Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ANALISA JURNAL HIPERTIROIDISME

OLEH :

NAMA : IRAWAN J . NDAPAMERANG

NIM : KP.14.01020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA

T.A 2019

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya sehingga makalah

ini dapat tersusun hingga selesai.tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas

bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik maupun

pikirannya.

Dan harapan akmi semoga makalah ini dapat menambah pengehuan dan pengalaman

bagi para pembaca,untuk kedepnnya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi

makalah agar menjadil lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,kami yakin masih

banyak kekuranagan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharapkan saram dan

kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, februari 2019

penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. latar belakang .................................................................................................................. 1

B. tujuan penulisan .............................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................................................... 4

A. Definisi hipertiroidisme .................................................................................................. 4

B. etiologi hipertiroidisme ................................................................................................... 4

C. klasifikasi hipertiroidisme ............................................................................................... 5

D. patofisiologi hipertiroidisme ........................................................................................... 6

E. manifestasi klinis hipertiroidisme ................................................................................... 7

F. pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme ......................................................................... 8

G. pencegahan ...................................................................................................................... 9

BAB III ANALISA JURNAL ................................................................................................. 10

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 14

A. kesimpulan .................................................................................................................... 14

C. saran .............................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan

kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes. Hipertiroid suatu penyakit yang

tidak menular yang dapat ditemukan di masyarakat. (Yanti Sri. 2013

Hipertiroid salah satu dari penyebab penyakit kelenjar tiroid.

Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon tiroid yang

disebut Hipotiroid dan kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid.

Kelebihan suatu hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan

berbagai fungsi tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme

tubuh .(Lauralee. 2015)

Prevalensi kasus hipertiroid banyak ditemukan pada seluruh populasi.

Berdasarkan data dari hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007

mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14% perempuan memiliki kadar TSH

rendah yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid, meskipun secara

persentase kecil namun secara kuantitas cukup besar. Pada provinsi jawa

tengah prevalensi yang terdoagnosis hipertiroid 0,5% (Lauralee. 2015).

Proporsi segmen masyarakat kota semarang khususnya yang

mengonsumsi 300 μg/L atau lebih, cukup besar yaitu 47,8 persen (Riskesdas,

2007). Konsumsi iodium di atas 300 μg/L berisiko hipertiroid yang dipicu oleh

iodium (Iodine Induced Hyperthyroid, IIH). Hasil pemeriksaan di Indonesia

1
sudah banyak yang memiliki kadar iodium dalam urine >300 μg/L,

artinya memiliki kecenderungan menderita hipertiroid (Supadmi dkk, 2007) .

Meningkatnya kualitas hidup pasien bisa dipengaruhi oleh kepatuhan

seorang pasien dalam menjalani suatu terapi. Kepatuhan merupakan suatu

sikap pasien mengikuti instruksi penggunaan obat. Kepatuhan meliputi

kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan tentang penggunaan obat

berdasarkan resep (WHO, 2003). Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat

merupakan aspek utama dalam penanganan penyakit-penyakit kronis,

memperhatikan kondisi-kondisi tersebut diatas, kepatuhan dalam

mengkonsumsi obat harian menjadi salah satu fokus dalam mencapai derajat

kesehatan pasien, dalam hal ini perilaku ini dapat dilihat dari sejauh mana

pasien mengikuti atau mentaati perencanaan pengobatan yang telah disepakati

oleh pasien dan profesional medis untuk menghasilkan sasaran-sasaran

terapeutik (Lauralee. 2015).

B. tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin

Hipertiroidisme” mahasiswa mampu untuk memahami konsep dasar dan

penerapan aplikasi dari masalah keperawatan

2. Tujuan Khusus

1) Memahami dan menjelaskan definisi hipertiroidisme

2) Memahami dan menjelaskan etiologi hipertiroidisme

3) Memahami dan menjelaskan klasifikasi hipertiroidisme

2
4) Memahami dan menjelaskan patofisiologi hipertiroidisme

5) Memahami dan menjelaskan manifestasi klinik hipertiroidisme

6) Memahami dan menjelaskan pathway hipertiroidisme

7) Memahami dan menjelaskan pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme

8) Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan hipertiroidisme

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi hipertiroidisme

Hipertiroidisme adalah peningkatan sintesis hormon tiroid akibat aktivitas

berlebihan kelenjar tiroid (penyakit graves) atau perubahan fungsi kelenjar tiroid

(penyakit goiter toksik nodular). (Hartono, 2012).

Hipertiroidisme Merupakan sebagian besar efek hipertiroidisme telah

dijelaskan mengenai bagian efek fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya

beberapa efek spesifik yang terutama berhubungan dengan segi perkembangan,

diagnosis, dan pengobatan hipertiroidisme. (Guyton, 2012).

Hipertiroidisme (sekresi berlebihan dari TH), adalah penyakit endokrin yang

dapat dicegah. Penyakit ini sebagian besar terjadi pada perempuan (dengan rasio

perempuan – laki laki, 4:1). Khususnya pada perempuan usia 20-40 tahun. (Joyse

M. Black, 2014).

B. etiologi hipertiroidisme

1. Penyakit Graves

Kondisi yang terjadi akibat kelainan autoimun pada tubuh. Penyakit

Graves termasuk kondisi turunn yang bisa muncul pada usia 20-40 tahun.

Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid yang akhirnya memicu meningkatnya

hormon tiroksin. Belum diketahui kondisi apa yang menyebabkan kelainan

autoimun ini, tapi faktor lingkungan dan keturunan dianggap berperan pada

kemunculan kelainan ini. Selain hipertiroidisme, penyakit graves juga

memengaruhi mata, yaitu mengakibatkan pandangan kabur dan

4
ketidaknyamanan. Kondisi tersebut ditandai dengan bola mata yang terlihat

menonjol keluar.

2. Tiroiditis sub akut

Terjadinya peradangan pada kelenjar tiroid, keadaan ini mungkin dapat

terjadi karena adanya virus, berhubungan dengan demam dan sakit ketika

menelan. Kelenjar tiroid ini juga lunak saat disentuh. Peradangan ini bisa

terjadi karena adanya akumulasi sel-sel darah putih yang dikenal dengan

istilah limfositis. Peradangan meninggalkan kelenjar tiroid bocor sehingga

jumlah kelenjar tiroid yang masuk kedalam darah menjadi meningkat (Swann

Morton,2013)

3. Kankertiroid

Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika kanker tiroid bermula dari

jaringan folikel tiroid dan sel-sel kanker mulai menghasilkan banyak

menghasilkan banyak hormon tiroksin.

4. Tiroid nodul

Satu nodul (benjolan) atau lebih dapat tumbuh di kelenjar tiroid, secara

bertahap meningatkan aktivitas kelenjar dan hormon tiroid dalam darah. Jika

hanya satu nodul yang menyebabkan hipertiroidisme disebut nodul beracun

tunggal. Jika beberapa nodul tiroid yang menyebabkan hipertiroidisme,

kondisi ini disebut gondok multinodular toksik.

C. klasifikasi hipertiroidisme

Thamrin (2010), mengklasifikasikan hipertiroidisme menjadi 4 bagian :

1. Goiter Toksik Difusa (Grave’s Disease)

5
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem

kekebalan tubuh dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid,

sehingga menstimulasi kelenhijar tiroid untuk memperoduksi hormon

tiroid terus-menerus. Grave’s Disease lebih banyak ditemukan pada

wanita dari pada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia,

terutama pada usia 20-40 tahun. Faktor keturunan juga dapat

mempengaruhi terjadinya ganguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu

dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.

2. Penyakit Tiroid Nodular (Nodular Thyroid Disease)

Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid

membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum

diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring dengan bertambahnya usia.

3. Subakut Tiroiditis

Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan

inflamasi, dan mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah

besar kedalam darah. Umumnya gejala menghilang setelah beberapa

bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.

4. Postpartum Tiroiditis

Timbul pada 5-10% wanita pada 3-6 bulan pertama setelah

melahirkan dan terjadi selama 1-2 bulan. Umumnya kelenjar akan

kembali normal secara perlahan-lahan.

D. patofisiologi hipertiroidisme

Hipertiroidisme ditandai dengan hilangnya pengaturan normal dan sekresi TH.

Oleh karena aksi TH bagi tubuh adalah stimulasi, hipermetabolisme terjadi,

6
dengan peningkatan aktivitas system saraf simpatis. Jumlah berlebih dari TH

menstimulasi system kardiologi dan meningkatkan jumlah reseptor beta

adrenergic penyebab takikardi, peningkatan curah jantung, volume sekuncup,

respon adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme meningkat tajam

menyebabkan keseimbangan negatif nitrogen, deplesi lipid, dan defisiensi status

nutrisi serta kehilangan berat badan. (Joyce M. Black, 2009).

Hipertiroidisme juga menghasilkan gangguan sekresi dan metabolisme

hormone hipotalamus, hipofisis, dan gonad. Jika terjadi sebelum pubertas,

pertumbuhan organ seksual akan terlambat pada kedua jenis kelamin. Jika terjadi

setelah pubertas, akan menghasilkan penurunan libido pada laki-laki atau

perempuan. Perempuan bisa mengalami ketidakteraturan menstruasi dan

penurunan fertilitas (Joyce M. Black, 2009).

Penyakit Grave merupakan kelainan autoimun. Kelenjar tiroid secara

abnormal dirangsang oleh Thyroid Stimulating Immunoglobulins (TSI). TSI

merupakan antibodi yang diarahkan kelokasi reseptor TSH dalam folikel-folikel

tiroid. Antibodi ini merangsang reseptor tyroid stimulating hormone. TSH pada

kelenjar tiroid dan menyebabkan aktivitas kelenjar tiroid yang berlebih sehingga

produksi hormon tiroksin berlebih. Akibatnya, TSI menyerupai kerja TSH pada

kelenjar tiroid. Pengendalian regulasi umpan balik negatif normal pada TSH

tidak bekerja pada TSI sehingga kelenjar tiroid menjadi aktif secara berlebihan,

menyebabkan produksi hormon tiroid berlebih (Esther Chang, 2010).

E. manifestasi klinis hipertiroidisme

Gejala-gejala umum termasuk:

1) Keringat berlebihan

7
2) Ketidaktoleranan panas

3) Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat

4) Gemetaran

5) Kegelisahan; agitasi

6) Denyut jantung yang cepat

7) Kehilangan berat badan

8) Kelelahan

9) Konsentrasi yang berkurang

10) Aliran menstruasi yang tidak teratur dan sedikit

F. pemeriksaan diagnostik hipertiroidisme

Guyton (2012). Untuk kasus hipertiroidisme yang biasa, diagnosis yang

paling tepat adalah dengan melakukan pengukuran langsung konsentrasi tiroksin

“bebas” (dan sering triidiotironin) didalam plasma, dengan menggunakan cara

pemeriksaan radioimunologi yang tepat.

1. Kecepatan metabolisme basal biasanya meningkat sampai +30 hingga

+60 pada hipertiroidisme berat.

2. Konsentrasi TSH didalam plasma diukur dengan radioimunologi. Pada

tipe hipertiroidisme yang biasa, sekresi TSH oleh hipofisis anterior

sangat ditekan secara menyeluruh oleh sejumlah besar tiroksin dan

triidiotironin yang sedang bersirkulasi sehingga hampir tidak

ditemukan TSH dalam plasma.

3. Konsentrasi TSI diukur dengan pemeriksaan radioimunologi. TSI

biasanya tinggi pada tipe tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada

adenomatiroid.

8
4. Kecepatan ambilan yodium radioaktif dalam dosis suntikan standar

oleh kelenjar tiroid yang normal, bila diukur denhan detektor radioaktif

yang telah dikalibrasi, yang ditempatkan diatas leher, adalah sekitar

4% perjam. Pada pasien hipertiroid, ini dapat meningkat samapai

setinggi 20-25% perjam.

5. Jumlah yodium yang diikat keprotein plasma biasanya, tetapi tak selalu

berbanding lansung dengan jumlah tiroksin juga bermakna dalam

diagnosis hipertiroidisme

G. pencegahan

Agen penghambat adrenergik kadang diberikan sebagai terapi tambahan

(adjuvan) untuk mengontrol aktifitas sistem parasimpatis. Fakta menunjukkan

bahawa preparat ini mempunyai keuntungan untuk mengobati jantung hipertiroid

yang lebih sensitif terhadap katekolamin dan adanya peningkatan reseptor beta

adrenegik. Selanjut nya, penggunaan obat ini mengurangi manifestasi paltifasi

dan takikardi, tremor, serta kecemasan. Obat yang sering digunakna untuk ini

adalah propanolol. Guyton (2012).

Klien hipertiroidisme memerlukan kalori yang tinggi ( 4000-5000 kalori),

diet protein tinggi untuk mengompensasi laju metabolisme yang tinggi,

mencegah keseimbangan nitrogen negatif, dan kehilangan berat badan. Blokade

pelepasan TH biasa nya dicapai dengan pemberian oral yodium seperti kalium

yidoda ( KI ). KI juga dapat diberikan intravena. Glukokortiroid dan

propiltiourasil umumnya juga diberikan untuk menghambat efek saraf simpatis

dan mengobati kakikardi. Guyton (2012)

9
BAB III

ANALISA JURNAL

JUDUL: Hubungan Status Tiroid dengan Intoleransi Glukosa pada Pasien Hipertiroid

ANALISA JURNAL PICO

POPULASI : 114 subjek yang terdiri dari 40 pasien hipertiroid, 40 pasien

eutiroid/hipertiroid subklinis, dan 34 sukarelawan sehat.

INTERVENSI : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada pasien hipertiroid

rawat jalan dengan status hormonal hipertiroid, pasien hipertiroid dengan status hormonal

eutiroid/hipertiroid subklinis dan subjek sehat dengan matching terhadap jenis kelamin dan

umur. Dilakukan pemeriksaan FT4 dan TSH serta TTGO dengan 75 gram glukosa pada jam

ke 0 dan ke 2. Sedangkan resistensi insulin ditentukan berdasarkan perhitungan insulin puasa

dan Homeostatis Model Assessment-Insulin Resistance. Analisis dilakukan dengan program

SPSS 20.0 for windows.

COMPARIST : Peneliti tidak mencantumkan teori pembanding dalam jurnal tersebut.

OUTCOMES : Penelitian ini mengumpulkan 114 subjek yang terdiri dari 40 pasien

hipertiroid, 40 pasien eutiroid/hipertiroid subklinis, dan 34 sukarelawan sehat. Angka

kejadian intoleransi glukosa pada kelompok Hipertiroid adalah 52,5% (10% DM, 32,5%

toleransi glukosa terganggu (TGT), dan 10% glukosa darah puasa terganggu (GDPT)).

Sedangkan, pada kelompok Eutiroid/ Hipertiroid Subklinis adalah 20% (5% DM, 15% TGT,

dan 0% GDPT) dan pada kelompok sukarelawan sehat adalah 11,8% (0% DM, 8,8% TGT,

10
dan 2,9% GDPT). Hasil analisis menunjukkan bahwa intoleransi glukosa pada kelompok

hipertiroid berbeda bermakna dibandingkan kelompok Eutiroid/Hipertiroid Subklinis

(p=0,002). Sementara itu, hubungan antara status klinis tiroid dengan intoleransi glukosa

pada kelompok tanpa resistensi insulin juga bermakna secara klinis maupun statistik

(p=0,004).

Simpulan. Terdapat hubungan bermakna antara status tiroid dengan kejadian intoleransi

glukosa pada pasien hipertiroid dan pasien hipertiroid yang status klinisnya sudah

eutiroid/hipertiroid subklinis mempunyai risiko yang sama dengan orang sehat untuk

terjadinya intoleransi glukosa.

11
ANALISA JURNAL CHSP

Judul : Hubungan Status Tiroid dengan Intoleransi Glukosa pada Pasien Hipertiroid

1. Apakah penelitian ini membahas masalah yang terfokus secara jelas?

a. Terfokus

b. Jumlah sampel 114 subjek

2. Apakah penugasan pasien untuk perawatan secara acak?

Ya. Dilakukan secara acak sesuai dengan usia,jenis kelamin

3. Apakah semua pasien yang masuk dalam kasus dicatat dengan benar di

kesimpulannya?

Ya, peneliti mencantumkan jumlah sampel sesuai dengan usia jenis kelamin dan

intoleran glukosa

4. Apakah semua tenaga kesehatan dan personil studi “blind”untuk perawatan?

Ya, peneliti tidak mencantumkan tenaga kesehatan di jurnal tersebut.

5. Apakah kelompok kelompok serupa di awali persidangan?

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Intoleran glukosa

6. Selain dari intervensi ekspremental,apakah kelompok di perlakukan sama?

Ya. Kelompok diperlakukan sama

7. Seberapa besar efek intervensi?

Dari hasil penelitian menunjukkan Terdapat hubungan bermakna antara status klinis

tiroid dengan kejadian intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid.

12
8. Seberapa tepat perkiraan efek intervensi

Tidak,pada penelitian jurnal tersebut peneliti Selain itu, pada kontrol (34 subjek)

tidak dilakukan pemeriksaan insulin puasa, sehingga tidak diketahui nilai HOMA-R

nya. Jadi tidak bisa dibandingkan resistensi insulin pada kelompok eutiroid dan

kontrol.

9. Bisakah hasil diterapkan populasi lokal atau konteks kamu?

Ya bisa karena didalm jurnal tersebut penelti mencantumkan hubungan status tiroid

dengan intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid sehingga kita bisa memeriksakan

kesehatan kita agar kita bisa menghindari penyakit tertentu secara dini.

10. Apakah semua penting secara klnis hasil di pertimbangkan?

Ya,peneliti mencantumkan beberapa pertimbangan berdasarkan usia,jenis kelamin

dan intoleransi glukosa.

11. Apakah manfaat nya sepadan dengan bahaya dan biaya?

Peneliti tidak mencantumkan manfaat,bahaya serta biaya didalam jurnal tersebut.

13
BAB IV

PENUTUP

A. kesimpulan

Hipertiroidisme adalah peningkatan sintesis hormon tiroid akibat

aktivitas berlebihan kelenjar tiroid (penyakit graves) atau perubahan fungsi

kelenjar tiroid (penyakit goiter toksik nodular). (Hartono, 2012).

Hipertiroidisme Merupakan sebagian besar efek hipertiroidisme telah

dijelaskan mengenai bagian efek fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya

beberapa efek spesifik yang terutama berhubungan dengan segi

perkembangan, diagnosis, dan pengobatan hipertiroidisme. (Guyton, 2007).

Hipertiroidisme (sekresi berlebihan dari TH), adalah penyakit

endokrin yang dapat dicegah. Penyakit ini sebagian besar terjadi pada

perempuan (dengan rasio perempuan – laki laki, 4:1). Khususnya pada

perempuan usia 20-40 tahun. (Joyse M. Black, 2014).

Kelebihan jurnal tersebut adalah peneliti mencantumkan jumlah

sampel dan tinjauan teorinya sehingga pambaca dapat memahami jumlah

sampel yang di teliti serta hasilnya.

Kekurangan dari jurnal tersebut yaitu peneliti tidak mencantumkan

teori pembanding sehingga pembaca sulit unutk mengerti isi jurnal tersebut.

C. saran

Setelah pembuatan makalah ini diharapkan agar pembaca khususnya

14
mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang telah dibahas.

Untuk meningkatkan pengetahuan, mahasiswa dapat membaca atau mencari

pengetahuan lebih banyak lagi dari sumber lain terkait dengan materi ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang. Binapura Aksara

Guyton, Arthur. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta. EGC

Sherwood, Lauralee. 2015. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta. EGC

Hall& Guyton. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC

Black, Joyce M. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Singapura. Elseiver

Yanti Sri. 2013. “Keperawatan Medikal Bedah II”. Program studi ilmu keperawatan Stikes

Payung Negeri Pekanbaru

16

Anda mungkin juga menyukai