Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : HIPERTIROID”

Dosen Pembimbing :

Ns. La Rakhmat Wabula, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. Agnita J J Unawekla
2. Anugerah T L Tahiya
3. Dian Cici Watoa
4. Ibrahim Sandia
5. Khairunissa Umasugi

SEKOLAH TINGGI ILMU MALUKU HUSADA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan kasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Endkrin : Hipertiroid” tepat waktu.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah (KMB II). Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ns. La
Rakhmat Wabula, S.Kep., M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
(KMB) II.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Ambon, 02 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………….. 2
1.4 Manfaat Penulisan ………………………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Penyakit Hiperteroid
2.1.1 Definisi ………………………………………………………………………….. 3
2.1.2 Etiologi …………………………………………………………………………. 3-4
2.1.3 WOC …………………………………………………………………………… 5
2.1.4 Manifetasi Klinis ……………………………………………………………….. 5-6
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………………… 6
2.1.6 Penatalaksanaan ………………………………………………………………… 7

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Endokrin :
Hiperteroid
2.2.1 Pengkajian ……………………………………………………………………….. 7-8
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ………………………………………………………….. 8-9
2.2.3 Intervensi Keperawatan …………………………………………………………. 9-12

BAB III LITERATUR RIVIEW ……………………………………………………… 13-14

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 15
4.2 Saran ……………………………………………………………………………… 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit gangguan tiroid adalah suatu kondisi kelainan pada seseorang yang timbul
karena adanya gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan bentuk kelenjar maupun
perubahan fungsi (disfungsi). Disfungsi tiroid dibedaka n menjadi tiga jenis, yaitu :
hipotiroid, hipertiroid, dan eutiroid. Ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon berlebih,
maka sel tubuh akan bekerja lebih keras dan metabolisme tubuh menjadi lebih cepat,
kondisi ini disebut dengan hipertiroid. Tetapi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi
hormon yang cukup, sel-sel dalam tubuh akan bekerja lebih lambat, kondisi ini disebut
dengan hipotiroid. Sedangkan keadaan kelenjar tiroid yang berbentuk tidak normal tetapi
fungsinya normal disebut eutiroid. Penyakit gangguan tiroid menempati urutan kedua
terbanyak dalam daftar penyakit metabolik setelah diabetes mellitus (DM). Perempuan
lebih banyak menderita penyakit tiroid dibandingkan laki-laki (Pusdatin, 2015).
Data epidemiologi hipertiroid menunjukkan prevalensi sebesar 0‒8% di kawasan
Eropa dan 1‒3% di Amerika Serikat, di mana lebih sering ditemukan pada pasien
perempuan. Sementara itu, epidemiologi hipertiroid di Indonesia tercatat 0,4% pada
pelaporan Kemenkes tahun 2015. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar RI) tahun 2013
melaporkan prevalensi penyakit hipertiroid mencapai 0,6% pada wanita, dan 0,2% pada
pria. Penyebaran usia pasien adalah 0,4% pada usia 15‒24 tahun, 0,3% pada usia 25‒34
tahun, serta 0,5% pada usia >35 tahun. Kemenkes menyatakan ada lebih dari 1.700.000
masyarakat Indonesia yang mengalami penyakit gondok, yang dapat disebabkan oleh
hipertiroid, hipotiroid, maupun eutiroid.
Penyebab utama hipertiroid di daerah cukup iodium adalah penyakit Grave’s yang
disebabkan berbagai faktor, antara lain gangguan sistem imun dan terjadinya autoantibodi
yang merangsang sel-sel folikel tiroid untuk mengikat reseptor TSH sehingga kadar TSH
rendah (Hall, 2016).
Pada beberapa keadaan gejala dan tanda hipertiroid sangat jelas, dan secara
pemeriksaan fisik saja sudah segera dapat ditegakkan adanya tirotoksikosis. Pada
umumnya untuk mendiagnosis adanya tirotoksikosis dan menentukan penyebabnya
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh, cermat, teliti, dibantu
dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium kadar TSHs dan FT4,
terkadang T3 total.
Pasien hipertiroid yang tidak diobati akan berisiko menurunnya kualitas hidup, dan
menimbulkan komplikasi berupa penurunan berat badan, fragility fracture, atrial fibrillasi,
embolism, disfungsi kardiovascular dan osteoporosis. Oleh karena itu, diperlukan terapi
untuk mengontrol kadar hormon tiroid pada batasan normal, salah satunya dengan obat
antitiroid. Pada pengelolaan penyakit hipertiroid dikenal 3 modalitas terapi yaitu obat anti
tiroid, tiroidektomi dan radioablasi ,masing- masing dengan keunggulaan dan indikasi serta
kontraindikasi yang berbeda
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep teori Asuhan Keperawatan pada Sistem Endokrin : Hipertiroid ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada sistem endokrin : Hipertiroid.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konsep teori asuhan keperawatan pada sistem endokrin :
Hipertiroid.
2. Untuk mengetahui konsep penerapan asuhan keperawatan pada sistem endokrin :
Hipertiroid.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam penerapan asuhan keperawatan secara
kooperensif baik bio, psiko, sosial dan spiritual.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pihak RS
Dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di RS, untuk mengambil
langkah-langkah kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan pada penderita hipertiroid.
2. Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan tolak ukur keberhasilan program pendidikan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit Hipertiroid

2.1.1 Definisi
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu akitif.
Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari Iodium, maka Iodium radiaktif dalam
dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
(NANDA, 2015 Hal 107)
Hipertiroid adalah peningkatan kadar hormon tiroid bebas secara berlebihan
yang beredar dalam sirkulasi peredaran darah tubuh akibat hiperaktivitas kelenjar tiroid
yang ditandai dengan peningkatan kadar free Thyroxine fT4, Thyroxine (T4), free
Triiodothyronine (fT3) atau Triiodothyronine (T3) dan penurunan Thyroid Stimulating
Hormon (TSH). (Jurnal kesehatan masyarakat, Vol 3 No 3 2015 ISSN : 2356-3346,
diakses pada tangal 27 April 2018 jam 19.50)
Hipertiroid adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormone tiroid lebih
dari yang dibutuhkan tubuh. Tiroktoksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam
manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan
hormon tiroid. (Tarwanto, 2012 : 89)
Atas dasar pernyataan diatas disimpulkan bahwa, Hipertiroid adalah suatu
kondisi dimana ditandai dengan adanya peningkatan kadar hormon tiroid pada T3, T4
dan Penurunan kadar Tsh yang dapat menyebabkan disfungsi kelenjar tiroid.

2.1.2 Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH
yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan. Beberapa penyakit yang menyebabkan
Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH
receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi,
kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti
ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata
ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta
berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau
banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol
oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid Berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke
dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang
yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek
samping.
4. Produksi TSH yang abnorml
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga
merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian
keluar gejala hipotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya
timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
(Nanda Nic-Noc 2015 : 107)
2.1.3 WOC

2.1.4 Manifestasi Klinis


Menurut Tarwanto,dkk. 2012, tanda dan gejala hipertiroid dapat dilihat
berdasarkan sistem-sistem sebagai berikut :
1. Sistem Kardiovaskuler
Meningkatnya frekuensi denyut jantung, kardiak output, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole
dan diastole meningkat 10 – 15 mmHg, palpitasi, distrimia, kemungkinan gagal
jantung, edema.
2. Sistem Pernapasan
Pernafasan cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem Perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urine
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan,
diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein, penurunan serum
lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hipnatremia, muntah dan kram abdomen
5. Sistem Muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6. Sistem Integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleran panas,
keadaan rambut lurus, lembut, halus, dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem Endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem Saraf
Meningkatnya reflek tendon dalam, tremor halus, gugup, gelisah, emosi tidak stabil
seperti kecemasan, curiga, tegang, dan emosional.
9. Sistem Reproduksi
Amenorehae, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
10. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus
terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air di
belakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata ke depan sehingga bola
mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat etrjadi
kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering,
iritasi, atau kelainan kornea.

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Serum T3, terjadi peningkatan (N:70-250 mg/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
2. Serum T4, terjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51- 154 SI unit)
3. In deks T4 bebas, meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10- 31 SI unit)
4. T3RU, meningkat (N:24-34%)
5. TRH stimulation test, menurun atau tidak ada respon TSH
6. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada
penyakit graves
b. Pemeriksaan Penunjang lainnya
1. CT Scan tiroid
Mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.
Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan
setelah 24 jam pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
2. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah
massa atau nodule.
3. ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial
fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T.
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa
tingkat hormon tiroid kembali pada keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi
jangka panjang,dan mengurangi gejala tidak nyaman.
1. Pemberian obat-obatan antitiroid
a. Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus
dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b. Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri kepala,
mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3
dan 20 mg.
c. Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol
aktifitas saraf simpatetik.
d. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40- 45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel
yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon
tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif
dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi
pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Diet
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000
kalori.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Endokrin :
Hipertiroid

2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan Utama : Pasien merasa perutnya tidak enak dan sering buang air besar
dengan konsistensi cair.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien mengeluh penurunan berat badan dan lemas
serta demam. Terdapat pembesaran nodul pada leher.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Mengalami penyakit metabolik seperti anemia.
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
hipertiroid.
5. Pemeriksaan Range of System (B1 – B6)
a. B-1 (Breathing)
Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan meningkat,
dipneu, dipsneu, dan edema paru.
b. B2 (Blood)
Hipertensi,, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar
c. B3 (Brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,
psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian
tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
d. B4 (Bladder)
Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. B5 (Bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan
banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. B6 (Bone)
Rasa lemah, kelelahan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes ambilan RAI : Meningkat pd penyakit graves & toksik goiter
noduler,menurun pada tiroiditis
b. T4 dan T3 serum : meningkat (normal : T3 = 26-39 mg, T4 = 80-100 mg)
c. T4 dan T3 bebas serum : meningkat
d. TSH : tertekan dan tidak bereson pada TRH
e. Tiroglobulin : meningkat
f. Stimulasi TRH : dikatakan tiroid jika TRH tidak ada sampai meningkat setelah
pemberian TRH
g. ikatan protei iodiun : meningkat
h. gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal)
i. kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal)
j. pemeriksaan fungsi heper : abnormal
k. elektrolit : hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon andrenal atau efek
dilusi dalam tera cairan pengganti. Hipoklemia terjadi dengan sendiranya pada
kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis
l. katekolamin serum : menurun
m. kreatinin urine : meningkat
n. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

a) Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid


tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energy.
c) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolism (peningkatan nafsu makan atau pemasukan dengan
penurunan berat badan ).
d) Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
e) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

2.2.3 Intevensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1. Risiko tinggi Tujuan : Klien a) Pantau tekanan Hipotensi umum atau


terhadap akan darah pada posisi ortostatik dapat terjadi
penurunan curah mempertahankan baring, duduk sebagai akibat dari
jantung b/d curah jantung dan berdiri jika vasodilatasi perifer yang
hipertiroid tidak yang adekuat memungkinkan. berlebihan dan penurunan
terkontrol, sesuai dengan Perhatikan volume sirkulasi
keadaan kebutuhan tubuh, besarnya tekanan
hipermetabolisme, dengan kriteria nadi.
peningkatan hasil :
Merupakan tanda adanya
beban kerja b) Periksa
- Nadi perifer peningkatan kebutuhan
jantung. kemungkinan
dapat oksigen oleh otot jantung
adanya nyeri
terabnormal atau iskemia
dada atau angina
- Vital sign yang dikeluh
dalam batas pasien.
normal
- Pengisian c) Auskultrasi
kapiler suara napas. S1 dan murmur yang
normal Perhatikan menonjol berhubungan
- Tidak ada adanya suara dengan curah jantung
distritmia yang tidak meningkat pada keadaan
normal (seperti hipermetabolik
krekels)

d) Observasi tanda Dehidrasi yang cepat


dan gejala haus dapat terjadi yang akan
yang hebat, menurunkan volume
mukosa sirkulasi dan menurunkan
membran kering, curah jantung
nadi lemah,
penurunan
produksi urine
dan hipotensi
e) Catat masukan Kehilangan cairan yang
dan keluaran. terlalu banyak dapat
menimbulkan dehidrasi
berat

2. Kelelahan b/d Tujuan : Klien a) Pantau tanda Nadi secara luas


hipermetabolik akan vital dan catat meningkat dan bahkan
dengan mengungkapkan nadi baik istirahat, takikardia
peningkatan secara verbal istirahat maupun mungkin ditemukan
kebutuhan energy tentang saat aktivitas.
peningkatan
tingkat energy b) Ciptakan
Menurunkan stimulasi
lingkungan yang
yang kemungkinan besar
tenang.
dapat menimbulkan
agitasi, hiperaktif, dan
imsonia

Membantu melawan
c) Sarankan pasien pengaruh dari
untuk peningkatan metabolisme
mengurangi
aktifitas.

d) Berikan tindakan Meningkatkan relaksasi


yang membuat
pasien merasa
nyaman seperti
massage.

3. Risiko tinggi Tujuan : Klien a) Catat adanya Peningkatan aktifitas


terhadap akan anoreksia mual adrenergic dapat
perubahan nutrisi menunjukkan dan muntah. menyebabkan gangguan
kurang dari berat badan sekresi insulin atau terjadi
kebutuhan b/d stabil, dengan resisten yang
peningkatakan kriteria hasil : mengakibatkan
metabolisme hiperglikemia
(peningkatan - Nafsu makan
b) Pantau masukan
nafsu baik Penurunan berat badan
makanan tiap
makan/pemasukan - Berat badan terus-menerus dalam
hari, timbang
dengan penurunan normal keadaan masukan kalori
berat badan
berat badan) - Tidak ada yang cukup merupakan
setiap hari.
tanda-tanda indikasi kegagalan
malnutrisi terhadap terapi antitiroid
c) Kolaborasi untuk Mungkin memerlukan
pemberian diet bantuan untuk menjamin
tinggi kalori, pemasukan zat-zat
protein, makanan yang adekuat
karbohidrat, dan dan mengidentifikasi
vitamin. makanan pengganti yang
sesuai.

4. Ansietas b/d Tujuan : Klien a) Observasi Ansietas ringan dapat


faktor fisiologis; akan melaporkan tingkah laku ditunjukan dengan peka
status ansietas yang rangsangan dan insomnia
hipermetabolik berkurang sampai menunjukkan
tingkat dapat tingkat ansietas.
diatasi, dengan
Rentang perhatian
kriteria hasil : b) Bicara singkat
mungkin menjadi pendek,
dengan kata
- Pasien konsentrasi berkurang,
yang sederhana.
tampak rileks yang membatasi
kemampuan untuk
mengasimilasi informasi

c) Jelaskan Memberikan informasi


prosedur yang akurat yang dapat
tindakan. menurunkan kesalahan
interpretasi

d) Kurangi Menciptakan lingkungan


stimulasi dari yang terapeutik
luar.

5. Kurangnya Tujuan : Klien a) Tinjau ulang Memberikan pengetahuan


pengetahuan akan melaporkan proses penyakit dasar dimana pasien
mengenai kondisi, pemahaman dan harapan dapat menentukan pilihan
prognosis dan tentang masa depan. berdasarkan informasi
kebutuhan penyakitnya
pengobatan b/d dengan criteria b) Berikan Berat ringannya keadaan,
tidak mengenal mengungkapkan informasi yang penyebab, usia dan
sumber informasi pemahaman tepat. komplikasi yang muncul
tentang akan menentukan
penyakitnya tindakan pengobatan

c) Identifikasi Faktor psikogenik


sumber stress. seringkali sangat penting
dalam
memunculkan/eksaserbasi
dari penyakit ini
d) Tekankan
pentingnya Mencegah munculnya
perencanaan kelelahan
waktu istirahat.

Pasien yang mendapat


e) Berikan
pengobatan hipertiroid
informasi tanda
besar kemungkinan
dan gejala
mengalami hipotiroid
hipotiroid.
yang dapat terjadi segera
setelah pengobatan
selama 5 tahun kedepan.
BAB III
LITERATUR RIVIEW

Judul / Desain Sampel Variabel Intervensi Analisis Hasil


Penulis / Penilitian
Tahun
Evaluasi Penelitian ini 175 pasien Pola Penilitian ini diawali Hasil Hasil
Penggunaan merupakan hipertiroid penggunaan dengan pengumpulan perbandingan penelitian
Obat penelitian di RSUP dan data kemudian akan menunjukkan
Antitiroid deskriptif Dr. M ketepatan dianalisa secara menunjukkan bahwa
Pada Pasien dengan Djamil penggunaan deskriptif dengan pola ketidaktepatan
Hipertiroid di pengambilan Padang. obat cara penggunaan indikasi dan
RSUP Dr. M data secara antitiroid. membandingkannya obat dan ketidaktepatan
Djamil retrospektif dengan literatur ketepatan obat tidak
Padang, menggunakan resmi yang penggunaan ditemukan,
Indonesia / rekam medik digunakan yaitu obat antitiroid sedangkan
Dian Ayu pasien selama Formularium pada pasien terdapat 13
Juwita, periode Spesialistik Ilmu hipertiroid pasien (7,
Suhatri Januari- Penyakit Dalam dan berupa tepat 43%) tidak
Suhatri, Risa Desember Pharmacotherapy A indikasi, tepat tepat dosis,
Hestia / 2018 2015 di Pathophysiologic obat, tepat dan 1 pasien
Poliklinik Approach. pasien dan (0, 57%) tidak
Khusus RSUP tepat regimen tepat pasien.
Dr. M. Djamil dosis.
Padang.
Tiroidektomi Jenis 62 pasien Perbedaan Penilitian ini diawali Perbedaan Rata-rata
Meningkatkan penelitian ini hipertiroid status IMT dengan pengumpulan IMT dilakukan status IMT
Indeks Masa adalah di RSUP. pada periode data kemudian data analisa bivariat praoperasi
Tubuh (IMT) observasional Dr. pra dan yang diperoleh menggunakan tiroidektomi
Pada Pasien analitik Kariadi pasca dalam penelitian ini paired t test adalah 23, 01
Hipertiroid Di retrospektif Semarang. operasi diolah dengan jika data dan rata-rata
RSUP. Dr dengan tiroidektomi. software computer. bertistribusi status IMT
Kariadi pendekatan Semua data yang normal. Jika pascaoperasi
Semarang / Crossectional. diperoleh dilakukan data tidak tiroidektomi
Reyhan Zuhdi Data analisa univariat dan normal maka adalah 24, 46.
Govita didapatkan disajikan dalam dilakukan uji Terdapat
Widyawigata, dari rekam bentuk tabel. statistik kenaikan
Yan Wisnu medik pasien wilcoxon. bermakna
Prajoko, dengan Setelah itu pada IMT
Endang diagnosis untuk menilai pascaoperasi
Mahati, hipertiroid hubungan dari tiroidektomi
Albertus Ari secara faktor resiko dan jenis
Adrianto / laboratoris jenis kelamin kelamin juga
2019 yang data dianalisa berpengaruh
dilakukan lagi dengan secara
tiroidektomi di menggunakan signifikan
RSUP Dr. uji Mann terhadap
Kariadi 1 Whitney, lalu kenaikan IMT
Januari 2015 - untuk menilai pascaoperasi
31 Desember hubungan dari tiroidektomi.
2017 faktor resiko IMT
usia dan IMT praoperasi dan
praoperasi usia tidak
dilakukan uji berpengaruh
statistik terhadap
Kruskal perubahan
Wallis. IMT
pascaoperasi
tiroidektomi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat
dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)

Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular
toksik. Penyakit Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek
genatik dalam limfosit Ts dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap
antigen tiroid (Dorland, 2005). Sedangkan goiter nodular toksik yaitu Peningkatan
ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan
kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan
metabolik yang tinggi misalnya pubertas atau kehamilan. ( Elizabeth J. Corwin, 2009 )

Diagnosa-diagnosa keperawatan pada penyakit Hipertiroid yaitu: Penurunan


Curah Jantung, Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh, Diare, dan
Kelelahan.

4.2 Saran

Mahasiswa harus lebih memahami bagaimana penggunaan NANDA, NOC dan


NIC. Karena didalam keperawatan hal itu sangat diperlukan, terlebih lagi dalam
merumuskan diagnosa, penentuan kriteria hasil maupun perumusan intervensi
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/6858/3/Bab%20I.pdf

https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/hipertiroid/epidemiologi

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jukeraflesia/article/download/10986/7081

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/478077/NDc4MDc3

https://eprints.umbjm.ac.id/698/4/BAB%202.pdf

https://www.studocu.com/id/document/universitas-pelita-bangsa/medical-student/lp-
hipertiroid-ajeng-irfa-214121023/36655663

https://mikimikiku.wordpress.com/2013/09/23/108/

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/viewFile/25369/22512

http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jsfk/article/download/220/133

Anda mungkin juga menyukai