Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KEPERWATAN MEDIKAL BEDAH II


ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN TIROID

DOSEN KOORDINATOR : Ns. Yestiani Norita Joni,S.Kep.,M.Kep


DOSEN PENGAJAR :Ns. Martha K. Silalahi M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
1. Inka Milenia Apriyanti (1032181005)
2. Pramudja Wardana (1032181006)
3. Putri Hidayanti (1032181007)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Tiroid” dapat diselesaikan. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang asuhan keperawatan pada gangguan tiroid, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kelompok dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari individual kelompok maupun dari luar, namun penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan. Tim kelompok juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing
kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

                                                                                Jakarta, 25 Maret 2020

                                                                                               Tim Penyusun


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.….……………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah..……………………………………………………………..1
1.3 Tujuan..…………….……………………………………………………………1
BAB II POKOK BAHASAN
2.1 Definisi.........................…………………………………………………………2
2.2 Etiologi...................................................................……………………………..2
2.3 Patoflodiagram.........................................………………………………………3
2.4 Manifestasi Klinis........…..………………..……………………………………7
2.5 Pemeriksaan penunjang/Diagnostik..……..……………………………...……..7
2.6 Penatalaksanaan Medis.........................................................................................
2.7 Komplikasi...........................................................................................................
2.8 Asuhan Keperawatan (Pengkajian-Evaluasi).......................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………9.
3.2 Saran……..………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kelenjar tiroid yang terletak tepat di bawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea, mensekresi tiroksin (T4),
triiodotironi (T3), yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresikalsitonin;
suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsium. Tidak adanya sekresi tiroid sama sekali biasanya menyebabkan laju
metabolisme turun sekitar 40% di bawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan laju
metabolisme basal meningkat setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal. Sekresi tiroid terutama di atur oleh hormon
perangsang tiroid yang di sekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya
karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang,
yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009).Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid
memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk
hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih
mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria.
Hipotiroid adalah suatu keadaan dimana tiroid tidak mampu menghasilkan hormon tiroid (T3 dan T4) yang cukup untuk
mempertahankan kadar hormon tiroid dalam darah dan untuk memenuhi kebutuhan jaringan perifer.
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-
kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar
tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak
memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah mengenai makalah tentang asuhan keperawatan pada gangguan tiroid
ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme?
2. Apa etiologi dari Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme?
3. Bagaimana patoflodiagram dariHipertiroidisme dan Hipotiroidisme?
4. Bagaimana manifestasi klinis dariHipertiroidisme dan Hipotiroidisme?
5. Apa saja Pemeriksaan Penunjang/DiagnostikHipertiroidisme dan Hipotiroidisme?
6. Bagaimana cara Penatalaksanaan medis dariHipertiroidisme dan Hipotiroidisme?
7. Apa saja komplikasi dariHipertiroidisme dan Hipotiroidisme?
8. Bagaimana Cara memberikan Asuhan Keperawatan dengan gangguan tiroid Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme?

1.3 TUJUAN

 Mahasiswa memahami pedoman asuhan keperawatan pada gangguan tiroid Hipertiroidisme dan Hipotiroidisme.
 Mahasiswa mampu menerapkan/mempraktekkan asuhan keperawatan pada gangguan tiroid Hipertiroidisme dan
Hipotiroidisme di lahan pekerjaan.
BAB II

POKOK BAHASAN

2.1 Definisi

Hipertiroidisme

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi
kelenjar tiroid hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296)
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid
yang berlebihan (Price & Wilson:337)
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan.
(Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan
oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis
kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
Hipotiroidisme
Hipotiroid adalah suatu keadaan dimana tiroid tidak mampu menghasilkan hormon tiroid (T3 dan T4) yang cukup untuk
mempertahankan kadar hormon tiroid dalam darah dan untuk memenuhi kebutuhan jaringan perifer.
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi hormon tiroid yang rendah. Ada banyak kekacauan-
kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar
tiroid. Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan banyak proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak
memadai mempunyai konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh.

2.2 Etiologi

Hipertiroidisme

1.      Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :


a.         Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering
dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB).
Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar,
terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri
dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa
sakit, serta berkeringat banyak.
b.      Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid,
sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
c.       Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga
pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul
efek samping.
d.      Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3
dan T4 yang banyak.
e.       Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes,
staphylococcus aureus, dan pneumococcus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar
tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroiditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan tiroiditis tersembunyi.
1) Tiroiditis subakut
Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan .
2) Tiroiditis postpartum
Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini autoimun. Seperti
halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh.
3) Tiroiditis tersembunyi
Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan karena autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga trejadi
pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi dapat mengakibatkan tiroiditis permanen
f.        Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien
memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
Hipotiroidisme

Hipotiroid adalah suatu kondisi yang sangat umum. Diperkirakan bahwa 3% sampai 5% dari populasi mempunyai beberapa
bentuk hipotiroid. Kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita dari pada pria dan kejadian-kejadiannya meningkat sesuai dengan
umur.
Dibawah adalah suatu daftar dari beberapa penyebab-penyebab umum hipotiroid pada orang-orang dewasa diikuti oleh suatu
diskusi dari kondisi-kondisi ini.
a)      Hashimoto's thyroiditis
b)      Lymphocytic thyroiditis (yang mungkin terjadi setelah hipertiroid)
c)      Penghancuran tiroid (dari yodium ber-radioaktif atau operasi)
d)     Penyakit pituitari atau hipotalamus
e)      Obat-obatan
f)       Kekurangan yodium yang berat

2.3 Patoflodigram

Hipertiroidisme

Hipotiroidisme

2.4 Manifestasi Klinis

Hipertiroidisme

Hipotiroidisme
1. Sistem kardiovaskuler

Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler
perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung,
edema.

2. Sistem pernafasan

Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.

3. Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urin.

2. Sistem gastrointestinal

Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan
adipose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.

3. Sistem muskuloskeletal

Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.

4. Sistem integumen

Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin
terjadi kerontokan rambut.

5. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.

6. Sistem saraf

Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan
emosional.

7. Sistem reproduksi

Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.

8. Eksoftalmus

Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan
karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata
nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga
mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.

Hipotiroidisme

Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid.
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang
metabolisme jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat,
lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.

Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi
kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik
negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH
dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh
malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.

2.5 Pemeriksaan Penunjang/diagnostik

Hipertiroidisme

1.      Pemeriksaan laboratorium


1.1        Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 – 250 ng/dl atau 1,2 – 3,4 SI unit)
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T 3 total, dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon
terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama,
namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan
kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3.
1.2        Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 SI unit)
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T 4 serum dengan teknik radioimmunoassay atau peningkatan
kompetitif. T4 terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan
protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan mengubah kadar T4.
1.3        Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31 SI unit)
1.4        T3RU, meningkat (N: 24 – 34 %)
2.      TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila
hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan sesudah
penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien
harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat
temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil.
3.      Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin antibodi tinggi (N: titer < 1:100)
4.      Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit graves
5.      Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien
disuntikan atau radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan dengan alat pencacah
skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian
dalam kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu
sesudah pemberiannya. Tes ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikan hasil yang dapat
diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian
pasien).
6.      Test penunjang lainnya
6.1       CT Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral
kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis
yang diberikan setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
6.2        USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat
membantu membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan
dibanding dengan kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya
lebih kecil.
7.      EKG, untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T.
Hipotiroidisme
Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH (Thyroid-stimulating hormone) yang
dihasilkan oleh kel. hipofisis.
b)      Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg adekuat (terutama tiroksin(T4) dan
sedikit triiodotironin(fT3).
c)      Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya mengukur level TSH.
d)     Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek), sbb:
1.      free triiodothyronine (fT3)
2.      free levothyroxine (fT4)
3.      total T3
4.      total T4
5.      24 hour urine free T3

2.6 Penatalaksanaan Medis

Hipertiroidisme

          1.    Konservatif

Tata laksana penyakit Graves

a.    Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala
hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :

1)    Thioamide

2)    Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari

3)    Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari

4)    Potassium Iodide

5)    Sodium Ipodate

6)    Anion Inhibitor

b.    Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol

Indikasi :

1)    Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan struma ringan –sedang dan
tiroktosikosis

2)    Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif

3)    Persiapan tiroidektomi

4)    Pasien hamil, usia lanjut

5)     Krisis tiroid

Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12
minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah
4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta
Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil
yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan di nilai apakah
tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid,
walaupun kemidian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

           2.    Surgical

a.    Radioaktif iodine.

Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif

b.    Tiroidektomi.

Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar.

Hipotiroidisme
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga
koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala. Dalam keadaan darurat (misalnya koma
miksedem), hormon tiroid bisa diberikan secara intravena.
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat
mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari
kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa
menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidism
berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

2.7 Komplikasi

Hipertiroidisme

1.      Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian
belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2.      Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung
yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
3.      Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat, delirium, dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem.
Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan
dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan,
trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi
hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan
yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid,
dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan
takikardi.
4.      Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid,
atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang
sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan
kematian.

Hipotiroid

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipotiroid adalah :


1. Gondok 
Stimulasi terus menerus agar tiroid mengeluarkan hormon, dapat menyebabkan kelenjar membesar. Gondok dapat
mengganggu pernapasan dan saat menelan makanan.
2. Gangguan jantung 
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu fungsi jantung, pembesaran jantung dan gagal jantung.
3. Gangguan mental 
Misalnya depresi.
4. Peripheralneuropathy 
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari otak dan saraf tulang belakang ke seluruh tubuh.
5. Myxedema 
Gejalanya adalah sensitiv terhadap suhu dingin, mengantuk, sangat lesu dan pingsan. Pemicu myxedema coma adalah sedativ,
infeksi dan stress.
6. Infertilitas 
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada ovulasi.
7. Cacat lahir 
Mengalami gangguan mental maupun fisik.

2.8 Asuhan Keperawatan (Pengkajian-Evaluasi)

Hipertiroidisme

A. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroidTarwoto,dkk. (2012) ialah sebagai berikut :
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap hipertiroid
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat pengobatan dengan radiasi dileher,
adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala, infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide,
lithium, amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan pola makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
 Penurunan berat badan
 Peningkatan suhu tubuh
 Kelelahan
 Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
 Cepat lelah
 Intoleransi aktivitas
 Tremor
 Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
 Iritabilitas
 Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung

d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan


 Gangguan tajam penglihatan
 Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
 Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
 Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
 Menurunnya libido
 Menurunnya perkembangan fungsi seksual
 Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
 Eksoftalmus
 Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap
perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatka gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter
pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis
kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot ektraokuler dan peningkatan jaringan
dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda,
tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan
pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung
e. Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung,
oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
f. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon dan tremor, iritabilitas.
Hipotiroidisme
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1
penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :

1. Anamnesis
Identitas klien :
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama klien
Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;
1. Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
2. Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
3. Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegali
4. Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot lambat
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat, berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan
memori
6. Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido
7. Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin
b. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus
menanyakan dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk.
c. Riwayat penyakit  dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi.
d. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
f. Riwayat Psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas
beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah
kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh pendek. Kulit
kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun. Perbesaran jantung. Disritmia dan
hipotensi. Parastesia dan reflek tendon menurun
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang
sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertiroidisme
1. Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme,
peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan  hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energy.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi minus dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolism (eningkatan
nafsu makan atau pemasukan dengan penurunan berat badan ).
4. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
5. Minus pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhanpengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi.
Hipotiroidisme
a. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat oftalmopati.
b. Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
e. Hipotermi b/d penyakit.
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
g. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
h. Sindrom gangguan Interpretsasi lingkungan berhubungan dengan depresi

D. RENCANA KEPERAWATAN
Hipertiroidisme

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Resiko tinggi teradap NOC : NIC :
penurunan curah ·         Cardiac Pump Cardiac Care
jantung berhubungan effectiveness
v  Evaluasi adanya nyeri dada
dengan hipertiroid tidak ·         Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)
terkontrol, keadaan
·         Vital Sign Status v  Catat adanya disritmia jantung
hipermetabolisme,
v  Catat adanya tanda dan gejala
peningkatan beban penurunan cardiac putput
kerja jantung
v  Monitor status kardiovaskuler

v  Monitor status pernafasan yang


menandakan gagal jantung

v  Monitor abdomen sebagai indicator


penurunan perfusi

v  Monitor balance cairan

v  Monitor adanya perubahan tekanan


darah

v  Monitor respon pasien terhadap efek


pengobatan antiaritmia

v  Atur periode latihan dan istirahat untuk


menghindari kelelahan

v  Monitor toleransi aktivitas pasien

v  Monitor adanya dyspneu, fatigue,


tekipneu dan ortopneu

v  Anjurkan untuk menurunkan stress

Fluid Management

·         Timbang popok/pembalut jika


diperlukan

·         Pertahankan catatan intake dan


output yang akurat

·         Pasang urin kateter jika diperlukan

·         Monitor status hidrasi ( kelembaban


membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan

·         Monitor hasil lAb yang sesuai


dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin  )

·         Monitor status hemodinamik


termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP

·         Monitor vital sign sesuai indikasi


penyakit

·         Monitor indikasi retensi / kelebihan


cairan (cracles, CVP , edema, distensi
vena leher, asites)

·         Monitor berat pasien sebelum dan


setelah dialisis

·         Kaji lokasi dan luas edema

·         Monitor masukan makanan / cairan


dan hitung intake kalori harian

·         Kolaborasi dengan dokter untuk


pemberian terapi cairan sesuai 
program

·         Monitor status nutrisi

·         Berikan cairan

·         Kolaborasi pemberian diuretik


sesuai program

·         Berikan cairan IV pada suhu


ruangan

·         Dorong masukan oral

·         Berikan penggantian nesogatrik


sesuai output

·         Dorong keluarga untuk membantu


pasien makan

·         Tawarkan snack ( jus buah, buah


segar )

·         Batasi masukan cairan pada


keadaan hiponatrermi dilusi dengan
serum Na < 130 mEq/l

·         Monitor respon pasien terhadap


terapi elektrolit

·         Kolaborasi dokter jika tanda cairan


berlebih muncul meburuk

·         Atur kemungkinan tranfusi

·         Persiapan untuk tranfusi

Fluid Monitoring

·         Tentukan riwayat jumlah dan tipe


intake cairan dan eliminaSi

·         Tentukan kemungkinan faktor resiko


dari ketidak seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
renal, gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )

·         Monitor berat badan

·         Monitor serum dan elektrolit urine

·         Monitor serum dan osmilalitas urine

·         Monitor BP<HR, dan RR

·         Monitor tekanan darah orthostatik


dan perubahan irama jantung

·         Monitor parameter hemodinamik


infasif

·         Catat secara akutar intake dan


output

·         Monitor membran mukosa dan


turgor kulit, serta rasa haus

·         Catat monitor warna, jumlah dan

·         Monitor adanya distensi leher, rinchi,


eodem perifer dan penambahan BB
·         Monitor tanda dan gejala dari odema

·         Beri cairan sesuai keperluan

·         Kolaborasi pemberian obat yang


dapat meningkatkan output urin

·         Lakukan hemodialisis bila perlu dan


catat respons pasien

Vital Sign Monitoring

§  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

§  Catat adanya fluktuasi tekanan darah

§  Monitor VS saat pasien berbaring,


duduk, atau berdiri

§  Auskultasi TD pada kedua lengan dan


bandingkan

§  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,


dan setelah aktivitas

§  Monitor kualitas dari nadi

§  Monitor adanya pulsus paradoksus

§  Monitor adanya pulsus alterans

§  Monitor jumlah dan irama jantung

§  Monitor bunyi jantung

§  Monitor frekuensi dan irama pernapasan

§  Monitor suara paru

§  Monitor pola pernapasan abnormal

§  Monitor suhu, warna, dan kelembaban


kulit

§  Monitor sianosis perifer

§  Monitor adanya cushing triad (tekanan


nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

§  Identifikasi penyebab dari perubahan


vital sign
2. Kelelahan berhubungan NOC : NIC :
dengan  hipermetabolik v  Endurance Energy Management      
dengan peningkatan
v  Concentration v  Observasi adanya pembatasan klien
kebutuhan energy dalam melakukan aktivitas
v  Energy conservation
v  Dorong anal untuk mengungkapkan
v  Nutritional status : perasaan terhadap keterbatasan
energy
v  Kaji adanya factor yang menyebabkan
Kriteria Hasil : kelelahan
v  Memverbalisasikan v  Monitor nutrisi  dan sumber energi
peningkatan energi dan tangadekuat
merasa lebih baik
v  Monitor pasien akan adanya kelelahan
v  Menjelaskan fisik dan emosi secara berlebihan
penggunaan energi untuk v  Monitor respon kardivaskuler  terhadap
mengatasi kelelahan aktivitas

v  Monitor pola tidur dan lamanya


tidur/istirahat pasien
3. Risiko tinggi terhadap NOC : NIC :
perubahan nutrisi minus v  Nutritional Status : food Nutrition Management
dari kebutuhan and Fluid Intake
§  Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan Kriteria Hasil :
§  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
peningkatan metabolism
v  Adanya peningkatan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
(eningkatan nafsu berat badan sesuai yang dibutuhkan pasien.
dengan tujuan
makan atau pemasukan §  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
dengan penurunan v  Berat badan ideal sesuai intake Fe
dengan tinggi badan
berat badan ). §  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
v  Mampu mengidentifikasi protein dan vitamin C
kebutuhan nutrisi
§  Berikan substansi gula
v  Tidak ada tanda tanda
malnutrisi §  Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
v  Tidak terjadi penurunan mencegah konstipasi
berat badan yang berarti §  Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)

§  Ajarkan pasien bagaimana membuat


catatan makanan harian.

§  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan


kalori

§  Berikan informasi tentang kebutuhan


nutrisi

§  Kaji kemampuan pasien untuk


mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

§  BB pasien dalam batas normal

§  Monitor adanya penurunan berat badan

§  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang


biasa dilakukan

§  Monitor interaksi anak atau orangtua


selama makan

§  Monitor lingkungan selama makan

§  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan


tidak selama jam makan

§  Monitor kulit kering dan perubahan


pigmentasi

§  Monitor turgor kulit

§  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan


mudah patah

§  Monitor mual dan muntah

§  Monitor kadar albumin, total protein, Hb,


dan kadar Ht

§  Monitor makanan kesukaan

§  Monitor pertumbuhan dan


perkembangan

§  Monitor pucat, kemerahan, dan


kekeringan jaringan konjungtiva

§  Monitor kalori dan intake nuntrisi

§  Catat adanya edema, hiperemik,


hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

§  Catat jika lidah berwarna magenta,


scarlet
4. Ansietas berhubungan NOC : NIC :
dengan faktor fisiologis;
status hipermetabolik. v  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
v  Coping
·         Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
v  Klien mampu ·         Nyatakan dengan jelas harapan
mengidentifikasi dan terhadap pelaku pasien
mengungkapkan gejala
cemas ·         Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
v  Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan ·         Temani pasien untuk memberikan
menunjukkan tehnik keamanan dan mengurangi takut
untuk mengontol cemas
·         Berikan informasi faktual mengenai
v  Vital sign dalam batas diagnosis, tindakan prognosis
normal
·         Dorong keluarga untuk menemani
v  Postur tubuh, ekspresi anak
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas ·         Lakukan back / neck rub
menunjukkan
berkurangnya kecemasan ·         Dengarkan dengan penuh perhatian
·         Identifikasi tingkat kecemasan

·         Bantu pasien mengenal situasi yang


menimbulkan kecemasan

·         Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi

·         Instruksikan pasien memanfaatkan


teknik relaksasi
·         Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

5. Minus pengetahuan NOC : NIC :


mengenai kondisi,
prognosis dan v  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
kebutuhanpengobatan process
berhubungan dengan 1.    Berikan penilaian tentang tingkat
tidak mengenal sumber v  Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
informasi. Behavior penyakit yang spesifik

Kriteria Hasil : 2.    Jelaskan patofisiologi dari penyakit


dan bagaimana hal ini berhubungan
v  Pasien dan keluarga dengan anatomi dan fisiologi, dengan
menyatakan cara yang tepat.
pemahaman tentang
penyakit, kondisi, 3.    Gambarkan tanda dan gejala yang
prognosis dan program biasa muncul pada penyakit, dengan
pengobatan cara yang tepat

v  Pasien dan keluarga 4.    Gambarkan proses penyakit, dengan


mampu melaksanakan cara yang tepat
prosedur yang
dijelaskan secara benar 5.    Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
v  Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan 6.    Sediakan informasi pada pasien
kembali apa yang tentang kondisi, dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya 7.    Hindari harapan yang kosong

8.    Sediakan bagi keluarga informasi


tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat

9.    Diskusikan perubahan gaya hidup


yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit

10.  Diskusikan pilihan terapi atau


penanganan

11.  Dukung pasien untuk mengeksplorasi


atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

12.  Eksplorasi kemungkinan sumber atau


dukungan, dengan cara yang tepat

13.  Rujuk pasien pada grup atau agensi di


komunitas lokal, dengan cara yang
tepat

14.  Instruksikan pasien mengenai tanda


dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat

Hipotiroidisme
Dx 1. Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi impuls sensorik sebagai akibat oftalmopati.
Tujuan : agar pasien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi trauma/cedera pada mata.

Intervensi :
 Anjurkan pada pasian bila tidur dengan posisi elevasi kepala.
R/ untuk mengurangi trauma pada mata
 Basahi mata dengan borwater steril
R/ untuk memberi rasa nyaman pada mata
 Jika pasien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan plester non alergi.
R/ memudahkan pasien untuk tidur
 Berikan obat-obatan steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat, biasanya dokter memberikan obat-obat untuk
mengurangi edema seperti steroid dan diuretik.
R/ mengurangi edema dan cairan

Dx 2.  Penurunan curah jantung b/d perubahan volume sekuncup


Tujuan : agar fungsi kardiovaskuler tetap optimal yang ditandai dengan tekanan darah, dan irama jantung dalam batas
normal.
Intervensi :
 Pantau tekanan darah, denyut dan irama jantung setiap 2 jam
R/ untuk mengindikasi kemungkinan terjadinya gangguan hemodinamik jantung seperti hipotensi, penurunan pengeluaran
urine dan perubahan status mental.
 Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat segera bila pasien mengalami nyeri dada,
R/ karena pada pasien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang arteiosklerosis arteri koronaria.
 Kolaborasi pemberian obat-obatan
R/ untuk mengurangi gejalah-gejalah.
Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium.
Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal pemberian obat biasanya dokter memberikan dosis
minimal, yang kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu sampai ditemukan dosis yang tepat untuk
pemeliharaan.
 Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda yang harus diwaspadai bila terjadi hipertiroid
akibat penggunaan obat yang berlebihan.
R/untuk mengidentifikasikan reaksi obat yang di berikan pada pasien

Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia


Tujuan : agar nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan kriteria : berat badan bertambah,tekstur kulit baik.
Intervensi :
 Dorong peningkatan asupan cairan
R/Untuk menambah asupan cairan pada tubuh px
 Berikan makanan yang kaya akan serat
R/ Agar asupan nutrisi pada tubuh tercukupi
 Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
R/ Agar px tau tentang makanan apa saja yang baik untuk di makan
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan terapi yang tepat
R/ untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan
 Kolaborasi dengan ahli gizi
R/ untuk pemberian nutrisi yang diberikan tepat

Dx 4.  Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Tujuan : agar pasien dapat beristirahat.
Intervensi :
 Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
R/ untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
 Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
R/ Agar tidak terjadi luka dekusbitus
 Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
R/ Bertujuan agar tidak menimbulkan stress
 Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.
R/ Untuk mengetahui perkembangan dalam beraktivitas pada pasien

Dx 5. Hipotermi berhubungan dengan penyakit.


Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh normal.
Intervensi :
 Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
R/Agar pasien merasa hangat dan nyaman
 Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
R/ Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan atau efek samping dari benda tsb
 Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
R/Untuk mengetahui suhu normal pada px
 Lindungi terhadap hawa dingin dan hembusan angin
 R/Agar  hipotermi tidak kambuh lagi
 
Dx 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Intervensi :
 Dorong peningkatan asupan cairan.
R/ Agar asupan cairan pada tubuh terpenuhi
 Berikan makanan yang kaya akan serat.
R/ Agar asupan nutrisi terpenuhi dengan baik
 Ajarkan kepada pasien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
R/ Memberi wawasan pada pasien makanan apa saja yang baik untuk di konsumsi
 Pantau fungsi usus
R/ Untuk mengetahui kerja usus apakah sudah normal atau belum
 Dorong pasien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
R/Untuk merileksasikan otot-otot  agar tidak kaku
 Kolaborasi : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.
R/ : untuk pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan

Dx 7. Ketidakefektifan Pola napas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi.


Tujuan : Perbaikan status respirasi dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
 Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.
R/ untuk mengetahui tindakan selanjutnya dari pemeriksaan tsb
 Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
R/ untuk mengetahui tindakan selanjutnya dari pemeriksaan tsb Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
Dx 8.  Sindrom gangguan Interpretsasi lingkungan berhubungan dengan depresi
Tujuan : Perbaikan proses berpikir
Intervensi :
 Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
R/ Untuk mengurangi terjadinya stres karena proses penyakit
 Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas
R/Untuk mengurangi stres akibat penyakit yang di derita px
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses
penyakit .
R/Memberi wawasan pada keluaga pasien tentang apa yang terjadi akibat proses penyakit tsb

E. Implementasi Keperawatan
Hipertiroidisme
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk
kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.   
Hipotiroidisme
Diagnosa I : Intoleran aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolism sekunder terhadap

Tindakan :

a. Menganjurkan aktivitas sesuai tolerasi.


b. Memberikan Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.

Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic.

Tindakan :
a. Berikan makanan yang kaya serat.
b. Ajarkan pada pasien tentang jenis – jenis makanan yang banyak mengandung air.
c. Kolaborasi pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan.

Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi.

Tindakan :

a. Memantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan.


b. Mendorong pasien untuk nafas dalam dan batuk.

F. Evaluasi Keperawatan
Hipertiroidisme
Hasil yang diharapkan adalah :
a. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
b. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy.
c. Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
d. Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus.
e. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
f. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
g. Klien dapat mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor
penyebabnya. 

Hipotiroidsime

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien  dan
sesama tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995). Evaluasi pada pasien dengan gangguan system endokrin
hipotiroidsme adalah :
1. Perbaikan dan pola nafas normal.
2. Tolerasi aktivitas membaik.
3. Klien dapat beraktivitas kembali
4. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.Kedua sistem
ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan
dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau
hipotalamus. Kelenjar tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut kelenjar hipofisis.Pada gilirannya,
kelenjar hipofisis diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada
kelenjar hipofisis) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus,juga suatu bagian dari otak. Pengobatan
hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif,tiroidektomi subtotal).
Hipotiroidism adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormone
tiroid.Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid
dalamdarah.Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan tiroidhipertiroidisme dan
hipotiroidisme ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara
pembuatan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan tiroid hipertiroidisme dan
hipotiroidisme.
DAFTAR PUSAKA

https://www.scribd.com/document/397257731/ASUHAN-KEPERAWATAN-hipertiroid

https://www.scribd.com/document/390232882/Askep-Hipertiroid-Fix
https://www.academia.edu/9585603/ASKEP_HIPERTIROID_MATERI_KLINIK2_STIKES_MAJAPAHIT_SI
NGARAJA
file:///C:/Users/acer/Downloads/611-1144-1-SM.pdf

Anda mungkin juga menyukai