T DIAGNOSA
CHOLELITHIASIS TINDAKAN OPERASI LAPARATOMI EKSPLORASI
DENGAN ANESTESI GENERAL ANESTESI DI KAMAR OPERASI
RS ADVENT BANDUNG
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Abdul Krim Amrulloh, Amd.,Kep Fitri Aisyah, S.Kep.,Ners
Aditia Choirul Pratama, Amd.,Kep Jamaludin, Amd.,Kep
Alfin, S.Kep.,Ners Milda Rahmawati Firdaus, Amd.,Kep
Ardita Ayu Lestari, S.Kep.,Ners Pariz Samsurizal, S.Kep.,Ners
Erna Mariyanti, AMK
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Presentasi
1.1 Tujuan umum
Memperoleh Gambaran dan mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Perianestesi
Di Ruang Operatif serta dapat berdiskusi dengan rekan dan tim anestesiologi Pada
Pasien Dengan Cholesithiasis Tindakan Laparatomi Cholecystectomy Dengan Jenis
Anestesi General Anestesi
1.2 Tujuan khusus
8. Komplikasi
Batu empedu adalah penyakit yang perlu ditangani dengan cepat dan tepat. Jika
tidak, kondisi batu empedu dapat memicu terjadinya sejumlah komplikasi serius
yang berbahaya, antara lain:
a. Peradangan kantong empedu
Batu empedu yang berada di leher kantong empedu menyebabkan peradangan
yang disebut cholecystitis.
b. Penyumbatan saluran empedu
Batu empedu dapat menyumbat saluran tempat empedu yang mengalir dari
kantong empedu ke usus halus, kondisi ini menyebabkan infeksi saluran
empedu.
c. Pankreatitis akut
Saluran pankreas berbentuk seperti tabung dan berada dari pankreas hingga
saluran empedu. Dengan adanya penyumbatan di saluran pankreas, terjadi
radang pankreas yang disebut pankreatitis. Gejala utama yang dirasakan adalah
nyeri perut hebat yang terjadi secara konstan.
d. Kanker kantong empedu
Pengidap batu empedu adalah orang yang berisiko tinggi terkena kanker
kantong empedu. Umumnya, batu empedu terbentuk akibat endapan kolesterol
tinggi disertai bilirubin yang menumpuk dalam kantong empedu. Beberapa
faktor seperti pola makan tidak sehat, diet tinggi kolesterol, genetik, usia, dan
kondisi medis tertentu dapat memicu terjadinya penyakit ini.
9. Pencegahan
Pencegahan Cholelithiasis dapat di mulai dari masyarakat yang sehat yang
memiliki faktor risiko untuk terkena Cholelithiasis sebagai upaya untuk mencegah
peningkatan kasus Cholelithiasis pada masyarakat dengan cara tindakan promotif
dan preventif.
a. Tindakan promotif yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengajak
masyarakat untuk hidup sehat, menjaga pola makan, dan perilaku atau gaya
hidup yang sehat.
b. Sedangkan tindakan preventif yang dapat dilakukan adalah dengan
meminimalisir faktor risiko penyebab Cholelithiasis, seperti menurunkan
makanan yang berlemak dan berkolesterol, meningkatkan makan sayur dan
buah, olahraga teratur dan perbanyak minum air putih.
Pada pasien yang sudah didiagnosa mengalami Cholelithiasis dapat dilakukan
tindakan dengan cara bedah maupun non-bedah. Penanganan secara bedah adalah
dengan cara kolesistektomi. Sedangkan penanganan secara non-bedah adalah
dengan cara melarutkan batu empedu menggunakan MTBE, ERCP, dan ESWL
(Bruno, 2019).
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Perianestesi Pada Pasien Ny. T. Diagnosa
Cholelithiasis Tindakan Operasi Cholecystectomy Dengan Anestesi General Anestesi
Di Kamar Operasi RS Advent Bandung Jawa Barat, melalui suatu rangkaian proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian keperawatan
Pada tahap pengkajian, klien kooperatif dan mudah dikaji sehingga informasi yang
dibutuhkan oleh penulis mudah didapatkan.
2. Diagnosa keperawatan
Pada tahap pengkajian kasus klien, penulis menemukan beberapa diagnosa
keperawatan pada klien, meliputi:
a) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b) Resiko aspirasi berhubungan dengan terpasang ETT, terpasang selang
nasogastric, pasien penurunan tingkat kesadaran
c) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan cholelithiasis
didasarkan pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, yaitu dengan asuhan
reduksi ansietas, manajemen jalan napas dan manajemen nyeri.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan penulis dan
intervensi yang telah disusun baik tindakan keperawatan mandiri maupun
kolaborasi.
5. Evaluasi keperawatan
Berdasakan proses keperawatan yang telah dilaksanakan sebagian besar dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini didukung oleh motivasi klien dan
keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan.
B. Saran
1. Perawat
Perawat hendaknya melakukan pengkajian secara komperhensif pada klien
sehingga meminimalkan masalah keperawatan yang muncul.
2. Rumah Sakit
Diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
sehingga mutu pelayanan menjadi meningkat.
3. Klien
Diharapkan dapat mengikuti dan bekerjasama dalam proses keperawatan dengan
kooperatif dan jujur memberikan informasi kesehatannya, sehingga terapi dan
pengobatan dapat dilaksanakan dengan baik serta kesembuhan klien dapat tercapai
dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin. (2013). Asuhan Keperawatan perioperatif konsep, proses, dan aplikasi . Jakarta:
Salemba Medika.
Nuari, N. (2015). Buku Ajar asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta Timur: CV. Trans Info Medika.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan
(1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Soleh, S. (2013). Buku Panduan Lengkap Penyakit Dalam. Jogyakarta: DIVA Press.
Wibowo, S., dkk. (2010). Saluran empedu dan hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke
3. Jakarta: EGC.