Anda di halaman 1dari 5

RESUME GANGGUAN MENSTRUASI

PERTEMUAN KE – 7
“ Amenorea Hipogonado Tropi”
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II
Dosen Pengampu : Eleni Kenanga P,M.Kep.Sp.Kep.An

Kelas 4B
Antik Apriliani Vitaloka
R.20.01.006

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu
Jl. Wirapati Sindang-Indramayu, Sindang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat 45222
1. Definisi Amenorrhea
Amenorrhea adalah kondisi tidak terjadinya menstruasi atau tidak haid. Kondisi ini
bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu amenorrhea primer dan sekunder. Amenorrhea perlu
mendapat penanganan karena bisa menjadi tanda dari penyakit yang serius. Salah
satunya tumor pada kelenjar pituitari.
Perlu diketahui, bahwa normalnya sebelum memasuki masa pubertas, saat hamil,
menyusui, atau ketika memasuki fase menopause, wanita tidak akan mengalami
menstruasi.
2. Penyebab Amenorrhea
Amenorrhea bisa disebabkan oleh beragam kondisi, mulai dari gangguan pada organ
reproduksi, tumor pada kelenjar ptiuitari, hingga gangguan hormonal. Jika diuraikan
lebih lanjut, berikut adalah beberapa kondisi atau penyakit yang bisa menyebabkan
amenorrhea:
 Gangguan pada organ reproduksi
Beberapa gangguan pada organ reproduksi yang bisa menyebabkan tidak
terjadinya menstruasi adalah:
1. Tidak terbentuknya rahim, leher rahim (serviks), atau vagina
2. Adanya jaringan parut pada rahim akibat sindrom Asherman, komplikasi
kuretase, atau komplikasi operasi caesar
3. Adanya obstruksi atau sumbatan di saluran reproduksi
 Gangguan hormonal
Penyakit dan kondisi yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan hormonal dan
mencetuskan amenorrhea antara lain:
 Gangguan tiroid, termasuk hipertiroid atau hipotiroid
 Tumor kelenjar ptiutari
 Tumor ovarium
 Kelebihan hormon prolaktin
 PCOS (polycystic ovary syndrome)
 Olahraga dan aktivitas yang berlebihan
 Stres yang berkelanjutan dan tidak dikelola dengan baik
 Penggunaan obat atau preparat hormon, termasuk suntik KB
 Berat badan yang terlalu rendah, termasuk akibat gangguan makan, seperti
anorexia atau bulimia
 Insufisiensi ovarium primer, yaitu indung telur yang berhenti bekerja sebelum
usia 40 tahun
 Histerektomi total, sehingga seluruh bagian rahim termasuk ovarium ikut
diangkat
Selain penyebab yang telah disebutkan di atas, risiko terjadinya amenorrhea juga
meningkat pada wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama
atau sedang menjalani pelatihan olahraga yang keras.
3. Gejala Amenorrhea
Menstruasi atau haid merupakan proses peluruhan dinding rahim akibat tidak
dibuahinya sel telur. Kondisi ini umumnya terjadi setiap 21–35 hari sekali dan ditandai
dengan keluarnya darah dari vagina yang berlangsung selama 2–7 hari.
Normalnya, menstruasi akan mulai terjadi pada rentang usia 11–14 tahun dan berhenti
saat memasuki masa menopause. Saat mengalami amenorrhea, maka tidak terjadi haid
atau menstruasi. Amenorrhea bisa dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
 Amenorrhea primer, yaitu kondisi yang terjadi pada wanita berusia 14–16 tahun
yang tidak kunjung mengalami menstruasi walaupun sudah menunjukkan tanda-
tanda pubertas
 Amenorrhea sekunder, yaitu kondisi yang terjadi pada wanita usia subur yang
sudah pernah haid sebelumnya dan tidak sedang hamil, tetapi tidak mengalami
menstruasi selama 3 siklus berturut-turut atau lebih

Selain tidak mengalami haid, amenorrhea juga dapat disertai dengan beberapa gejala
lain tergantung dari penyebab yang mendasari terjadinya amenorrhea.
Jika disebabkan oleh gangguan hormonal, bisa muncul keluhan tambahan, seperti
tumbuhnya rambut yang berlebihan, perubahan suara menjadi lebih berat, timbulnya
jerawat, keluarnya ASI padahal tidak sedang menyusui, atau rambut rontok.
4. Diagnosis Amenorrhea
Untuk mendiagnosis amenorrhea, ada tidaknya perubahan pola makan atau olahraga,
penggunaan obat-obatan tertentu sebelumnya, dan riwayat kesehatan dan keluarga.

Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan pada area


panggul dan organ reproduksi.
Untuk memastikan diagnosis, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa:
 Tes kehamilan, untuk memastikan apakah amenorrhea disebabkan oleh kehamilan
atau tidak, terutama untuk wanita usia subur yang aktif secara seksual
 Tes darah yang meliputi pemeriksaan hormon prolaktin, tiroid, estrogen, FSH
(follicle-stimulating hormone), DHEA-S (dehydroepiandrosterone sulfate), atau
testosterone, untuk memastikan ada tidaknya gangguan hormonal yang bisa
menyebabkan terjadinya amenorrhea
 Tes pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI, untuk melihat ada tidaknya
kelainan pada organ reproduksi dan tumor pada kelenjar hipofisis (pituitary)
5. Pengobatan Amenorrhea
Pengobatan untuk amenorrhea akan ditentukan berdasarkan penyebab yang
mendasarinya. Beberapa pilihan pengobatan yang dapat diberikan untuk menangani
amenorrhea adalah:
1. Pemberian obat dan terapi hormonal
Obat dan terapi hormonal diberikan untuk memicu siklus haid dan mengobati
gangguan hormon. Beberapa jenis obat yang bisa diberikan untuk memicu siklus
haid adalah pil KB, preparat atau obat yang mengandung progestogen, analog
GnRH-a (gonadotropin releasing hormone analogue), atau bromocriptine.

Sedangkan, terapi penggantian hormon untuk mengatasi amenorrhea akan disesuaikan


dengan penyebab yang mendasarinya. Beberapa jenis terapi hormon yang bisa
diberikan adalah:
 Terapi pengganti hormon estrogen (ERT), untuk amenorrhea yang disebabkan oleh
insufisiensi ovarium primer, terapi ini akan diimbangi dengan pemberian progestin
atau hormon progesterone untu mengurangi risiko terjadinya kanker rahim
 Terapi pengurangan hormon androgen, untuk amenorrhea yang disebabkan oleh
sindrom ovarium polikistik (PCOS)
2. Perubahan gaya hidup
Jika amenorrhea dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, dokter akan
menyarankan untuk menerapkan pola hidup sehat dengan melakukan beberapa hal
berikut ini:
 Menjaga berat badan ideal
 Mengelola stres
 Rutin berolahraga
 Mengonsumsi makanan yang bergizi
 Beristirahat yang cukup
3. Operasi
Meski jarang dilakukan, jika amenorrhea disebabkan oleh tumor atau adanya
jaringan parut, dapat dilakukan operasi pengangkatan tumor atau jaringan parut.
6. Komplikasi Amenorrhea
Komplikasi amenorrhea tergantung dari penyebab yang mendasarinya. Jika
amenorrhea terjadi akibat tidak adanya ovulasi, bisa saja terjadi kemandulan
(infertilitas). Jika disebabkan oleh gangguan hormonal, misalnya kurangnya kadar
estrogen, risiko terjadinya osteoporosis juga bisa meningkat.
7. Pencegahan Amenorrhea
Amenorrhea tidak selalu dapat dicegah, terutama jika disebabkan oleh gangguan pada
organ reproduksi, seperti tidak terbentuknya rahim, leher rahim, atau vagina.
Jika anak Anda tidak kunjung mengalami menstruasi di usia 15 tahun padahal sudah
muncul tanda pubertas, lakukan pemeriksaan ke dokter, sehingga penyebabnya bisa
segera diketahui.

Anda mungkin juga menyukai