3. Pahami situasi yang
menurun) membuat ansietas
dengarkan dengan penuh
perhatian
4. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan

Edukasi :
1. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
2. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jika perlu
3. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
4. Latih teknik relaksasi

2. Defisit pengetahuan Tujuan : setelah - Edukasi Kesehatan


tentang proses dilakukan asuhan (I.12383).
penyakit b.d kurang keperawatan selama
terpapar informasi 2x24 jam masalah Observasi :
d.d klien defisit pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan
mengatakan tidak dapat teratasi dengan kemampuan menerima
mengetahui tentang Kriteria Hasil : Tingkat informasi
penyakit yang Pengetahuan (L.12111)
dialaminya, klien 1. Kemampuan Terapeutik :
banyak bertanya menjelaskan 1. Sediakan materi dan
kepada perawat pengetahuan tentang media pendidikan
tentang penyakitnya, suatu topik (skala 5 ; kesehatan
klien tampak meningkat) 2. Jadwalkan pendidikan
bingung (D.0111). 2. Pertanyaan tentang kesehatan sesuai
masalah yang kesepakatan
dihadapi (skala 5 ; 3. Berikan kesempatan untuk
menurun) bertanya
3. Persepsi yang keliru
terhadap masalah Edukasi :
(skala 5 ; menurun) 1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan

- Edukasi Penggunaan
Alat Kontrasepsi
(I.12411).

Observasi :
1. Identifikasi pengetahuan,
keadaan umum,
penggunaan alat
kontrasepsi sebelumnya,
riwayat obstetri dan
ginekologi ibu

Terapeutik :
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Fasilitasi ibu memilih
kotrasepsi yang tepat
4. Berikan kesempatan untuk
bertanya

Edukasi :
1. Jelaskan kepada ibu dan
pasangan tentang tujuan,
manfaat, dan efek samping
penggunaan alat
kotrasepsi
2. Jelaskan ibu dan pasangan
tentang jenis-jenis alat
kontrasepsi
3. Anjurkan ibu dan
pasangan memantau
keluhan yang timbul
selama menggunakan alat
kontrasepsi
4. Anjurkan ibu
mengidentifikasi tanda-
tanda masalah ginekologi
5. Anjurkan ibu
berkonsultasi dengan
dokter atau tenaga medis
lainnya sebagai
pertimbangan.
3. Gangguan citra Tujuan : setelah - Promosi Citra Tubuh
tubuh b.d perubahan dilakukan asuhan (I.09305)
fungsi tubuh karena keperawatan selama
penyakit d.d klien 2x24 jam masalah Observasi :
merasa khawatir gangguan citra tubuh 1. Monitor frekuensi
terhadap dapat teratasi dengan pernyataan kritik terhadap
penyakitnya, klien Kriteria Hasil : Citra diri sendiri
merasa khawatir Tubuh (L.09067)
terhadap reaksi 1. Verbalisasi perasaan Terapeutik :
keluarga ataupun negatif tentang 1. Diskusikan perubahan
orang lain terhadap perubahan tubuh tubuh dan fungsinya
dirinya, terjadi (skala 5 ; menurun) 2. Diskusikan kondisi stres
perubahan pada 2. Verbalisasi yang mempengaruhi citra
fungsi organ tubuh kekhawatiran pada tubuh (mis : penyakit)
(D.0083). penolakan/reaksi 3. Diskusikan persepsi
orang lain (skala 5 ; pasien dan keluarga
menurun) tentang perubahan citra
tubuh

Edukasi :
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh.

4. Risiko disfungsi Tujuan : setelah - Konseling Seksualitas


seksual d.d dilakukan asuhan (I.07214)
gangguan pada keperawatan selama
sistem reproduksi 2x24 jam masalah Observasi :
(amenore) (D.0072). risiko disfungsi seksual 1. Identifikasi tingkat
dapat teratasi dengan pengetahuan, masalah
Kriteria Hasil : Fungsi sistem reproduksi,
Seksual (L.07055). masalah seksualitas dan
1. Verbalisasi fungsi penyakit menular seksual
seksual berubah 2. Monitor stres, kecemasan,
(skala 5 ; menurun) depresi dan penyebab
2. Verbalisasi aktivitas disfungsi seksual
seksual berubah
(skala 5 ; menurun) Terapeutik :
3. Verbalisasi perilaku 1. Berikan kesempatan
seksual berubah kepada pasangan untuk
(skala 5 ; menurun) menceritakan
permasalahan seksual

Edukasi :
1. Jelaskan efek pengobatan,
kesehatan dan penyakit
terhadap disfungsi
seksual.
D. Implementasi Keperawatan
1) Ansietas b.d perubahan status kesehatan (amenore) d.d merasa khawatir
dengan kondisinya saat ini, tampak gelisah, tampak tegang, tampak pucat
(D.0080).
a. Reduksi Ansietas (I.09314)
1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas klien berubah (mis : kondisi,
waktu, stresor)
2. Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
3. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
5. Memahami situasi yang membuat ansietas, dengarkan dengan penuh
perhatian
6. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
7. Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
8. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
9. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
10. Melatih teknik relaksasi
2) Defisit pengetahuan tentang proses penyakit b.d kurang terpapar informasi d.d
klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang dialaminya, klien
banyak bertanya kepada perawat tentang penyakitnya, klien tampak bingung
(D.0111).
a. Edukasi Kesehatan (I.12383).
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Memberikan kesempatan untuk bertanya
5. Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b. Edukasi Penggunaan Alat Kontrasepsi (I.12411).
1. Mengidentifikasi pengetahuan, keadaan umum, penggunaan alat
kontrasepsi sebelumnya, riwayat obstetri dan ginekologi ibu
2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
4. Memfasilitasi ibu memilih kotrasepsi yang tepat
5. Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
6. Menjelaskan kepada ibu dan pasangan tentang tujuan, manfaat, dan
efek samping penggunaan alat kotrasepsi
7. Menjelaskan ibu dan pasangan tentang jenis-jenis alat kontrasepsi
8. Menganjurkan ibu dan pasangan memantau keluhan yang timbul
selama menggunakan alat kontrasepsi
9. Menganjurkan ibu mengidentifikasi tanda-tanda masalah ginekologi
10. Menganjurkan ibu berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis
lainnya sebagai pertimbangan.
3) Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh karena penyakit d.d klien
merasa khawatir terhadap penyakitnya, klien merasa khawatir terhadap reaksi
keluarga ataupun orang lain terhadap dirinya, terjadi perubahan pada fungsi
organ tubuh (D.0083).
a. Promosi Citra Tubuh (I.09305)
1. Memonitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
2. Mendiskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
3. Mendiskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis :
penyakit)
4. Mendiskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
5. Menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh.
4) Risiko disfungsi seksual d.d gangguan pada sistem reproduksi (amenore)
(D.0072).
a. Konseling Seksualitas (I.07214)
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem reproduksi,
masalah seksualitas dan penyakit menular seksual
2. Memonitor stres, kecemasan, depresi dan penyebab disfungsi seksual
3. Memberikan kesempatan kepada pasangan untuk menceritakan
permasalahan seksual
4. Menjelaskan efek pengobatan, kesehatan dan penyakit terhadap
disfungsi seksual.
E. Evaluasi
Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan setelah tindakan yang diberikan yaitu
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) :
1. Verbalisasi kebingungan (skala 5 ; menurun)
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi (skala 5 ; menurun)
3. Perilaku gelisah (skala 5 ; menurun)
4. Perilaku tegang (skala 5 ; menurun)
5. Pucat (skala 5 ; menurun)
6. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik (skala 5 ;
meningkat)
7. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi (skala 5 ; menurun)
8. Persepsi yang keliru terhadap masalah (skala 5 ; menurun)
9. Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh (skala 5 ; menurun)
10. Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain (skala 5 ;
menurun)
11. Verbalisasi fungsi seksual berubah (skala 5 ; menurun)
12. Verbalisasi aktivitas seksual berubah (skala 5 ; menurun)
13. Verbalisasi perilaku seksual berubah (skala 5 ; menurun)
DAFTAR PUSTAKA

Suparman, E., & Suparman, E. (2017). Amenorea Sekunder: Tinjauan dan Diagnosis. 9, 144.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan

Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).

Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).

Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai