UROLITIASIS
Disusun oleh :
Kelompok I
Kelas A/4
KUPANG
2022
DAFTAR ISI
KATA PENGNTAR………………………………………………………………..
DAFTARISI....……………………………………………………………..............
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……….....……………………………….................................
1.2 Rumusan Masalah…………………..………………………...........................
1.3 Tujuan………………………………...……….................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A : DEFINISI
2.2 Klasifikasi……………………………………………………………............
2.3 Etiologi…………………………………………………………….................
2.4 Patofisiologi…………………………………………………………….........
2.5 Patway………………………………………………......................................
2.6 Manifestasi Klinik…………………………………………...........................
2.7 Komplikasi……………………………………………………………...........
2.8 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………..........
2.9 Penatalaksanaan ……………………………………………………….........
BAB III : ASKEP TEORI
B: Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Urolitiasis
3.1 Pengkajian Keperawatan …………………………………………… ......
3.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………..
3.3 Intervensi Keperawatan…………………………………………….......
3.4 Implementasi Keperawatan…………………………………………….
3.5 Evaluasi Keperawatan…………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
!
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun Asuhan
Keperawatan ini tepat pada waktunya.Asuhan Keperawatan ini membahas
Urolitiasis. Pada dasarnya ini disusun dengan tujuan untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang Urolitiasis.
Penulis menyadari bahwa Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.kritik konstruktif
dari pembaca sanagat penulis harapkan untuk penyempurnaan Asuhan
Keperawatan selanjutnya. Akhir kata semoga Asuhan Keperawatan ini dapat
memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Penulis
!!
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu saluran kemih adalah batu yang terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu
uretra, dan batu kandung kemih. Komposisi dari batu saluran kemih ini bisa terdiri
dari batu kalsium, batu struvit, batu asam urat dan batu jenis lainnya yang
didalamnya terkandung batu sistin, batu Xanthin, dan batu silikat. Penyebab
tersering terjadinya batu saluran kemih ini adalah sumbatan pada saluran kemih
baik itu terjadi secara herediter maupun karena factor dari luar. (Purnomo, 2011
ed.3).
Penyakit batu saluran kemih ini sudah dikenal sejak zaman babilonia dan
zaman mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukannnya batu pada
kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh
dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak
diberbagai belahan dunia. Dinegara-negara berkembang banyak dijumpai pasien
dengan batu kandung kemih sedangkan dinegara majulebih banyak dijumpai
penyakit batu saluran kemih bagian atas, hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
status gizi da aktivitas pasien sehari-hari. (Purnomo, 2011 ed.3) .
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan urolitiasis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) Batu Kalsium
Batu Kalsium in ijenis batu yang banyak di jumpai dan Merupakan tampilan
ion yang besar dalam kristal kemih. Hanya 50% dari kalsium plasma yang terionisasi
dan tersedia untuk difiltrasi diglomerulus.
Lebih dari95% Kalsium difiltrasi diglomerulus kemudian direabsorbsi kembali
dikedua tubulus proksimal dan distal tubulus dan Jumlahnya terbatas di tubulus
pengumpul.
2) Batu Asam Urat
Batu asam urat terdiri atas asam urat murnidan Sisanya merupakan campuran
kalsium oksalat. Penyakit Batu asam urat banyak diderita oleh klien-klien penyakit
Gout,penyakit mieloproliferatif,klien yang mendapatkan terapi anti kanker,dan yang
banyak mempergunakan obat Urikosurik di antaranya adalah
sulfinipirazone,thiazide,dan Salisilat. Kegemukan,peminumalkohol,dan diet tinggi
Protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk kendapatkan penyakit ini.
3) Batu Struvit
4) Batu Sistin
Batu ini jarang Dijumpai (tidak umum,berwarna kuning jeruk dan berkilau).
Sedang kristal sistin di air kemih tampak seperti plat segi enam,sangat sukar larut
dalam air. Bersifat radioopak karena mengandung sulfur.
5) Batu Xiantin
Batu Xantin sangat jarang terjadi bersifat herediter Karena defisiens ixantin
oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alopurinol yan gberlebi
enzim normalnya dikatalisasi dan dioksidasi dari Hypoxantin menjadi xantin dan dari
xantin kemudian diproses menjadi asam urat. Gambaran batunya biasanya adalah
radiolusen dan berwarna kuning.
2.3 Anatomi fisiologi
Saluran kemih dibagi menjadi dua bagian: saluran kemih bagian atas dan
saluran kemih bagian bawah. Pembentuknya terdiri dari ginjal dan ureter, sedangkan
saluran kemih bagianbawah terdiri dari kandung kemih dan uretra.
1. Ginjal
Merupakan organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperiotoneal bagian
atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial.
Cekungan ini disebut sebagi hilusrenalis, yang didalamnya terdapat apeks pelvis renalis
dan struktur lain yang merawat ginjal yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan
sistem saraf. Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang
menghubungkan ginjal dengan kandung kemih.
2. Ureter
Merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang berjalan dari hillus ginjal menuju
distal dan kemudian bermuara pada kandung kemih. Ureter terdiri dari 2 saluran pipa di
sebelah 29 kanan dan kiri yang menghubungkan ginjal kanan dan kiri dengan kandung
kemih. Ureter memiliki panjang sekitar 20 - 30 cm dengan diameter rata - rata sekitar
0,5 cm dan diameter maksimal sekitar 1,7 cm yang berada di dekat kandung kemih.
3. Kandung kemih
Merupakan organ berongga yang terletak di rongga pelvis di bagian posterior
symphisis pubis. Lapisan jaringannya memiliki struktur yang sama seperti ureter.
Ketika kosong bentuknya seperti balon yang tidak berisi udara. Ketika berisi sedikit
penuh bentuknya seperti sphere. Semakin terisi oleh urin kandung kemih akan
berkembang menjadi seperti buah pir yang menonjol ke arah rongga abdomen.
4. Urethra
Uretra pria laki-laki dan wanita memiliki struktur yang berbeda. Pada pria, urethra
memiliki panjang 18-20cm, dibagi menjadi: urethra pars preprostatica, urethra pars
prostatica, urethra pars membranasea (intermediate), dan urethra pars cavernosa
(spongy). Pada wanita, urethra lebih pendek dan ditutupi oleh transitional epithelium
dan stratified squamous epithelium. Urethra wanita mempunyai panjang sekitar 2,5-4
cm sehingga tidak dibagi (Mahdevan, 2019).
2.4 Etiologi
Urolithiasis adalah penyakit batu saluran kemih yang dapat ditemukan di
sepanjang saluran perkemihan. Sekitar 97% batu kemih ditemukan di ginjal dan ureter
(batu ginjal), sisanya 3% di kandung kemih dan uretra. Ukuran batu saluran kemih
berkisar dari mikrometer hingga beberapa sentimeter dalam diameter. Penyakit batu
saluran kemih sering tidak diperhatikan dalam waktu lama periode sebelum individu
memanifestasikan diri mereka sendiri bahwa ada gejala yang seringkali sangat
menyakitkan (Fisang, et al., 2015).
Seperti gaya hidup, obesitas, kebiasaan makan . Urolithiasis adalah penyakit
multifaktorial akibat interaksi kompleks antara faktor eksogen seperti lingkungan dan
faktor endogen seperti genetik. Faktor lingkungan, seasi, serta kondisi air yang
cenderung terdapat butiran pasir, telah terlibat dalam perkembangan urolitiasis,
sedangkan hormonal, faktor genetik atau anatomis mungkin juga mempengaruhi
patogenesisnya. Lebih dari 80% penderita batu ginjal menderita urolithiasis yang
disebabkan oleh kalsium oxalate dan asam urat.
Meskipun urolithiasis adalah penyakit yang dikenal sejak zaman kuno, bahkan
sekarang banyak peneliti mencoba untuk menjelaskan mekanisme pembentukan batu
ginjal kalsium oksalat dan asam urat. Mekanisme fisiokimia pembentukan batu melalui
presipitasi, pertumbuhan, agregasi, nukleasi, pembentukan retensi kristal merupakan
pemicu terjadinya Urolithiasis (Yasui, et al., 2017).
2.5 Patofisiologi
Sistem urinaria adalah sistem organ yang berfungsi untuk menyaring dan
membuang zat limbah dengan cara menghasilkan urine. Jika fungsi sistem ini
terganggu, limbah dan racun bisa menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan. Sistem 30 urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal,
kandung kemih, ureter, dan juga uretra (saluran kencing). Setiap bagian dalam sistem
urinaria memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Melalui saluran kemih, urine
yang membawa limbah dan racun akan dikeluarkan dari dalam tubuh.
Fungsi utama ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah, menyaring zat
limbah atau sisa metabolisme tubuh, menghasilkan hormon yang berfungsi untuk
mengendalikan tekanan darah dan produksi sel darah merah, serta mengatur pH atau
tingkat keasaman darah. Ureter adalah bagian dari sistem urinaria yang berbentuk
menyerupai saluran pipa atau tabung. Ureter berfungsi untuk mengalirkan urine dari
masing-masing ginjal untuk ditampung di kandung kemih. Organ yang berada di dalam
perut bagian bawah ini bertugas menyimpan urine. Jika kandung kemih sudah terisi
penuh oleh urine, akan timbul dorongan untuk buang air kecil. Kandung kemih orang
dewasa mampung menampung urine hingga 300–500 ml. Uretra atau saluran kencing
adalah saluran yang menghubungkan antara kandung kemih ke
Patofisiologi Pembentukan batu saluran kemih adalah prosedur kompleks yang
mencakup gangguan biokimiawi urin yang merangsang terjadinya nukleasi kristal dan
agregasi. Gangguan penyerapan magnesium pada 31 usus berperan dalam pembentukan
kalsium oksalat. Memang, penyimpangan saluran kemih yang mempengaruhi
perkembangan batu disebabkan oleh meliputi terus-menerus rendah pH urin yang
rendah (faktor utama), hiperurikosuria (kadar asam urat urin harian melebihi 850 mg /
hari), volume urine yang rendah, dan penghambat makromolekul kristalisasi.
a. Ph urin rendah
Urolithiasis biasanya dikaitkan dengan penurunan pH urin yang persisten. Hampir
semua pasien dengan batu asam urat menunjukkan pH urin yang terus-menerus rendah.
PH urin yang rendah diduga dapat memicu kalkulasi asam urat melalui kimia asam basa
basa dan kelarutan asam urat.
b. Hiperurikosuria
Hiperurikosuria dengan pH urin yang teratur juga dapat menyebabkan
pembentukan batu bercampur yang terdiri dari monosodium urat dan kalsium oksalat.
Meskipun urat sebagian besar lebih mudah larut daripada asam urat, dapat dicatat
bahwa tidak demikian. Monosodium urat pada kadar tinggi mengendap dari larutan dan
diduga menghasilkan kristalisasi kalsium oksalat melalui keduanya. Hiperurikosuria
sebagian besar berasal dari kelalaian nutrisi, mespkipun mutasi di saluran monosodium
urat dapat menyebabkan hiperurikosuria hipourikemia ginjal kongenital.
c. Volume urin rendah
Pengeluaran urin yang berkurang menyebabkan peningkatan konsentrasi zat
terlarut dalam urin. Konsentrasi urat yang tinggi dapat mengakibatkan pengendapan
asam urat dan monosodium urat sebagai akibat dari kelarutan asam urat yang terbatas.
Akibatnya, batu asam urat banyak ditemukan di daerah tropis dan lingkungan panas.
d. Penghambat makromolekul kristalisasi
Urin mengandung faktor-faktor yang menghambat pembentukan kristal yaitu
kristalisasi asam urat dan pembentukan kalkulus. Sur-factant urin, glikoprotein dan
glikosaminoglikan (GAGs) memiliki efek penghambat pada kristal asam urat. Studi
menunjukkan tingkat GAGs yang secara signifikan lebih rendah dalam urin dari
pembentuk asam urat.
Faktor keluarga, genetik dan lingkungan mempengaruhi pembentukan batu
saluran kemih. Gen ZNF365 yang terletak pada chromo-some 10q21-q22 dilaporkan
terkait dengan asam urat urolithi-asis. Meskipun DNA ini mengkodekan empat macam
protein melalui penyambungan pengganti, hanya satu petunjuk untuk kemajuan batu
asam urat (Abou-Elela, 2017).
2.6 Patway Urolitiasis
BATU Kalsifikasi
Sedimen
2.8 Komplikasi
Komplikasi Banyak komplikasi yang mungkin timbul dari urolitiasis terutama
jika ada keterlambatan dalam diagnosis atau pengobatan yang tidak tuntas.
Komplikasi Urolithiasis meliputi :
a. Obstruksi
Yaitu Suatu kondisi tersumbatnya saluran kemih secara fungsional atau anatomis
karena berbagai macam penyebab, sehingga akan terjadi gangguan aliran urin dari
proksimal ke distal.
b. Uremia
Yaitu kondisi berbahaya yang terjadi ketika ginjal tidak lagi menyaring dengan
baik. Ini mungkin terjadi ketika seseorang berada pada stadium akhir penyakit ginjal
kronis.
c. Sepsis
Yaitu suatu komplikasi infeksi yang mengancam jiwa. Sepsis terjadi ketika bahan
kimia yang dilepaskan di dalam aliran darah untuk melawan infeksi memicu
peradangan di seluruh tubuh. Dapat menyebabkan berbagai perubahan yang merusak
beberapa sistem organ, menyebabkan kegagalan organ, terkadang bahkan
mengakibatkan kematian.
d. Pielonefritis kronis
Ditandai dengan peradangan dan fibrosis ginjal yang disebabkan oleh infeksi
berulang atau persisten ginjal, vesicoureteral refluks (aliran kencing yang mengarah
balik ke ginjal), atau penyebab lain dari obstruksi saluran kemih.
KASUS UROLITIASIS
2.1 Pengkajian
DX Medis : Urolitiasis
No MR : 43xxxxx
Jam : 10:00 WIB
I. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. S
Tempat/Tgl Lahir : Naipanaf,23 Mei 1994
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Nasipanaf
sts Perkawinan : Sudah Menikah
Agama/Suku : Kristen./Timor
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Dx medis : Urolitiasis
Genogram (3 generasi):
Laki-laki
Perempuan
pasien
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
• Buang Air Besar :
✓ Frekuensi : 3 x/hari, Penggunaan laktasif : tidak di kaji
✓ Konsistensi : lembap
✓ Karakter feses : lunak BAB terahir : sore
✓ Riwayat Perdarahan : tidak dikaji hemoroid :tidak di kaji
✓ Konstipasi : tidak mengalami bab Diare : tidak dikaji
• Buang air Kecil
✓ Frekuensi : 4 x/hari
✓ Produksi : 1-8 gelas / hari
✓ Warna : kuning, Bau : khas
✓ Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : klien mengatakan tidak merasakan ada nyeri
pada saat buang air kecil
Kemampuan 0 1 2 3 4
perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di
tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/
ROM
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di
tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
1. Pola Persepsual
a. Sebelum sakit :
Penglihatan :
Fungsi penglihatan :normal
Lapang pandang : normal
Gangguan Fungsi : klien mengatakan tidak ada gangguan pada
penglihatan
Pendengaran:
Fungsi Pendengaran: normal, tidak mengguanakan alat bantu
dengar
Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
pendengaran
Penciuman:
Fungsi Penciuman: normal, mampu mencium aroma
Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
penciuman
Pengecapan:
Fungsi Pengecapan: normal
Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
pengecapan
Perabaan:
Fungsi Perabaan: mengenali rangsang (benda tumpul, tajam,
halus)
Kelainan Fungsi : klien mengatakan tidak ada kelainan pada
perabaan
b. Perubahan setelah sakit : klien mengatakan tidak ada perubahan pada pola
persepsual setelah sakit
2. Mata
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri,
Palpasi : Tidak adanya massa atau benjolan
3. Telinga
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4. Hidung :
Inspeksi : Simetris, tidak ada secret.
Palpasi : Tidak ada benjolan
6. Dada :
Inspeksi : Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada
pembesaran pada jantung.
Palpasi : Tidak ada pembengkakan/benjolan tetapi ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi suara jantung redup
Auskultasi : bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada
bunyi tambahan, Teratur dan tidak ada bunyi tambahan
seperti mur-mur dan gallop
7. Abdomen
Inspeksi : Perut datar simetris antara kanan dan kiri
Auskultasi : Bising usus
Palpasi : Adanya nyeri pada bekas luka operasi
perkusi : Timpani
8. Genitalia
Inspeksi : Tidak dikaji
Palpasi : Tidak dikaji
9. Ekstermitas
Inspeksi : Tangan (kiri, kanan normal) kaki (kiri normal), luka
Palpasi : Tidak ada nyeri
VIII. Pengobatan
(KELOMPOK UROLIIASIS )
3.2 Diagnosa keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ( prosedur operasi ) d.d
pasien mengeluh nyeri
b) Ganguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d pasien mengatakan kesulitan bergerak
ekstremitas karna nyeri luka post operasi.
DO :
- Pasien tampak lemas
menahan sakit.
- Pasien tampak gelisa
TTV :
TD : 120/ 80 MmHg
N : 100x/Menit
RR : 18x/Menit
DS : Ganguan mobilitas fisik nyeri pasien
mengatakan kesulitan
- Pasien mengatakan bergerak karna nyeri
nyeri pada luka operasi luka post operasi
DO:
-Pasien tampak lemas
-Terdapat luka operasi
pada bagian perut
- Nilai leukosit tinggi
yaitu 10,32.
TTV :
TD : 120/ 80 MmHg
N : 100x/Menit
RR : 18x/Menit
Catatan perkembangan 1
N Hari / Diagnosa Jam Imlementasi Jam Evaluasi
O tgl
1 20 mei Nyeri akut 07 : 1. Identifikasi lokasi, 10 :0 S :
2022 berhubungan 00 karakteristik, durasi, 0 P:
dengan agen WIB frekuensi, kualitas WIB pasi
pencedera insensitas nyeri en
fisik 2. Identifikasi skala men
( prosedur nyeri gata
operasi ) d.d 3. Identifikasi respons kan
pasien nyeri nin verbal mer
mengeluh 4. Identifikasi faktor asa
nyeri, tampak yang memperberat kan
meringis, dan memperingan nye
gelisah, sulit nyeri ri
tidur, pola 5. Identifikasi pad
napas pengetahuan dan a
berubah, keyakinan tentang luka
proses nyeri Q:
berpikir 6. Identifikasi pasi
terganggu. pengaruh budaya en
terhadap respon men
nyeri gata
7. Identifikasi kan
pengaruh nyeri pada nye
kualitas hidup ri
8. Monitor yan
keberhasilan terapi g
komplementer yang dira
sudah diberikan sak
9. Monitor efek an
samping sep
penggunaan anal erti
getik ditu
10. Berikan teknik suk
non varmakologis _
untuk mengurangi tusu
rasa nyeri k
11. Kontrol R:
lingkungan yang nye
memperberat rasa ri
nyeri pad
12. Fasilitasi a
istrahat dan tidur area
13. Pertimbangkan seki
jenis dan sumber tar
nyeri dalam per
pemilihan strategi ut
meredahkan nyeri kan
14. Jelaskan an
penyebab, priode, men
dan pemicu nyeri jala
15. Jelaskan r ke
strategi meredakan pin
nyeri gga
16. Anjurkan ng
memonitor nyeri S:
secara mandiri skal
17. Anjurkan a
menggunakan nye
analgetik secara ri 6
tepat T:
18. Ajarkan teknik pasi
non farmakologis en
untuk mengurangi men
rasa nyeri gata
19. Kolaborasi kan
pemberian analgetik nye
ri
yan
g
dira
sak
an
hila
ng
tim
bul
O:
-
pasi
en
tam
pak
mer
ingi
s
men
aha
n
saki
t
- TTV,
TD :
120/8
0
mmH
g,
N:
100
x/m
enit
S:
36,
80C,
Rr :
18
x/m
enit
A:
Masala
h
belum
teratasi
P:
interve
nsi di
lanjutk
an
A :
Masa
lah
belu
m
terata
si
P :
intervensi
dilanjutkan
Catatan perkembangan 2
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Jam Evaluasi
tgl
1 23 mei Nyeri akut 07 : 1. Identifikasi lokasi, 10 : S :
2022 berhubungan 00 karakteristik, 00 P : pasien
dengan agen wib durasi, frekuensi, wib mengatakan
pencedera kualitas insensitas merasakan
fisik nyeri pada
( prosedur nyeri luka masi
operasi ) d.d 2. Identifikasi skala terasa,
pasien nyeri namun suda
mengeluh 3. Identifikasi berkurang
nyeri, respons nyeri nin Q : pasien
tampak verbal mengatakan
meringis, 4. Identifikasi faktor nyeri yang
gelisah, sulit yang memperberat dirasakan
tidur, pola dan memperingan seperti
napas nyeri ditusuk _
berubah, 5. Identifikasi tusuk
proses pengetahuan dan R : pasien
berpikir keyakinan tentang mengatakan
terganggu. nyeri nyeri dirakan
6. Identifikasi hanya pada
pengaruh budaya area sekitar
terhadap respon perut kanan
nyeri S : skala nyeri 3
7. Identifikasi T : pasien
pengaruh nyeri mengatakan
pada kualitas nyeri yang
hidup dirasakan
8. Monitor hilang timbul
keberhasilan O:
terapi - pasien tampak
komplementer meringis
yang sudah menahan
diberikan sakit saat di
9. Monitor efek suntik anal
samping getik
penggunaan anal - TTV, TD :
getik 120/80
10.Berikan teknik mmHg,
non varmakologis N : 100
untuk mengurangi x/menit
rasa nyeri S : 36,80C,
11.Kontrol Rr : 18
lingkungan yang x/menit
memperberat rasa A : Masalah belum
nyeri teratasi
12.Fasilitasi istrahat P : intervensi di
dan tidur lanjutkan
13.Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
14.Jelaskan
penyebab, priode,
dan pemicu nyeri
15.Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16.Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
17.Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
18.Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
19.Kolaborasi
pemberian
analgetik
A : Masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Catatan perkembangan 3
No Hari / Diagnosa Jam Imlementasi Jam Evaluasi
tgl
1 25 mei Nyeri akut 07 : 1. Identifikasi lokasi, 10 : S :
2022 berhubungan 00 karakteristik, 00 P : pasien
dengan agen wib durasi, frekuensi, wib mengatakan
pencedera kualitas insensitas nyer yang
fisik nyeri dirasakan
( prosedur 2. Identifikasi skala tidak terasa
operasi ) d.d nyeri lagi.
pasien 3. Identifikasi Q : pasien
mengeluh respons nyeri nin mengatakan
nyeri, verbal nyeri yang
tampak 4. Identifikasi faktor dirasakan
meringis, yang memperberat seperti
gelisah, sulit dan memperingan gigitan semut
tidur, pola nyeri R : nyeri hanya
napas 5. Identifikasi pada area
berubah, pengetahuan dan sekitar perut
proses keyakinan tentang kanan saja
berpikir nyeri S : skala nyeri
terganggu. 6. Identifikasi 1
pengaruh budaya T : pasien
terhadap respon mengatakan
nyeri nyeri yang
7. Identifikasi dirasakan
pengaruh nyeri hilang timbul
pada kualitas dalam durasi
hidup yang lama
8. Monitor O:
keberhasilan terapi - pasien tampak
komplementer sdikit
yang sudah meringis watu
diberikan di suntikan
9. Monitor efek analgetik
samping - TTV, TD :
penggunaan anal 120/80
getik mmHg,
10. Berikan N : 98 x/menit
teknik non S : 360C,
varmakologis Rr : 18
untuk mengurangi x/menit
rasa nyeri A : Masalah teratasi
11. Kontrol P : intervensi di
lingkungan yang hentikan
memperberat rasa
nyeri
12. Fasilitasi
istrahat dan tidur
13. Pertimbangka
n jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
14. Jelaskan
penyebab, priode,
dan pemicu nyeri
15. Jelaskan
strategi meredakan
nyeri
16. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
17. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
18. Ajarkan
teknik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
19. Kolaborasi
pemberian
analgetik
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Urolithiasis adalah batu secara berbeda bagian dari saluran kemih, termasuk ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Urolithiasis terjadi terutama melalui supersaturasi
urin dan biasanya timbul dengan nyeri pinggang, hematuria, dan mual / muntah.
Urolithiasis adalah penyakit batu saluran kemih yang dapat ditemukan di sepanjang
saluran perkemihan. Sekitar 97% batu kemih ditemukan di ginjal dan ureter (batu
ginjal), sisanya 3% di kandung kemih dan uretra.
4.2 Saran
Bagi mahasiswa diharapkan untuk bias mengetahui apa saja program dan
pencegahan dan penangulanggan urolithiasis.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. D., & Nuraeni, P. (2019). Article text. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
dalam Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operatif Appendictomy di Ruang
Nyi Ageng Serang RSUD Sekarwangi , 107.
Barindo. (2018, October Thursday). Tips Pencegahan Pasien Jatuh dan Penggunaan
Stiker Resiko Jatuh. Dipetik September Wednesday, 2021, dari
https://gelangpasien.com/penggunaan-stiker-resiko-jatuh/: https://gelangpasien.com
Boarin, M., Villa, G., Capuzzi, C., Remon, D., Abbadessa, F., Wiley, J., et al. (2018).