OLEH :
NIM : KP.14.01020
T.A 2019
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik maupun
pikirannya.
Dan harapan akmi semoga makalah ini dapat menambah pengehuan dan pengalaman
bagi para pembaca,untuk kedepnnya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
banyak kekuranagan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharapkan saram dan
penyusun
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
G. pencegahan ...................................................................................................................... 9
A. kesimpulan .................................................................................................................... 14
C. saran .............................................................................................................................. 14
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon tiroid yang
persentase kecil namun secara kuantitas cukup besar. Pada provinsi jawa
mengonsumsi 300 μg/L atau lebih, cukup besar yaitu 47,8 persen (Riskesdas,
2007). Konsumsi iodium di atas 300 μg/L berisiko hipertiroid yang dipicu oleh
1
sudah banyak yang memiliki kadar iodium dalam urine >300 μg/L,
mengkonsumsi obat harian menjadi salah satu fokus dalam mencapai derajat
kesehatan pasien, dalam hal ini perilaku ini dapat dilihat dari sejauh mana
B. tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
4) Memahami dan menjelaskan patofisiologi hipertiroidisme
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi hipertiroidisme
berlebihan kelenjar tiroid (penyakit graves) atau perubahan fungsi kelenjar tiroid
dijelaskan mengenai bagian efek fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya
dapat dicegah. Penyakit ini sebagian besar terjadi pada perempuan (dengan rasio
perempuan – laki laki, 4:1). Khususnya pada perempuan usia 20-40 tahun. (Joyse
M. Black, 2014).
B. etiologi hipertiroidisme
1. Penyakit Graves
Graves termasuk kondisi turunn yang bisa muncul pada usia 20-40 tahun.
autoimun ini, tapi faktor lingkungan dan keturunan dianggap berperan pada
4
ketidaknyamanan. Kondisi tersebut ditandai dengan bola mata yang terlihat
menonjol keluar.
terjadi karena adanya virus, berhubungan dengan demam dan sakit ketika
menelan. Kelenjar tiroid ini juga lunak saat disentuh. Peradangan ini bisa
terjadi karena adanya akumulasi sel-sel darah putih yang dikenal dengan
jumlah kelenjar tiroid yang masuk kedalam darah menjadi meningkat (Swann
Morton,2013)
3. Kankertiroid
Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika kanker tiroid bermula dari
4. Tiroid nodul
Satu nodul (benjolan) atau lebih dapat tumbuh di kelenjar tiroid, secara
bertahap meningatkan aktivitas kelenjar dan hormon tiroid dalam darah. Jika
C. klasifikasi hipertiroidisme
5
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem
wanita dari pada pria, gejalanya dapat timbul pada berbagai usia,
membesar dan tidak disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum
3. Subakut Tiroiditis
4. Postpartum Tiroiditis
D. patofisiologi hipertiroidisme
6
dengan peningkatan aktivitas system saraf simpatis. Jumlah berlebih dari TH
pertumbuhan organ seksual akan terlambat pada kedua jenis kelamin. Jika terjadi
tiroid. Antibodi ini merangsang reseptor tyroid stimulating hormone. TSH pada
kelenjar tiroid dan menyebabkan aktivitas kelenjar tiroid yang berlebih sehingga
produksi hormon tiroksin berlebih. Akibatnya, TSI menyerupai kerja TSH pada
kelenjar tiroid. Pengendalian regulasi umpan balik negatif normal pada TSH
tidak bekerja pada TSI sehingga kelenjar tiroid menjadi aktif secara berlebihan,
1) Keringat berlebihan
7
2) Ketidaktoleranan panas
4) Gemetaran
5) Kegelisahan; agitasi
8) Kelelahan
biasanya tinggi pada tipe tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada
adenomatiroid.
8
4. Kecepatan ambilan yodium radioaktif dalam dosis suntikan standar
oleh kelenjar tiroid yang normal, bila diukur denhan detektor radioaktif
5. Jumlah yodium yang diikat keprotein plasma biasanya, tetapi tak selalu
diagnosis hipertiroidisme
G. pencegahan
yang lebih sensitif terhadap katekolamin dan adanya peningkatan reseptor beta
dan takikardi, tremor, serta kecemasan. Obat yang sering digunakna untuk ini
pelepasan TH biasa nya dicapai dengan pemberian oral yodium seperti kalium
9
BAB III
ANALISA JURNAL
JUDUL: Hubungan Status Tiroid dengan Intoleransi Glukosa pada Pasien Hipertiroid
INTERVENSI : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada pasien hipertiroid
rawat jalan dengan status hormonal hipertiroid, pasien hipertiroid dengan status hormonal
eutiroid/hipertiroid subklinis dan subjek sehat dengan matching terhadap jenis kelamin dan
umur. Dilakukan pemeriksaan FT4 dan TSH serta TTGO dengan 75 gram glukosa pada jam
OUTCOMES : Penelitian ini mengumpulkan 114 subjek yang terdiri dari 40 pasien
kejadian intoleransi glukosa pada kelompok Hipertiroid adalah 52,5% (10% DM, 32,5%
toleransi glukosa terganggu (TGT), dan 10% glukosa darah puasa terganggu (GDPT)).
Sedangkan, pada kelompok Eutiroid/ Hipertiroid Subklinis adalah 20% (5% DM, 15% TGT,
dan 0% GDPT) dan pada kelompok sukarelawan sehat adalah 11,8% (0% DM, 8,8% TGT,
10
dan 2,9% GDPT). Hasil analisis menunjukkan bahwa intoleransi glukosa pada kelompok
(p=0,002). Sementara itu, hubungan antara status klinis tiroid dengan intoleransi glukosa
pada kelompok tanpa resistensi insulin juga bermakna secara klinis maupun statistik
(p=0,004).
Simpulan. Terdapat hubungan bermakna antara status tiroid dengan kejadian intoleransi
glukosa pada pasien hipertiroid dan pasien hipertiroid yang status klinisnya sudah
eutiroid/hipertiroid subklinis mempunyai risiko yang sama dengan orang sehat untuk
11
ANALISA JURNAL CHSP
Judul : Hubungan Status Tiroid dengan Intoleransi Glukosa pada Pasien Hipertiroid
a. Terfokus
3. Apakah semua pasien yang masuk dalam kasus dicatat dengan benar di
kesimpulannya?
Ya, peneliti mencantumkan jumlah sampel sesuai dengan usia jenis kelamin dan
intoleran glukosa
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Intoleran glukosa
Dari hasil penelitian menunjukkan Terdapat hubungan bermakna antara status klinis
12
8. Seberapa tepat perkiraan efek intervensi
Tidak,pada penelitian jurnal tersebut peneliti Selain itu, pada kontrol (34 subjek)
tidak dilakukan pemeriksaan insulin puasa, sehingga tidak diketahui nilai HOMA-R
nya. Jadi tidak bisa dibandingkan resistensi insulin pada kelompok eutiroid dan
kontrol.
Ya bisa karena didalm jurnal tersebut penelti mencantumkan hubungan status tiroid
dengan intoleransi glukosa pada pasien hipertiroid sehingga kita bisa memeriksakan
kesehatan kita agar kita bisa menghindari penyakit tertentu secara dini.
13
BAB IV
PENUTUP
A. kesimpulan
dijelaskan mengenai bagian efek fisiologi hormon tiroid. Akan tetapi, adanya
endokrin yang dapat dicegah. Penyakit ini sebagian besar terjadi pada
teori pembanding sehingga pembaca sulit unutk mengerti isi jurnal tersebut.
C. saran
14
mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang telah dibahas.
pengetahuan lebih banyak lagi dari sumber lain terkait dengan materi ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang. Binapura Aksara
Guyton, Arthur. 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta. EGC
Sherwood, Lauralee. 2015. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta. EGC
Yanti Sri. 2013. “Keperawatan Medikal Bedah II”. Program studi ilmu keperawatan Stikes
16