Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Konsep Penyakit dan Asuhan Keperawatan


Gangguan Tiroid (Hipertiroid dan Hipotiroid)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi Pria

Dosen Pengampu : Ns.Yasherly Bachri,S.Kep,.M.Kep

Disusun oleh :
Nama :Wahyunia Indah
NIM :22200023
Kelas :A1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang
diberikan-Nya,berupa karunia sehat jasmani dan rohani. Sehingga tugas makalah
tentang Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi
Pria “Askep Gangguan Tiroid” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat sebagai kewajiban untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi Pria.

Makalah ini saya susun dengan maksimal dan terimakasih juga kepada
semua pihak yang turut andil dalam terselesainya makalah ini.Terlepas dari itu
semua, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari teman-teman dan Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa,Imunologi,Pencernaan,Perkemihan dan Reproduksi Pria
Ns.Yasherly Bachri,S.Kep,.M.Kep

Akhir kata saya berharap isi dari makalah ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi siapa saja yang membacanya, terutama teman-teman Fakultas
Kesehatan UM Sumbar.

Bukittinggi, 01 April 2024

Indah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A.Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. Pengertian Hiperteroid dan Hipoteroid ..................................................... 3

B.Etiologi ....................................................................................................... 3

C.Klasifikasi ................................................................................................... 5

D.Patofisiologi ............................................................................................... 6

E.Gejala Klinis .............................................................................................. 7

F.Komplikasi ................................................................................................. 9

G.Penatalaksanaan ....................................................................................... 10

H.Patway ...................................................................................................... 12

I.Asuhan Keperawatan ................................................................................ 13

BAB III PENUTUP .................................................................................... 31

• A. Kesimpulan ................................................................................. 31
• B. Saran ............................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi


hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang,
yang disebut dengan thyrotoxicosis (Bararah, 2009). Hipertiroid adalah gangguan
yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk
hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen dari penduduk AS
memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin mengembangkan
hipertiroidisme daripada pria.

Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih


kurang 10 per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita
yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada
wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi
hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada
0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton, 1991 ).

Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-


laki dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Dibedakan
hipotiroidisme klinis dan hipotiroidisme subklinik. Hipotiroidisme klinik ditandai
dengan kadar TSH tinggi dan kadar fT4 rendah, sedangkan pada hipotiroidisme
subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan kadar fT4 normal, tanpa gejala atau ada
gejala sangat minimal. Hipotiroidisme merupakan kumpulan tanda dan gejala yang
manifestasinya tergantung pada: usia pasien, cepat tidaknya hipotiroidisme terjadi,
dan ada tidaknya kelainan lain (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).

B.Rumusan Masalah

A. Jelaskan Pengertian Hiperteroid dan Hipoteroid ?

B.Jelaskakn Etiolog?

1
CJelaskan .Klasifikasi?

D.Jelaskan Patofisiolog?

E.Jelaskan Gejala Klinis?

F.Jelaskana Komplikasi7

G.Jelaskan Penatalaksanaa?

H.Jelaskkan Patway ?

I.Asuhan Keperawatan

C Tujuan penulisan

A. Pengertian Hiperteroid dan Hipoteroid

B.Etiologi

C.Klasifikasi

D.Patofisiologi

E.Gejala Klinis

F.Komplikasi

G.Penatalaksanaan

H.Patway

I.Asuhan Keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.PENGERTIAN HIPERTEROID DAN HIPOTEROID

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan


produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009).
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih
dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan
dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh
peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid
lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40
tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh
peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun
pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik
akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi,
infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).

Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya


hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai
optimal. (Smeltzer, 2002)
Hipotiroidisme merujuk pada kondisi yang dikarakteristikkan oleh tak
disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan
semua fungsi tubuh dan mental secara umum. (Engram, 1999)

B.ETIOLOGI
HIPERTEROID
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan
karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-
stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan

3
TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak.
Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau
(goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).

3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan
tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan
biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum
terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini
karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien
tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan
sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi
sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.

HIPOTEROID
1. Hipotiroidisme pada dewasa
a. Produksi hormone tiroid yang tidak adekuat, biasanya sesudah tiroidektomi
atau terapi radiasi (terutama dengan preparat I131) atau akibat inflamasi, tiroiditis
autoimun yang kronis (penyakit Hashimoto) atau keadaan seperti amyloidosis serta
sarkoidosis (jarang).
b. Kegagalan hipofisis memproduksi TSH, kegagalan hipotalamus
memproduksi TRH (Thyrotropin-Releasing Hormone), kelainan bawaan sintetis
hormone tiroid, defisiensi yodium (biasanya dari makanan), atau pemakaian obat-
obat antitiroid, seperti propiltiourasil.
2. Hipotiroidisme pada anak

4
a. Perkembangan embrionik mengalami defek (penyebab paling sering)
sehingga timbul kelainan konginital, yakni kelenjar tiroid tidak terdapat atau tidak
berkembang (kretinisme pada bayi)
b. Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin (penyebab
paling sering berikiutnya).
c. Obat-obat anti tiroid yang digunakan selama kehamilan dan menyebabkan
kretinisme pada bayi (penyebab yang jarang dijumpai).
d. Tiroiditis autoimun yang kronik (kretinisme trjadi sesudah usia 2 tahun)
e. Defisiensi yodum selama kehamilan

C.KLASIFIKASI
HIPERTEROID
a.Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
dimana $atantibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar
tiroid untuk memproduksihormon tiroid terus menerus.
Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat
timbul pada berbagai usia, terutama pada usia %& ' & tahun. )aktor keturunan
juga dapat mempengaruhiterjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu
dimana $at antibodi menyerang seldalam tubuh itu sendiri.
b.Nodular Thyroid Disease
*ada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak
disertai denganrasa nyeri. *enyebabnya pasti belum diketahui. +etapi umumnya
timbul seiring dengan bertambahnya usia.
c. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. -
mumnya gejalamenghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis

5
HIPOTEROID
Klasifikasi Hipotiroidisme (Smeltzer, 2002)
Ada beberapa pembagian dari hipotirodisme:
a. Hipotiroidime primer (tiroidal)
Hipotiroidime primer (tiroidal) ini mengacu kepada difungsi kelenjer tiroid itu
sendiri. Lebih dari 95% penderita hipotiroidime mengalami hipotiroidime tipe ini.
b. Hipotiroidime sentral (hipotiroidime sekunder/pituitaria)
Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjer hipofisis, hipolatamus, atau
keduanya.
c. Hipotiroidime tertier (hipotalamus)
Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak
adikuat aktibat penurunan stimulasi TRH.
d. Kretinisme
Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga
menderita difisiensi tiroid.
e. Miksedema
Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial
lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipotiroidime yang sudah berlangsung
lama dan berat.

D.PATOFISIOLOGI
HIPERTEROID
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang
lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui
mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme
rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien
mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju
metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik,
sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi
yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak
dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.

6
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem
kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik,
sehingga denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran
darah perifer serta respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga
berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam
mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas
mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa
mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.
(Tarwoto,dkk.2012).

HIPOTEROID
Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis, atau
kelenjar tiroid yang semuanya merupakan bagian dalam mekanisme umpan balik
negative yang sama. Akan tetapi, gangguan pada hipotalamus dan hipofisis jarang
menyebabkan hipotiroidisme. Hipotiroidisme primer, yang merupakan gangguan
kelenjar tiroid itu sendiri paling sering ditemukan.
Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis, terjadi ketika
autoantibodi menghancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis autoimun kronis
yang disertai penyakit gondok (goiter) dinamakan tiroiditis Hashimoto. Penyebab
proses autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas memainkan peranan dan
subtype antigen leukosit manusia yang spesifik dikaitkan dengan resiko yang lebih
besar.
Di luar kelenjar tiroid, antibody dapat mengurangi efek hormone tiroid melalui dua
cara. Pertama, antibody dapat menyekat reseptor TSH (Thyroid-Stimulating
Hormone) dan mencegah produksi TSH. Kedua, antibody antitiroid yang sitotoksik
dapat menyerang sel-sel tiroid.
Tiroiditis sub akut, tiroiditis tanpa rasa nyeri, dan tiroiditis pascapartum merupakan
keadaan yang sembuh sendiri dan biasanya akan diikuti episode hipertiroidisme.
Hipotiroidisme subklinis yang tidak diobati pada dewasa kemungkinan akan
menjadi nyata dengan insiden sebesar 5% hingga 20% per tahun.

E.GEJALA-GEJALA KLINIS

HIPERTEROID
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
1.Sistem kardiovaskuler

7
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole
dan diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal
jantung, edema.
2.Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3.Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
4.Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan,
diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum
lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram
abdomen.
5.Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6.Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas,
kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7.Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8.Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan emosional.
9.Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
10.Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bolamata menonjol kedepan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan
sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat
terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi
kering, iritasi atau kelainan kornea.

8
HIPOTEROID
1.Kelambanan berfikir lambat, dan gerakan yang canggung dan lambat.
2.Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan
penurunan curah jantung.
3.Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
4.Intoleransi terhadap suhu dingin.
5.Penurunan laju metabolism, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan
dan absorpsi zat gizi yang melewati usus.
6.Konstipasi.
7.Perubahan fungsi reproduksi.
8.Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan
rapuh.

F.KOMPLIKASI
HIPERTEROID
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal
ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang
bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam
tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini
merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak
terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma,
miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah
dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3
dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan
untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan
untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.

9
HIPOTEROID
1.Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan koma.
2.Kematian dapat terjadi tanpa penggatian TH dan stabilisasi gejala.
3.Ada juga resiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini
mencakup penggantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osreoporosis, dan fibrilasi atrium.

G.PENATALAKSANAAN
HIPERTEROID
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka panjang,dan
mengurangi gejala tidak nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua
orang.Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan
1.Obat-obatan antitiroid
a)Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai
efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah
putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b)Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,nyeri kepala,mual
muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c)Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas
saraf simpatetik.
d)Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2.Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel
yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon
tiroid.
3.Bedah Tiroid

10
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif
dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi
pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4.Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000
kalori.

HIPOTEROID
1.Modifikasi Aktivitas
Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga dan letargi sedang
hingga berat. Sebagai akibatnya, risiko komplikasi akibat imobilitas akan
meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan latihan dan berperan dalam
berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status kardiovaskuler dan
pulmoner yang terjadi akibat hipotiroidisme.
2.Pemantauan yang berkelanjutan
Pemantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama
penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi: kemunduran status fisik
serta mental, tanda-tanda serta gejala yang menunjukan peningkatan laju metabilik
akibat terapi yang melampaui kemapuan reaksi sistem kardiovaskuler dan
pernafasan, dan ketarbatasan atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan.
3.Pengaturan suhu
Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoeransi yang ekstrim
terhadap hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan nersuhu nyaman atau
panas. Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan, dan pasien harus dilindungi
terhadap hembusan angin. Jika pasien ingin menggunakan bantal pemanas atau
selimut listrik untuk mengurangi gangguan rasa nyaman dan gejala menggigil
tersebut, perawat harus menjelaskan bahwa penggunaan alat ini harus dihindari
karena beresiko menyebabkan vasodilatasi perifer, kehilangan panas tubuh yang
lebih lanjut dan kolabs vaskuler.
4.Dukungan emosional
Setelah kondisi hopotiroidisme berhasil diobati dan semua gejalanya sudah
berkurang, pasien dapat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat dari
progresifitas serta intensitas gejala yang timbul. Pasien dan keluarganya harus
diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta ketidakmampuan untuk mengenalinya
sering terjadi dan merupakan bagian dari kelainan itu sendiri. Pasien dan
keluarganya mungkin memerlukan bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah
dan reaksi emosional yang muncul.

11
5.Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter meskipun
gejala sudah membaik. Intruksi tentang diet diberikan untuk menigkatkan
penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk menpercepat pemulihan
pola defekasi normal. Akibat pelambatan proses mental pada hipotiroidisme, maka
anggota keluarga harus diberitahu dan dijelasakan tentang tujuan terapi, progra
pengobatan serta efek samping yang harus dilaporkan kepada dokter.

H.PATWAY
HIPERTEROID

12
HIPOTEROID
1.1. Pathway Hipotiroidisme
Tiroiditis limfosis kronis Proses penuaan Terapi codium Tyroidektomi Obat - obat antitiroid
radioaktif
Antibodi autoimun beredar Penurunan fungsi Pengangkatan Menekan kerja
dalam sirkulasi darah fisiologis tubuh Ablasi kelenjar tiroid kelenjar tyroid kelenjar tyroid
Antibodi menyerang Atropi kelenjar tiroid Atropi kelenjar tyroid Produksi hormon
antigenya tyroid menurun
sendiri Jumlah sel kelenjar
T3 dan T4 tiroid menurun
dihancurkan
Produksi hormon
Destruksi kelenjar tiroid tiroid menurun

HIPOTIROIDISME

Kadar kolesterol Kadar tiroksin Sekresi GH


Defisiensi yodium Penumpukan Tiroksin dan
mukopolisakardia meningkat menurun menurun
triyodotironin
Menghambat
sintesis tiroksin Akumulasi Pengendapan di Hipof ise anterior Def esiensi GH
Serum menurun
mukopolisakarida pembuluh darah terangsang
Penurunan dalam jaringan Dwarf isme/ kerdil
kadar tiroksin subkutan meningkat BMR menurun
Terjadi pengapuran Mengganggu
pembuluh darah termoregulasi
Peningkatan Miksedema Suplai energi yang ada MK:
pelepasan TSH Aterosklerosis berkurang dihipotalamus - Perubahan
pertumbuhan
Pembesaran MK: Cepat lelah, Toleransi terhadap dan perkembangan
kelenjar tiroid Gangguan MK: letih dingin menurun
integritas kulit - Gangguan harga diri
- Gangguan
Kompresi mekanik, perf usi jaringan
Kedinginan, menggigil
gejala - gejala obstruksi MK: Sekresi H.
- Intoleransi Gonadotrapim
aktivitas menurun
MK: MK:
Penyakit jantung koroner - Keletihan
Gangguan rasa - Perubahan suhu tubuh Hipogonadisme
nyaman Nyeri
MK: Penurunan libido,
Penurunan curah jantung menorhagia,amenore

MK:
- Perubahan pola seksual

I.ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTEROID
A. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan
hipertiroid Tarwoto,dkk. (2012) ialah sebagai berikut :
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin,
karena merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid

13
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan
kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang
dialami, riwayat pengobatan dengan radiasi dileher, adanya
tumor, adanya riwayat trauma kepala, infeksi, riwayat
penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium,
amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan,
konsumsi dan pola makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
• Penurunan berat badan
• Peningkatan suhu tubuh
• Kelelahan
• Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
• Cepat lelah
• Intoleransi aktivitas
• Tremor
• Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
• Iritabilitas
• Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung

d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan


• Gangguan tajam penglihatan
• Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
• Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
• Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
• Menurunnya libido

14
• Menurunnya perkembangan fungsi seksual
• Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
• Eksoftalmus
• Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana
hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan
perilaku maniak. Sering juga didapatka gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran.
Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran
dapat terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata
dan penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata
mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada
otot ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata.
Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan
pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya
iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna
perlu dilakukan pengkajian.

d. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah
gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh
karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan
darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal

15
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada
reflex tendon dan tremor, iritabilitas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
gangguan metabolik
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolism
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme
6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy
dengan kebutuhan tubuh
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas
meningkat
9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan
perubahan fungsi tubuh
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan
peningkatan metabolisme

C. Intervensi dan Rasional


1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
gangguan metabolisme
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam keseimbangan nutrisi kembali normal.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan
metabolisme terpenuhi.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :

16
1.Hindari makanan yang dapat 1. Penigkatan multilitas saluran
meningkatkan peristaltic usus. cerna
dapat mengakibatkan diare
dan ganguan absorpsi nutris
Kolaborasi : yang diperlukan.
1.Konsultasi dengan ahli gizi
utnutk 1.Mungkin memerlukan bantuan
memberikan diet kalori tinggi. untuk
menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan
pengganti yang paling sesuai.
Observasi :
1.Auskultasi bising usus Observasi :
1.Bising usu hiperaktif
mencerminkan
peningkatkan motilitas
2.Pantau masukan makanan lambung yang
setiap hari dan timbang berat menurnkan atau mengubah
badan tiap hari. fungsi
absorpsi.
2.Penurunan berat badan terus
menerus dalam keadaan
Edukasi : masukan kalori yang cukup
1.Dorong klien makan dan merupakan indikasi kegagalan
meningkatkan jumlah makan. terhadap terapi antitiriod.

Edukasi :
1.Membantu menjaga
pemasukan kalori cukup tinggi
untuk menambah kalori tetap
tinggi.

17
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam
pola nafas efektif
Kriteria hasil :
• nafas 16-20x/menit
• bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan

Intervensi Rasional
Mandiri
1.Auskultasi bunyi nafas dan 1.Bunyi nafas menurun / tak ada
catat adanya bunyi nafas bila jalan nafas obstruksi sekunder
adventisius, seperti krekels, terhadap perdarahan, bekuan atau
mengi, gesekan pleural. kolaps jalan nafas kecil (
atelektasis ). Ronki dan mengi
menyertai obstruksi jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
2.Tinggikan kepala dan bantu 2.Duduk tinggi memungkinkan
mengubah posisi. Bangunkan ekspansi paru dan memudahkan
klien turun tempat tidur dan pernafasan.
ambulasi sesegera mungkin.
3.Dorong / bantu klien dalam 3.Dapat meningkatkan /
nafas dalam dan latihan batuk. banyaknya sputum dimana
Penghisapan per oral atau gangguan ventilasi dan ditambah
nasotrakeal bila diindikasikan. ketidaknyamanan upaya bernafas.

Kolaborasi
1.Memaksimalkan bernafas dan
1.Berikan oksigen tambahan.
menurunkan kerja nafas.

Observasi
1.Observasi frekuensi,
kedalaman pernafasan dan

18
ekspansi dada. Catat upaya 1.Kecepatan biasanya meningkat.
pernafasan, termasuk Dispnea dan terjadi peningkatan
penggunaan otot bantu / kerja nafas.
pelebaran nasal.

2.Observsi pola batuk dan


karakter sekret. 2.Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk kering /
iritasi.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak


terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah
jantung menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal,
pengisian kapiler < 3 detik, tidak ada distritnea.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Catat atau perhatikan 1.Takirkardi mungkin merupakan
kecepatan irama jantung dan cerminan langsung stimulasi otot
adanya distrirnea. jantung oleh hormone tiroid
distritnea sering kali terjadi dan
dapat membahnyakan fungsi
2.Auskultasi suara jantung, jantung atau curah jantug.
perhatikan adanya bunyi 2. S1 dan mumur yang menonjol
jantung tambahan, adanya yang
orama gallop dan mumur berhubungan dengan curah
sistolik. jantung
meningakat pada keadaan
metabolic.
Kolaborasi :

19
1.Berikan cairan IV sesuai adanya S3 sebagai tanda
indikasi. kemungkinan
gagal jantung

2. Berikan sesuai indikasi. Kolaborasi :


1.pemberian cauiran melalui IV
Observasi : dengan
1.Observasi tanda dan gejala Cepat untuk memperbaiki volum
haus yang hebat, mukosa sirkulasi
membran kering yang lemah. 2.Mempertahankan curah jantung
2.observasi nadi atau denyut yang
jantung pada pada pasien saat adekuat.
tidur. Observasi :
1.Hidrasi yang cepat dapat terjadi
yang
akan menurunkan volum
sirkulasi
dan menurunkan curah jantung.
2.Memberikan hasil pengkajian
yang lebih akurat untuk
menentukan takikardi.

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam
citra tubuh klien tidak terganggu

Kriteria Hasil :

20
• Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.
• Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam
pengambilan keputusan tentang perawatan.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Terima persepsi diri klien 1. untuk memvalidasi
dan berikan jaminan perasaannya.
bahwa klien dapat
mengatasi krisis ini.

Observasi : Observasi :
1. Kaji kesiapan klien 1. keterlibatan dapat
kemudian libatkan klien memberikan rasa kontrol
dalam mengambil dan meningkatkan harga
keputusan tentang diri.
keperawatan, bila
memungkinkan.
Edukasi :
Edukasi : 1. untuk meningkatkan rasa
1. Dorong klien melakukan kemandirian dan kontrol.
perawatan diri. 2. Kedukaan harus
2. Dorong klien untuk mendahului penerimaan.
mengungkapkan kedukaan
tentang kehilangan. 3. Catatan tertulis dapat
3. Dorong klien untuk tetap membantu menunjukkan
menuliskan perasaan, kemajuan klien.
tujuan, keluhan, dan
kemajuan yang terjadi
pada dirinya. 4. Untuk meningkatkan sikap
4. Diskusikan kemajuan positif.
klien dan tunjukan

21
bagaimana kondisinya
telah meningkat. 5. Untuk membantu
5. Dorong klien untuk mendapatkan dukungan dan
berpartisipasi dalam pemahaman atau konseling
kelompok pendukung, bila tambahan.
perlu, membuat suatu
perjanjian dengan profesi 6. Untuk meningkatkan harga
kesehatan mental. diri dan untuk
6. Dorong klien untuk mendemontrasikan
menggambarkan bagaimana klien telah
perkembangan klien beradaptasi terhadap
melalu hospitalisasi. perubahan citra tubuh.
7. Untuk membantu klien
7. Ajarkan dan dorong mengatasi perilaku yang
strategi koping yang sehat. tidak produktif.

5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan


peningkatan metabolisme
Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1 x 24
jam risiko ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
• Asupan dan haluaran cairan tetap pada kadar yang tepat sesuai
usia dan kondisi fisik.
• Klien mempunyai tugor kulit yang normal.
• Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Timbang berat badan 1. Untuk membantu
klien setiap hari sebelum mendeteksi perubahan
sarapan. keseimbangan cairan.

22
2. Tentukan cairan apa 2. Untuk meningkatkan
yang disukai klien dan asupan.
simpan cairan tersebut
disamping tempat tidur
klien.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan parenteral 1. Untuk membantu
sesuai intruksi. mempertahankan
keseimbangan cairan.
Observasi :
1. Periksa membran Observasi :
mukosa mulut setiap 1. Membran mukosa kering
hari. merupakan suatu indikasi
2. Pantau kadar elektrolit dehidrasi.
serum. 2. Perubahan niali elektrolit
dapat menandakan
ketidakseimbangan cairan.
3. Ukur asupan cairan dan 3. Penurunan asupan atau
haluaran urine untuk peningkatan haluaran
mendapatkan status mengakibatkan defisit
cairan. cairan dan mengakibatkan
kelebihan cairan.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien untuk 1. Untuk membantu mencapai
mematuhi diet yang keseimbangan cairan dan
diinstrusikan. elektrolit.
2. Ajarkan klien dan 2. Tindakan ini mendorong
anggota keluarga cara klien dan pemberian asuhan
mempertahankan asupan untuk berpartisipasi dalam
cairan yang tepat,

23
termasuk mencatat berat perawatan, sehingga
badan setiap hari, meningkatkan kontrol.
mengukur asupan dan
haluaran, dan mengenal
tanda-tanda
ketidakseimbangan
cairan.

6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria hasil :
• suhu tetap normal 36,50C-370C
• keseimbangan cairan tetap stabil

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Mandiri:
1.Monitor suhu tubuh setiap 4 1.Meyakinkan perbandingan data
jam yang akurat
Kolaborasi:
Kolaborasi: 1.Dapat menurunkan demam
1.Berikan antipiretik sesuai
indikasi Observasi:
1.Peningkatan deyut nadi,
Observasi: penurun tekanan vena sentral dan
1.Pantau dan catat denyut dan penurunan tekanan darah dapat
irama nadi, tekanan vena sentral, mengindikasikan hipovollemia
tekanan darah, frekuensi nafas, yang mengarah penurunan
tingkat responsivitas, dan suhu perfusi jaringan.
kulit setiap 4 jam.

24
2.Observasi adanya konfusi 2.Perubahan tingkat kesadaran
disorientasi dapat merupakan akibat dari
hipoksia jaringan

Edukasi: Edukasi:
1.Anjurkan klien untuk minum 1.Asupan cairan berlebih dapat
sebayak mungkin air jika tidak mengakibatkan kelebihan cairan
dikontraindikasikan atau dekompensasi jantung yang
dapat memperburuk kondisi
pasien

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi


dengan kebutuhan tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24
jam klien dapat beraktivitas
Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan kemampuan utnuk berpartipasi
dalam melakukan aktivitas.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Pantau tanda vital dan catat 1.Nadi meningkat dan bahkan
nadi baik pada istirahat dan pada istirahat ( Takikardi ).
melakukan aktivitas.
2.Berikan sentuhan atau 2.Dapat menurunkan energy
message, bedak yang sejuk. dalam saraf yang selanjutnya
meningkatkan relaksasi.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi. 1.Untuk mengurangi kelelahan
dan
Observasi : Meningkatkan energi.
Observasi :

25
1. Catat perkembangan 1.Kebutuhan dan konsumsi
takipneu, dispneu, pucat dan oksigen akan
sianosis. ditingkatkan pada keadaan
hipemetabolik.
Edukasi : Edukasi :
1.Sarankan klien untuk 1.Membantu melawan pengaruh
mengurangi aktivitas dan dari
meningkatkan istirahat . peningkatan metabolisme.

8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas


meningkat
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam tidak ada resiko kerusakan integritas kulit
Kriteria Hasil : Mampu mengidentifikasi tindakan untuk
membrikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Bagian kepala tempat tidur 1.Menurunkan edema jaringan
ditinggikan dan batasi bila ada
pemasukan garam jika ada komplikasi seperti GJK yang
indikasi. mana
dapat memperberat esoftalmus.
Kolaborasi :
1.Berikan obat sesuai indikasi Kolaborasi :
1.Untuk tindakan pengobatan
Observasi : medis.
1.Evaluasi ketajaman mata.
Observasi :
1. Oftalmolpati infiltraftif akibat
dari

26
2.Observasi edema penigkatan jaringan retroorbits
periobital,gangguan Penutupan yang
kelopak mata. menciptakan eksoftalmus.
2.Manifestasi umum dari
stimulasi aderenergik yang
berlebihan dengan berhubungan
dengan tirotoksikosis yang
Edukasi : memerlukan intervensi
1.Anjurkan klien menggunakan pendukung
kacamata gelap ketika sampe resolusi krisis dapat
terbangun dan tutup dengan menghilangkan simtomatologis.
penutup mata selama tidur
sesuai dengan kebutuhan. Edukasi :
1. melindungi kerusakan kornea
jika pasien tidak dapat menutup
mata dengan sempurna karena
edema atau fibrosis bantalan
lemak.

9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan


perubahan fungsi tubuh
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam
fungsi seksual kembali normal

Kriteria hasil :

• Klien mengakui adanya masalah atau kemungkinan masalah


dalam fungsi seksual.
• Klien mengungkapkan pemahaman mengenai penyebab
disfungsi seksual
• Klien mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan konseling.

27
• Klien menghidupkan kembali aktivitas seksual seperti sebelum
sakit.

Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri :
1. Sediakan lingkungan yang 1. Tindakan ini mendorong
tidak mengancam, dan klien untuk bertanya
dorong klien untuk tentang hal khusus yang
bertanya tentang berkaitan dengan keadaan
seksualitas pribadi. saat ini.

2. Berikan kesempatan klien 2. Tindakan ini


untuk mengungkapkan meningkatkan komunikasi
perasaan secara terbuka dan pemahaman diantara
dalam lingkungan yang klien dan beri asuhan.
tidak mengancam.

Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan klien untuk 1. Sediakan waktu dan
mendiskusikan keluhannya lingkungan yang kondusif
dengan suami atau istri untuk komunikasi antara
atau pasangan. klien dan suami atau istri
2. Sarankan rujukan ke atau pasangan untuk
konselor seksual atau berbagi keluhan dan
profesi terkait lainnya memperkuat hubungan
dalam mendapatkan 2. Untuk memberikan
panduan selanjutnya . sumber-sumber penunjang
lanjutan terapi bagi klien.

28
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan
peningkatan metabolism
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam gangguan pola tidur dapat di atasi
Kriteria hasil : klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
menghalangi atau mengganggu tidur.klien tidur 5-6 jam dimalam hari

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Berikan bantuan tidur kepada 1.Susu dan beberapa kudapan
klien, seperti bantal, mandi tinggi protein, seperti keju dan
sebelum tidur, makanan atau kacang, mengandung L-
minuman dan bahan bacaan. trytophan, yang dapat
mempermudah tidur. Higiene
pribadi secara rutin dapat
2.Ciptakan lingkungan tenang mempermudah tidur bagi
yang kondusif untuk tidur sejumlah klien.
contohnya, tutup gorden, 2.Tindakan ini dapat
sesuaikan pencahayaan atau tutup mendorong istirahat dan tidur
pintu. klien.
Kolaborasi :
1.Berikan pengobatan yang
diprogramkan untuk Kolaborasi :
meningkatkan pola tidur normal 1.Agenhipnotik memicu tidur:
klien. Pantau dan catat reaksi obat penenang menurunkan
yang tidak diharapkan. ansietas

Observasi :
1.Catat lamanya tidur klien
Observasi :

29
Edukasi : 1.Mengetahui perubahan
1.Berikan pendidikan kesehatan prosentase pola tidur
kepada klien tentang teknik
relaksasi seperti imajinasi Edukasi :
terbimbing, relaksasi oto 1.Upaya relaksasi yang
progresif, dan meditasi. bertujuan biasanya dapat
membantu meningkatkan tidur

Discharge planing :
1. Atur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein 3000-4000 kalori
2. Minum obat-obatan antitiroid secara teratur dan sesuai dosis
3. Hindari hal-hal pemicu terjadinya peningkatan hormon tiroid, contohnya:
mengkonsumsi makanan tinggi iodium

30
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi
dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme
adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang
dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam
manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan
hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak
pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun
(Black,2009).
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya
hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan
tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada di bawah nilai
optimal. (Smeltzer, 2002)

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari gangguan tiroid
yang sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis Sebagai seorang perawat
seharunya dapat memberikan asuhan keperawatan secara intensif mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi pada paien dengan gangguan
tiroid.

31
DAFTAR PUSTAKA

http://id.images.search.yahoo.com/search/images?p=hipertiroid&fr=chr-
greentree_gc&fr2=piv-web&ri=4&tab=organic&ri=4 di akses tanggal 26
maret 2014

Bararah, V.F., 2009. Waspadai Gejala Hipertiroid Pada Wanita.


www.healthdetik.com (Diakses tanggal 26 Maret 2014)
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 26
maret 2014)

32

Anda mungkin juga menyukai