HIPOTIROIDISME
OLEH:
KELOMPOK II
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya Makalah ini membahas Hipotiroidisme. Pada dasarnya makalah
ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
mahasiswa tentang Hipotiroidisme.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
1. Pengertian
2. Anatomi fisiologi
3. Epidiomiologi
4. Etiologi
5. Patofisiologi
6. Manifestasi klinis
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan medis
10.Pathway
A. Latar belakang
Hipotiroiddisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala – gejala kegaggalan tiroid. Keadaan ini
terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawa nilai optimal ( smeltzer, 2002)
Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki – laki dan
paling sering terjadi pada usia di antara 30 – 60 tahun. Di bedakan hipotiroidisme klinis
dan hipotiroidisme sup klinis. Hipotiroidisme klinis di tandai dengan kadar TSH tinggi dan
kadar fT4 rendah, sedangkan pada hipotiroidisme sub klinis I tandai dengan TSH tinggi
dan kadar fT4 normal, tanpa gejala tau ada gejala sangat minimal. Hipotiroidisme
merupakan kumpulan tanda dan gejala yang menifestasinya tergantung pada : usia pasien,
cepat tidaknya hipotiroidisme terjadi, da nada tidaknya kelainan lain ( Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, 2006 ).
Komplikasi yang terjadi apabila hipotiroidisme tidak diatasi dapat menyebabkan,
miksedema ( Engram, 1999 ).
Penggantian hormone – hormone tiroid seperti natrium levotiroksin ( Synthroid ),
natrium liotironin ( Cytomel ), dan diet rendah kalori merupakan penatalaksanaan dari
hipotiroidisme ( Enggram, 1999).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep asuhan keperawatan dengan masalah hipotiroidisme
C. Tujuan
Untuk memahami asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipotiroidisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah kondisi umum kekurangan hormon tiroid, yang mudah
didiagnosis dan ditangani tetapi berpotensi fatal pada kasus yang parah jika tidak ditangani.
Gejala yang paling umum pada orang dewasa adalah kelelahan, lesu, intoleransi dingin,
penambahan berat badan, sembelit, perubahan suara, dan kulit kering, tetapi gejala klinis
dapat berbeda dengan usia dan jenis kelamin, di antara faktor-faktor lain (Chaker et.al, 2017).
Hipotiroidisme adalah salah satu jenis penyakit tiroid. Hipotiroid berasal da kata ‘/
hipo" berarti "di bawah" atau "di bawah normal" yang berarti hipotiroid adalah keadaaan saat
tubuh memiliki kadar hormon tiroid yang di bawah normal. Pada penderita hipotiroidisme,
tiroid tidak menghasilkan cukup hormon tiroid untuk menjaga tubuh tetap berjalan normal.
Penyebab umum hipotiroidisme adalah penyakit autoimun, operasi pengangkatan tiroid, dan
pengobatan radiasi (ATA, 2019).
2. Anatomi Fisiologi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan yang terletak di anterior
cartilago thyroidhea dibawah laring setingi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra thorakalis
1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fasica cervicalis. Kelenjar tiroid memiliki
berat sekitar 25 gram namun setiap individu memiliki berat yang bervariasi. Kelenjar ini
memiliki lobus kelenjar yang berbentuk seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang ke
lateral ke garis oblig pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilage trachea
4-5. Setiap lobus ini memiliki ukuran 5x3x2 cm (Manurung, 2017).
Vaskularisasi kelenjar tiroid ini disuplay oleh arteri tiroid superior, inferior dan
terkadang juga arteri tiroidea ima dari arteri brachiocephalia atau cabang aorta.
Arterinya banyak dan cabangnya beranastomose pada permukaan dan dalam kelenjar. Selain
arteri kelenjar tiroid juga mempunyai 3 pasang vena utama yaitu vena thyroidea superior
yang bermuara di vena jugularis interna, vena thyroidea medialis yang bermuara di vena
jugularis interna, vena thyroidea inferior yang bermuara di vena anonyma kiri. Kelenjar
tiroid juga memiliki system persyarafan yaitu ganglion simpatis (cervicalis media dan
inferior) dan para simpatis yakni nervous laryngea superior, nervous laryngea recurrens
(cabang dari nervous vagus) (Manurung, 2017).
b) Fisiologi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolism. Kelenjar ini
akan menghasilkan dua hormone yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironium (T3).
Karakteristik T3 memiliki jumlah yang lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih
sedikit dalam pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak reseptor
dalam jaringan. Hal ini berkebalikan dengan tiroksin, tiroksin memiliki banyak reseptor
pada protein pengikat plasma di serum tetapi memiliki sedikit reseptor pada jaringan
(Manurung, 2017).
3. Epidemiologi
Prevalensi hipotiroidisme nyata pada populasi umum bervariasi antara 0-3% dan 3-7%
di AS dan antara 0-2% dan 5-3% di Eropa, bergantung pada definisi yang digunakan. Sebuah
studi meta-analisis di sembilan negara Eropa memperkirakan prevalensi hipotiroidisme yang
tidak terdiagnosis, termasuk kasus terang dan ringan, sekitar 5%. Perbedaan status yodium
mempengaruhi prevalensi hipotiroidisme, yang lebih sering terjadi pada populasi dengan
asupan yodium yang relatif tinggi dan pada populasi yang sangat kekurangan yodium.
Hipotiroidisme lebih sering terjadi pada wanita, pada orang tua(>65tahun),danpada individu
kulit putih, meskipun data tentang perbedaan etnis jarang ditemukan. Hipotiroidisme lebih
sering terjadi pada pasien dengan penyakit autoimun, seperti diabetes tipe 1, atrofi lambung
autoimun, dan penyakit celiac, dan dapat terjadi sebagai bagian dari beberapa endokrinopati
autoimun. Individu dengan sindrom Downs atau sindrom Turners memiliki peningkatan
risiko hipotiroidisme. Sebaliknya, merokok dan asupan alkohol sedang dikaitkan dengan
penurunan risiko hipotiroidisme (Chaker et.al, 2017).
4. Etiologi
Ada banyak alasan mengapa sel-sel di tiroid tidak dapat menghasilkan cukup hormon
tiroid. Berikut ini penyebab utamanya, dari yang paling umum hingga yang paling tidak
umum (ATA, 2019):
a) Penyakit Autoimun
Beberapa orang dengan nodul tiroid, kanker tiroid, atau penyakit Graves perlu
membuang sebagian atau seluruh tiroidnya. Hipotiroidisme terjadi ketika seluruh tiroid
diangkat atau ketika jaringan tiroid yang tersisa tidak lagi berfungsi dengan baik.
b) Operasi Pengangkatan Sebagian Atau Seluruh Tiroid
Beberapa orang dengan nodul tiroid, kanker tiroid, atau penyakit Graves perlu
membuang sebagian atau seluruh tiroidnya. Hipotiroidisme terjadi ketika seluruh tiroid
diangkat atau ketika jaringan tiroid yang tersisa tidak lagi berfungsi dengan baik.
c) Pengobatan Radiasi
Beberapa orang dengan penyakit Graves, gondok nodular, atau kanker tiroid diobati
dengan yodium radioaktif (131I). Yodium radioaktif menghancurkan tiroid, yang dapat
menyebabkan hipotiroidisme. Penyakit Hodgkin, limfoma, atau kanker kepala atau leher
diobati dengan radiasi yang dapat merusak tiroid dan menyebabkan hipotiroidisme.
d) Hipotiroidisme Bawaan (Congenital Hipotiroidisme)
Sekitar 1 dari 4.000 bayi setiap tahun lahir tanpa tiroid atau dengan tiroid yang terbentuk
sebagian. Beberapa bayi memiliki sebagian atau seluruh tiroidnya di tempat yang salah (tiroid
ektopik). Pada beberapa bayi, sel tiroid atau enzimnya tidak berfungsi dengan benar atau
dipengaruhi oleh obat yang diminum oleh ibu. Di negara lain, tiroid mungkin membuat
cukup hormon untuk sementara waktu tetapi kemudian berhenti berfungsi saat anak
bertambah besar atau menjadi dewasa. Di Amerika Serikat, semua anak diuji saat lahir untuk
hipotiroidisme.
e) Tiroiditis
Tiroiditis adalah peradangan tiroid. Biasanya disebabkan oleh serangan autoimun
(seperti penyakit Hashimoto, tiroiditis pascapartum, atau tiroiditis diam) atau oleh infeksi
virus. Tiroiditis dapat membuat tiroid melepaskan seluruh persediaan hormon tiroid yang
disimpan ke dalam darah sekaligus, menyebabkan terlalu banyak hormon tiroid untuk jangka
waktu yang singkat (hipertiroidisme). Setelah seluruh hormon yang disimpan dilepaskan,
tiroid yang rusak tidak dapat memproduksi lebih banyak dan menjadi kurang aktif.
Kebanyakan orang dengan tiroiditis memulihkan fungsi tiroid mereka, tetapi hingga
seperempat orang akan mengalami hipotiroidisme permanen.
f) Obat-obatan
Beberapa obat dapat mengganggu kemampuan tiroid untuk membuat hormon tiroid,
yang menyebabkan hipotiroidisme. Litium adalah salah satu obat paling umum yang
menyebabkan hipotiroidisme. Obat lain yang dapat menyebabkan hipotiroidisme adalah
amiodarone, interferon alpha, dan interleukin-2. Semua obat ini kemungkinan besar memicu
hipotiroidisme pada orang yang memiliki kecenderungan genetik untuk penyakit tiroid
autoimun. Obat baru yang digunakan dalam pengobatan kanker, seperti ipilimumab,
pembrolizumab, dan nivolumab, dapat memicu produksi antibodi tiroid dan menyebabkan
hipotiroidisme autoimun.
g) Terlalu Sedikit atau Terlalu Banyak Yodium
Tiroid harus mengandung yodium untuk membuat hormon tiroid. Yodium masuk ke
tubuh dalam makanan, terutama produk susu, ayam, daging sapi, babi, ikan, dan garam
beryodium. Yodium kemudian mengalir melalui darah ke tiroid. Menjaga produksi hormon
tiroid tetap seimbang membutuhkan jumlah yodium yang tepat. Orang yang tinggal di bagian
dunia yang belum berkembang mungkin tidak mendapatkan cukup yodium dalam makanan
mereka. Di seluruh dunia, kekurangan yodium adalah penyebab paling umum dari
hipotiroidisme, meskipun ini jarang terjadi di A.S. Terlalu banyak yodium juga dapat
menyebabkan atau memperburuk hipotiroidisme. Sumber utama dari terlalu banyak yodium
adalah suplemen makanan yang mengandung kelp, sejenis rumput laut. Sebagian besar
suplemen ini dijual dengan janji palsu membantu orang menurunkan berat badan. Sumber
lain dari terlalu banyak yodium adalah pewarna yang digunakan dalam CT scan dan obat-
obatan seperti amiodarone.
h) Kerusakan Pada Glan Hipofisis
Kelenjar pituitari memberi tahu tiroid berapa banyak hormon yang harus dibuat. Jika
kelenjar pituitari rusak karena cedera, tumor, radiasi, atau pembedahan, kelenjar ini mungkin
tidak lagi dapat memberikan instruksi yang benar kepada tiroid dan tiroid mungkin berhenti
memproduksi cukup hormon (ATA, 2019).
5. Patofisiologi / Clinical Pathway
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau gangguan pada
respon jaringan terhadap hormon tiroid (Decroli, 2018).
Sintesis hormon tiroid diatur sebagai berikut :
a) Hipotalamus mensitesis dan mensekresika TRH yang merangsang hipofisis
anterior
b) Hipofisis anterior mensitesis dan mensekresikan tirotropin (thyroid stimulating
hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid
c) Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (triiodothyronini = T3 dan
tetraidothyronin = T4 = thyroxin) yang merangsang metabolisme jaringan
meliputi : konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi saraf, metabolisme
protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin, serta kerja hormon-hormon
lainnya.
Dalam darah hampir semua hormon tiroid (99,97%) terikat pada protein plasma
seperti thyroxine-binding globulin, dan hanya hormon tiroid bebas yang tidak terikat secara
biologis aktif.
Kelenjar tiroid adalah satu-satunya smber hormon tiroid dalam tubuh. Prosesnya
membutuhkan yodium dan tirosin asam amino. Yodium dalam aliran darah diambil oleh
kelenjar dan dimasukkan ke dalam molekul tiroglobulin. Prosesnya dikendalikan oleh
tirotropin yang disekresikan oleh hiposfisis. Jika yodium atau TSH tidak cukum bisa
mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid.
Sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid (hypothalamic-pituitary-thyroid axis) memainkan
peran penting dalam menjaga kadar hormon tiroid dalam batas normal. Produksi TSH oleh
kelenjar hipofisis anterior dirangsang oleh TRH yang disekresikan oleh hipotalamus.
Produksi TSH dan TRH mengalami penurunan akibat peningkatan kadar tiroksin melalui
proses umpan balik negatif. Rendahnya kadar TRH, walaupun jarang terjadi, dapat
menyebabkan rendahnya kadar TSH sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon
tiroid (Decroli, 2018).
6. Manifestasi Klinik
Hipotiroidisme memiliki berbagai gejala. Banyak dari gejala ini sering disalahartikan
dengan kondisi kesehatan lainnya. Ketika kadar hormon tiroid terlalu rendah, sel-sel tubuh
tidak bisa mendapatkan cukup hormon tiroid. Ini menyebabkan proses tubuh mulai
melambat. Misalnya, tubuh membuat lebih sedikit panas dan tubuh memiliki lebih sedikit
energi, menyebabkan organ seperti otak dan usus berkerja lebih lambat. Saat tubuh
melambat, tubuh merasakan lebih dingin, lebih mudah lelah, kulit semakin kering, menjadi
pelupa dan depresi, dan mengalami sembelit. Gejala hipotiroidisme biasanya muncul
perlahan selama beberapa bulan atau tahun. Namun, beberapa orang mengembangkan gejala
hipotiroidisme dengan cepat selama beberapa bulan. Secara umum, semakin rendah kadar
hormon tiroid, semakin parah gejala pada tubuh. Hipotiroidisme subklinis (ringan) dapat
menyebabkan gejala ringan atau tanpa gejala sama sekali. Hipotiroidisme parah biasanya
menyebabkan gejala yang lebih parah (ATA, 2019).
Tanda dan Gejala Umum Hipotiroidisme (ATA, 2019):
a) Memiliki sedikit energi
b) Sering kelelahan, sulit bangun di pagi hari, perlu lebih banyak tidur, dan
kecenderungan untuk tertidur di siang hari
c) Merasa kedinginan saat orang lain merasa hangat
d) Berkeringat lebih sedikit
e) Kulit lebih kering dan gatal
f) Rambut lebih kering, kasar, dan rapuh
g) Lebih banyak rambut rontok (jumlahnya berbeda pada orang yang berbeda; pasien
tidak mengalami kebotakan tetapi rambut mereka terlihat tipis)
h) Kehilangan nafsu makan
i) Pertambahan berat badan ringan (5-20 pon) dan kesulitan menurunkan berat
badan (hipotiroidisme tidak menyebabkan obesitas)
j) Memiliki ingatan yang buruk,lebih lambat berpikir
k) Mendengkur
l) Kram otot dan nyeri sendi
m) Kesemutan di tangan dan kaki (paresthesia)
n) Sembelit
o) Bengkak di sekitar wajah (terutama mata), tangan, pergelangan kaki, dan kaki
karena penumpukan cairan
p) Carpal Tunnel Syndrome
q) Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih sering, sering kram, meningkatnya
gejala pramenstruasi, keluarnya cairan susu dari payudara
r) Merasa mudah tersinggung
s) Depresi dan tidak peduli tentang apa pun
t) Suara serak
u) Gangguan pendengaran
v) Gondok (bengkak di depan leher, akibat pembesaran tiroid)
w) Memperlambat detak jantung
x) Tekanan darah sedikit lebih tinggi
y) Kadar kolesterol yang lebih tinggi
z) Keterlambatan pertumbuhan pada anak-anak
Jika Anda menderita hipotiroidisme, Anda mungkin juga mengalami perubahan tubuh
yang tidak dapat Anda rasakan. Misalnya, Anda mungkin tidak tahu bahwa kolesterol
menumpuk di darah Anda atau bahwa plak mengeras arteri Anda, yang keduanya dapat
meningkatkan risiko serangan jantung. Hipotiroidisme tidak hanya menyebabkan gejala; itu
dapat memperburuk kondisi kesehatan lainnya (ATA, 2019).
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut ATA, 2019 pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
klien terkena hipotiroid atau tidak yakni :
1. TSH Test
TSH (hormon perangsang tiroid) adalah tes yang paling penting dan sensitif untuk
mendiagnosis dan memantau hipotiroidisme. TSH adalah tes darah sederhana yang
mengukur berapa banyak T4 yang diminta untuk dibuat oleh tiroid. Cara yang bermanfaat
untuk memikirkannya adalah bahwa TSH memberi tahu kita seberapa puas tubuh Anda
dengan jumlah hormon yang diproduksi tiroid Anda. Tes TSH tinggi yang tidak normal
mungkin berarti Anda menderita hipotiroidisme.
Di sebagian besar laboratorium, kisaran normal untuk TSH adalah sekitar 0,4 mU / L
hingga 4,0 mU / L, tetapi jumlah pasti di bagian bawah dan atas kisaran akan sedikit berbeda.
Jika TSH mengukur di atas 4,0 mU / L pada tes pertama dan tes ulangan, ini mungkin
mengindikasikan hipotiroidisme. Kebanyakan orang yang tiroidnya berfungsi biasanya
memiliki TSH antara 0,4 mU / L dan 4,0 mU / L. Kisaran ini mungkin lebih rendah pada
wanita hamil dan lebih tinggi pada orang tua. Jika TSH Anda antara 2,5 dan 4,0 mU / L,
dokter Anda mungkin ingin menguji darah Anda untuk antibodi anti-tiroid peroksidase (anti-
TPO). Jika Anda memiliki antibodi ini, Anda mungkin memiliki kelainan tiroid autoimun
yang merupakan faktor risiko berkembangnya hipotiroidisme. Jika demikian, Anda harus
mengulang tes TSH setidaknya setahun sekali. Tidak perlu mengulangi tes anti-Tp yang
positif. Beberapa dokter mungkin ingin mengevaluasi kembali tes anti-TPO negatif yang
dilaporkan sebelumnya sehubungan dengan kehamilan.
2. T4 Test
T4 (tiroksin) diproduksi oleh kelenjar tiroid. T4 bebas dan indeks T4 bebas adalah tes
darah sederhana yang membantu mengetahui bagaimana tiroid Anda berfungsi saat
dikombinasikan dengan tes TSH.
3. T3 Test
Sementara tes T3 sering berguna untuk mendiagnosis hipertiroidisme, tes T3 jarang
membantu pasien hipotiroid, karena ini adalah tes terakhir yang menjadi abnormal. Pasien
dapat menjadi hipotiroid berat dengan TSH tinggi dan FT4 atau FTI rendah, tetapi T3
normal.
4. Larangan untuk mengkonsumsi Biotin sebelum test
Biotin, suplemen yang biasa dikonsumsi secara bebas, dapat menyebabkan hasil dari
beberapa tes fungsi tiroid terlihat abnormal, padahal sebenarnya dalam darah normal. Biotin
tidak boleh diminum selama 2 hari sebelum darah diambil untuk pengujian fungsi tiroid. Beri
tahu penyedia Anda jika Anda mengonsumsi suplemen yang mengandung biotin.
8. Penatalaksanaan Medis
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin sebelumnya, dilakukan
penilaian status fungsional tiroidnya. Selain dapat diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik, dapat pula dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada pasien yang baru dicurigai
adanya hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan pemeriksaan konsentrasi FT4
dan TSH, juga perlu ditentukan apakah hipotiroidismenya tersebut ringan, sedang atau berat.
Pada hipotiroidisme yang berat, ditandai adanya koma miksedema, gangguan status mental,
gagal jantung atau konsentrasi hormon tiroksin yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi
ditunda sampai kondisi hipotiroidisme beratnya teratasi. Hipotiroidisme diobati dengan
menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat
mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid
yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah,
karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus
diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik
sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor
susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.Penggantian
hormon tiroid : levotiroksin ( Syinthroid), liotironin (Cytomel), tiroglobulin, liotrix
(Thyrolar), aktivitas : berhati-hati dengan olahraga kontak atau pekerjaan fisik yang berat dan
monitoring tanda vital, asupan / keluaran cairan dan hasil laboratorium (kadar T3, T4 dan
Natrium).
9. Pathway
Gangguan
tumbuh
Gangguan kembang
Integritas Perfusi
Kulit Perifer
Tidak -Intoleransi
aktivitas
hipotermi
Nyeri Akut
-keletihan
Penurunan curah
jantung
Disfungsi seksual
BAB II Asuhan Keperawatan Pada Tn,J
A. PENGKAJIAN
i. Identitas Klien
Nama : Ny,JC
Umur : 54
Jenis kelamin :P
Alamat : foentin
Pendidikan : SMA
Dx medis :
a) Keluhan utama : klien merasa ada benjolan dileher sebelah kiri dan, adanya
benjolan dileher sebelah kiri kira-kira 3cm, jika menunduk leher terasa kaku dan
menganjal
c) Keluhan saat dikaji : saat dikaji klien mengatakan merasa kedinginan dan mengira
dirinya sedang mengalami depresi ringan, saat dikaji ditemukan juga adanya goiter
(pembesaran kelenjar tiroid) , klien juga tampak meringis
1. Penyakit yang pernah di alami : klien mengatakan bahwa dia tidak perna mengalami
penyakit sebelumnya
2. Riwayat elergi : klien mengatakan bahwa tidak mempunyai riwayat alergi apa pun
Genogram ( 3 generasi )
a. Sebelum sakit :
Makan :
Frekuensi : 3x/hari
Minum
Frekuensi : 8 gelas/hari
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
Konsistensi : Lunak
Frekuensi : 6 x sehari
Lain – lain : --
BAK : 2x sehari
a. Sebelum sakit
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
a. Sebelum sakit :
6. Pola persepsual
a. Sebelum sakit :
Pengelihatan :
Pendengaran :
Fungsi pendengaran : normal telinga kiri : normal telinga kanan :
Normal
Penciuman :
Pengecapan :
Perabaan :
a. Sebelum sakit :
Konsep diri :
Lain – lain :
a. Sebelum sakit
Hubungan seksual :
() fertilitas :
() libido :
() ereksi :
() lain-lain :
Menstruasi :
Penggunaan kontrasepsi :
a. Sebelum sakit :
Komunikasi :
Dukungan keluarga :
Dukungan teman/kelompok/masyarakat :
a. Sebelum sakit
Pengambilan keputusan :
Lain – lain:
a. Sebelum sakit
4. Mata :ishokor,simetris,
Inspeksi :
Palpasi :
8. Dada :
Perkusi :sonor
Auskultasi :vesikuler
9. Abdomen :
Inspeksi :warna kulit sawo matang,tidak ada kemerahan,dan kekuningan tidak ada
bekas luka,perut datar dan simetris
11. Ekstremitas :
Atas:
Bawah :
viii. Pengobatan
C. Diagnosa keperawatan
1. nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis(mis.inflamasi,iskemia,neoplasma.)
2. keletihan b.d kondisi fisiologis (mis.penyakit kronis,penyakit
terminal,anemia,malnutrisi,kehamilan.)
D. intervensi keperawatan
Tangg
diagnosa SLKI SIKI
al
1. nyeri akut b.d Tingkat nyeri Manejemen nyeri
agen (L.08066) (I.08238)
pencedera Setelah diaklkukan observasi
fisiologis(mis tindakan keperawatan identifikasi skala nyeri
.inflamasi,isk 1x24 jam diharapkan identifikasi lokasi,
emia,neoplas tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
ma.) dengan kriteria hasil frekuensi,kualitas,
(D.0077) keluhan nyeri intensitas nyeri
(menurun 5) identifikasi factor yang
meringis memperberat dan
menurun memperingan nyeri
sikap protektif monitor efek samping
menurun pengguanaan analgetik
gelisah menurun terapeutik
kesulitan tidur berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
mengurang rasa nyeri
(misalnya :
TENS,hypnosis,akupresu
r, terapi
musik,biofeedback,terapi
pijat,aroma terapi,teknik
imajinasi
terbimbing,kompres
hangat atau dingin, terapi
bermain)
edukasi
jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
jelaskan strategi
meredakan nyeri
anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
anjurkan mengguanakan
analgetik secara tepat
kolaborasi
kolaborasi pemberian
analgeti, jika perlu
2. keletihan b.d Tingkat keletihan Edukasi aktivitas/istirahat
kondisi (L.05046) (I.12362)
fisiologis Setelah diaklkukan observasi
(mis.penyakit tindakan keperawatan identifikasi kesiapan dan
kronis,penya 1x24 jam diharapkan kemampuan menerima
kit tingkat keletihan informasi
terminal,ane meningkat dengan terapeutik
mia,malnutris kriteria hasil: sediakan materi dan
i,kehamilan.) verbalisasi media pengaturan
(D.0057) kepulihan energi aktifitas dan istrahat
meningkat (5) jadwalkan pemberian
tenaga meningkat pendidikan sesuai
(5) kesepakatan
kemampuan berikan kesempatan
melakukan kepada pasien dan
aktifitas rutin keluarga untukk bertanya
meningkat (5) edukasi
verbalisasi lelah Elaskan pentingnya
menurun (5) melakukan aktifitas
lesu menurun (5) fisik/olahraga secara
rutin
Anjurkan terlibat dalam
aktifitas kelompok,
aktifitas bermain/
aktifitas lainnya
Anjurkan menyusun
jadwal aktifitas dan
istrahat
Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istrahat (mes,
kelelahan, sesak napas
saat aktifitas)
Ajarkan cara
mengidentifikasi target
dan jenis aktifitas sesuai
kemampuan
analgetik anjuran
penggunaan analgetik O:
Terapeutik: Pasien
tampak
Memberikan teknik mengerti
nonfarmakologis untuk dan
mengang
mengurang rasa nyeri
upkan
(misalnya : kepala
TENS,hypnosis,akupresur, serta
banyak
terapi bertanya
musik,biofeedback,terapi pada saat
perawat
pijat,aroma terapi,teknik
menjelas
imajinasi kan
terbimbing,kompres A:
Nyeri
hangat atau dingin, terapi
akut
bermain) akibat
penceder
a
edukasi fisiologis
belum
menjelaskan teratasi
P
penyebab,periode,dan
Intervens
pemicu nyeri i
dilanjutk
menjelaskan strategi
an
meredakan nyeri 1,2,3,4
dan 5
menganjurkan memonitor dilanjutk
nyeri secara mandiri an
menganjurkan
mengguanakan analgetik
secara tepat
kolaborasi
mengkolaborasi pemberian
analgeti,