Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SISTEM ENDOKRIN (HIPERTIROID)


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen pengampu : Wayunah,S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 4 :
Diah Ayu Prihatini (R2001016)
Fina Anggraeni (R2001020)
Willy Lia Febriani (R2001055)
Yunita (R2001058)
Husni Rizqi Mubarok (R2001061)

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
Jl. Wirapati Sindang Indramayu
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada
Sistem Endokrin (Hipertiroid)”.

Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi kami
menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi
kami mohon untuk memberikan masukan, kritik,dan saran yang membangun demi
perbaikan dalam penyusunan tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah
ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Aamiin yaa robbal „alamiin..

Indramayu, 10 Maret 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 2

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 2

1.2 Rumusan masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3

2.1 Definisi ................................................................................................................. 3

2.2 WOC..................................................................................................................... 4

2.3 Asuhan Keperawatan ......................................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN MASALAH........................................................................ 14

3.1 Pengertian Hipertiroid ....................................................................................... 14

3.2 Faktor-faktor risiko Hipertiroid ....................................................................... 14

3.3 Klasifikasi Hipertiroid ........................................................................................ 15

3.4 Patofisiologi Hipertiroid ..................................................................................... 15

3.5 Tanda dan gejala Hipertiroid ............................................................................ 16

3.6 Pencegahan Hipertiroid...................................................................................... 16

BAB IV KESIMPULAN............................................................................................... 18

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)


yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang
disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid
yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh.

Gangguan endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar endokrin


pada tubuh. Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan
hormon, yang merupakan sinyal kimia yang dikeluarkan melalui aliran darah.
Hormon membantu tubuh mengatur berbagai proses, seperti nafsu makan,
pernapasan, pertumbuhan, keseimbangan cairan, feminisasi, dan virilisasi
(pembentukan tanda-tanda seks sekunder seperti pembesaran payudara atau
testis), serta pengendalian berat badan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid?


2. Apa saja faktor-faktor risiko Hipertiroid?
3. Apa saja klasifikasi Hipertiroid?
4. Bagaimana patofisiologi Hipertiroid?
5. Bagaimana tanda dan gejala Hipertiroid?
6. Bagaimana cara pencegahan Hipertiroid?

1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa memahami definisi Hipertiroid


2. Agar mahasiswa memahami faktor-faktor penyebab Hipertiroid
3. Agar mahasiswa memahami klasifikasi Hipertiroid
4. Agar mahasiswa memahami patofisiologi Hipertiroid
5. Agar mahasiswa memahami tanda dan gejala Hipertiroid
6. Agar mahasiswa memahami cara pencegahan Hipertiroid

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hipertiroid merupakan peningkatan kadar hormon tiroid bebas secara


berlebihan dalam sirkulasi peredaran darah dan dapat menyebabkan
peningkatan laju metabolisme yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
berat badan. Kondisi ini masih banyak dijumpai di Indonesia. Tiroidektomi
merupakan satu bentuk pilihan terapi hipertiroid.

Hipertiroid merupakan penyakit hormonal kedua terbesar di Indonesia


setelah diabetes melitus. Penyebab terbanyak yang dapat menimbulkan
keadaan hipertiroid adalah penyakit Graves. Pasien hipertiroid yang tidak
diobati akan berisiko menurunnya kualitas hidup, atrial fibrilation dan
osteoporosis. Oleh karena itu diperlukan terapi untuk mengontrol kadar
hormon tiroid pada batasan normal, salah satunya dengan obat antitiroid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat antitiroid
dan mengevaluasi ketepatan penggunaan obat antitiroid pada pasien
hipertiroid meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data


secara retrospektif menggunakan rekam medik pasien selama periode
Januari-Desember 2015 di Poliklinik Khusus RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 175 pasien. Obat
antitiroid yang digunakan pada pasien hipertiroid adalah PTU (82,75%) dan
dathyrozol (17,25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktepatan
indikasi dan ketidaktepatan obat tidak ditemukan, sedangkan terdapat 13
pasien (7,43%) tidak tepat dosis, dan 1 pasien (0,57%) tidak tepat pasien.

3
2.2 WOC Hipertiroid

4
2.3 Asuhan Keperawatan

TRIGER CASE 2

Seorang perempuan berumur 25 tahun dirawat di ruang penyakit dalam


RS Sumber Waras dengan keluhan tubuhnya merasa lemas. Seorang perawat
melakukan anamnesa. Dari hasil anamnesa diketahui bahwa sejak satu tahun
yang lalu pasien mengeluh nafsu makan meningkat, namun terjadi penurunan
berat badan secara berangsur. Pasien juga mengeluh lemas, banyak berkeringat
meskipun di malam hari. Sebulan yang lalu pasien memeriksakan diri ke
dokter dan didiagnosa menderita Hipertiroid. Satu hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS) pasien datang ke RS Sumber Waras karena merasa badannya
semakin lemas dan pusing.

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang


dialami pasien sekarang. Pola nutrisi: akhir-akhir ini nafsu makan pasien
bertambah, namun berat badan pasien berkurang. Pasien sering membeli
makan dari luar. Pola istirahat-tidur: pasien mengeluh mengalami gangguan
tidur akibat gelisah dan cemas yang tidak diketahui penyebabnya. Pola
eliminasi: pasien mengeluh sering mengalami diare. Ekstremitas: Pasien
mengeluh jari-jari tangannya sering tremor.

Hasil pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital ditemukan data tekanan darah


130/80 mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, frekuensi nafas 27 x/menit, suhu
39 oC. Berat Badan/Tinggi Badan = 48 kg/150 cm. Berat badan sebelum sakit
55 kg. Bola mata sedikit mengalami exopthalmus. Pada palpasi leher
ditemukan ada pembesaran kelenjar tyroid.

Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar TSH serum : 0,003 µ


U/mL (0,4 - 5,0), T3 dan T4 meningkat. GDS 250 g/dl. Obat-obatan yang
digunakan: Propanolol, Digoxin, PTU, Carbimazole, New Diabets, Metimazol
30 – 60 mg/hari.

5
I. BIODATA
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama klien : Ny.
Umur : 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : tidak terkaji
Agama : tidak terkaji
Pekerjaan : tidak terkaji
Suku Bangsa : tidak terkaji
Status Perkawinan : tidak terkaji
Golongan Darah : tidak terkaji
Diagnosa Medis : Hipertiroid

II. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN


1. Keluhan Utama
Pasien merasa lemas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Satu hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien datang ke RS Sumber
Waras karena merasa badannya semakin lemas dan pusing.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Diketahui bahwa sejak satu tahun yang lalu pasien mengeluh nafsu makan
meningkat, namun terjadi penurunan berat badan secara berangsur. Pasien
juga mengeluh lemas, banyak berkeringat meskipun di malam hari. Sebulan
yang lalu pasien memeriksakan diri ke dokter dan didiagnosa menderita
Hipertiroid.

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang dialami
pasien sekarang.
IV. STRUKTUR KELUARGA
Tidak terkaji
V. RIWAYAT IMUNISASI
(khusus untuk di ruang perawatan anak)
6
VI. RIWAYAT SOSIAL
Tidak terkaji
VII. DATA BIOLOGIS
1. Pola nutrisi: akhir-akhir ini nafsu makan pasien bertambah, namun berat
badan pasien berkurang. Pasien sering membeli makan dari luar.
2. Pola istirahat-tidur: pasien mengeluh mengalami gangguan tidur akibat gelisah
dan cemas yang tidak diketahui penyebabnya.
3. Pola eliminasi: pasien mengeluh sering mengalami diare.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
1. Vital sign :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 110 x/menit, denyut kuat/tidak, reguler/ireguler
RR : 27x/menit, reguler/ireguler
Suhu : 39 0c
a. Berat badan sebelum sakit : 55 Kg
b. Berat badan saat sakit : 48 Kg
c. Tinggi badan : 150 cm
2. Bola mata sedikit mengalami exopthalmus. Pada palpasi leher ditemukan ada
pembesaran kelenjar tyroid.
3. Ekstremitas: Pasien mengeluh jari-jari tangannya sering tremor.

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Jenis Hasil
Pemeriksaan
TSH Serum 0,003 u U/Ml (0,4-5,0), T3
Dan T4 meningkat
GDS 250G/dl

X. INFORMASI TAMBAHAN
Terapi yang diberikan (pengobatan)

NO Nama Obat Dosis

1 Propanorol

7
2 Digoxin

3 PTU

4 Carbimazole

5 New Diabets

6 Metimazol 30-60 mg/hari

XI. ANALISA DATA


Tanggal, Data Senjang Penyebab / Masalah Tanda
Jam (DS dan DO) Etiologi Keperawatan Tangan dan
(NANDA/SDKI) Nama jelas

10 Maret DS : - Hipertermia Kelompok 4


Penyakit graves
2022 DO :
16.00 1. TD 130/80
mmHg Sekresi hormon
2. Nadi tiroid berlebihan
110x/menit
3. RR 27x/menit
4. Suhu 39 0C Hipermetabolisme

Penurunan BB

Ketidakseimbangan
energy dengan
kebutuhan tubuh

Kelelahan

Hipertiroid

Hipertermia

8
10 Maret DS : Penyakit graves Diare Kelompok 4
2022
Pasien mengeluh
16.10
sering mengalami
Sekresi hormon
diare tiroid berlebihan
DO :
1. TD 130/80 Hipermetabolisme
mmHg
2. Nadi
Penurunan BB
110x/menit

3. RR 27x/menit
Ketidakseimbangan
4. Suhu 39 oC
energy dengan
kebutuhan tubuh

Kelelahan

Hipertiroid

Diare

10 Maret DS : Penyakit graves Gangguan pola Kelompok 4


2022 tidur
Pasien mengeluh
16.20
mengalami
gangguan tidur Sekresi hormon
akibat gelisah dan tiroid berlebihan
cemas yang tidak
diketahui
Hipermetabolisme
penyebabnya.

DO :
Penurunan BB
1. TD 130/80
mmHg
2. Nadi Ketidakseimbangan
110x/menit energy dengan
kebutuhan tubuh

9
3. RR 27x/menit
4. Suhu 39 oC Kelelahan

Hipertiroid

Hipertermi

Gangguan pola
tidur

XII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Diare b.d program pengobatan d.d pasien sering mengeluh diare
2. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolism d.d Td 130/80 mmHg, Nadi
110x/menit, RR 27x/menit, Suhu 39 0C
3. Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur d.d pasien mengeluh sulit tidur

XIII. PERENCANAAN KEPERAWATAN


No. Perencanaan Tanda
Diagnosa Tangan dan
Rencana Tindakan
Keperawa Tujuan (NOC) Rasional Nama Jelas
(NIC)
tan

Diare Setelah dilakukan Observasi : Observasi : Kelompok 4


(D.0020) intervensi keperawatan
a. Identifikasi a. Untuk
selama 2x24 jam masalah
keperawatan diare dengan penyebab Diare. mengetahui
kriteria hasil b. Monitor jumlah penyebab
Kriteria hasil IR ER
pengeluaran diare. diare.
Kontrol 3 5 c. Monitor b. Untuk
Pengeluaran keamanan mengetahui
feses

10
penyiapan jumlah
makanan. pengeluaran
diare.
Terapeutik : c. Untuk
a. Berikan asupan mengetahui
cairan oral. keamanan
b. Pasang jalur penyimpanan
intravena. makanan.
c. Berikan cairan
intravena.

Edukasi :
a. Anjurkan
makanan porsi
kecil dan sering
secara bertahap.
b. Anjurkan
menghindari
makanan
pembentuk gas,
pedas dan
mengandung
laktosa.

Kolaborasi :
Kolaborasi :
a. Kolaborasi
Agar frekuensi
pemberian obat
diare berkurang.
pengeras feses.

Hipertemia Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi : Kelompok 4


(D.0130) keperawatan selama 2x24 a. Identifikasi
a. Untuk
jam masalah hipertermi penyebab
dengan kriteris hasil : mengetahui
hipertermia.

11
Kriteria hasil IR ER b. Monitor Suhu penyebab

Suhu tubuh 3 5 tubuh. Hipertermia.


c. Monitor b. Untuk
Kompilaksi akibat mengetahui
hipertermia. suhu tubuh.
Terapeutik : c. Untuk
a. Berikan cairan mengetahui
oral. komplikasi
b. Sediakan akibat
Lingungan yang hipertermia
dingin.
c. Longgarkan atau
lepaskan pakaian.
Edukasi ;
a. Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi :
a. Kolaborasi Kolaborasi :
pemberian cairan Agar frekuensi
dan elektrolit diare berkurang.
intravena, jika
perlu.

12
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Obsevasi : Observasi : Kelompok 4
pola tidur keperawatan selama 2x24
a. Identifikasi pola a. Untuk
(D.0055) jam masalah gangguan
pola tidur dengan kriteria aktivitas dan mengetahui
hasil : tidur. pola aktivitas
Kriteria hasil IR ER
b. Identifikasi faktor tidur
Keluhan sulit 3 5 pengganggu tidur. b. Untuk
tidur
Terapeutik : mengetahui
a. Batas waktu tidur factor
siang. pengganggu
b. Fasiltasi
menghilangkan
stress sebelum
tidur.
c. Tentapkan jadwal
tidur rutin.
Edukasi :
a. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit .
b. Anjurkan menpati
pola tidur.
Kolaborasi : -

13
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Pengertian Hipertiroid


Hipertiroid merupakan peningkatan kadar hormon tiroid bebas secara
berlebihan dalam sirkulasi peredaran darah dan dapat menyebabkan
peningkatan laju metabolisme yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
berat badan. Kondisi ini masih banyak dijumpai di Indonesia. Tiroidektomi
merupakan satu bentuk pilihan terapi hipertiroid. Hipertiroid merupakan
penyakit hormonal kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes melitus.
Penyebab terbanyak yang dapat menimbulkan keadaan hipertiroid adalah
penyakit Graves.

Pasien hipertiroid yang tidak diobati akan berisiko menurunnya kualitas


hidup, atrial fibrilation dan osteoporosis. Oleh karena itu diperlukan terapi
untuk mengontrol kadar hormon tiroid pada batasan normal, salah satunya
dengan obat antitiroid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola
penggunaan obat antitiroid dan mengevaluasi ketepatan penggunaan obat
antitiroid pada pasien hipertiroid meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat
pasien dan tepat dosis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pengambilan data secara retrospektif menggunakan rekam medik pasien
selama periode Januari-Desember 2015 di Poliklinik Khusus RSUP Dr. M.
Djamil Khusus RSUP Dr. M. Djamil Padang. Padang.

Jumlah pasien yang memenuh kriteria inklusi sebanyak 175 pasien. Obat
antitiroid yang digunakan pada pasien hipertiroid adalah PTU (82,75%) dan
thyrozol (17,25%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaktepatan
indikasi dan ketidaktepatan obat tidak ditemukan, sedangkan terdapat 13
pasien (7,43%) tidak tepat dosis, dan 1 pasien (0,57%) tidak tepat pasien.

3.2 Faktor-faktor Resiko Hipertiroid

1. Memiliki riwayat gangguan tiroid sebelumnya seperti goiter atau pernah


menjalani operasi kelenjar tiroid.
2. Memiliki riwayat penyakit autoimun seperti diabetes melitus dan
gangguan hormonal.

14
3. Adanya riwayat gangguan tiroid di keluarga.
4. Mengkonsumsi iodin dalam jumlah berlebihan secara kronik.
Menggunakan obat-obatan yang mengandung iodin seperti amiodarone.
5. Berusia lebih dari 60 tahun.

3.3 Klasifikasi Klasifikasi Hipertiroid


1. Penyakit Graves
Penyakit ini merupakan penyebab hipertiroidisme yang paling sering
ditemukan. Karena hiperfungsi kelenjar ini berasal dari seluruh bagian
kelenjar maka bentuk gondok umumnya rata. Biasanya terjadi pada usia
sekitar 30-40 tahun dan lebih sering ditemukan pada perempuan daripada
laki-laki. Terdapat predisposisi familial terhadap penyakit ini dan sering
berkaitan dengan bentuk–bentuk endokrinopatiautoimun lainnya. Dalam
serum pasien ditemukan antibodi IgG, antibodi ini bereaksi dengan
reseptor TSH atau membran plasma tiroid. Terdapat dua gambaran utama
yaitu tiroidal dan ekstratiroidal. Gambaran tiroidal berupa Goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid
yang berlebihan, sedangkan gambaran ekstratiroidal berupa oftalmopati
dan infiltrasikulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah.
2. Nodul otonom toksik (Plu Nodul otonom toksik (Plummer)
Kasus ini disebabkan karena adanya satu daerah kelenjar tiroid tertentu
yang membesar, fungsinya hiperaktif dalam membuat hormone yang tidak
seperti biasanya, sama sekali diluar kelenjar hipofisis. Nodul ini bersifat
otonom.Penyakit ini tidak disertai gejala mata yang menonjol.
3. Goiter Multinodular Toksik (GMT)
Paling sering ditemukan pada pasien lanjut usiasebagai komplikasi
goiter nodular kronik. Pada pasien ini, hipertiroid timbul secara lambat
dan menifestasi klinisnya lebih ringan ringan daripada penyakit graves.

3.4 Patofisiologi Hipertiroid


Patofisiologi Hipertiroid dapat melalui berbagai mekanisme, tergantung
penyakit dasarnya. Hipertiroid bisa terjadi melalui mekanisme autoimun yang
menghasilkan autoantibodi terhadap thyroid stimulating hormone receptor

15
(TSHR-Ab). Auto antibodi ini akan menstimulasi sintesis dan sekresi hormon
tiroid secara berlebihan. ini terjadi pada Grave‟s disease. Auto antibodi juga
akan bereaksi dengan thyroid derived thyroglobin di mata dan menyebabkan
rekasi inflamasi dan penumpukan cairan sehingga terjadi eksoftalamus .

3.5 Tanda dan Gejala Hipertiroid


Gejala yang ditimbulkan oleh hipertiroidisme terjadi akibat metabolisme
tubuh berlangsung lebih cepat. Gejala ini dapat dirasakan secara perlahan
maupun mendadak. Gejala yang muncul antara lain:
a. Jantung berdebar
b. Tremor atau gemetar di bagian tangan
c. Mudah merasa gerah dan berkeringat
d. Gelisah
e. Mudah marah
f. Berat badan turun drastic
g. Sulit tidur
h. Konsentrasi menurun
i. Diare
j. Penglihatan kabur
k. Rambut rontok
l. Gangguan menstruasi pada wanita
Selain gejala yang dapat dirasakan oleh penderita, ada beberapa tanda-
tanda fisik yang dapat ditemukan pada penderita hipertiroidisme. Tanda
tersebut meliputi:
a. Pembesaran kelenjar tiroid atau penyakit gondok
b. Bola mata terlihat sangat menonjol
c. Muncul ruam kulit
d. Telapak tangan kemerahan
e. Tekanan darah meningkat
Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya TSH tanpa disertai dengan
hormon tiroid. Setengah penderitanya akan kembali normal tanpa Setengah
penderitanya akan kembali normal tanpa pengobatan khusus.

3.6 Cara Pencegahan Hipertiroid


16
a. Berhenti merokok
Merokok menjadi penyebab utama dari berbagai penyakit yang mematikan,
seperti kanker paru dan PPOKP (penyakit paru obstruktif kanker paru dan
PPOK (penyakit paru obstruktif kronis). Hal ini terjadi karena rokok
mengandung zat kimia berbahaya yang bisa menghambat kinerja organ dan
jaringan, termasuk kelenjar tiroid. Zat kimia rokok dapat mengganggu
penyerapan yodium yang pada akhirnya meningkatkan risiko terjadinya
orbitopathy graves atau dikenal dengan kelainan mata menonjol akibat
hipertiroid.
1. Konsumsi alkohol dengan bijak
Sebagian penelitian menunjukkan bahwa minum alkohol memberikan
pengaruh pada kesehatan tiroid. Meski dibutuhkan studi lebih lanjut,
alangkah baiknya jika Anda membatasi kebiasaan minum alkohol.
2. Konsumsi makanan yang menyehatkan tiroid
Menurunkan risiko penyakit tertentu bisa Anda lakukan dengan
meningkatkan asupan makanan yang sehat bernutrisi. Untuk menjaga
kesehatan kelenjar tiroid, kacang kedelai menjadi salah satu makanan
yang direkomendasikan. Anda bisa mendapatkan nutrisi kedelai dari
tempe, tahu, atau susu kedelai. Selain kedelai, cara mencegah
hipertiroid juga bisa Anda lakukan dengan memperhatikan asupan
selenium dalam makanan. Mineral ini kanan. Mineral ini mendukung
kerja hormon tiroid, meningkatkan sistem kekebalan dan fungsi kognitif.
3. Cek kesehatan tiroid
Cara terakhir yang bisa Anda lakukan untuk mencegah hipertiroid adalah
melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid secara berkala. Tes ini
dilakukan dengan mendeteksi adanya benjolan atau pembengkakan
disekitar leher. Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejala- gejala
tiroid, seperti mudah berkeringat, lebih sensitif dengan panas, siklus
menstruasi dan nafsu makan berubah, segera periksakan diri ke dokter.

17
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
kelebihan sekresi hormone tiroid dan Hipotiroidisme merupakan penurunan
sekresi hormone kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme
kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan
hormone-hormon tiroid. Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan di kadar
hormon tiroid yang bersorkulasi. Hipotiroidisme ditandai dengan miksedema,
edema non-pitting dan boggy yang terjadi disekitar mata, kaki dan tangan dan
juga menginfiltrasi jaringan lain.
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis
atau hipotalamus. Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan
yodium. Keadaan ini akan menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati,
abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian
yodium. Akibat lain yang lebih berat pada janin yang kekurangan yodium
adalah kretin endemik. Kretin endemik ada dua tipe, banyak didapatkan adalah
tipe nervosa, ditandai dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan
spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe
hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid dan kerdil.
Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal
kehamilan sangat penting untuk perkembangan otak Bilamana ibu kekurangan
yodium sejak awal kehamilan, maka transfer T4 ke janin akan berkurang
sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/25369
2. http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jsfk/article/view/220
3. https://www.halodoc.com/kesehatan/hipertiroidisme
4. https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/2017_Hormon_HIPERTIROID%20pat
ofisiologi.pdf
5. Lee SL. Hyperthyroidism and Thyrotoxicosis. Medscape. Available from URL:
https://emedicine.medscape.com/article/121865-treatment#d1

19

Anda mungkin juga menyukai